258. YESUS DAN YAKOBUS SEPUPU-NYA DALAM PERJALANAN KEMBALI MEREKA DARI GUNUNG KARMEL.           


21 Agustus 1945

Yesus meninggalkan dataran tinggi yang luas di Gunung Karmel dan turun sepanjang jalan-jalan setapak yang berembun melintasi hutan-hutan yang menjadi terlebih hidup dengan suara-suara dan kicau burung kala cahaya matahari di awal pagi menyepuh sisi timur gunung. Ketika berkas-berkas matahari menyerakkan kabut, keindahan seluruh dataran Esdraelon terpapar dengan kebun-kebun buah-buahan dan kebun-kebun anggur yang semuanya menyatu sekeliling rumah-rumah. Tampak bagai sehelai karpet, yang nyaris seluruhnya hijau, dengan beberapa oasis kekuningan bergurat bidang-bidang merah, yang adalah ladang-ladang di mana jagung sudah dipotong dan bunga-bunga poppy sekarang bermekaran, sehelai karpet yang dikelilingi oleh bingkai segitiga dari Gunung Karmel, Gunung Tabor dan Gunung Hermon (Hermon Kecil) dan oleh lebih banyak gunung-gunung di kejauhan, yang namanya tidak aku ketahui, yang menyembunyikan Yordan dan yang terhubung ke arah tenggara dengan gunung-gunung Samaria. Yesus berhenti dan memandang termenung pada seluruh wilayah Palestina itu.

Yakobus menatap padanya dan berkata, "Apakah Engkau sedang memandangi keindahan wilayah ini?"

"Ya, juga itu. Tetapi lebih dari yang lain Aku sedang memikirkan ziarah-ziarah mendatang dan perlunya mengutus murid-murid tanpa berlambat untuk melakukan karya misionaris yang sesungguhnya, dan tidak sekedar karya terbatas seperti yang kita lakukan sekarang. Ada banyak wilayah di mana Aku belum dikenal dan Aku tidak ingin meninggalkan satu tempat pun tanpa pengenalan akan Aku. Itu adalah suatu kekhawatiran yang terus-menerus hadir dalam benak-Ku: untuk pergi dan melakukan semuanya, sementara Aku dapat…"    

"Selalu saja ada sesuatu yang terjadi yang menghambat-Mu."  

"Bukan menghambat-Ku melainkan menyebabkan perubahan-perubahan pada rencana perjalanan-Ku; sebab perjalanan-perjalanan yang kita lakukan tidak pernah sia-sia. Tetapi ada masih begitu banyak yang harus dilakukan… Juga sebab sesudah absen dari satu tempat, Aku mendapati bahwa banyak hati sudah kembali ke tempat dari mana mereka mulai, dan Aku harus memulainya dari awal kembali."

"Ya, kelembaman jiwa-jiwa, ketidakkonsistensian dan kecintaan mereka pada kejahatan sungguh menyedihkan dan menjijikkan."  

"Menyedihkan, ya, tapi jangan katakan menjijikkan. Karya Allah tidak pernah menjijikkan. Kita harus merasa kasihan, bukan jijik, kepada jiwa-jiwa yang malang. Kita harus selalu memiliki hati seorang bapa, seorang bapa yang baik. Seorang bapa yang baik tidak pernah jijik akan penyakit anak-anaknya. Kita jangan pernah memiliki rasa tidak suka kepada siapa pun."

"Yesus, bolehkan aku mengajukan beberapa pertanyaan kepada-Mu? Aku tidak tidur semalam. Tetapi aku merenung dalam-dalam sementara mengamati-Mu tidur. Engkau tampak begitu muda ketika Engkau terlelap. Saudara-ku! Engkau tersenyum, dengan kepala-Mu beristiahat pada lengan-Mu yang terlipat, seperti postur seorang kanak-kanak kecil. Aku dapat melihat-Mu dengan sangat jelas di bawah sinar rembulan yang terang semalam. Dan aku merenung. Dan banyak pertanyaan muncul dari hatiku…"  

"Katakanlah pada-Ku."

"Aku katakan: aku harus menanyakan pada Yesus bagaimana kami akan dapat membentuk badan yang terorganisir itu, yang Engkau sebut Gereja, dan yang di mana akan ada hierarki-hierarki, jika aku memahaminya dengan benar, mengingat betapa tidak cakapnya kami. Maukah Engkau katakan kepada kami apa yang harus kami lakukan, atau haruskah kami melakukannya sendiri?"

"Ketika saatnya tiba, Aku akan mengatakan kepadamu siapakah kepalanya. Tidak lebih. Sementara Aku bersamamu, Aku akan memberitahukan kepadamu berbagai golongannya dengan perbedaan-perbedaannya di antara para rasul, para murid dan para murid perempuan. Sebab itu tidak dapat dihindarkan. Tetapi, sebagaimana Aku menghendaki para murid menghormati dan menaati para rasul, demikianlah para rasul harus mengasihi dan bersabar terhadap para murid."

"Dan apakah yang akan harus kami lakukan? Mewartakan Engkau sepanjang waktu dan tidak ada yang lain?"

"Itu esensial. Lalu, kamu akan harus memberikan absolusi dalam nama-Ku dan memberkati, memulihkan Rahmat, melayani Sakramen-sakramen yang akan Aku tetapkan…"

"Apakah itu?"

"Adalah sarana adikodrati dan rohani, yang diaplikasikan juga melalui sarana-sarana meteriil, yang dipergunakan untuk meyakinkan orang bahwa imam sungguh melakukan sesuatu. Kau tahu bahwa manusia tidak percaya terkecuali dia melihat. Dia selalu butuh sesuatu untuk memberitahunya bahwa ada sesuatu. Itulah sebabnya mengapa, apabila Aku mengerjakan mukjizat-mukjizat, Aku menumpangkan tangan-Ku, atau Aku membasahi dengan ludah, atau Aku memberikan sepotong dari roti yang dicelup. Aku dapat mengerjakan suatu mukjizat melalui sarana pikiran sederhana saja. Tetapi apakah kau pikir bahwa dengan demikian orang akan berkata: 'Allah telah mengerjakan mukjizat?' Mereka akan berkata: 'Orang sakit itu sembuh sebab sudah saatnya baginya untuk sembuh.' Dan mereka akan memberikan jasa itu kepada dokter, atau kepada obat-obatan atau kepada kekuatan jasmani si sakit. Hal yang sama berlaku bagi sakramen-sakramen: formalitas religius untuk menganugerahkan Rahmat, atau menganugerahkannya kembali, atau memperkuatnya dalam diri kaum percaya. Yohanes, contohnya, biasa membenamkan orang-orang berdosa ke dalam air guna melambangkan pembersihan dari dosa. Fakta yang sebenarnya adalah matiraga mengakui diri sebagai tidak tahir karena dosa-dosa yang dilakukan, adalah lebih berguna dari air yang membasuh hanya tubuh. Aku akan punya pembaptisan juga, baptisan-Ku, yang akan bukan hanya sekedar simbol, melainkan akan sungguh membasuh jiwa dari dosa asal dan mengembalikan jiwa ke keadaan rohani seperti yang dimiliki Adam dan Hawa sebelum mereka jatuh dalam dosa, suatu keadaan, yang sekarang disempurnakan, sebab akan dianugerahkan melalui jasa-jasa Sang Manusia-Allah."

"Tetapi… air tidak turun ke atas jiwa! Jiwa itu rohani. Siapakah yang dapat menyentuhnya dalam diri seorang bayi yang baru dilahirkan, seorang dewasa atau seorang lanjut usia? Tidak ada."

"Lihat, kau mengakui bahwa air adalah sarana materiil, yang tidak memberikan efek pada suatu yang rohani? Jadi, akan bukan air, melainkan perkataan imam, seorang anggota Gereja Kristus, yang dikonsekrasikan dalam pelayanannya, atau perkataan seorang percaya sejati lainnya, yang dapat menggantikannya dalam kasus-kasus luar biasa, yang akan mengerjakan mukjizat penebusan orang yang dibaptis itu dari dosa asal."

"Baik. Tetapi manusia berbuat dosa dari dirinya sendiri… Siapakah yang akan menghapuskan dosa-dosa lainnya itu?"

"Akan selalu imam, Yakobus. Jika seorang dewasa yang dibaptis, juga dosa-dosa lainnya akan dihapuskan bersama dengan dosa asal. Jika seorang sudah dibaptis dan dia berbuat dosa, imam akan memberinya absolusi dalam nama Allah Yang Esa dan Tritunggal dan melalui jasa-jasa Inkarnasi Sabda, seperti yang Aku lakukan kepada orang-orang berdosa."

"Tetapi Engkau kudus! Kami…"

"Kamu harus kudus sebab kamu menyentuh benda-benda suci dan kamu memberikan apa yang menjadi milik Allah."

"Jadi, haruskah kami membaptis orang yang sama beberapa kali, seperti yang dilakukan Yohanes; sesungguhnya dia membenamkan orang ke dalam air sesering orang itu datang kepadanya?"

"Baptisan Yohanes memurnikan hanya melalui kerendahan hati orang yang dibenamkan ke dalam air. Sudah Aku katakan padamu. Kamu jangan membaptis kembali mereka yang sudah dibaptis, terkecuali orang yang dibaptis dengan rumusan skismatik dan tidak dengan rumusan apostolik, dalam kasus macam itu suatu baptisan kedua harus diberikan, dengan tunduk tepat pada permintaan orang yang hendak dikristenkan itu, jika dia seorang dewasa, dan tunduk pada pernyataan yang jelas bahwa orang yang bersangkutan ingin menjadi anggota dari Gereja yang benar. Dalam semua kasus lainnya, demi memberikan kepada jiwa persahabatan dan damainya dengan Allah, kamu akan menggunakan kata-kata pengampunan yang dipersatukan dengan jasa-jasa Kristus, dan kepada jiwa yang sudah datang kepadamu dengan tobat sejati dan pengakuan yang rendah hati, akan diberikan absolusi."

"Dan jika seorang tidak dapat datang sebab dia sakit parah hingga dia tidak dapat bergerak? Apakah dia akan mati dalam dosa? Akankah ketakutan akan pengadilan Allah ditambahkan pada penderitaan sakrat mautnya?"

"Tidak. Imam akan datang kepada orang yang di ambang ajal itu dan memberikan absolusi. Sesungguhnya, imam akan memberikan kepada orang itu suatu bentuk absolusi yang lebih berlimpah, bukan yang komprehensif, melainkan suatu absolusi untuk setiap dan masing-masing organ-inderanya, dengan sarana mana orang biasanya berdosa. Di Israel kita punya Minyak Suci, yang dicampur seturut ketentuan yang diberikan oleh Yang Mahatinggi, dengan mana altar, Imam Besar, para imam dan raja-raja ditahbiskan. Manusia adalah sungguh suatu altar. Dan dia menjadi raja melalui pemilihannya untuk suatu takhta di Surga; dia, oleh karenanya, dapat dikonsekrasikan dengan Minyak Urapan. Minyak Suci itu akan dibawa bersama ritus-ritus ibadat Israel lainnya dan dimasukkan ke dalam Gereja-Ku, tetapi dengan penggunaan yang berbeda. Sebab tidak semuanya di Israel adalah jahat dan harus ditolak. Tidak, banyak kenangan dari perbendaharaan lama akan ada dalam Gereja-Ku. Dan salah satunya adalah Minyak Urapan, yang akan dipergunakan juga dalam Gereja untuk menahbiskan altar, Imam Besar, segenap hierarki gereja, para raja dan kaum percaya, ketika mereka menjadi para pangeran dan para ahli waris dari Kerajaan, atau ketika mereka membutuhkan pertolongan terbesar untuk tampil di hadapan Allah dengan tubuh dan indera mereka telah dibasuh dari segala dosa. Rahmat Allah akan menolong baik jiwa maupun tubuh, jika Allah menghendaki demikian untuk kebaikan si sakit. Suatu tubuh tidak selalu bereaksi melawan penyakit-penyakit juga sebab damainya dikacaukan oleh sesal dan sebab karya Setan, yang melalui kematian si sakit berharap mendapatkan suatu jiwa bagi kerajaannya dan menyebabkan keputusasaan kepada mereka yang ditinggalkan. Si sakit akan lolos dari genggaman setani dan emosi batin menuju suatu keadaan damai, melalui kepastian akan pengampunan Allah, yang juga menyebabkan perginya Setan. Dan sebab karunia Rahmat dipersatukan dalam leluhur pertama kita dengan karunia imunitas dari penyakit dan dari segala bentuk penderitaan, maka si sakit, yang sudah dipulihkan Rahmatnya secemerlang Rahmat seorang bayi baru lahir yang dikristenkan dengan baptisan-Ku, dapat mengatasi penyakitnya. Si sakit ditolong juga oleh doa-doa sesama saudaranya, yang wajib untuk tidak hanya berbelas-kasihan secara jasmani melainkan lebih dari segalanya secara rohani kepada si sakit, guna memperolehkan baik keselamatan jasmani maupun rohani bagi saudara mereka. Doa, sesungguhnya, adalah suatu bentuk mukjizat, Yakobus. Doa seorang benar, seperti yang kau lihat dalam diri Elia, dapat sangat ampuh."   
"Aku mengerti hanya sedikit dari apa yang Engkau katakan, tetapi apa yang sungguh aku mengerti itu memenuhiku dengan rasa hormat mendalam kepada karakter imami dari para imam-Mu. Jika aku sudah memahami-Mu dengan benar, kami akan punya banyak point kesamaan dengan-Mu: khotbah, absolusi, mukjizat. Oleh karenanya, tiga sakramen."

"Bukan, Yakobus. Khotbah dan mukjizat bukan sakramen. Sakramen akan lebih banyak dari itu: tujuh, seperti kandelar suci Bait Allah dan karunia Roh Kasih. Dan sesungguhnya, Sakreman adalah karunia dan nyala api dan dianugerahkan kepada manusia supaya dia dapat menyala selamanya di hadapan Allah. Akan ada Sakramen juga untuk perkawinan manusia. Dan ini sudah disimbolisasikan dalam perkawinan suci Sara, putri Raguel, sesudah dia dibebaskan dari setan. Sakramen akan memberikan kepada pasangan yang menikah segala pertolongan yang dibutuhkan untuk hidup bersama seturut hukum dan keinginan Allah. Suami dan istri juga menjadi para pelayan dari suatu ritus: ritus prokreasi. Suami dan istri menjadi juga imam-imam dari sebuah gereja kecil: keluarga mereka. Oleh karenanya mereka harus dikonsekrasikan untuk menghasilkan keturunan dengan berkat Allah dan membesarkan keturunan yang akan memberkati Nama Mahasuci Allah."

"Dan oleh siapakah para imam akan ditahbiskan?"

 "Oleh-Ku, sebelum Aku meninggalkanmu. Kamu, sesudahnya, akan menahbiskan para penerusmu dan mereka yang akan kamu tambahkan ke dalam bilanganmu sendiri untuk menyebarluaskan iman Kristen."

"Engkau akan mengajari kami, ya kan?"

"Aku dan Ia Yang akan Aku utus kepadamu. Juga kedatangan-Nya akan menjadi suatu Sakramen. Itu akan dianugerahkan secara cuma-cuma oleh Allah Yang Mahakudus pada Epifani pertama-Nya, dan lalu akan diberikan oleh mereka yang sudah menerima kepenuhan Imamat. Ia akan menjadi kekuatan dan intelegensi, penguatan dalam Iman, akan menjadi belas-kasihan dan ketakutan yang kudus, akan menjadi pertolongan dalam nasehat dan kebijaksanaan adikodrati, dan akan menjadi kepemilikan keadilan yang oleh kodrat dan kuasanya akan mengubah kanak-kanak yang menerimanya, menjadi seorang dewasa. Tapi kau untuk sementara waktu tidak dapat mengerti itu. Tapi Ia akan membuatmu mengerti: Parakletos Ilahi, Kasih Abadi, ketika saatnya tiba bagimu untuk menerima-Nya. Dan begitu pula, kau untuk sementara waktu tidak dapat mengerti Sakramen lainnya. Sakramen itu begitu mahamulia hingga nyaris tak terpahami oleh para malaikat. Dan kendati demikian kamu, manusia sederhana, akan memahaminya melalui keutamaan iman dan kasih. Dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa mereka yang akan mengasihi-Nya dan memberi makan jiwa mereka dengan-Nya, akan dapat menginjak-injak setan dengan tanpa takut. Sebab, Aku pada waktu itu akan bersama mereka. Berusahalah untuk mengingat hal-hal ini, saudara-Ku. Kau akan harus mengulanginya banyak kali kepada rekan-rekanmu dan kepada orang-orang percaya. Kamu semua akan sudah mengetahuinya melalui pelayanan ilahimu, tetapi kamu akan bisa berkata: 'Ia memberitahuku suatu hari, sementara turun dari Gunung Karmel. Ia memberitahuku semuanya sebab sejak saat itu aku ditakdirkan untuk menjadi kepala dari Gereja di Israel.'"

"Ini suatu pertanyaan lain yang hendak aku ajukan pada-Mu. Aku memikirkannya semalam. Haruskah aku katakan kepada rekan-rekanku: 'Aku akan menjadi kepala di sini?' Aku tidak suka itu. Tetapi aku akan melakukannya jika Engkau memintaku. Tapi aku tidak suka itu."

"Janganlah takut. Roh Parakletos akan turun atasmu semua dan akan menanamkan pemikiran-pemikiran kudus dalam dirimu. Kamu semua akan memiliki pemikiran-pemikiran yang sama demi kemuliaan Allah dalam Gereja-Nya."

"Dan akankah tidak ada lagi itu… pembicaraan-pembiraan yang begitu tidak menyenangkan seperti yang ada pada kami sekarang? Bahkan Yudas anak Simon tidak lagi akan menjadi penyebab ketidaksepakatan?"

"Dia tidak akan lagi demikian, janganlah khawatir. Akan tetapi akan masih ada perbedaan-perbedaan pendapat. Itulah sebabnya mengapa Aku katakan kepadamu: berhati-hatilah dan berjagalah, tanpa kena lelah, sementara melakukan kewajibanmu hingga akhir."

"Suatu pertanyaan lain, Tuhan-ku. Bagaimanakah aku harus bersikap selama penganiayaan? Dari apa yang Engkau katakan, seolah-olah aku satu-satunya dari Keduabelas yang tinggal. Jadi, yang lain-lainnya akan pergi demi menghindari penganiayaan. Dan bagaimanakah denganku?"

"Kau akan tinggal di tempatmu. Sebab jika adalah perlu bahwa kamu tidak semuanya dilenyapkan hingga Gereja terkonsolidasi dengan baik, yang membenarkan tersebarnya banyak murid dan nyaris semua rasul, tidak ada yang akan membenarkanmu meninggalkan dan melalaikan Gereja di Yerusalem. Tidak, semakin besar bahayanya, semakin kau akan harus mengawasinya, seolah dia adalah anakmu terkasih yang di ambang ajal. Teladanmu akan menguatkan jiwa-jiwa kaum percaya. Dan mereka akan membutuhkannya guna melewati ujian. Semakin lemah kau lihat mereka, semakin kau akan harus menopang mereka dengan belas-kasihan dan kebijaksanaan. Jika kau kuat, janganlah tidak berbelas-kasihan kepada orang-orang yang lemah. Topanglah mereka dengan berkata: 'Aku sudah menerima semuanya dari Allah untuk menjadi begitu kuat. Aku harus mengakuinya dengan rendah hati dan bertindak penuh cinta kasih atas nama mereka yang tidak diberkati dengan begitu banyak karunia oleh Allah,' dan kau harus membagikan kekuatanmu melalui perkataanmu, pertolonganmu, ketenangan dan teladanmu."

"Dan jika di antara kaum percaya ada beberapa orang yang jahat, yang adalah penyebab dari bahaya dan skandal bagi yang lain-lainnya, apakah yang harus aku lakukan?"

"Bijaksanalah pada waktu kau menerima mereka, sebab adalah lebih baik sedikit dan baik, daripada banyak dan tidak baik. Kau tahu kisah alegoris kuno tentang apel yang baik dan yang jelek. Pastikan itu tidak terjadi juga dalam gerejamu. Tetapi, jika kau mendapati orang-orang yang mengkhianatimu juga, berusahalah dengan segala daya upaya untuk membuat mereka bertobat, dengan menggunakan ukuran yang keras sebagai langkah terakhir. Tetapi jika itu masalah kesalahan pribadi yang kecil, janganlah terlalu keras sehingga mencemaskan orang-orang. Ampunilah, selalu… Hati jauh lebih mudah ditebus oleh pengampunan yang dipersatukan dengan airmata dan perkataan kasih daripada oleh kutukan. Jika kesalahannya serius, tetapi adalah hasil dari suatu serangan mendadak oleh Setan, dan begitu serius hingga si pelaku kejahatan merasa perlu untuk melarikan diri dari hadapanmu, pergi dan carilah si bersalah itu. Sebab dia adalah anak domba yang tersesat, dan kau adalah si gembala. Janganlah takut merendahkan dirimu dengan pergi sepanjang jalan-jalan setapak yang berlumpur, mencari di kolam-kolam dan ngarai-ngarai. Maka kepalamu akan kelak dimahkotai dengan mahkota martir kasih, dan itu akan menjadi yang pertama dari ketiga mahkota… Dan jika kau mengkhianati dirimu sendiri, seperti Pembaptis, dan seperti banyak lainnya, sebab setiap orang kudus punya pengkhianatnya sendiri, ampunilah. Ampunilah si pengkhianat lebih dari kau akan mengampuni siapa pun lainnya. Ampunilah sebagaimana Allah mengampuni manusia dan sebagaimana Ia akan mengampuni. Sebutlah dia 'Nak' lagi, dia yang mendukakanmu, sebab begitulah Bapa menyebutmu melalui bibir-Ku, dan, sungguh, tidak ada manusia yang tidak menyebabkan duka mendalam pada Bapa di Surga…"  

Ada suatu jeda hening yang panjang sementara mereka melintasi padang rumput dengan domba-domba yang merumput di sana sini.

Pada akhirnya Yesus bertanya: "Tak ada lagikah pertanyaan yang hendak kau ajukan pada-Ku?"

"Tidak, Yesus. Dan pagi ini aku memahami misi besarku dengan terlebih jelas…"

"Sebab kau tidak secemas kemarin. Ketika saatmu tiba, kau akan menjadi bahkan terlebih tenang dan kau akan memahami bahkan terlebih baik."

"Aku akan mengingat semua hal ini… semuanya… terkecuali…"

"Apa, Yakobus ?"

"Terkecuali apa yang tidak membiarkanku menatap-Mu semalam tanpa menangis. Apa yang sungguh aku tidak tahu adalah apakah Engkau mengatakannya padaku, dan apakah aku harus percaya jika itu sungguh dikatakan oleh-Mu; atau apakah itu adalah suatu ketakutan oleh iblis. Bagaimanakah Engkau dapat begitu tenang jika… jika itu sungguh akan terjadi pada-Mu?"

"Dan akankah kau menjadi tenang jika Aku katakan padamu: "Gembala itu menyeret dirinya dengan susah payah sebab kakinya terluka parah. Berupayalah untuk menyembuhkannya dalam nama Allah'?"

"Tidak, Tuhan-ku. Aku akan tidak waras berpikir bahwa aku tergoda untuk merebut tempat-Mu."

"Dan jika Aku memerintahkanmu?"

"Aku akan melakukannya demi ketaatan dan aku tidak akan lagi cemas sebab aku tahu bahwa Engkau menghendakinya, dan aku tidak akan takut mengenai tidak tahu bagaimana melakukannya. Sebab, jika Engkau mengutusku, Engkau pasti akan memberiku kekuatan untuk melakukan apa yang Engkau kehendaki…"

"Kau mengatakannya, dan kau benar. Dengan demikian kau dapat melihat bahwa Aku, dengan menaati Bapa, selalu dalam damai."  

Yakobus menundukkan kepalanya dan airmatanya berlinang.

"Apa kau sungguh ingin melupakannya?"

"Seturut kehendak-Mu, Tuhan-ku…"

"Kau punya dua pilihan: melupakan atau mengingat. Dengan melupakan, kau akan dilegakan dari dukacita dan dari pentingnya sama sekali diam kepada teman-temanmu, tapi kau akan ditinggalkan dalam keadaan tidak siap. Dengan mengingat, kau akan menjadi siap untuk misimu, sebab agar jangan pernah mengeluh dan dikuatkan secara rohani dengan melihat keseluruhan Kristus dalam terang paling cemerlang, satu hal saja yang perlu: mengingat apa yang diderita Putra manusia dalam masa hidup-Nya di dunia. Tentukan pilihanmu."   

"Percaya, ingat, mengasihi. Itulah apa yang aku inginkan. Dan untuk mati, sesegera mungkin, Tuhan…" Dan Yakobus terus mencucurkan airmata diam-diam. Jika bukan karena airmata yang berkilau pada janggutnya yang coklat, orang tidak akan tahu bahwa dia sedang menangis.

Yesus membiarkannya menangis… Kemudian Yakobus bertanya: "Dan jika kelak Engkau menyinggung lagi masalah…masalah kemartiran-Mu, haruskah aku katakan bahwa aku mengetahuinya?"

"Tidak. Diamlah. Yosef dapat diam saat dukacitanya sebagai mempelai laki-laki ketika dia pikir mempelainya tidak setia kepadanya dan akan misteri perkandungan-Nya yang perawan dan akan Kodrat-Ku. Teladanilah ia. Itu juga suatu rahasia yang sangat besar. Dan itu harus dirahasiakan, sebab andai itu terungkap, karena kesombongan atau kesembronoan, maka seluruh karya Penebusan akan terancam bahaya. Setan terus-menerus mengawasi dan bertindak. Ingatlah itu. Jika kau berbicara sekarang, kau akan merusakkan terlalu banyak orang dan terlalu banyak hal. Diamlah."

"Ya… dan itu akan menjadi suatu beban ganda…"

Yesus tidak menjawab. Ia membiarkan Yakobus menangis dengan bebas, di bawah tudung linennya.

Mereka berpapasan dengan seorang laki-laki yang menggendong seorang anak laki-laki yang menyedihkan yang diikatkan pada punggungnya.

"Apa dia anakmu?" tanya Yesus.

"Ya. Dia terlahir demikian, dan penyebab kematian ibunya. Sekarang, juga ibuku sudah meninggal, dan apabila aku pergi bekerja, aku membawanya bersamaku untuk mengawasinya. Aku seorang penebang kayu. Aku membaringkannya di atas rerumputan, di atas mantolku, dan sementara aku menebang pohon, dia bermain dengan bunga-bunga, makhluk malang itu!"

"Suatu kemalangan besar."

"Ya. Tetapi kita harus menerima dengan damai apa yang Allah kehendaki."

"Selamat tinggal, sobat. Damai sertamu."

"Selamat tinggal. Damai serta-Mu."

Laki-laki itu mendaki gunung, sementara Yesus dan Yakobus lanjut menuruni gunung.

"Betapa banyak kemalangan! Aku tadinya berharap Engkau akan menyembuhkannya," kata Yakobus mendesah.

Yesus kelihatan seolah tak mendengar.

"Guru, andai orang itu tahu bahwa Engkau adalah Mesias, mungkin dia akan sudah meminta-Mu untuk mengerjakan mukjizat…"

Yesus tidak menjawab.

"Yesus, maukah Engkau mengijinkanku kembali dan memberitahunya? Aku merasa kasihan kepada anak itu. Hatiku sudah begitu berduka. Berilah aku setidaknya sukacita melihat sobat kecil itu disembuhkan."

"Kau boleh pergi. Aku akan menantikanmu di sini."

Yakobus berlari balik. Ia bertemu dengan laki-laki itu dan memanggilnya. "Sobat, berhenti, dengarkanlah! Orang Yang tadi bersamaku adalah Mesias. Berikan anakmu padaku supaya aku dapat membawanya kepada-Nya. Kau dapat ikut juga, jika kau mau, untuk melihat apakah Guru akan menyembuhkannya."

"Pergilah, sobat. Aku harus memotong semua kayu ini. Aku sudah terlambat karena anak ini. Dan jika aku tidak bekerja, aku tidak mendapat makanan. Aku ini miskin, dan anak ini biayanya sangat besar untukku. Aku sungguh percaya pada Mesias, tapi adalah lebih baik jika kau yang berbicara kepada-Nya atas namaku."

Yakobus membungkuk untuk mengangkat si anak yang terbaring di rerumputan.

"Berhati-hatilah," si penebang itu mengingatkan. "Sekujur tubuhnya sakit semuanya."

Sesungguhnya, begitu Yakobus berusaha mengangkatnya, si anak menangis dan mengerang.

"Oh! Betapa menyakitkan!" seru Yakobus mendesah.

"Sakit yang mengerikan," kata si penebang kayu yang bekerja dengan sebilah gergaji di atas badan pohon yang keras, dan dia menambahkan: "Tak dapatkah kau menyembuhkannya?"

"Aku bukan Mesias. Aku hanya seorang murid…"

"Jadi?" Dokter belajar dari dokter lainnya. Murid belajar dari Guru mereka. Ayo, berbaik hatilah. Jangan membuatnya menderita. Cobalah. Jika Guru mau datang, Ia akan sudah datang. Ia mengutusmu entah sebab Ia tidak mau menyembuhkannya atau sebab Ia ingin kau yang menyembuhkannya."

Yakobus bimbang. Ia lalu mengambil keputusan. Ia bangkit berdiri dan ia berdoa sebagaimana ia lihat Yesus berdoa. Akhirnya ia memberi perintah: "Dalam nama Yesus Kristus, Mesias Israel dan Putra Allah, sembuh" dan segera sesudah itu ia berlutut dengan berkata: "Oh! Tuhan-ku, ampunilah aku! Aku bertindak tanpa ijin-Mu! Tetapi aku melakukannya demi belas-kasihan terhadap anak Israel ini. Kasihanilah, Allah-ku! Kasihanilah dia dan kasihanilah aku, seorang berdosa!" dan dia mencurahkan airmata kepahitan sementara ia membungkuk di atas anak laki-laki yang terlentang di rerumputan. Airmatanya jatuh ke atas kaki-kaki lemah yang cacat.

Yesus sekonyong-konyong muncul di jalan setapak. Namun tak seorang pun melihat-Nya, sebab si penebang kayu sedang bekerja, Yakobus menangis dan si anak menatap padanya penuh heran, dan lalu membelainya; si anak bertanya: "Mengapa kau menangis?" dan dia mengulurkan tangan mungilnya untuk membelainya kembali, dan tanpa disadarinya, dia duduk tanpa dibantu, dia berdiri dan memeluk Yakobus guna menghiburnya. Adalah tangis Yakobus yang membuat si penebang kayu berpaling dan dia lalu melihat anaknya berdiri tegak di atas kedua kakinya, yang tak lagi lemas ataupun cacat. Dan berpaling sekeliling, dia melihat Yesus.

"Itu Dia!" teriaknya seraya menunjuk pada punggung Yakobus yang berpaling dan melihat Yesus yang tengah menatap padanya dengan berseri penuh sukacita.

"Guru! Aku tidak tahu bagaimana terjadinya… kasihan… orang itu… anak ini… Ampunilah aku!"

"Berdirilah. Murid tidak lebih dari Guru-nya, tetapi mereka dapat melakukan apa yang dilakukan Guru-nya, apabila mereka melakukannya untuk suatu alasan yang kudus. Berdirilah dan ikutlah bersama-Ku. Kiranya kamu berdua diberkati dan ingat bahwa juga para abdi Allah mengerjakan perbuatan-perbuatan Putra Allah," dan Ia pun pergi, dengan menyeret Yakobus yang terus-menerus berkata: "Bagaimana aku dapat melakukan itu? Aku masih belum mengerti. Bagaimana aku dapat melakukan mukjizat dalam nama-Mu?"

"Dengan berbelas-kasihan, Yakobus. Melalui kerinduanmu untuk membuat-Ku dikasihi oleh anak tak berdosa itu dan oleh orang itu yang percaya dan sekaligus ragu. Yohanes melakukan mukjizat dekat Yabneel karena kasih, dengan menyembuhkan seorang yang di ambang ajal yang diurapinya sementara berdoa. Kau menyembuhkan di sini melalui sarana airmatamu dan belas-kasihanmu. Dan dengan imanmu dalam Nama-Ku. Lihat bagaimana damainya melayani Tuhan ketika seorang murid punya tujuan yang baik? Sekarang, ayo kita berjalan cepat, sebab orang itu mengikuti kita. Tidak tepat jika rekan-rekanmu mengetahui ini untuk sementara waktu. Aku akan segera mengutusmu dalam nama-Ku… (suatu helaan napas yang dalam dari Yesus), sebab Yudas anak Simon antusias untuk berkarya (suatu helaan berat lainnya). Dan kau berkarya… Tapi itu tidak akan baik untuk semua orang. Cepat, Yakobus! Saudaramu, Simon Petrus dan yang lain-lainnya akan menderita jika mereka tahu mengenai ini, seolah pilih kasih. Tapi, tidak demikian. Ini adalah untuk mempersiapkan seorang dari antaramu duabelas yang bisa cakap membimbing yang lain-lainnya. Marilah kita pergi ke palung sungai yang berkerikil itu yang diselimuti dedaunan. Semua jejak kita akan hilang… Apakah kau meresa iba terhadap anak itu? Oh! kita akan bertemu lagi dengannya…"    
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama