256. YESUS MENDAKI GUNUNG KARMEL BERSAMA YAKOBUS SEPUPU-NYA.           


19 Agustus 1945

"Injililah dataran Esdraelon hingga Aku kembali," Yesus memberikan perintah kepada para rasul-Nya pada suatu pagi yang cerah, sementara mereka menyantap sedikit makanan, roti dan buah-buahan, di tepian Kison. Para rasul tidak tampak sangat antusias, tetapi Yesus menghibur mereka, dengan mengatakan kepada mereka bagaimana harus berperilaku, dan Ia mengakhiri: "Bagaimanapun ada BundaKu bersamamu. Ia akan memberimu nasehat yang baik. Pergilah kepada para petani Yohanan, dan pada hari Sabat upayakanlah untuk berbicara kepada para petani Doras. Berilah mereka bantuan dan hiburlah kerabat tua dari Marjiam, dengan memberinya kabar mengenai si bocah dan katakan padanya bahwa kita akan membawa cucunya itu kepadanya untuk merayakan hari raya Pondok Daun. Berilah berlimpah kepada orang-orang miskin itu, semua yang kamu miliki. Sampaikan kepada mereka, semua yang kamu ketahui; berikan kepada mereka, semua kasih yang bisa kamu berikan, semua uang yang ada pada kita. Jangan takut. Sebagaimana semuanya itu pergi, demikianlah semuanya itu akan datang. Kita tidak akan pernah mati kelaparan, bahkan meski kita harus hidup dari roti dan buah-buahan saja. Dan apabila kamu melihat orang-orang yang membutuhkan pakaian, berikan kepada mereka, termasuk juga milik-Ku. Bukan, milik-Ku lebih dahulu. Kita tidak akan pernah telanjang. Dan lebih dari itu semua, apabila kamu kebetulan bertemu dengan orang-orang malang yang terpuruk yang mencari Aku, jangan memandang hina mereka. Kamu tidak punya hak berbuat demikian. Selamat tinggal, Bunda. Kiranya Allah memberkatimu semua melalui bibir-Ku. Pergilah tanpa takut. Kemarilah, Yakobus."

"Tidakkah Engkau membawa tas-Mu?" tanya Tomas melihat bahwa Tuhan pergi tanpa memungutnya.

"Aku tidak membutuhkannya. Dengan begini, Aku akan berjalan lebih bebas."

Yakobus juga meninggalkan tas kainnya, kendati ibunya sudah mencurahkan perhatian untuk mengisinya dengan roti, keju dan buah-buahan.

Mereka berangkat dengan menyusuri tepian Kison beberapa waktu lamanya, lalu mereka mulai mendaki lereng-lereng pertama yang menghantar ke atas ke Gunung Karmel dan tak lagi dapat terlihat oleh mereka yang tinggal.

"Bunda, kami sekarang ada dalam tangan-Mu. Bimbinglah kami sebab… kami tak mampu melakukan apapun," Petrus mengakui dengan rendah hati.

Maria tersenyum membesarkan hati mereka dan berkata: "Sangat sederhana. Yang kamu perlu lakukan hanyalah menaati perintah-Nya dan kamu akan melakukan semuanya dengan sangat baik. Marilah kita pergi."

Yesus mendaki bersama sepupu-Nya dan tidak berbicara. Begitu pula Yakobus. Yesus tenggelam dalam pikiran-Nya; Yakobus, yang merasa bahwa dia di ambang suatu pewahyuan, dipenuhi kasih hormat, gemetar rohani dan sekali waktu menatap pada Yesus, Yang wajah khidmad-Nya sesekali cemerlang oleh seulas senyum. Yakobus menatap pada-Nya seolah dia menatap Allah yang belum berinkarnasi dan bercahaya dalam kemuliaan-Nya yang tak terbatas. Wajah si rasul, yang mirip dengan wajah Santo Yosef, sebentuk roman muka yang kecoklatan, akan tetapi dengan beberapa rona merah pada puncak kedua pipinya, menjadi pucat oleh emosi. Namun ia menghormati keheningan Yesus.

Mereka mendaki jalan-jalan pintas yang curam, tanpa mempedulikan para gembala yang sedang menggembalakan kawanan mereka di padang-padang rumput hijau di bawah pepohonan holm-oak (Quercus ilex), oak, ash, dan pepohonan hutan lainnya; dan sementara mendaki, mereka menyapu dengan mantol mereka semak-semak juniper (Juniperus) yang berwarna kuning-hijau pucat, atau semak-semak cytisus yang keemasan, atau rerumputan hijau emerald bertabur mutiara-mutiara murad (Myrtaceae), atau tirai-tirai gemetar dari honeysuckle (Caprifoliaceae) dan clematis yang berbunga.

Mereka mendaki dengan meninggalkan di belakang mereka para pekerja hutan dan para gembala hingga mereka tiba, sesudah suatu pendakian yang meletihkan, di puncak gunung, atau tepatnya di sebuah plato kecil dekat puncak yang dimahkotai dengan pepohonan oak raksasa, dan dikelilingi oleh suatu susuran tangga alami hutan, yang dasarnya dibentuk dari puncak-puncak pepohonan lain di sisi gunung, sehingga padang rumput kecil itu kelihatan seolah terbentang di atas suatu penyangga yang mendesir, terasing dari bagian gunung lainnya, dan agak tersembunyi oleh cabang-cabang di bawahnya. Di baliknya ada sebuah puncak, dengan pepohonannya menjulang tinggi ke langit, dengan cakrawala di atas dan di depannya horizon luas yang memerah saat matahari tenggelam dan terhampar tanpa batas di atas lautan yang cemerlang. Suatu celah di bumi, yang tidak roboh hanya karena akar-akar dari pepohonan oak raksasa menyangganya dengan kokoh pada posisinya, yang terbuka pada tebing dan nyaris hanya cukup lebar untuk seorang laki-laki berperawakan normal. Jalanan selanjutnya menyempit dan diperpanjang oleh tumbuh-tumbuhan.

Yesus berkata: "Yakobus, saudara-Ku terkasih, kita akan berhenti di sini malam ini, dan meski tubuh kita begitu letih, Aku memintamu untuk melewatkan malam dalam doa. Malam ini dan sepanjang esok hari hingga waktu seperti ini. Sepanjang hari tidak akan terlalu lama untuk menerima apa yang hendak Aku berikan kepadamu."

"Yesus, Tuhan dan Guru-ku, aku akan selalu melakukan apa yang Kau kehendaki," jawab Yakobus, yang menjadi bahkan terlebih pucat kala Yesus mulai berbicara.

"Aku tahu. Marilah kita pergi sekarang dan memetik buah-buah blackberry dan bilberry untuk dimakan dan menyegarkan diri kita di mataair yang Aku dengar ada di bawah sini. Kau dapat meninggalkan mantolmu dalam gua. Tak ada orang yang akan mengambilnya."

Dan bersama sepupu-Nya Ia mengitari tebing dan memungut buah-buahan liar dari semak-semak, dan lalu, beberapa yard lebih ke bawah, di seberang sisi dari mana mereka muncul, mereka mengisi kirbat-kirbat mereka, satu-satunya barang yang mereka bawa bersama mereka, di sebuah mataair yang menggelegak, yang muncul dari tanah yang penuh akar-akar yang saling terjalin, dan mereka menyegarkan diri mereka sebab udara masih sangat panas kendati di ketinggian. Mereka lalu mendaki kembali ke plato, dan sementara matahari yang tenggelam di barat memerahkan puncak gunung, mereka menyantap apa yang telah mereka pungut dan meneguk sedikit air, dengan saling tersenyum satu sama lain bagai dua kanak-kanak atau dua malaikat yang bergembira. Mereka berbicara hanya beberapa patah kata saja: kenangan akan mereka yang ditinggalkan di bawah di dataran, suatu seruan kekaguman akan keindahan tak terkira dari hari, nama kedua ibu… Tidak ada yang lain.

Kemudian Yesus menarik sepupu-Nya ke arah Diri-Nya dan Yakobus mengambil posisi seperti kebiasaan Yohanes: kepalanya beristirahat pada bagian atas dada Yesus, satu lengan terjuntai bebas, tangan lainnya dalam genggaman tangan Sepupu-nya. Mereka tinggal demikian, sementara saat senja, burung-burung mencicit nyaring di semak-semak belukar, dentang lonceng-lonceng ternak sayup-sayup menghilang di kejauhan, dan suatu angin sepoi-sepoi yang lembut berdesir membelai di puncak-puncak pepohonan, sejuk dan segar kembali sesudah terik hari itu, menjanjikan datangnya embun pada malam hari.   

Mereka tinggal demikian untuk suatu jangka waktu yang lama, dan aku pikir hanya bibir mereka saja yang hening, sementara jiwa mereka, terlebih aktif dari sebelumnya, asyik dalam suatu percakapan rohani.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama