243. YOHANES MENGULANGI KHOTBAH YESUS DI GUNUNG TABOR.           


5 Agustus 1945

Mereka semua mendaki jalan pintas yang sejuk yang menghantar ke Nazaret. Bukit-bukit Galilea tampak seolah baru saja diciptakan pagi itu, sebab badai yang baru terjadi telah membasuhnya sedemikian menyeluruh dan embun membuat bukit-bukit itu berkilau dan segar, sehingga semuanya kelihatan cemerlang dalam berkas awal matahari. Udaranya begitu jernih hingga semua detail dari gunung-gunung yang lebih jauh maupun dekat terlihat dan ada suatu sensasi mendalam kesegaran dan kegembiraan hidup.

Ketika mereka tiba di puncak sebuah bukit mereka bersuka mengagumi pemandangan sebuah danau, yang sungguh teramat indah dalam cahaya murni pagi. Mereka semua mengaguminya, begitu juga Yesus. Namun Maria Magdalena segera mengarahkan matanya ke arah berbeda mencari-cari sesuatu. Matanya menyusuri puncak-puncak gunung yang menjulang di sebelah barat laut, tetapi kelihatannya dia tidak menemukan apa yang dia cari.  

Susana, yang ada di sebelahnya, bertanya: "Apa yang kau cari?"

"Aku ingin mengenali gunung di mana aku dulu bertemu Guru."

"Tanyakanlah kepada-Nya."

"Oh! Tidak sepadan dengan harus mengganggu-Nya. Ia sedang berbicara kepada Yudas dari Keriot."

"Betapa orang seperti Yudas itu!" bisik Susana. Dia tidak mengatakan yang lainnya, tetapi… selanjutnya dapat dimengerti dengan jelas.

"Gunung itu pastinya bukan sepanjang jalan ini. Tapi aku akan membawamu ke sana suatu saat, Marta. Kala itu fajar, tepat seperti sekarang, dan ada begitu banyak bunga… Dan begitu banyak orang… Oh! Marta! Dan aku memiliki keberanian untuk tampil di hadapan semua orang dalam busana memalukan itu dan bersama teman-teman itu… Tidak, kau tidak dapat merasa terhina oleh perkataan Yudas. Aku pantas mendapatkannya. Aku pantas atas setiap perkataannya. Dan penderitaan yang sekarang adalah silihku. Semua orang ingat dan semua orang benar dalam mengatakan kebenarannya kepadaku. Dan aku harus diam. Oh! Andai saja orang berpikir jauh sebelum berdosa! Dia yang mengata-ngatai aku sekarang adalah sabahatku, sebab dia membantuku untuk menyilih."

"Tapi itu tidak berarti bahwa dia tidak berbuat salah. Bunda, apakah PutraMu sungguh senang terhadap orang itu?"

"Kita harus sangat banyak berdoa untuknya. Begitulah yang Ia katakan."

Yohanes meninggalkan para rasul untuk datang dan menolong para perempuan melewati sebuah jalanan yang sulit, di mana sandal-sandal mereka tergelincir sebab di jalanan itu bertebaran kerikil-kerikil licin, seperti batu pipih kemerahan, dan rerumputan lebat mengkilat, yang sangat berbahaya sebab kaki tidak dapat berpijak di atasnya. Zelot mengikuti teladan Yohanes dan para perempuan melewati tempat yang sulit itu dengan berpegangan pada mereka.

"Ini jalanan yang cukup sulit. Tapi tidak ada debu dan tidak ada pengelana lain. Dan lebih pendek," kata Zelot.

"Aku tahu itu, Simon," kata Maria. "Aku pernah pergi ke desa kecil itu yang setengah perjalanan mendaki bukit, bersama keponakan-keponakan-Ku ketika Yesus dihalau pergi dari Nazaret," kata Santa Perawan seraya mendesah.

"Tetapi dunia tampak indah dari sini. Ada Tabor di sebelah sana, dan Hermon, dan di utara Pegunungan Arbela, dan di sana, di belakang, Hermon besar. Sungguh sayang bahwa laut tidak kelihatan seperti dari Tabor," kata Yohanes.

"Kau pernah ke sana?"

"Ya, bersama Guru."

"Yohanes, melalui cintanya kepada yang tak terbatas, memperolehkan sukacita besar bagi kami, sebab di puncak gunung Yesus berbicara mengenai Allah dengan begitu penuh bahagia seperti yang belum pernah kami dengar sebelumnya. Dan sesudah memperoleh begitu banyak, kami mendapati suatu pertobatan besar. Kau akan bertemu dengan laki-laki itu juga, Maria. Dan rohmu akan diperkuat terlebih lagi dari yang sudah sekarang. Kami mendapati seorang laki-laki yang dikeraskan oleh kebencian, dibrutalkan oleh rasa bersalah dan Yesus mengubahnya menjadi seorang yang, aku yakin, akan menjadi seorang murid besar. Sepertimu, Maria. Sebab, kau dapat yakin bahwa apa yang aku katakan kepadamu adalah benar, kita para pendosa lebih takluk pada Kebaikan, yang menyelubungi kita, sebab kita merasakan perlunya diampuni bahkan oleh diri kita sendiri," kata Zelot.

"Itu benar. Tapi betapa baiknya kau mengatakan 'kita para pendosa.' Kau seorang buangan yang malang, bukan seorang pendosa."

"Kita semua pendosa, sebagian lebih berat sebagian lebih ringan, dan dia yang berpikir bahwa dia lebih ringan berdosa, adalah yang paling mungkin menjadi demikian, jika dia belum menjadi demikian. Kita semua pendosa. Tetapi para pendosa besar yang bertobat adalah mereka yang tahu bagaimana menjadi mutlak takluk dalam Kebaikan seperti mereka dulu dalam kejahatan."       

"Kata-kata penghiburanmu merupakan suatu kelegaan besar bagiku. Kau selalu menjadi seorang ayah bagi anak-anak Teofilus."

"Dan seperti seorang ayah aku bersukacita sebab kamu bertiga adalah sahabat-sahabat Yesus."

"Di manakah kamu mendapati murid itu yang dulunya adalah seorang pendosa besar?"

"Di En-Dor, Maria. Simon ingin mengatakan bahwa jasa dari begitu banyak hal indah itu berasal dari keinginanku untuk mengkontemplasikan lautan. Tetapi jika Yohanes tua datang kepada Yesus itu bukanlah jasa dari Yohanes muda yang bodoh ini. Itu adalah jasa dari Yudas anak Simon," kata putra Zebedeus itu seraya tersenyum.

"Apa dia yang mempertobatkannya?" tanya Marta ragu.

"Bukan. Tapi dia yang ingin pergi ke En-Dor dan…"

"Ya, untuk melihat gua penyihir… Yudas anak Simon adalah jenis orang yang sangat aneh… Orang harus menerimanya sebagaimana dia adanya… Tentu saja! Dan Yohanes dari En-Dor menghantarkan kami ke gua dan lalu tinggal bersama kami. Tapi, putraku terkasih, jasanya masih adalah jasamu, sebab tanpa keinginanmu pada yang tak terbatas kita tidak akan pergi melintasi jalan itu dan Yudas tidak akan punya keinginan untuk melakukan penyelidikan aneh itu."

"Aku ingin tahu apa yang Yesus katakan di Gunung Tabor… seperti aku ingin mengenali gunung di mana aku dulu melihat-Nya," desah Maria Magdalena.

"Gunungnya adalah gunung di mana matahari kelihatan seolah terbit, sebab gemerlap sebuah kolam di sana, yang menampung mataair dan kawanan-kawanan ternak minum darinya. Kami jauh lebih ke atas di mana puncak kelihatan seolah dibelah, bagaikan sebuah garpu raksasa bergigi dua yang berusaha untuk menembusi awan-awan dan membawanya ke suatu tempat lain. Sehubungan dengan khotbah Yesus, aku pikir Yohanes dapat mengulanginya untukmu."  

"Oh! Simon! Mungkinkah bagi seorang bocah mengulangi perkataan Allah?"

"Bukan, ini bukan bagi seorang bocah. Ini bagimu. Cobalah. Demi menyenangkan saudari-saudarimu dan aku, sebab aku mengasihimu."

Yohanes sangat merah padam wajahnya ketika dia mulai mengulangi khotbah Yesus.

"Ia mengatakan: 'Di sinilah halaman tak terbatas di mana arus menuliskan perkataan: aku "percaya". Renungkanlah kaos Alam Semesta [= keaadan alam semesta sebelum ada keteraturan dan sebelum bintang-bintang dan planet-planet terbentuk] sebelum sang Pencipta memutuskan untuk mengatur elemen-elemen dan menatanya menjadi suatu asosiasi yang mengagumkan, yang telah memberikan kepada manusia bumi dan apa yang ada di dalamnya dan yang telah menghiasi cakrawala dengan bintang-bintang dan planet-planet. Tiada suatu pun yang ada: baik sebagai kaos yang tak berbentuk, maupun sebagai suatu sistem yang teratur.

Allah menciptakannya. Pertama Ia menciptakan elemen-eleman. Sebab elemen-eleman itu diperlukan, meski terkadang mereka itu tampaknya membahayakan. Tetapi selalu ingat ini: tidak ada barang setetes kecil embun pun, tak peduli betapa kecilnya itu, yang tidak mempunyai alasan yang baik untuk ada, tidak ada satu serangga pun, betapa kecil dan mungkin tak berartinya, yang tidak mempunyai alasan yang baik untuk ada. Dan demikian pula tidak ada gunung mengerikan yang memuntahkan dari perutnya api dan lahar yang berpijar, yang tidak mempunyai alasan yang baik untuk ada. Dan tidak ada taufan tanpa suatu alasan. Dan beralih dari benda-benda ke manusia, tidak ada suatu peristiwa pun, tidak ada airmata, tidak ada sukacita, tidak ada kelahiran, kematian, tidak ada keibuan yang mandul dan yang subur, tidak ada hidup perkawinan yang panjang atau masa janda yang lebih awal, tidak ada kemalangan bencana dan penyakit, atau kesejahteraan kekayaan dan kesehatan, yang tidak mempunyai alasan yang baik untuk ada, meski tampaknya tidak demikian bagi wawasan sempit dan kesombongan manusia, yang melihat dan menghakimi melalui mata yang katarak dan berkabut, khas dari sesuatu yang tidak sempurna. Tetapi Mata Allah, Pikiran Allah yang tak terbatas, melihat dan mengetahui. Rahasia hidup bebas dari kebimbangan-kebimbangan yang memandulkan, yang menjengkelkan, yang meletihkan dan meracuni hari-hari di dunia, adalah percaya bahwa Allah melakukan semuanya untuk suatu alasan yang secara intelektual baik, bahwa Allah melakukan apa yang Ia lakukan demi kasih, bukan demi tujuan tanpa perasaan penyiksaan demi penyiksaan.     

Allah telah menciptakan malaikat-malaikat. Dan sebagian dari mereka, yang tidak mau percaya bahwa tingkat kemuliaan di mana mereka ditempatkan adalah baik, memberontak dan dengan pikiran mereka kering oleh tidak adanya iman kepada Tuhan mereka, mereka berupaya untuk menyerang takhta Allah yang tak terhampiri. Mereka mempertentangkan pikiran-pikiran pesimistis mereka yang tidak adil dan tidak harmonis dengan pikiran-pikiran sehat yang harmonis dari para malaikat yang setia; dan pesimisme mereka, yang adalah tidak adanya iman, mengubah mereka dari roh terang menjadi roh kegelapan.   

Diberkatilah mereka untuk selamanya baik yang di Surga maupun yang di bumi, yang mendasarkan segala pikiran mereka pada suatu keyakinan optimisme yang sepenuhnya diterangi! Mereka tidak akan salah, setidaknya sejauh menyangkut roh mereka, sebab mereka akan terus percaya, berharap dan di atas segalanya mengasihi Allah dan sesama mereka, dan dengan demikian akan tinggal dalam Allah hingga akhir abad! Firdaus telah dibebaskan dari mereka para pesimis yang congkak itu yang melihat sisi-sisi suram juga dalam sabda Allah yang paling cemerlang, sebagaimana mereka para pesimis di bumi melihat sisi-sisi gelap juga dari perbuatan-perbuatan manusia yang paling jelas; dan dengan berharap untuk mengeksklusifkan diri dalam suatu menara gading, sebab mereka menganggap diri mereka sendirilah satu-satunya yang sempurna, mereka mengutuki diri mereka sendiri ke sel bawah tanah yang gelap, yang berakhir dalam kegelapan kerajaan neraka, kerajaan Penyangkalan. Sebab pesimisme adalah Penyangkalan juga.

Demikianlah Allah menciptakan Alam Semesta. Dan agar dapat memahami misteri mulia dari Kemahaesaan dan Tritunggal Kami orang harus percaya dan mengerti bahwa Sabda ada sejak dari permulaan dan bersama dengan Allah, dipersatukan dengan Kasih yang paling sempurna, Yang dapat dipancarkan hanya oleh dua Yang adalah Allah, makhluk rohani, yang namun demikian, hanya Satu; demikianlah, untuk melihat ciptaan sebagaimana adanya, adalah perlu untuk melihatnya dengan mata iman sebab dalam keberadaanya, sebagaimana seorang anak membawa cerminan tak terhapuskan dari ayahnya, demikianlah ciptaan memiliki dalam dirinya cerminan tak terhapuskan dari Pencipta-nya. Maka kita akan melihat bahwa pada mulanya adalah langit dan bumi dan lalu terang, yang dapat diperbandingkan dengan kasih. Sebab terang adalah sukacita, sebagaimana kasih. Dan terang adalah atmosfir dari Firdaus. Dan Makhluk tidak berjasad, Yang adalah Allah, adalah Terang dan adalah Bapa dari setiap intelektual, cinta kasih, jasmani, terang rohani, baik di Surga maupun di bumi.

Pada mulanya adalah langit dan bumi dan untuk langit dan bumi, terang diberikan; dan melalui terang semua lainnya dijadikan. Dan seperti di Surga mahatinggi roh-roh terang dipisahkan dari roh-roh kegelapan, demikianlah dalam ciptaan terang dipisahkan dari kegelapan dan Siang dan Malam dijadikan dan itulah hari pertama penciptaan, dengan paginya dan malamnya, tengah harinya dan tengah malamnya. Dan ketika senyum Allah, yakni terang, datang sekali lagi sesudah malam, maka tangan Allah, kehendak-Nya yang berdaya kuasa, terentang atas bumi kosong yang tak berbentuk, dan atas langit di mana air mengembara, satu dari elemen-elemen bebas dalam kaos, dan menghendaki cakrawala untuk memisahkan kembara tak beraturan air antara langit dan bumi, sehingga akan ada suatu velarium [= atap] untuk semarak firdaus, suatu batas bagi air yang di atas, dan dengan demikian air bahnya tidak akan turun atas logam-logam dan atom-atom yang mendidih, membasuh pergi dan menyerakkan apa yang telah dipersatukan Allah.         

Keteraturan dipulihkan kembali di langit. Dan ada keteraturan di bumi melalui perintah yang diberikan Allah kepada air yang tersebar di segenap penjuru bumi. Dan lautan mulai ada. Di sana lautan ada. Di atasnya, seolah pada cakrawala tertulis: 'Allah ada.' Entah bagaimanapun intelektualitas manusia, atau imannya atau ketidakpercayaannya, di hadapan halaman ini, di mana suatu partikel ketakterbatasan, yang adalah Allah, bersinar, dan di mana ada bukti dari kuasa-Nya, manusia wajib untuk percaya, sebab tidak ada kuasa manusia dan tidak ada penempatan secara alamiah elemen-elemen yang mungkin dapat mengulang karya ajaib macam itu, tidak bahkan dalam skala yang sangat kecil. Manusia wajib untuk percaya bukan hanya pada kuasa Tuhan, melainkan juga pada kebaikan-Nya, sebab melalui lautan itu Ia memberikan makanan dan cara berkomunikasi kepada manusia, Ia memberikan garam yang bermanfaat, Ia meredakan terik matahari dan memberikan ruang pada angin, dan benih-benih pada daratan yang saling berjauhan satu sama lain, dan menyebabkan laut menderu bagai badai guna memanggil si semut - manusia - kepada Yang Tak Terbatas, Bapa-nya, dan Ia memberikan kepada manusia kemungkinan untuk menaikkan dirinya ke tingkat yang lebih tinggi, dengan mengkontemplasikan penglihatan-penglihatan yang lebih tinggi.

Tiga hal yang paling banyak berbicara mengenai Allah dalam ciptaan, yang kesemuanya merupakan saksi atas kuasa-Nya: terang, cakrawala dan lautan. Keteraturan bintang-bintang dan meteorologi, yang merupakan suatu refleksi dari Keteraturan ilahi; terang, yang hanya Allah saja yang dapat menciptakannya; lautan, kekuatan yang hanya Allah saja yang dapat membendungnya dalam batas-batas yang kokoh, sesudah menciptakannya, dan Ia memberinya gerakan dan suara, dan kendati demikian, sebagai suatu elemen yang bergolak secara tidak teratur, dengan tanpa merusakkan bumi, yang mengemban lautan pada permukaannya.     

Renungkanlah misteri terang, yang tidak habis-habisnya. Arahkanlah matamu ke cakrawala di mana bintang-bintang dan planet-planet bersinar cemerlang. Lihatlah lautan dan renungkanlah untuk apa itu. Lautan bukanlah suatu pemisah melainkan suatu jembatan antara orang-orang yang tinggal di pantai-pantai lain dan meski mereka tidak dapat terlihat dan tidak dikenal, orang harus percaya bahwa mereka ada, sekedar sebab lautan ada. Allah tidak menjadikan suatu pun yang tidak berguna. Oleh karenanya, Ia tidak akan menciptakan lautan yang tampaknya tak terbatas, terkecuali lautan itu dibatasi oleh daratan-daratan lain di balik horizon, yang menghalangi kita melihatnya, daratan-daratan yang dihuni oleh orang-orang lain, yang kesemuanya berasal dari satu Allah saja, dan oleh kehendak Allah telah dibawa ke sana oleh badai dan arus, ke benua-benua dan wilayah-wilayah manusia. Dan lautan mengirimkan seruan jarak jauhnya melalui gelombang-gelombangnya, melalui suara ombak-ombaknya dan arus pasangnya. Lautan adalah suatu penghubung, bukan suatu pemisah.

Kecemasan yang menyebabkan suatu penderitaan manis bagi Yohanes adalah seruan dari saudara-saudara nun jauh. Semakin roh mendominasi daging, semakin roh mampu mendengarkan suara-suara dari roh-roh yang bersatu bahkan meski mereka terpisahkan, bagai cabang-cabang yang muncul dari akar yang sama dipersatukan, bahkan meski orang tidak dapat melihat yang lainnya jika suatu halangan terbentang di antara mereka. Lihatlah lautan dengan mata yang penuh terang. Kau akan melihat daratan-daratan bertebaran sekeliling pantai-pantainya, pada batas-batasnya, dan daratan-daratan lain di dalamnya dan suatu seruan akan sampai padamu dari masing-masing mereka: "Mari. Bawakan kepada kami Terang yang kau miliki. Bawakan kepada kami Hidup yang diberikan kepadamu. Sampaikanlah kepada hati kami perkataan yang tidak kami kenal, tetapi kami tahu merupakan dasar dari alam semesta: kasih. Ajarilah kami untuk membaca perkataan yang kami lihat tertulis pada halaman-halaman tak terbatas cakrawala dan lautan: Allah. Terangilah kami sebab kami merasa bahwa ada suatu terang, yang terlebih nyata dari terang yang memerahkan langit dan membuat lautan berkilau bagai permata. Bawakan bagi kegelapan kami Terang yang Allah berikan kepadamu sesudah menjadikan Terang itu melalui kasih-Nya, dan Ia memberikan Terang itu kepadamu atas nama segenap umat manusia, sebagaimana Ia memberikan terang kepada bintang-bintang supaya mereka dapat memberikan terang kepada bumi. Kau adalah bintang-bintang, kami adalah debu. Tetapi bentuklah kami sebagaimana sang Pencipta membentuk bumi dari debu, supaya manusia dapat menghuninya dengan menyembah-Nya sekarang dan selamanya, hingga saatnya tiba ketika tidak ada lagi bumi, melainkan Kerajaan yang datang. Kerajaan terang, kasih, damai, sebab Allah Yang hidup telah mengatakannya kepadamu akan terjadi demikian, sebab kami adalah anak-anak dari Allah ini juga, dan kami mohon untuk mengenal Allah kami."

Dan belajarlah untuk berjalan sepanjang jalan-jalan ketakterbatasan. Tanpa takut dan tanpa meremehkan, menghampiri mereka yang memanggilmu dan menangis. Menghampiri mereka yang akan juga menyedihkanmu sebab mereka merasakan Allah namun tidak tahu bagaimana menyembah Allah, tetapi mereka akan juga memperolehkan bagimu kemuliaan, sebab, semakin kau memiliki kasih dan melimpahkannya, dengan menghantar kepada Kebenaran orang-orang yang menanti untuk meraihnya, semakin kau akan menjadi besar.'

Yesus mengatakan demikian, tetapi jauh lebih baik dari yang aku lakukan. Tetapi itulah sekurang-kurangnya gagasan-Nya."

"Yohanes, kau telah mengulangi dengan tepat sama seperti apa yang telah dikatakan Guru. Kau hanya menghilangkan apa yang Ia katakan mengenai kemampuanmu untuk memahami Allah melalui kemurahan hatimu dalam memberikan dirimu sendiri. Kau hebat, Yohanes. Yang terbaik di antara kita! Kita telah sampai di akhir perjalanan kita tanpa terasa. Itu Nazaret pada bukitnya. Guru sedang menatap pada kita dan tersenyum. Marilah kita datang pada-Nya segera untuk memasuki desa bersama-sama."

"Terima kasih, Yohanes," kata Bunda Maria. "Kau sudah memberikan suatu hadiah yang indah untuk Bunda-mu."

"Aku berterima kasih juga kepadamu. Kau telah membuka horizon-horizon yang tak terbatas kepada Maria yang malang…"

"Apa yang sedang asyik kamu perbincangkan?" Yesus bertanya kepada mereka yang baru saja menggabungkan diri bersama-Nya.

"Yohanes baru saja mengulangi khotbah yang Engkau sampaikan di Gunung Tabor. Dengan sempurna. Dan kami bersukacita."

"Aku gembira bahwa BundaKu telah mendengarnya, sebab lautan ada hubungannya dengan nama-Nya dan cinta kasih-Nya seluas lautan."

"Nak, Engkau memiliki cinta kasih yang demikian sebagai manusia, dan meski demikian itu bukan apa-apa dibandingkan dengan cinta kasih-Mu yang tak terbatas sebagai Sabda ilahi. YesusKu termanis!"  

"Bunda, kemarilah dekat-Ku. Seperti Engkau membimbing tangan-Ku ketika kita kembali dari Kana atau dari Yerusalem, ketika Aku masih seorang kanak-kanak."

Dan mereka saling menatap satu sama lain dengan mata penuh pancaran kasih.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama