259. PETRUS BERBICARA KEPADA PARA PETANI DORAS TENTANG KASIH YANG ADALAH KESELAMATAN.           


22 Agustus 1945

"Teman-teman-Ku terkasih, apa yang kamu lakukan dekat api ini?" tanya Yesus ketika Ia mendapati para murid-Nya berada sekeliling api yang menyala dengan baik, yang menjilat-jilat di bayang-bayang awal senja di suatu persimpangan jalan di dataran Esdraelon.

Para rasul terkejut, sebab mereka tidak melihat-Nya datang, dan mereka melupakan api itu untuk menyalami sang Guru. Mereka kelihatan seolah mereka sudah tidak bertemu dengan-Nya selama berabad-abad. Mereka lalu menjelaskan: "Dengarlah! Kami memecahkan suatu masalah di antara dua bersaudara dari Yizreel dan mereka begitu gembira hingga mereka masing-masing memberi kami seekor anak domba. Kami memutuskan untuk memasaknya dan memberikannya kepada orang-orang Doras. Mikha orang Yohanan sudah menyembelih dan mempersiapkannya dan sekarang kami akan memanggangnya. BundaMu pergi bersama Maria dan Susana untuk memberitahu orang-orang Doras agar datang kemari sesudah vesper, ketika si bendahara pulang ke rumah untuk minum. Para perempuan tidak akan terlalu menarik perhatian… Kami berusaha untuk menemui mereka dengan berpura-pura kami adalah para pengelana yang sedang lewat ladang-ladang mereka, tetapi kami tidak melakukan banyak. Kami memutuskan untuk berkumpul di sini sore ini dan berbicara… sedikit lebih banyak, demi jiwa-jiwa mereka, dan memuaskan juga tubuh mereka, seperti yang telah Engkau lakukan di masa lalu. Dan sekarang sebab Engkau di sini, ini bahkan akan terlebih menyenangkan."

"Siapa yang akan berbicara?"

"Yah… Masing-masing sedikit… secara informal. Kami tidak mampu melakukan lebih banyak, juga sebab Yohanes, Zelot dan saudara-Mu tidak mau berbicara. Yudas anak Simon dan Bartolomeus juga tidak antusias untuk berbicara… Kami bahkan bertengkar mengenai itu…" kata Petrus.

"Mengapa kelima orang itu tidak mau berbicara?"

"Yohanes dan Simon sebab mereka katakan bahwa adalah tidak tepat bahwa merekalah yang harus selalu berbicara. Saudara-Mu sebab ia ingin aku yang berbicara dan mengatakan bahwa jika aku tidak pernah mulai… Bartolomeus sebab… sebab ia takut kalau ia akan berbicara terlalu menggurui dan bahwa ia mungkin tidak berhasil dalam meyakinkan orang. Engkau dapat lihat bahwa itu adalah alasan-alasan…"

"Dan kau, Yudas anak Simon, mengapa kau tidak mau berbicara?"

"Untuk alasan yang sama seperti yang lain-lainnya! Untuk semua alasan itu; sebab semuanya masuk akal…"

"Banyak alasan. Tapi tidak ada satu yang khusus. Sekarang, Aku yang akan menentukan, dan keputusan-Ku akan menjadi tak terbantahkan. Kau, Simon anak Yunus, yang harus berbicara, seperti dengan bijak dikatakan Tadeus… Dan kau, Yudas anak Simon, juga akan berbicara. Dengan demikian, satu dari banyak alasan itu, satu yang diketahui oleh Allah dan olehmu saja, tak akan lagi ada."

"Guru, percayalah, tak ada lagi…" Yudas dengan berang berusaha membantah .

Tetapi Petrus langsung memotong perkataannya dengan berkata: "Oh! Tuhan-ku! Bagaimanakah aku dapat berbicara di hadapan-Mu? Aku tidak akan pernah bisa! Aku takut Engkau akan menertawakanku…"

"Kau tidak mau sendirian; kau tidak mau Aku ada… Apa yang kau inginkan?"

"Engkau benar. Tapi… apakah yang harus aku katakan?"

"Itu saudaramu datang dengan anak dombanya. Bantulah dia, dan sementara kau memasaknya, pikirkan kembali. Semuanya dapat membantumu menemukan suatu subyek."

"Juga anak domba di pemanggangan?" tanya Petrus tidak percaya.

"Ya. Jadi taatlah." Petrus menghela napas dalam-dalam, sungguh suatu helaan napas yang mengibakan hati, namun tidak menjawab. Dia menghampiri Andreas dan membantunya menempatkan anak-anak dompa pada sebilah tongkat yang diruncingkan yang dipergunakan sebagai alat pemanggang, dan dia mengamati mereka memasaknya dengan wajah yang begitu serius, hingga dia tampak bagai seorang hakim pada saat hendak menjatuhkan hukuman.   

"Yudas anak Simon, marilah kita pergi dan menemui para perempuan," perintah Yesus. Dan Ia pun pergi melintasi ladang-ladang tandus milik Doras. "Yudas, seorang murid yang baik tidak memandang rendah apa yang tidak dipandang rendah oleh Guru-nya." Ia berkata sejenak kemudian tanpa basa-basi.

"Guru, aku tidak memandang rendah. Tapi seperti Bartolomeus, aku merasa bahwa aku tidak akan dimengerti, dan aku memilih untuk tidak berbicara."

"Natanael takut dia tidak dapat memenuhi keinginan-Ku, yang adalah menerangi dan melegakan hati. Dia bersalah juga, sebab dia kurang keyakinan dalam Tuhan. Tapi kau jauh lebih bersalah, sebab kau tidak takut tidak akan dimengerti, tetapi kau menganggap remeh dimengerti oleh para petani miskin, yang tidak tahu apa-apa, terkecuali keutamaan. Sesungguhnya, mereka melampaui banyak dari antaramu, sepanjang menyangkut keutamaan. Kau masih belum mengerti apa-apa, Yudas. Injil adalah sungguh kabar baik yang dibawa kepada yang miskin, yang sakit, yang menderita dan para budak. Di kemudian hari akan diberikan juga kepada yang lain-lainnya. Tetapi Injil diberikan tepat untuk menolong dan melegakan mereka yang menderita akibat segala macam kemalangan."

Yudas menundukkan kepalanya, namun tidak menjawab.

Santa Perawan, Maria Klopas dan Susana tampak muncul dari suatu rimbunan semak.    

"Aku menyalami-Mu, Bunda! Damai sertamu, para perempuan!"

"Nak! Aku pergi kepada… orang-orang malang itu. Tetapi kepada-Ku disampaikan berita yang membuat-Ku tidak terlalu sedih. Doras sudah meninggalkan tanah ini dan Yohanan mengambilnya. Bukan firdaus… Tapi bukan lagi neraka. Si bendahara yang memberitahu para petani hari ini. Dia sudah pergi dengan membawa dalam keretanya semua gandum hingga butir terakhir, dan dengan demikian meninggalkan semua orang tanpa apapun untuk dimakan. Dan sebab bendahara Yohanan hari ini punya makanan hanya untuk orang-orangnya sendiri, para petani Doras tidak punya apapun untuk dimakan. Anak-anak domba itu sungguh suatu penyelenggaraan ilahi!"

"Juga suatu penyelenggaraan ilahi bahwa orang-orang itu tidak lagi milik Doras. Kami melihat rumah-rumah mereka…kandang babi!" kata Susana yang jelas terguncang.

"Orang-orang malang itu begitu bahagia!" Maria Klopas mengakhiri.

"Aku bahagia juga. Mereka akan lebih baik dari sebelumnya," jawab Yesus seraya pergi menghampiri para rasul. Yohanes En-Dor menggabungkan diri bersama-Nya dengan membawa beberapa tempayan air, yang dibawanya bersama Ermasteus.

"Orang-orang Yohanan memberikannya pada kita,' jelasnya, sesudah menyalami Yesus penuh hormat.

Mereka semua menuju tempat di mana mereka memanggang kedua anak domba dalam suatu awan tebal asap yang berminyak. Petrus terus membolak-balikkan alat pemanggangnya dan sementara itu dia dengan sedih larut dalam pemikirannya. Yudas Tadeus, sebaliknya, berjalan mondar-mandir, asyik dalam percakapan dengan satu tangan dilingkarkan sekeliling pinggang saudaranya. Dari para rasul yang lainnya, sebagian membawa kayu bakar, sebagian menata meja, dengan membawa batu-batu besar untuk dipergunakan sebagai bangku-bangku atau sebagai sebuah meja. Aku tidak tahu.

Para petani Doras tiba. Mereka lebih kurus dan lebih compang-camping dari sebelumnya. Tetapi mereka begitu bahagia! Jumlah mereka sekitar duapuluh orang dan dan tidak ada bahkan seorang anak atau seorang perempuan pun bersama mereka. Para lelaki malang yang sendirian…  

"Damai sertamu dan marilah kita memberkati Allah yang memberimu seorang tuan yang lebih baik. Marilah kita memberkati-Nya dengan berdoa demi pertobatan orang yang sudah menyebabkanmu begitu banyak menderita. Benar begitu? Apakah kau bahagia, bapa tua? Aku bahagia juga. Aku akan dapat lebih sering datang bersama si bocah. Sudahkah mereka memberitahukannya padamu? Kau menangis karena sukacita, ya kan? Kemarilah, jangan takut…" Ia berbicara pada kakek Marjiam, yang membungkuk mencium tangan-Nya dan menangis sementara berbisik: "Aku tidak memohon yang lainnya dari Yang Mahatinggi. Ia telah menganugerahiku lebih dari yang aku minta. Aku sekarang ingin mati, jika tidak, aku akan hidup begitu lama hingga penderitaan akan dapat menguasaiku lagi."

Para petani, yang agak malu-malu di hadapan sang Guru, segera berbesar hati kembali, dan ketika kedua anak domba dihidangkan di atas dedaunan besar yang ditata di atas batu-batu yang tadi dibawa, dan porsi-porsi disiapkan, masing-masing ditempatkan di atas sepotong roti-cake besar yang berfungsi juga sebagai piring, mereka menjadi santai dalam kesederhanaan mereka dan mereka makan dengan lahap, memuaskan lapar mereka, sesudah kelaparan begitu lama: mereka berbicara mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi belakangan ini.

Salah seorang dari mereka mengatakan: "Selalu ada padaku locust [jenis belalang], tikus mondok dan semut terkutuk. Tetapi mulai dari sekarang mereka akan seperti para utusan Tuhan bagiku, sebab adalah melalui mereka kami meninggalkan neraka." Dan meski perbandingan antara semut dan locust dengan kelompok malaikat adalah agak aneh, tak seorang pun tertawa sebab mereka semua menangkap situasi tragis yang tersembunyi dalam perkataan itu.      

Perapian menerangi pertemuan, tetapi wajah mereka tidak menatap pada nyala api, pun mereka tidak memberikan banyak perhatian pada apa yang ada di depan mereka. Semua mata terarah pada wajah Yesus, dan teralihkan hanya untuk beberapa saat ketika Maria Alfeus, yang sibuk menyiapkan porsi-porsi makanan, menempatkan lebih banyak daging ke potongan-potongan roti-cake datar di tangan para petani yang kelaparan itu, dan dia mengakhiri pekerjaannya dengan membungkus dua kaki panggang dalam dedaunan lebar dan berkata pada kakek Marjiam: "Ambillah ini. Kamu masing-masing juga akan mendapatkan sepotong besok. Dan sementara itu bendahara Yohanan akan menyediakan sesuatu."

"Tetapi, bagaimana denganmu…"

"Kami... bawaan kami akan berkurang. Bawalah, sobat."

Dari kedua anak domba itu, tidak ada yang tersisa selain dari tulang-belulang dan bau yang masih tinggal dari lemak menetes yang masih terbakar di atas api, yang mulai padam dan terangnya digantikan oleh sinar rembulan.

Orang-orang Yohanan juga menggabungkan diri dengan yang lain-lainnya. Inilah saat untuk berbicara kepada mereka.

Mata biru Yesus terangkat untuk mencari Yudas yang duduk dekat sebuah pohon, setengah tersembunyi dalam bayangan. Dan ketika Yesus melihat bahwa Yudas berpura-pura tidak mengerti, Ia memanggil dengan suara lantang: "Yudas!" Dengan demikian Yudas terpaksa bangkit berdiri dan datang. "Jangan mengasingkan diri. Kau wartakanlah menggantikan-Ku. Aku sangat letih. Bagaimanapun, andai Aku tidak datang sore ini, salah seorang darimu akan harus berbicara!"

"Guru… aku tidak tahu harus berkata apa… Setidaknya ajukanlah pertanyaan-pertanyaan padaku."

"Bukan Aku yang akan mengajukan pertanyaan padamu. Sobat-sobat, apa yang ingin kamu dengar atau dia jelaskan untukmu?" Ia bertanya pada para petani.

Orang-orang itu saling menatap satu sama lain… mereka ragu… Akhirnya, seorang petani bertanya: "Kami tahu mengenai kuasa Tuhan dan kemurahan hati-Nya. Tetapi, kami hanya tahu sedikit mengenai doktrin-Nya. Mungkin kami sekarang akan dapat belajar sedikit lebih banyak, dengan bersama Yohanan. Tetapi kami sungguh antusias untuk mengetahui hal-hal esensiil apakah yang harus kami lakukan agar dapat memperoleh Kerajaan yang dijanjikan Mesias. Sebab pada kenyataannya kami tak dapat melakukan apa-apa, akankah kami dapat memperolehnya?"

Yudas menjawab: "Kamu tentu dalam situasi yang sangat menyakitkan. Semua yang ada pada dirimu dan sekelilingmu bersekongkol untuk menjauhkanmu dari Kerajaan. Kurangnya kebebasan untuk datang kepada Guru kapan pun kau inginkan, keadaanmu sebagai hamba-hamba dari seorang tuan, yang, jika bukan hyena seperti Doras, adalah, sejauh kita tahu, anjing Molossian yang menahan para hambanya sebagai tawanan-tawanan, penderitaan dan patah hatimu, adalah kondisi yang tidak menguntungkan untuk pemilihanmu bagi Kerajaan. Sebab adalah sulit bagimu untuk tidak meluahkan kedongkolan hati dan perasaan benci, kecaman dan dendam kepada orang yang memperlakukanmu dengan begitu keras. Sementara yang paling essensiil adalah mengasihi Allah dan sesama. Jika tidak, tidak akan ada keselamatan. Kamu harus waspada untuk menjaga hatimu berserah secara pasif pada kehendak Allah, yang dinyatakan padamu dalam takdirmu, dan menanggung tuanmu dengan sabar tanpa pernah menggunakan kebebasan untuk mengungkapkan penghakiman yang pastinya tidak bisa baik atas tuanmu, atau mengungkapkan terima kasih atas… atas… Singkat kata, kau harus tidak memikirkan situasimu, guna menghindarkan perasaan-perasan berontak yang akan mematikan kasih. Dan dia yang tidak mengasihi tidak akan mencapai keselamatan, sebab dia melanggar perintah pertama. Tetapi aku hampir yakin bahwa kamu akan diselamatkan sebab aku melihatmu punya kehendak baik yang dipersatukan dengan jiwa yang baik, yang membangkitkan pengharapan bahwa kamu akan dapat menahan diri dari kebencian dan keinginan untuk balas dendam. Bagaimanapun kerahiman Allah begitu besar hingga Ia akan membebaskanmu dari apa yang masih kurang untuk kesempurnaanmu."  

Ada keheningan. Yesus menundukkan kepala-Nya begitu dalam hingga wajah-Nya tak terlihat; tetapi wajah-wajah dari yang lainnya terlihat dan ekspresi mereka jelas tidak senang. Para petani kelihatan lebih sedih dari sebelumnya, para rasul dan para perempuan kelihatan terkejut dan nyaris ketakutan.

"Kami akan berusaha untuk menindas setiap pemikiran yang bertentangan dengan kesabaran dan pengampunan," laki-laki tua itu menjawab dengan rendah hati.

Seorang petani berkata dengan mendesah: "Akan sulit tentunya bagi kami untuk mencapai kesempurnaan kasih, sebab adalah sudah merupakan suatu hal besar bahwa kami tidak menjadi pembunuh dari mereka yang menganiaya kami! Suatu jiwa menderita sangat banyak, dan bahkan meski jiwa tidak membenci, jiwa akan mendapati bahwa adalah sulit untuk mengasihi, seperti anak-anak kurus kering yang tumbuh dengan susah payah…"

"Tidak, sobat. Aku, sebaliknya, berpikir bahwa justru sebab kamu sudah menderita begitu banyak tanpa menjadi pembunuh dan pendendam, jiwamu mengasihi dengan lebih kuat dari jiwa kami. Kamu mengasihi bahkan tanpa menyadarinya," kata Petrus guna menghibur mereka.

Dan ia tersadar bahwa dusta sudah berbicara dan dia berhenti untuk berkata: "Oh! Guru!... Tapi… Engkau mengatakan padaku bahwa aku harus berbicara… dan untuk menemukan subyeknya bahkan dalam anak-anak domba yang aku panggang. Dan aku terus mengamatinya guna menemukan beberapa perkataan baik untuk saudara-saudara kita di sini, dan untuk situasi mereka. Tetapi, sebab aku ini bodoh, aku tidak menemukan suatu pun yang sesuai, dan aku tidak tahu bagaimana, aku mendapati bahwa aku berkelana jauh dalam pikiran-pikiran, yang aku tidak tahu apakah itu aneh, dalam hal mana pikiran-pikiran itu pastilah pikiranku, atau kudus, dan jika demikian, pastilah berasal dari Surga. Aku akan mengungkapkannya, tepat seperti pikiran-pikiran itu datang kepadaku, dan Engkau, Guru, akan menjelaskannya padaku atau mencelaku, dan kamu, sobat-sobatku, akan menanggungnya bersamaku. Tadi aku melihat pertama-tama pada api, dan aku pikir: 'Sekarang: terbuat dari apakah api? Dari kayu. Tetapi kayu tidak terbakar dengan sendirinya. Dan apabila kayunya mati, kebusukan dan ulat-ulat kayu melumatkannya, tapi dia tidak akan terbakar dengan sendirinya. Dan meski demikian, jika seorang mempersiapkannya dengan suatu cara yang benar dan memegang pemantik api dan memantik dekatnya untuk menghasilkan percikan api dan membantunya menyala dengan meniup pada dahan-dahan yang ramping guna membesarkan nyala api, sebab orang selalu mulai dari hal-hal yang terkecil, maka nyala api pun berkobar dan menjadi indah dan berguna dan membakar semuanya, juga potongan-potongan kayu yang tebal.' Dan aku katakan pada diriku sendiri: 'Kita ini seperti kayu. Kita tidak menyala dari diri kita sendiri. Tetapi kita harus waspada untuk tidak terlalu diresapi oleh kelembaban tinggi daging dan darah, guna membiarkan kayu pemantik api dinyalakan oleh percikan api. Dan kita harus rindu terbakar sebab jika kita tinggal tidak aktif kita dapat dihancurkan oleh cuaca buruk dan oleh ulat-ulat kayu, yakni, oleh manusia dan oleh iblis. Sebaliknya, jika kita menyerahkan diri kita pada api kasih, dia akan mulai membakar dahan-dahan yang lebih ramping dan akan menghancurkannya, dan aku menganggap dahan-dahan kecil itu sebagai ketidaksempurnaan, maka dia akan berkembang dan membakar potongan-potongan kayu yang lebih besar, yakni hawa nafsu yang lebih kuat. Dan kita, yang seperti kayu, sesuatu yang meteriil, keras, tidak menarik, bahkan buruk, akan menjadi sesuatu yang indah, tak berwujud, lincah, cemerlang seperti nyala api. Dan itu sebab kita sudah menyerahkan diri kita pada kasih, yang adalah pemantik yang mengubah kita orang-orang berdosa menjadi para malaikat dan warga mendatang dari Kerajaan Surga.' Dan itu salah satu pemikiran."

Yesus mengangkat kepala-Nya sedikit dan mendengarkan dengan kedua mata-Nya tertutup dan seulas senyum samar di bibir-Nya. Yang lain-lainnya melihat, mereka masih terkejut namun tidak lagi ketakutan.

Petrus melanjutkan berbicara dengan tenang. "Suatu pikiran lain datang ke benakku sementara aku melihat pada anak-anak domba yang sedang dipanggang. Jangan katakan bahwa pikiranku kekanak-kanakan. Guru mengatakan padaku untuk mencari pada apa yang aku lihat… Dan aku taat. Jadi aku melihat anak-anak domba dan aku katakan: 'Itu dia. Mereka adalah hewan penurut yang tak berdosa. Kitab Suci kita penuh dengan kiasan anak domba, baik untuk mengingatkan akan Ia Yang adalah Mesias yang dijanjikan dan Juruselamat sebagaimana dilambangkan dalam anak domba Musa, dan untuk mengingatkan kita bahwa Allah akan berbelas-kasihan kepada kita. Para nabi yang mengatakannya. Ia datang untuk mengumpulkan kawanan-Nya, untuk merawat domba yang terluka dan menggendong yang kakinya patah. Betapa berlimpah kebaikan!' Aku katakan pada diriku sendiri: 'Kita janganlah takut kepada Allah Yang menjanjikan pada kita, orang-orang yang malang, begitu banyak kerahiman! Tetapi,' masih aku katakan pada diriku sendiri, 'kita harus menjadi penurut, setidaknya penurut, sebab kita tidak lagi tanpa dosa. Kita harus penurut dan rindu untuk dilahap oleh kasih. Sebab apalah juga jadinya anak domba kecil yang terindah dan termurni, sesudah dia disembelih, jika tidak dimasak di atas api? Bangkai yang busuk. Api, sebaliknya, mengubahnya menjadi makanan terberkati yang menyehatkan.' Dan aku menyimpulkan: 'Singkat kata, segala hal baik dicapai melalui kasih. Kasih melegakan kita dari beban kemanusiaan, kasih membuat kita cemerlang dan berguna, kasih memampukan kita menjadi baik kepada sesama kita dan penuh syukur kepada Allah. Kasih meninggikan kualitas-kualitas alamiah kita yang baik, menaikkannya ke suatu tingkatan yang menyandang nama keutamaan-keutamaan adikodrati. Dan dia yang dipenuhi keutamaan-keutaaman adalah kudus, dan yang kudus memiliki Surga. Jadi, bukan ilmu pengetahuan atau ketakutan yang membuka jalan menuju kesempurnaan bagi kita, melainkan kasih. Kasih melepaskan kita dari kejahatan, jauh lebih hebat dari ketakutan akan hukuman, sebab melalui kasih kita tidak ingin mendukakan Allah. Kasih menjadikan kita berbelas kasihan kepada saudara-saudara kita dan mengasihi mereka sebab mereka berasal dari Allah. Oleh karenanya kasih adalah keselamatan dan pengudusan manusia.' Itulah apa yang aku pikirkan sementara melihat pangganganku dan menaati Yesus-ku. Maafkan aku jika tidak lebih dari itu. Tetapi pikiran-pikiran itu mendatangkan kebaikan bagiku. Aku menyampaikannya kepadamu dengan harapan mendatangkan kebaikan juga bagimu."

Yesus membuka mata-Nya, yang bersinar penuh sukacita. Ia mengulurkan tangan-Nya dan menempatkannya ke atas bahu Petrus: "Dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa kau sudah menemukan perkataan yang harus kau temukan. Ketaatan dan kasih membuatmu menemukannya dan kerendahan hati serta kerinduan untuk memberikan penghiburan kepada saudara-saudaramu akan menjadikannya sebanyak bintang-bintang di langit gelap mereka. Kiranya Allah memberkatimu, Simon anak Yunus."

"Semoga Allah memberkati Engkau, Guru! Dan Kau tak hendak berbicara?"

"Mereka akan memulai pelayanan baru mereka besok. Aku akan memberkati awal mereka itu dengan Sabda-Ku. Pergilah sekarang dalam damai dan kiranya Allah besertamu."              
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama