244. YESUS DI NAZARET.           


6 Agustus 1945

Tempat pertama yang disinggahi Yesus di Nazaret adalah rumah Alfeus. Ia hendak memasuki kebun sayur-mayur dan buah-buahan ketika Ia berjumpa dengan Maria Alfeus yang hendak pergi ke sumber mataair dengan membawa dua amphora tembaga.

"Damai sertamu, Maria!" kata Yesus, sembari memeluk sanak-Nya, yang, dengan emosional seperti biasanya, mencium-Nya seraya memekik penuh sukacita.

"Ini tentu akan menjadi hari damai penuh sukacita, Yesus-ku, sebab Engkau telah datang! Oh! Putra-putraku tersayang! Betapa bahagia ibumu ini melihatmu!" dan dia mencium kedua bocah besarnya yang ada di belakang Yesus.

"Kamu akan tinggal bersamaku hari ini, bukan begitu? Aku baru saja menyalakan oven untuk membuat roti. Dan aku tadinya hendak pergi ke sumber mataair, sebab aku tidak ingin menyela pemanggangan roti."

"Ibu, kami yang akan pergi," kata kedua putranya seraya memungut amphora.   

"Betapa baiknya mereka, bukan begitu, Yesus?"

"Ya, mereka sangat baik," Yesus mengiyakan.

"Juga kepada-Mu, betul tidak? Sebab jika mereka mengasihi Engkau kurang dari mereka mengasihi aku, maka kasihku akan berkurang kepada mereka."

"Jangan khawatir, Maria. Mereka tiada lain selain dari sukacita bagi-Ku."

"Apakah Engkau sendirian? Waktu itu Maria pergi dengan begitu tiba-tba… Jika tidak, tentunya aku akan ikut. Ia bersama seorang perempuan… Seorang murid?"

"Ya. Saudari Marta."

"Oh! Terpujilah Allah! Aku telah begitu banyak berdoa untuk itu. Di manakah dia?"

"Itu dia, datang bersama BundaKu, Marta dan Susana" Para perempuan sesungguhnya baru saja muncul di tikungan, dengan diikuti oleh para rasul. Maria Alfeus berlari menyongsong mereka dan berseru: "Betapa bahagianya aku mendapatkanmu sebagai saudariku! Seharusnya aku katakan 'putri' sebab kau masih muda dan aku sudah tua. Tetapi aku akan memanggilmu dengan nama yang begitu terkasih bagiku sebab aku memanggil Maria-ku dengan nama itu juga. Kemarilah, sayangku, kau pasti letih… Tapi kau pastinya bahagia," dan dia mencium Magdalena seraya menggenggam tangannya seolah dia ingin Magdalena merasakan secara lebih mendalam bahwa dia mengasihinya. Kecantikan segar Maria Magdalena tampak lebih mencolok ketika dia berdekatan dengan figur letih Maria Alfeus yang baik.      

"Kamu semua tinggal bersamaku hari ini. Aku tidak akan membiarkanmu pergi," dan dengan menghela napas dalam yang sekonyong-konyong dari jiwanya, suatu pengakuan terlontar dari mulutnya: "Aku selalu sangat kesepian! Apabila saudari iparku tidak di sini, hari-hariku menyedihkan dan sepi."

"Tidakkah putra-putramu di sini?" tanya Marta.

Maria Alfeus memerah wajahnya dan mendesah: "Dengan jiwa mereka, ya. Mereka masih di sini. Menjadi seorang murid berarti bersatu dan terpisah… Tetapi sebab Engkau datang, Maria, mereka akan datang juga," dan dia menghapus airmatanya. Dia menatap pada Yesus yang mengawasinya penuh iba dan dia berusaha tersenyum dan bertanya: "Dibutuhkan waktu yang lama, bukan begitu?"

"Ya, Maria. Tapi kau akan melihatnya terjadi."

"Aku tadinya berharap… Sesudah itu Simon… Tapi dia mendengar perkataan-perkataan dari yang lainnya… banyak hal dan dia menjadi bimbang kembali. Bagaimanapun kasihilah dia, Yesus!"

"Dapatkah kau meragukannya?"

Sementara berbicara Maria mempersiapkan makanan dan minuman bagi para peziarah itu, dengan memasang telinga tuli pada perkataan semua orang yang berusaha meyakinkannya bahwa mereka tidak membutuhkan apa-apa.

"Marilah kita meninggalkan para murid perempuan dalam damai," kata Yesus dan Ia mengakhiri perkataan-Nya: "Dan marilah kita berjalan-jalan melintasi desa."

"Apakah Engkau hendak pergi? Putra-putraku yang lain mungkin akan datang."

"Aku akan tinggal sepanjang hari besok. Jadi kita akan bersama. Sekarang Aku akan pergi mengunjungi sahabat-sahabat-Ku. Damai sertamu, para perempuan. Selamat tinggal, Bunda."

Nazaret sudah dalam suasana gempar karena kedatangan Yesus dan dengan disertai oleh Magdalena. Sebagian orang bergegas menuju rumah Maria Alfeus, sebagian menuju rumah Yesus, dan sebab rumah terakhir dalam keadaan tertutup mereka semua kembali kepada Yesus Yang tengah melintasi Nazaret menuju pusat desa. Kota itu selalu memusuhi sang Guru. Sebagian orang ironis, sebagian tidak percaya, sebagian secara terang-terangan bersikap jahat seperti jelas dari ucapan-ucapan pedas mereka. Mereka semua mengikuti Putra agung Nazaret karena rasa ingin tahu, tanpa kasih, dan mereka tidak memahami-Nya. Bahkan dalam pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan kepada-Nya tidak ada kasih, melainkan ketidakpercayaan dan ejekan. Tetapi Ia berpura-pura tidak memperhatikan dan menjawab dengan sabar serta lemah-lembut kepada mereka yang berbicara kepada-Nya.

"Engkau memberi kepada semua orang, tetapi Engkau kelihatan seperti seorang anak yang tidak punya ikatan terhadap tanah leluhur-Mu, sebab Engkau tidak memberinya apa-apa."

"Aku di sini untuk memberikan apa yang kamu minta."

"Tapi Engkau lebih suka tidak berada di sini. Apakah kami mungkin adalah orang-orang yang berdosa lebih besar dari yang lainnya?"

"Tidak ada orang yang berdosa, tak peduli betapa besar mungkin dosanya, yang tidak ingin Aku pertobatkan. Dan kamu tidak lebih buruk dari yang lainnya."

"Tetapi, Engkau tidak mengatakan bahwa kami lebih baik dari yang lainnya. Seorang anak yang baik selalu mengatakan bahwa ibunya lebih baik dari ibu lain manapun, bahkan meski tidaklah demikian. Apakah mungkin Nazaret adalah ibu tiri bagi-Mu?"

"Aku tidak mengatakan apapun. Ketika tidak mungkin mengatakan bahwa orang adalah baik, dan ketika orang tidak ingin berbohong, diam merupakan kaidah cinta kasih terhadap sesama dan diri sendiri. Tetapi kamu pastinya akan dipuji jika saja kamu datang pada doktrin-Ku."    

"Jadi Engkau ingin dikagumi?"

"Tidak, hanya ingin didengarkan dan dipercaya, demi kebaikan jiwa-jiwamu."

"Jadi, bicaralah! Kami akan mendengarkan-Mu."

"Katakan pada-Ku tentang apa kamu ingin Aku berbicara."

Seorang laki-laki paruh baya berkata: "Dengarkan. Aku ingin Engkau ikut bersamaku dan menjelaskan sesuatu kepadaku."

"Aku akan datang segera, Lewi."

Dan mereka pergi ke sinagoga sementara orang banyak berkerumun di belakang sang Guru dan si kepala sinagoga. Sinagoga segera penuh sesak.

Kepala sinagoga mengambil sebuah gulungan dan membaca: "Salomo membawa putri Firaun dari Benteng Daud ke rumah yang sudah dibangunnya untuk perempuan itu, sebab katanya: 'Istriku tidak boleh tinggal di istana Daud Raja Israel, sebab tempat itu sudah disucikan ketika tabut Tuhan memasukinya.' Sekarang aku ingin tahu pendapat-Mu mengenai hal itu, apakah menurut-Mu ukuran itu benar atau tidak, dan mengapa."

"Tak diragukan lagi benar, sebab hormat atas rumah Daud, yang telah disucikan ketika tabut Tuhan dibawa masuk ke dalamnya, menuntut hal itu."

"Tetapi sebab putri Firaun adalah istri Salomo, bukankah dia dengan demikian layak untuk tinggal dalam rumah Daud? Bukankah istri menjadi, seturut perkataan Adam, 'tulang dari tulang' suaminya dan 'daging dari dagingnya'? Jika demikian, bagaimana dapat dia mencemarkan apa yang tidak dicemarkan suaminya?"

"Dalam Kitab pertama Ezra ada tertulis: 'Kamu telah berbuat dosa dengan memperistri perempuan-perempuan asing; kamu telah menambah dosa orang Israel.' Dan salah satu dari penyebab penyelewengan Salomo kepada penyembahan berhala adalah perkawinannya dengan perempuan-perempuan asing. Allah telah berfirman: 'Perempuan-perempuan asing akan menghantar hatimu kepada penyelewengan hingga tahap membuatmu mengikuti allah-allah asing.' Kita tahu konsekuensinya."

"Tetapi dia tidak dihantar kepada penyelewengan sebab dia telah memperistri putri Firaun, sesungguhnya dia dengan bijaksana menilai bahwa perempuan itu tidak boleh tinggal dalam rumah suci."  

"Kebaikan Allah tidak dapat diukur menurut ukuran-ukuran kita. Manusia, sesudah satu kesalahan, tidak mau mengampuni, meski dia sendiri selalu bersalah. Allah bukannya tidak menaruh belas-kasihan sesudah kesalahan pertama, namun demikian Ia tidak membiarkan manusia berdegil dengan bebas hukuman dalam dosa yang sama. Ia, oleh karenanya, tidak menghukum manusia pertama kali dia jatuh; Ia lalu berbicara kepada hatinya. Tetapi Ia menghukum ketika kebaikan-Nya tidak menghantar pada pertobatan, melainkan disalahartikan sebagai kelemahan oleh manusia. Ia kemudian menimpakan penghukuman, sebab Allah bukan untuk diremehkan. Meski tulang dari tulangnya dan daging dari dagingnya, istri Firaun sudah menempatkan basil-basil pertama penyelewengan dalam hati sang Raja Bijak, dan kamu tahu bahwa suatu penyakit tidak muncul ketika hanya ada satu basil dalam darah, melainkan ketika darah rusak oleh banyak basil yang sudah melipatgandakan diri dari basil pertama. Jatuhnya manusia ke dalam dosa selalu dimulai dengan apa yang tampaknya kelalaian yang tidak membahayakan. Lalu persetujuan diam-diam dengan kejahatan meningkat. Lalu orang menjadi terbiasa pada kompromi-kompromi batin dan melalaikan kewajiban-kewajibanya dan ketaataannya kepada Allah dan dengan demikian sedikit demi sedikit manusia jatuh ke dalam dosa-dosa berat, bahkan pada penyembahan berhala dalam kasus Salomo, yang dengan demikian memprovokasi skisma [= perpecahan], yang konsekuensinya masih berlangsung."                   

"Jadi Engkau katakan bahwa adalah perlu untuk sangat berhati-hati dan memiliki hormat terdalam pada hal-hal suci?"

"Hampir pasti."

"Sekarang jelaskan ini juga kepadaku. Engkau katakan bahwa Engkau adalah Sabda Allah. Apakah itu benar?"

"Ya. Ia mengutus Aku untuk membawakan Injil bagi segenap manusia di bumi dan untuk menebus mereka dari segala dosa-dosa mereka."

"Jadi, jika Engkau sungguh adalah apa yang Engkau katakan, Engkau lebih besar dari Tabut Tuhan. Sebab Allah tidak dalam kemuliaan yang mendominasi Tabut, tetapi Ia ada dalam Diri-Mu."

"Kau benar. Itulah kebenaran."

"Jadi, mengapakah Engkau mencemarkan Diri-Mu sendiri?"

"Dan apakah kau membawa-Ku kemari untuk mengatakan itu pada-Ku? Aku merasa kasihan kepadamu, kepadamu dan kepada mereka yang mendesakmu untuk berbicara. Aku tidak seharusnya membenarkan Diri-Ku sendiri, sebab setiap pembenaran akan secara sengaja disalahtafsirkan oleh kedengkianmu. Tapi Aku akan memberikan suatu pembenaran kepadamu yang mendakwa-Ku tidak mengasihimu dan mencemarkan pribadi-Ku. Dengarkanlah. Aku tahu apa yang kamu katakan secara tersirat. Tetapi Aku menjawabmu: 'Kamu salah.' Sebagaimana Aku membuka kedua tangan-Ku bagi mereka yang sekarat demi membawa mereka kembali kepada hidup dan Aku memanggil yang mati dan memberikan hidup kembali kepada mereka, demikianlah Aku membuka kedua tangan-Ku bagi mereka yang lebih sungguh-sungguh akan mati dan bagi mereka yang lebih sungguh-sungguh mati: para pendosa, untuk membawa mereka ke Hidup abadi dan membangkitkan mereka, jika mereka sudah membusuk, supaya mereka tidak mati lagi. Tetapi Aku akan menceritakan kepadamu sebuah perumpamaan.

Seorang laki-laki menjadi seorang kusta karena banyaknya kejahatannya. Masyarakat mengusirnya dari lingkungan mereka dan si laki-laki, dalam kesendirian yang mengerikan, mulai merenungkan keadaannya dan dosa-dosanya, yang sudah membawanya ke keadaan itu. Demikianlah, bertahun-tahun lewat dan ketika dia sudah putus harapan dia sekonyong-konyong pulih kembali kesehatannya. Tuhan berbelas-kasihan kepadanya sebab banyaknya doa-doanya dan airmatanya. Jadi, apakah yang kemudian dilakukan laki-laki itu? Dapatkah dia pulang kembali ke rumah sebab Tuhan sudah berbelas-kasihan kepadanya? Tidak. Dia harus memperlihatkan diri kepada imam, yang sesudah memeriksanya untuk beberapa waktu, mentahirkannya dan mempersembahkan dua ekor burung pipit. Dan sesudah membasuh pakaian-pakaiannya bukan hanya sekali, melainkan dua kali, laki-laki itu kembali kepada imam dengan anak-anak domba jantan tak bercela sebagaimana ditentukan, seekor domba betina, tepung dan minyak. Imam lalu menghantarnya ke pintu Tabernakel [=Kemah Pertemuan]. Dan laki-laki itu pada akhirnya secara keagamaan diterima kembali di antara bangsa Israel. Tetapi katakan kepada-Ku: ketika dia pergi kepada imam untuk pertama kalinya, mengapakah dia pergi?"

"Untuk ditahirkan pertama kalinya dan dengan demikian dapat menjalani pentahiran besar, yang akan menerimanya kembali di antara orang-orang kudus!"

"Kau benar. Jadi dia belum sepenuhnya ditahirkan?"

"Ehi! Belum. Masih ada banyak yang harus dilakukan sebelum dia dinyatakan tahir; sehubungan dengan baik tubuhnya maupun jiwanya."

"Jadi, bagaimana di berani datang menghampiri imam untuk pertama kalinya ketika dia masih sama sekali najis, dan kedua kalinya datang menghampiri Tabernakel?"

"Sebab imam adalah sarana yang diperlukan untuk dapat diterima kembali di antara orang-orang yang hidup."

"Dan Tabernakel?"

"Sebab hanya Allah yang dapat mengampuni dosa-dosa dan adalah iman kita untuk percaya bahwa Allah tinggal dalam kemuliaan-Nya di balik Tabir Suci, menganugerahkan pengampunan-Nya dari sana."

"Jadi si kusta yang sudah sembuh masih belum bersih dari dosa ketika dia menghampiri imam dan Tabernakel?"

"Belum. Tentu belum!"

"Wahai kamu, manusia dengan pikiran yang berbelit-belit dan hati yang tidak tulus, mengapakah kamu mendakwa Aku, jika Aku, Imam dan Tabernakel, membiarkan para penderita kusta rohani datang menghampiri Aku? Mengapa kamu punya dua ukuran untuk menghakimi? Ya, perempuan yang dulu sesat sekarang ada di sini bersama-Ku, begitu juga Lewi si pemungut cukai, yang ada di sini dengan jiwa barunya dan tugas barunya, dan banyak yang lainnya juga, yang datang sebelum mereka. Mereka dapat tinggal sebab mereka telah diterima kembali di antara umat Tuhan. Mereka dihantar kepada-Ku oleh kehendak Allah Yang telah memberi-Ku kuasa untuk menghakimi dan memberikan absolusi, untuk menyembuhkan dan membangkitkan orang dari mati. Akan ada pencemaran jika mereka berdegil dalam penyembahan berhala mereka seperti yang dilakukan putri Firaun, tetapi di sini tidak ada pencemaran sebab mereka telah memeluk doktrin yang telah Aku bawa ke dunia dan melaluinya mereka telah membangkitkan Rahmat Allah. Orang-orang Nazaret, yang memasang perangkap bagi-Ku sebab kamu berpikir adalah tidak mungkin bahwa Kebijaksanaan sejati dan Keadilan dari Sabda Bapa ada dalam Diri-Ku, Aku katakan kepadamu: 'Teladanilah para pendosa.' Mereka sungguh melampauimu dalam datang kepada Kebenaran. Dan Aku juga katakan kepadamu: 'Janganlah mencari jalan untuk memasang jerat guna menentang Aku.' Jangan lakukan itu. Mintalah, dan Aku akan memberikan kepadamu Sabda hidup, sebagaimana Aku memberikannya kepada semua orang yang datang kepada-Ku. Terimalah Aku sebagai putra dari tanahmu ini. Aku tidak menyimpan dendam terhadapmu. Tangan-Ku penuh belaian kasih dan hati-Ku penuh kerinduan untuk mengajarmu dan membuatmu bahagia. Aku begitu rindu untuk menyenangkanmu, hingga jika kamu kehendaki, Aku akan melewatkan hari Sabat bersamamu, dengan mengajarkan kepadamu Hukum Baru."

Ada selisih pendapat di antara khalayak ramai. Tetapi rasa ingin tahu atau kasih yang menang dan banyak dari antara mereka yang berteriak:

"Ya, kami akan ada di sini besok dan akan mendengarkan-Mu."

"Aku akan berdoa agar setiap halangan yang menindas hatimu bisa disingkirkan sepanjang malam nanti. Sehingga setiap syak wasangka dapat lenyap dan dengan pikiran bebas kamu dapat memahami Suara Allah yang telah datang untuk membawakan Injil bagi seluruh dunia, tetapi adalah kerinduan-Ku bahwa tempat pertama yang dapat menerimanya adalah kota di mana Aku dibesarkan. Damai sertamu."     
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama