285. KEDATANGAN DI RAMOT BERSAMA SAUDAGAR DARI SEBERANG SUNGAI EFRAT.           


25 September 1945  

Setelah suatu perjalanan jauh melintasi sebuah dataran subur di seberang Sungai Yordan - dan adalah menyenangkan berjalan di musim yang lembut tenang sebab sekarang adalah penghujung bulan Oktober - dan sesudah beristirahat di sebuah desa kecil di kaki lereng yang lebih rendah dari barisan pegunungan yang amat besar, yang beberapa puncaknya dapat benar-benar disebut gunung, Yesus berangkat kembali, dengan mengikuti sebuah caravan panjang dengan banyak hewan berkaki empat dan orang-orang bersenjata lengkap, kepada siapa Dia telah berbicara sebelumnya sementara kafilah itu memberi minum hewan-hewan mereka di sumber air di alun-alun. Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang tinggi dan berkulit gelap, dengan ciri-ciri khas Asia. Kepala caravan mengendarai seekor bagal yang sangat kuat dan dipersenjatai lengkap dan dengan senjata-senjata tergantung pada pelananya. Namun si kepala caravan sangat menghormati Yesus.

Para rasul bertanya kepada Yesus, "Siapakah dia?"

"Seorang saudagar kaya dari seberang Sungai Efrat. Tadi Aku bertanya ke mana dia pergi dan dia menjawab dengan sopan. Dia akan melewati kota-kota ke mana Aku bermaksud pergi. Yang sungguh sangat menguntungkan di pegunungan ini, ketika ada para perempuan bersama kita."

"Apakah Engkau khawatir akan sesuatu?"

"Aku tidak khawatir dirampok, karena kita tidak punya apa-apa. Tapi itu akan cukup untuk membuat para perempuan ketakutan. Segelintir perampok tidak akan pernah menyerang sebuah caravan sekuat itu, yang akan sangat menguntungkan bagi kita karena kita juga akan mendapatkan lintasan-lintasan terbaik dan akan dapat melewati lintasan-lintasan yang sulit. Dia bertanya kepada-Ku, 'Apakah Engkau Mesias?' dan ketika didengarnya bahwa benar, dia berkata, 'Aku ada di Halaman Orang-orang yang tidak mengenal Allah beberapa hari lalu dan aku mendengar-Mu lebih baik dari aku melihat-Mu, sebab aku seorang yang berperawakan kecil. Baiklah, aku akan melindungi Engkau dan Engkau akan melindungiku. Ada padaku muatan yang sangat berharga."

"Apakah dia seorang proselit?"

"Aku rasa bukan. Tapi mungkin dia dari leluhur yang sama dengan kita."

Caravan bergerak maju dengan lambat, seolah mereka tidak ingin menguras kekuatan hewan-hewan berkaki empat itu dengan berjalan terlalu jauh. Oleh karenanya mudah mengikutinya dan terkadang adalah perlu untuk berhenti sementara para kusir membiarkan hewan-hewan beban lewat satu per satu dengan memeganginya pada tali lehernya di lintasan-lintasan yang paling sulit. Meski suatu daerah yang sungguh bergunung-gunung, wilayahnya subur dan diolah dengan baik. Mungkin pegunungan tinggi di utara bertindak sebagai perlindungan terhadap angin utara yang dingin atau angin timur yang berbahaya dan itu membantu dalam pengolahan tanah. Caravan berbaris di sepanjang suatu aliran sungai yang mengalir masuk ke alam Sungai Yordan dan berlimpah airnya yang turun dari, aku bertanya-tanya, puncak yang mana. Pemandangannya indah dan menjadi semakin indah sementara orang mendaki, terbentang ke arah barat melintasi dataran Yordan dan mencapai, di baliknya, bukit-bukit dan gunung-gunung elok di Yudaea utara, sementara di sebelah timur dan sebelah utara pemandangan terus berubah, terbentang nun jauh dan luas, atau mempertontonkan bukit-bukit bulat yang tumpang tindih dan puncak gunung nan hijau atau berbatu, yang seolah merintangi jalan bagai tembok yang sekonyong-konyong muncul dari suatu labirin.

Matahari akan segera terbenam di balik pegunungan Yudea, mewarnai langit dan lereng-lereng dengan warna merah tua, ketika sang saudagar kaya, yang sudah berhenti untuk membiarkan caravan lewat, berkata kepada Yesus, "Kita harus mencapai desa sebelum malam. Tetapi banyak dari orang-orang-Mu kelihatan letih. Ini adalah perjalanan jalan kaki yang panjang. Biarkan mereka menunggangi bagal-bagal cadangan. Bagal adalah hewan yang tenang. Bagaimanapun hewan-hewan itu akan beristirahat sepanjang malam dan berat seorang perempuan bukan masalah bagi mereka."

Yesus setuju dan laki-laki itu memerintahkan caravan untuk berhenti guna membiarkan para perempuan menunggangi bagal. Yesus memerintahkan agar Yohanes En-Dor juga naik ke punggung bagal. Dan mereka yang berjalan kaki, termasuk Yesus, memegang tali kendali demi membuat para perempuan merasa lebih aman. Marjiam ingin menjadi... seorang lelaki dewasa, dan meski habis tenaga, dia menolak naik ke atas punggung bagal dengan siapa pun dan dia memegangi salah satu kendali dari bagal Santa Perawan, Yang dengan demikian berada di antara Yesus dan si bocah, dan dia berjalan dengan gagah.

Sang saudagar tinggal dekat Yesus dan dia berkata kepada Maria, "Lihat desa itu, Donna? Itu Ramot. Kita akan berhenti di sana. Aku dikenal di hotel itu karena aku datang kemari dua kali setahun, dan aku pergi menyusuri pantai, juga dua kali setahun untuk membeli dan menjual. Hidupku sulit. Tetapi aku punya duabelas orang anak dan mereka semua masih muda. Aku lambat menikah. Yang terakhir berumur sembilan hari ketika aku meninggalkannya. Dan gigi pertamanya akan dipotong ketika aku melihatnya."

"Keluarga yang manis..." komentar Maria, dan Dia menambahkan, "Semoga Surga melindunginya bagimu."

"Sesungguhnya aku tak pantas mengeluh akan pertolongannya meski aku benar-benar tidak layak mendapatkannya."

Yesus bertanya kepadanya, "Apakah kau setidaknya seorang proselit?"

"Seharusnya... Leluhurku adalah orang-orang Israel sejati. Kemudian... kami berbaur di sana..."

"Suatu jiwa berbaur dalam satu atmosfer saja: di Surga."

"Engkau benar. Tapi Engkau tahu... Buyutku menikahi seorang perempuan yang bukan seorang Israel. Anak-anaknya menjadi kurang beriman... Anak-anak dari anak-anaknya sekali lagi menikahi perempuan-perempuan yang bukan dari Israel dan anak-anak mereka dihormati hanya karena nama Yahudi mereka; karena kami keturunan Yahudi. Sekarang aku, cucu dari cucu... aku bukan apa-apa. Berhubung dengan semua silsilah leluhur itu, maka aku tidak termasuk bangsa apa pun."

"Itu bukan alasan yang baik dan Aku bisa membuktikannya kepadamu. Jika sementara melewati jalan ini, yang kau tahu adalah jalan yang baik, kau bertemu dengan lima atau enam orang yang berkata kepadamu, 'Tidak, jangan lewat jalan ini!', 'Kembalilah', 'Berhentilah', 'Pergilah ke arah timur', 'Beloklah ke arah barat', apa yang akan kau lakukan?"

"Akan aku katakan, 'Aku tahu bahwa ini adalah jalan yang benar dan yang terpendek, dan aku tidak akan meninggalkannya.'"

"Demikian juga: jika kau sedang bernegosiasi bisnis dan kau tahu cara terbaik untuk melakukannya, apakah kau akan mendengarkan orang-orang yang entah melalui bualan atau kelicikan menasehatimu untuk bertindak secara berbeda?"

"Tidak. Aku akan mengikuti metode yang menurut pengalamanku adalah yang terbaik."

"Sungguh benar. Ribuan iman ada di belakangmu, seorang keturunan Israel. Kau tidak bodoh dan juga bukan sorang yang tidak berpendidikan. Jadi mengapa kau terpengaruh oleh koneksimu dengan semua orang sehubungan dengan masalah iman, sementara kau menolak mereka apabila itu menyangkut uang atau keselamatan di jalan? Tidakkah kau pikir itu tidak pantas juga dari sudut pandang manusia? Menempatkan Allah sesudah uang dan jalan..."

"Aku tidak menomorduakan Allah. Tetapi aku telah kehilangan pandangan akan Dia..."

"Karena bisnis, uang, hidupmu adalah allah-allahmu. Tetapi tetap saja Allah-lah yang telah memperkenankanmu memiliki hal-hal yang demikian... Jadi, mengapa kau pergi ke Bait Allah?"

"Karena rasa ingin tahu. Saat aku keluar dari sebuah rumah di mana aku baru saja bernegosiasi mengenai beberapa barang, aku melihat sekelompok orang memberikan penghormatan kepada-Mu dan aku teringat akan kata-kata yang aku dengar di Askelon yang diucapkan seorang perempuan pembuat karpet. Aku menanyakan siapa Engkau, sebab aku curiga Engkau mungkin adalah Dia Yang dimaksudkan perempuan yang berbicara kepadaku. Dan ketika aku mendapati bahwa itu adalah Engkau, aku mengikuti-Mu. Aku sudah menyelesaikan bisnisku untuk hari itu... Kemudian aku kehilangan Engkau. Aku melihat-Mu kembali di Yerikho. Tapi hanya sekejap. Sekarang aku sudah mendapatkan-Mu kembali... Begitulah..."

"Jadi, Allah telah menyatukan dan menjalin jalan kita. Aku tidak punya hadiah untuk diberikan kepadamu sebagai terima kasih atas kebaikanmu. Tetapi sebelum meninggalkanmu, Aku berharap dapat memberimu suatu hadiah, terkecuali jika kau meninggalkan-Ku sebelumnya..."

"Tidak, tidak akan. Alexander Misace tidak akan menarik kembali apa yang dia tawarkan! Di sinilah kita. Desa ada sesudah belokan itu. Aku akan pergi terlebih dulu. Kita akan bertemu di penginapan," dan dia memacu bagalnya pergi nyaris dalam satu derapan di pinggir jalan.

"Dia adalah seorang jujur yang tidak bahagia, Nak," kata Maria.

"Dan Engkau ingin dia bahagia seturut Kebijaksanaan, bukan begitu?"

Dan mereka saling tersenyum lembut satu sama lain dalam bayang-bayang pertama malam itu.

... Para peziarah semuanya berkumpul dalam sebuah aula besar penginapan, menunggu waktu tidur, di malam Oktober yang panjang. Sang saudagar ada di sebuah sudut, seorang diri, serius dengan catatannya. Yesus, bersama kelompok-Nya, ada di sudut seberang. Tidak ada tamu penginapan lainnya. Suara ringkikan dan embikan dapat terdengar berasal dari kandang, yang membuat orang berasumsi bahwa ada orang-orang lainnya di penginapan. Mungkin mereka sudah tidur.

Marjiam sudah tertidur dalam pelukan Bunda Maria, sekonyong-konyong dia lupa bahwa dia "seorang lelaki dewasa". Peter tertidur dan dia bukan satu-satunya. Juga para perempuan yang lebih tua yang biasanya suka berbisik-bisik telah setengah tertidur dan diam. Yesus, Maria, kedua saudari Lazarus, Sintikhe, Simon Zelot, Yohanes dan Yudas masih terjaga.

Sintikhe tengah menggeledah tas kain Yohanes En-Dor mencari sesuatu. Tetapi dia akhirnya lebih suka mendekati yang lain-lainnya dan mendengarkan Yudas Alfeus yang sedang berbicara tentang konsekuensi pembuangan di Babel dan mengatakan, "... dan mungkin orang itu masih merupakan konsekuensi darinya. Setiap pembuangan adalah kehancuran...." Sintikhe mengangguk asal tetapi tidak mengatakan apa-apa dan Yudas Alfeus menyimpulkan, "Namun, adalah aneh bahwa orang dapat begitu mudah melepaskan diri dari apa yang telah menjadi harta pusaka selama berabad-abad untuk menjadi sepenuhnya baru, terutama dalam masalah agama, dan agama seperti agama kita..."

Yesus menjawab, "Kau jangan terkejut jika kau melihat Samaria dalam pangkuan Israel."

Ada keheningan... Mata Sintikhe yang berwarna gelap menatap pada profil Yesus yang tenang; dia menatap pada-Nya dengan intens, tetapi tidak berbicara. Yesus melihat tatapannya dan berbalik untuk menatap padanya.

"Tidakkah kau mendapati sesuatu yang menarik minatmu?"

"Tidak, Tuhan-ku. Aku telah sampai pada poin bahwa aku tak lagi dapat merekonsiliasi masa lalu dengan masa sekarang, gagasan yang sebelumnya dengan gagasan yang sekarang. Dan aku merasa bahwa itu adalah suatu pelepasan diri sebab gagasanku yang sebelumnya sudah membantuku untuk mendapatkan gagasan yang sekarang. Rasul-Mu sudah mengatakan kebenaran... Tetapi kehancuranku adalah yang membahagiakan."

"Apa kehancuranmu?"

"Semua kepercayaanku kepada Olympus kafir, Tuhan-ku. Tetapi aku agak kecewa sebab sementara membaca Kitab Suci-Mu - Yohanes memberikannya kepadaku dan aku membacanya sebab tidak ada harta tanpa pengetahuan - aku mendapati bahwa juga dalam sejarah-Mu... pada awalnya, harus aku katakan, ada peristiwa-peristiwa yang tidak jauh berbeda dari milik kami. Sekarang, aku ingin tahu..."

"Aku sudah mengatakannya padamu: bertanyalah pada-Ku dan Aku akan menjawab pertanyaan-pertanyaanmu."

"Apakah semuanya salah dalam agama para dewa?"

"Ya, perempuan. Hanya ada satu Allah saja, Yang tidak berasal dari siapa pun dan tidak tunduk pada nafsu dan kebutuhan manusia: Allah Yang Sempurna, Abadi, Mahaesa, Pencipta segala sesuatu."

"Aku percaya itu. Tetapi aku ingin dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan kepadaku oleh orang-orang lain yang tidak mengenal Allah, dengan suatu cara yang tidak membuka kesempatan diskusi apa pun, terkecuali diskusi untuk dapat diyakinkan. Aku, oleh diriku sendiri dan oleh keutamaan kemurahan hati Allah yang kebapakan, sudah memberikan kepada diriku sendiri jawaban-jawaban informal, tetapi cukup untuk memberikan kedamaian pada rohku. Tetapi aku bersedia mencapai Kebenaran. Orang-orang lain mungkin tidak seantusias aku dalam hal itu. Tetapi semua orang sepatutnya giat dalam penyelidikan yang demikian. Aku tidak ingin tidak aktif dengan jiwa-jiwa. Aku ingin memberikan apa yang sudah aku terima. Tetapi aku harus tahu supaya bisa memberi. Anugerahilah aku pengetahuan dan aku akan melayani-Mu atas nama kasih. Hari ini, dalam perjalanan, ketika aku tengah menatap pegunungan dan pemandangan-pemandangan tertentu yang mengingatkanku akan Hellas [Negeri Yunani] dan akan sejarah negeriku, melalui asosiasi ide, mitos Prometheus* dan Deucalion** terlintas dalam benakku... Engkau punya sesuatu yang serupa dalam pemberontakan Lucifer, dalam penghembusan hidup kepada tanah liat, dalam Air Bah Nuh. Sedikit pertalian, tetapi serupa... Sekarang katakanlah padaku: bagaimana kami dapat tahu tentang itu semua jika tidak ada kontak antaramu dan kami, jika kamu pasti sudah memilikinya sebelum kami, dan meskipun kami memilikinya, kami tidak tahu bagaimana kami mendapatkannya? Kita masih tidak saling mengenal satu sama lain, dalam banyak hal. Jadi bagaimana kami, ribuan tahun yang lalu, memiliki legenda-legenda yang serupa dengan Kebenaran-Mu?"

"Perempuan, kau harus menjadi orang terakhir yang menanyakannya kepada-Ku. Karena kau sudah membaca karya-karya yang dapat menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaanmu. Hari ini, melalui asosiasi ide, dari kenangan akan pegunungan di negerimu, kau sudah menuju kenangan akan mitos-mitos negerimu dan perbandingannya. Betul begitu? Kenapa?"

"Karena pikiranku yang terbangun terkenang."

"Sangat baik. Juga jiwa-jiwa dari orang-orang yang sangat lampau yang memberikan agama ke negerimu dikenang. Secara samar, seperti yang bisa dilakukan seorang yang tidak sempurna, seorang yang terpisah dari agama yang diwahyukan. Tapi mereka selalu dikenang. Ada banyak agama di dunia. Sekarang, andai ada pada kita di sini suatu gambaran jelas akan semua detailnya, kita akan melihat bahwa ada sesuatu seperti benang emas, yang terbenam dalam lumpur, seutas benang dengan banyak simpul di mana fragmen-fragmen dari Kebenaran yang sesungguhnya terkandung."

"Tapi bukankah kita semua berasal dari keturunan yang sama? Engkau mengatakannya. Jadi mengapa mereka yang sangat lampau, yang berasal dari keturunan asli, mengapakah mereka tidak bisa membawa Kebenaran bersama mereka? Bukankah tidak adil merenggut itu dari mereka?"

"Kau sudah membaca Kejadian, bukan? Apa yang kau temukan? Dosa yang kompleks pada permulaan, dosa yang merangkul tiga keadaan manusia: materia, pikiran, roh. Kemudian pembunuhan saudara. Kemudian pembunuhan ganda untuk mengimbangi karya Henokh memelihara terang dalam hati, kemudian kerusakan, ketika anak-anak Allah, karena nafsu, mengawini anak-anak perempuan manusia. Dan meski ada pemurnian oleh Air Bah dan pembuatan kembali ras dari benih yang baik, bukan dari batu-batu seperti yang dinyatakan mitosmu, dan juga tanah liat pertama dibentuk oleh Allah sesuai gambar-Nya dan dalam bentuk manusia dianugerahi hidup melalui karya Allah oleh penghembusan Api vital, dan bukan melalui pencurian api vital oleh manusia, ada ledakan kesombongan yang baru, suatu penghinaan kepada Allah: 'Mari kita menjamah langit' dan kutukan ilahi: 'Biarkan mereka terserak dan biarkan mereka tidak lagi mengerti satu sama lain.' ... Dan satu-satunya keturunan menjadi terpecah belah, bagai air yang menabrak sebuah batu karang dan terpecah belah menjadi aliran-aliran kecil dan tidak bersatu kembali, dan ras pun terpecah-belah menjadi ras-ras. Umat manusia yang dihalau oleh dosanya dan oleh hukuman ilahi terserak dan tidak pernah bersatu kembali, membawa bersama dirinya kekacau-balauan yang diakibatkan oleh kesombongan. Tapi jiwa-jiwa ingat. Selalu ada sesuatu yang tinggal dalam diri mereka. Dan yang paling saleh dan bijak melihat suatu terang yang tidak jelas, terang yang remang-remang dalam kegelapan mitos: terang Kebenaran. Ini adalah kenangan akan Terang yang dilihat di hadapan hidup, yang mengilhami mereka dengan beberapa kebenaran, yang di dalamnya mengandung fragmen-fragmen dari Kebenaran yang diwahyukan. Apa itu jelas bagimu?"

"Hanya sebagian. Tapi aku akan merenungkannya. Malam adalah sahabat bagi mereka yang bermeditasi dan memusatkan pikiran mereka."

"Baiklah, mari kita pergi dan memusatkan pikiran kita. Mari kita pergi, sahabat-sahabat-Ku. Damai sertamu, para perempuan. Damai sertamu, murid-murid-Ku. Damai sertamu, Alexander Misace."

"Selamat malam, Tuhan-ku. Allah beserta-Mu," jawab sang saudagar dengan membungkuk...


*Prometheus  = seorang Titan, yakni para penguasa sebelum para dewa Olympus, yang dianggap sebagai pencipta manusia. Prometheus yang dikenal karena kecerdasan dan keahliannya ini mencuri api Zeus dan memberikannya kepada manusia.
** Deucalion = putra Promotheus. Ketika Zeus, raja para dewa Olympus, memutuskan untuk membinasakan manusia dengan air bah, Deucalion membangun sebuah bahtera untuk menyelamatkan manusia
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama