356. MALAM DI GADARA DAN KHOTBAH TENTANG PERCERAIAN.            


11 Desember 1945  

Bintang-bintang cemerlang di malam yang cerah di bulan Maret bersinar di langit timur dan bintang-bintang itu begitu besar dan terang hingga kubah langit seakan-akan telah membungkuk bagai kanopi di atas teras rumah yang menyambut Yesus. Rumah yang sangat tinggi ini terletak di salah satu bagian tertinggi kota, sehingga cakrawala yang tak terbatas terbentang di hadapan mereka yang menatap ke segala penjuru. Dan jika bumi menghilang dalam kegelapan malam yang tidak diterangi cahaya bulan, sebab bulan menyusut, langit terang gemilang dengan bintang-bintang yang tak terhitung banyaknya. Benar-benar kemenangan sang cakrawala, yang dengan jaya memamerkan hamparan taman bintang-bintang, padang Galatea, planet-planet raksasa, dan belantara rasi bintang, yang berlawanan dengan vegetasi bumi yang cepat berlalu, bahkan meski berumur tua, masih berumur satu jam saja jika dibandingkan dengan benda-benda langit itu yang ada sejak Allah menciptakan cakrawala. Dan ketika orang tenggelam sementara menatap ke atas sana, dan matanya menjelajahi jalan-jalan mengagumkan itu, di mana pepohonannya adalah bintang-bintang, orang seakan-akan mendengar suara dan nyanyian dari belantara menakjubkan itu, alunan suara dari organ besar di katedral yang paling agung. Dan orang seakan-akan merasakan semua itu, teristimewa karena keheningan malam, saat Gadara tertidur. Tidak ada sumber air yang bergemericik, tidak ada burung yang bernyanyi. Dunia sedang tidur, begitu juga semua makhluk. Manusia, yang tidak sepolos makhluk-makhluk lainnya, tidur nyenyak dalam rumah mereka yang gelap.

Namun bayangan gelap yang jangkung, yang terlihat hanya karena kontras wajah dan tangannya yang putih dengan pakaiannya yang gelap, keluar dari pintu ruangan yang terbuka ke teras bawah, ada satu teras lagi yang lebih tinggi di ruangan atas. Bayangan itu diikuti oleh bayangan lain yang lebih pendek. Mereka berjalan berjingkat supaya tidak membangunkan mereka yang mungkin sedang tidur di kamar di bawahnya dan mereka berjinjit menaiki tangga kecil di luar yang menuju ke teras atas. Mereka kemudian bergandengan tangan dan mereka pergi dan duduk di bangku yang terletak di tembok pembatas tinggi yang mengelilingi teras. Bangku yang rendah dan tembok pembatas yang tinggi menyembunyikan semuanya dari mata mereka. Bahkan andai cahaya bulan yang terang menyinari dunia, mereka tidak akan melihat apa-apa. Karena kota ini benar-benar tersembunyi dan juga bayang-bayang gelap pegunungan di dekatnya tersembunyi dalam kegelapan malam. Hanya langit yang tampak bagi mereka dengan rasi bintang musim semi dan bintang-bintang Orion yang menakjubkan: Rigil dan Betelgeuse, Aldebaran, Perseus, Andromeda dan Cassiopeia dan Pleiades bersatu bagai saudari. Dan Venus yang bak safir berselimutkan intan berlian, dan Mars dengan ruby pucat, dan topaz Yupiter adalah raja dari populasi bintang dan mereka berkelap-kelip seolah-olah mereka ingin menyalami Tuhan dengan mempercepat kelap-kelip cahayanya bagi Sang Terang dunia.

Yesus mengangkat kepala untuk menatapnya dan menyandarkannya pada tembok tinggi, dan Yohanes meniru-Nya, tenggelam sementara mendongak ke atas sana di mana dunia dapat diabaikan... Kemudian Yesus berkata, "Dan sekarang sesudah kontemplasi ini menyucikan kita, marilah kita berdoa." Dia berdiri dan Yohanes melakukan hal yang sama. Doa yang panjang, hening, dan mendesak, diucapkan dengan segenap jiwa mereka, tangan mereka terentang menyilang, dengan wajah terangkat ke timur, di mana tanda pertama dari cahaya bulan yang pucat muncul. Dan kemudian "Bapa Kami" didaraskan bersama-sama, dengan perlahan, bukan hanya sekali melainkan tiga kali, dengan desakan yang meningkat dalam memohon, seperti yang terungkap jelas dari suara mereka. Dan permohonan mereka begitu kuat hingga memisahkan jiwa mereka dari tubuh mereka, meluncurkannya di sepanjang jalan Yang Tak Terbatas.

Kemudian ada keheningan. Mereka duduk di tempat mereka sebelumnya, sementara bulan semakin memutihkan bumi yang tertidur.

Yesus melingkarkan lengan-Nya pada bahu Yohanes dan menariknya ke arah-Nya seraya berkata, "Jadi, katakan pada-Ku apa yang kau rasa harus kau katakan pada-Ku. Apa yang sudah dilihat oleh Yohanes-Ku, dengan pertolongan terang rohani, dalam jiwa suram rekannya?"

"Guru... Aku menyesal sudah mengatakan itu kepada-Mu. Aku akan melakukan dua dosa..."

"Kenapa?"

"Karena aku akan mendukakan-Mu dengan mengungkapkan apa yang tidak Engkau ketahui, dan... karena... Guru, apakah dosa berbicara tentang kejahatan yang kita lihat dalam diri orang lain? Ya, bukan begitu? Jadi, bagaimana aku bisa membicarakannya, itu melanggar cinta kasih!..." Yohanes bersedih.

Yesus menerangi jiwanya, "Dengar, Yohanes. Menurutmu, siapa yang lebih penting, Guru atau sesama murid?"

"Guru, Tuhan. Kau yang paling penting."

"Dan siapakah Aku menurutmu?"

"Awal dan Akhir. Engkau adalah Segalanya."

"Karena Aku adalah Segalanya, apa menurutmu Aku tahu segalanya?"

"Ya, Tuhan-ku. Itulah sebabnya mengapa ada kontras besar dalam diriku. Karena aku pikir bahwa Engkau tahu dan menderita. Dan karena aku ingat bahwa suatu hari Engkau mengatakan kepadaku bahwa terkadang Engkau adalah Manusia, hanya Manusia, dan dengan demikian Bapa membuatmu-Mu tahu apa artinya menjadi seorang manusia, yang harus berperilaku sesuai akal budi. Dan aku juga berpikir bahwa Allah, karena iba kepada-Mu, mungkin menyembunyikan kebenaran yang tidak menyenangkan ini dari-Mu..."

"Bertautlah pada gagasan itu, Yohanes, dan bicaralah penuh keyakinan. Bukan dosa mempercayakan apa yang kau ketahui kepada Dia Yang adalah 'Segalanya' bagimu. Karena Dia Yang adalah 'Segalanya' tidak akan disesatkan, tidak akan bersungut-sungut atau kurang kasih, bahkan tidak dalam pikiran, kepada orang yang tidak bahagia itu. Adalah dosa jika kau mengatakan apa yang kau ketahui kepada orang yang tidak mampu bersikap penuh kasih,
kepada teman-temanmu misalnya, yang akan merasani dan mencela orang yang bersalah itu tanpa ampun, dengan demikian menyakitinya dan menyakiti diri mereka sendiri. Oleh karenanya adalah perlu untuk berbelas kasihan, semakin malang jiwa di hadapan kita terinfeksi oleh banyak penyakit, semakin kita berbelas kasihan. Seorang dokter, seorang perawat yang welas asih, seorang ibu tidak terlalu sedih jika seseorang tidak sakit parah dan mereka tidak berjuang gigih untuk menyembuhkannya. Tetapi jika seorang anak, atau seorang pasien, sakit parah, dan hidupnya dalam bahaya, entah karena gangren atau lumpuh, betapa mereka berjuang untuk menyembuhkannya dengan mengatasi rasa jijik dan keletihan. Bukankah begitu?"

"Ya, benar, Guru," jawab Yohanes yang sudah mengambil posisi biasanya dengan lengannya melingkar pada leher Guru dan kepalanya bersandar pada bahu-Nya.

"Yah, tidak semua orang tahu bagaimana berbelas kasihan kepada jiwa-jiwa yang sakit. Oleh karenanya, orang harus berhati-hati dalam mengungkapkan masalah mereka, sehingga dunia tidak menghindari dan memandang rendah mereka sehingga menyakiti mereka. Seorang sakit yang tahu bahwa dia dicemooh, menjadi murung dan semakin parahlah keadaannya. Sebaliknya, jika dia dirawat dengan pengharapan yang ceria, dia bisa pulih karena kejenakaan penuh pengharapan dari orang-orang yang merawatnya menginspirasinya dan merangsang efek obat-obatan. Tetapi kau tahu Aku adalah Kerahiman dan Aku tidak akan memandang rendah Yudas. Jadi kau bisa bicara tanpa ragu-ragu. Kau bukan mata-mata. Kau adalah anak yang dengan kekhawatiran penuh kasih mempercayakan kepada bapanya kejahatan yang ditemukannya dalam diri saudaranya supaya bapa bisa menyembuhkannya. Ayo..."

Yohanes menghela napas panjang, lalu menundukkan kepalanya lebih dalam, membiarkannya jatuh meluncur ke dada Yesus, dan berkata, "Betapa menyedihkan berbicara tentang hal-hal busuk!... Tuhan... Yudas cabul... dan menggodaku untuk melakukan hal-hal cabul. Aku tidak masalah jika dia memandang rendah aku. Tapi menyedihkan hatiku karena dia datang kepada- Mu, kotor dengan kisah-kisah cintanya. Sejak dia datang, dia sudah menggodaku beberapa kali. Ketika kami kebetulan sendirian - dan dia memanfaatkan setiap kesempatan - dia tidak melakukan yang lain selain berbicara tentang perempuan-perempuan... dan aku merasa jijik dengannya seolah-olah aku ditenggelamkan dalam sesuatu yang busuk yang mengancam akan masuk ke dalam mulutku..."

"Apa kau sangat sedih karena itu?"

"Apa? Sedih? Jiwaku gemetar. Budiku menangis melawan godaan macam itu... Aku tidak ingin rusak..."

"Bagaimana reaksi tubuhmu?"

"Mengerut jijik."

"Tidak ada yang lain?"

"Tidak, Guru, dan aku menangis karena aku pikir Yudas tidak bisa menyebabkan pelanggaran yang lebih berat terhadap orang yang sudah mengkonsekrasikan hidupnya kepada Allah. Katakanlah: apakah itu akan mencemarkan persembahanku?"

"Tidak. Tidak lebih dari segenggam lumpur yang dilemparkan pada plakat berlian. Itu tidak akan mempengaruhi ataupun menembusi plakat. Secangkir air bersih yang dituangkan di atasnya sudah cukup untuk membersihkannya. Dan plakat itu akan menjadi lebih indah dari sebelumnya."

"Jadi, bersihkanlah aku."

"Amal kasihmu dan malaikatmu sudah membersihkanmu. Tidak ada yang tersisa padamu. Kau adalah altar yang bersih di mana Allah turun. Apa lagi yang Yudas lakukan?"

"Tuhan, dia... Oh! Tuhan!" Kepala Yohanes meluncur lebih dalam.

"Apa?"

"Dia... Tidak benar bahwa uang yang dia berikan kepada-Mu untuk orang-orang miskin adalah miliknya; itu adalah uang orang-orang miskin yang dia curi, supaya dia dipuji murah hati, itu tidak benar. Dia menjadi kalap karena ketika Kau kembali dari Gunung Tabor, Kau mengambil semua uang darinya. Dan dia berkata kepadaku: 'Ada mata-mata di antara kita.' Aku menjawab: 'Mata-mata apa? Apa kau mencuri, mungkin?' 'Tidak' jawabnya kepadaku, 'tetapi aku berpandangan jauh ke depan dan aku punya dua dompet. Seseorang memberitahu Guru dan Dia memerintahkanku untuk menyerahkan semuanya, dan Dia begitu menuntut hingga aku terpaksa melakukannya.' Tetapi tidak benar, Tuhan, bahwa dia melakukannya karena dia memikirkan hari depan. Dia melakukan itu untuk mendapatkan uang untuk dirinya sendiri. Aku bisa bersaksi tentang itu dan aku hampir yakin bahwa aku akan mengatakan yang sebenarnya."

"Hampir yakin! Ketidakpastian itu sungguh merupakan sedikit cacat. Kau tidak bisa menuduhnya sebagai pencuri, jika kau tidak benar-benar yakin. Perbuatan manusia terkadang kelihatan salah, padahal itu perbuatan baik."

"Itu benar, Guru. Aku tidak akan menuduhnya lagi, bahkan tidak dalam pikiranku sendiri. Tetapi, memang benar bahwa dia punya dua dompet, dan bahwa yang dia katakan adalah miliknya dan dia berikan kepada-Mu, itu sesungguhnya adalah milik-Mu dan dia melakukannya supaya dipuji. Aku tidak akan berbuat seperti itu, karena aku merasa itu tidak benar."

"Kau benar. Apa lagi yang ingin kau katakan kepada-Ku?"

Yohanes mengangkat wajahnya yang ketakutan, membuka mulutnya untuk berbicara, lalu menutupnya kembali dan jatuh berlutut dengan menyembunyikan wajahnya di jubah Yesus, Yang menumpangkan tangan di atas kepalanya.

"Jadi, bicaralah! Kau bisa saja salah menilai sesuatu. Aku akan membantumu untuk mempertimbangkannya dengan benar. Kau juga harus mengatakan kepada-Ku apa yang menurutmu mungkin adalah penyebab Yudas berdosa."

"Tuhan, Yudas merasa bahwa dia tidak memiliki kekuatan yang dia inginkan untuk melakukan mukjizat... Kau tahu bahwa itu selalu menjadi ambisinya... Apa Kau ingat En-Dor? Sebaliknya... dia adalah yang paling sedikit melakukan mukjizat. Sejak dia kembali, dia tidak bisa melakukan apa pun... dan pada malam hari dia mengerang dalam mimpi-mimpinya, seolah-olah itu adalah mimpi buruk dan... Guru!"

"Ayo. Katakan pada-Ku, semuanya."

"Dan dia mengutuk... dan mempraktikkan sihir. Ini bukan bohong dan tidak ada keraguan tentang itu. Aku melihatnya sendiri. Dia memilihku sebagai temannya, karena aku tidur nyenyak. Bukan, karena tadinya aku biasa tidur nyenyak. Sekarang, harus aku akui, aku mengamatinya dan tidurku tidak begitu nyenyak, karena aku mendengarnya begitu dia bergerak... Mungkin aku melakukan hal yang salah. Tapi aku pura-pura tidur untuk melihat apa yang dia lakukan. Dan dua kali sudah aku mendengar dan melihatnya melakukan hal-hal yang mengerikan. Aku bukan ahli dalam ilmu sihir, tapi begitulah adanya."

"Apakah dia melakukannya seorang sendiri?"

"Terkadang ya, terkadang tidak. Aku mengikutinya di Tiberias. Dia masuk ke sebuah rumah. Aku bertanya sesudahnya siapa yang tinggal di sana. Itu adalah rumah orang yang mempraktikkan sihir bersama orang-orang lain. Dan ketika Yudas keluar, hampir saat fajar, aku menyimpulkan dari kata-kata yang mereka ucapkan bahwa mereka akrab satu sama lain dan mereka banyak... dan tidak semuanya asing. Dia meminta iblis untuk memberinya Kekuatan yang tidak Engkau berikan kepadanya. Itulah sebabnya aku mengingkari bagianku supaya Bapa dapat memberikannya kepadanya dan dia bisa tidak berdosa lagi."

"Kau harus memberikan jiwamu kepadanya. Tapi baik Bapa maupun Aku tidak akan mengizinkan itu..."

Ada keheningan panjang. Kemudian Yesus berkata dengan suara letih, "Ayo kita pergi, Yohanes. Ayo kita ke bawah. Kita akan beristirahat sampai fajar."

"Engkau terlihat lebih tertekan dari sebelumnya, Tuhan! Seharusnya aku tidak memberitahu-Mu!"

"Tidak. Aku sudah tahu. Tapi kau sudah mengangkat beban dari dadamu... dan itulah yang penting."

"Tuhan, haruskah aku menghindarinya?"

"Tidak. Jangan takut. Setan tidak bisa mencelakai orang-orang seperti Yohanes. Dia meneror mereka, tetapi dia tidak bisa mengambil rahmat yang terus-menerus Allah anugerahkan kepada mereka. Ayo kita pergi. Aku akan berbicara di pagi hari dan kemudian kita akan pergi ke Pella. Kita harus bergegas, karena sungai sudah meluap dengan salju yang mencair dan hujan beberapa hari terakhir. Akan segera banjir, terutama karena bulan purnama menandakan datangnya hujan lebat..."

Mereka turun dan menghilang dalam ruangan di bawah teras.  




Pagi hari. Suatu pagi di bulan Maret, saat langit cerah dan berganti mendung secara bergantian. Namun awan mengatasi kecerahan dan berusaha menguasai langit. Hembusan udara hangat menjadikan udara berat dengan selubung debu yang mungkin dihembus dari dataran tinggi.

"Jika angin tidak berubah, akan turun hujan," kata Petrus saat keluar dari rumah bersama yang lain-lainnya.

Yesus keluar terakhir; Dia mengucapkan selamat tinggal kepada para perempuan dari rumah itu, sementara tuan tanah bergabung dengan-Nya. Mereka menuju alun-alun.

Setelah beberapa langkah, mereka dihentikan oleh seorang sersan Romawi yang bersama dengan para prajurit lain. "Apakah Engkau Yesus dari Nazaret?"

"Ya."

"Apa yang Kau lakukan?"

"Aku akan berbicara kepada orang banyak."

"Di mana?"

"Di alun-alun."

"Khotbah yang membujuk?"

"Bukan. Ajaran tentang keutamaan."

"Hati-hati! Jangan berbohong! Roma sudah muak dengan dewa-dewa palsu."

"Jika kau ikut juga, kau akan melihat bahwa Aku tidak berbohong."

Laki-laki yang memberikan tumpangan kepada Yesus merasa bahwa dia harus ikut campur, "Sejak kapan seorang rabbi ditanyai begitu banyak pertanyaan?"

"Dia telah dituduh sebagai penghasut."

"Penghasut, Dia? Kau salah besar, Marius Severus. Dia adalah orang paling lemah lembut di bumi. Aku dapat pastikan itu."

Sersan itu mengangkat bahu dan menjawab, "Itu jauh lebih baik bagi-Nya. Tapi itulah tuduhan yang diterima centurion. Dia boleh pergi. Dia telah diperingatkan." Dan dia berbalik pergi bersama anak buahnya.

"Siapa yang sudah melakukannya? Aku tidak mengerti!" kata banyak orang yang hadir.

Yesus menjawab, "Sudahlah. Tidak apa-apa. Mari kita pergi sementara ada banyak orang di alun-alun. Nanti kita juga akan pergi dari sini juga."

Alun-alun tampak seperti sebuah tempat niaga. Ini bukan pasar, tapi tidak jauh berbeda dari pasar, karena ada gudang-gudang di sekelilingnya, dengan segala macam barang tersimpan di dalamnya. Dan gudang-gudang itu ramai dengan orang. Jadi, ada banyak orang juga di alun-alun dan sebab beberapa dari mereka menunjuk Yesus, kerumunan orang segera berkumpul di sekeliling "Orang Nazaret". Dalam himpunan itu ada segala jenis orang dan dari segala macam negeri. Sebagian ada di sana karena rasa hormat, sebagian karena rasa ingin tahu.

Yesus membuat isyarat bahwa Dia akan berbicara. "Mari kita mendengarkan Dia!" kata seorang Romawi yang keluar dari sebuah gudang.

"Tidakkah kita akan mendengarkan ratapan?" jawab rekannya.

"Jangan percaya itu, Constant. Dia tidak begitu membosankan seperti biasanya orator kita."

"Damai bagi mereka yang mendengarkan Aku! Ada tertulis dalam Kitab Ezra, dalam doa Ezra: 'Apa yang harus kami katakan sekarang, Allah-ku, sesudah apa yang terjadi? Karena, jika kami telah meninggalkan perintah-perintah-Mu, yang Engkau tetapkan melalui hamba-hamba-Mu...'"

"Berhenti, Kau yang berbicara. Kami yang akan memberi-Mu subjeknya," teriak segelintir kaum Farisi yang dengan sikutnya menerobos orang banyak. Kawanan itu muncul nyaris serta merta dan berhenti di sudut terdekat. Kaum Farisi sekarang ada di hadapan Yesus. "Apakah Kau Orang Galilea itu? Apakah Kau Yesus dari Nazaret?"

"Ya!"

"Terpujilah Allah bahwa kami sudah menemukan-Mu!" Wajah jelek mereka begitu penuh dengki hingga mereka tidak menunjukkan banyak kegembiraan untuk pertemuan itu...

Yang tertua berbicara, "Kami sudah mengikuti-Mu selama beberapa hari, tetapi Kau selalu sudah pergi ketika kami tiba."

"Mengapa kamu mengikuti Aku?"

"Karena Kau adalah Guru dan kami ingin diajar oleh-Mu sehubungan dengan suatu bagian gelap dalam Hukum."

"Tidak ada bagian gelap dalam Hukum Allah."

"Tidak dalam Hukum. Tapi, eh! eh!... 'superimposisi', seperti yang Kau katakan, eh! eh!, telah dilakukan terhadap Hukum dan telah mengakibatkan ketidakjelasan."

"Terang yang suram, paling pol. Dan cukuplah mengarahkan pikiran orang kepada Allah untuk menghilangkan suram itu."

"Tidak semua orang bisa melakukannya. Kami, misalnya, masih tinggal dalam terang yang suram. Kau adalah Rabbi, eh! eh! Jadi, tolonglah kami."

"Apa yang ingin kamu ketahui?"

"Kami ingin mengetahui apakah sah menurut hukum seorang laki-laki menceraikan istrinya dengan alasan apa pun. Ini adalah sesuatu yang sering terjadi dan setiap kali menyebabkan keributan di mana pun itu terjadi. Orang-orang bertanya kepada kami untuk mengetahui apakah itu sah. Dan kami menjawab sesuai setiap kasus."

"Dan kamu menyetujui apa yang terjadi dalam sembilanpuluh persen kasus. Dan sepuluh persen sisanya, yang tidak kamu setujui, menyangkut orang-orang miskin atau musuhmu."

"Bagaimana Kau tahu?"

"Karena itulah yang terjadi dalam semua hal manusia. Dan Aku akan menambahkan kelompok orang yang ketiga: mereka yang akan lebih berhak untuk itu, jika perceraian adalah sah: yaitu, kasus-kasus yang sungguh menyedihkan, seperti kusta yang tak tersembuhkan, penjara seumur hidup, atau penyakit-penyakit yang tidak dapat disebutkan..."

"Jadi, menurut-Mu, perceraian tidak pernah sah."

"Baik menurut Aku, maupun menurut Yang Mahatinggi, atau siapa pun yang berjiwa benar. Tidakkah kamu baca, bahwa Sang Pencipta, pada permulaan masa, menciptakan laki-laki dan perempuan? Dan Dia menciptakan mereka laki-laki dan perempuan; dan tidak perlu bagi-Nya untuk melakukannya, karena Dia bisa saja menciptakan cara prokreasi yang berbeda untuk raja Ciptaan, yang Dia jadikan menurut gambar dan citra-Nya, dan itu akan menjadi cara yang baik, bahkan meski berbeda dari setiap cara alami lainnya. Dan Dia bersabda, 'Karenanya laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan akan mempersatukan dirinya dengan istrinya dan mereka akan menjadi satu tubuh.' Jadi Allah mempersatukan mereka dalam satu kesatuan. Demikianlah mereka bukan lagi 'dua', melainkan 'satu' tubuh saja. Jadi, apa yang dipersatukan Allah, karena Dia melihat bahwa 'itu sangat baik,' janganlah diceraikan manusia, karena jika itu terjadi, maka tidak lagi menjadi sangat baik."

"Jadi mengapa Musa mengatakan: 'Jika seorang laki-laki sudah mengambil seorang istri, tetapi istrinya tidak disukai olehnya melalui sesuatu yang memalukan, dia akan memberikan kepada istrinya surat cerai dan mengusirnya dari rumahnya?'"

"Dia mengatakannya karena ketegaran hatimu, untuk menghindari, melalui perintahnya, kekacauan yang terlalu parah. Itulah sebabnya dia mengizinkanmu untuk menceraikan istrimu. Tetapi sejak semula tidak demikian. Karena seorang perempuan lebih berharga daripada seekor binatang, yang menurut impuls tuannya atau keadaan alam yang bebas, bersetubuh dengan jantan ini atau itu, tubuh tanpa jiwa yang bersetubuh untuk prokreasi. Istrimu memiliki jiwa, sepertimu, dan tidak adil jika kamu menginjak-injaknya tanpa belas kasihan. Jika dalam penghukumannya dikatakan: 'Kamu akan tunduk di bawah kuasa suamimu dan dia akan berkuasa atasmu,' itu harus terjadi menurut keadilan dan bukan dengan kesombongan yang melanggar hak-hak jiwa bebas yang layak dihormati. Dengan menceraikan istrimu, yang adalah tidak sah, kamu menyakiti jiwa pasanganmu, tubuh kembar yang dipersatukan dengan tubuhmu, keseluruhan diri perempuan yang kamu kawini, dengan menuntut kejujuran darinya, sedangkan kamu, hai orang-orang yang bersumpah palsu, kamu tidak jujur, tercela, terkadang rusak, ketika kamu menghampirinya, dan kamu terus demikian, dengan mengambil setiap kesempatan untuk menyerangnya dan memberikan ruang yang lebih luas bagi hawa nafsumu yang tak terpuaskan. Kamu yang menjadikan istrimu pelacur! Dengan alasan apa pun kamu tidak bisa memisahkan diri dari perempuan yang dipersatukan denganmu menurut Hukum dan Berkat. Hanya dalam hal kasih karunia menyentuhmu, dan kamu mengerti bahwa perempuan bukanlah milik melainkan jiwa, dan karenanya memiliki hak-hak yang sama sepertimu untuk diakui sebagai bagian dari laki-laki dan bukan objek kesenangannya, dan hanya dalam hal hatimu sebegitu keras sehingga tidak dapat mengangkatnya ke martabat istri, sesudah menikmatinya sebagai pelacur, melainkan hanya untuk menghapus skandal dari dua orang yang hidup bersama tanpa berkat Allah dalam persatuan mereka, kamu boleh mengusirnya. Karena dalam hal itu kasusmu bukanlah persatuan melainkan perzinahan, yang seringkali tanpa kelahiran anak-anak, karena mereka ditindas melawan alam atau dibuang sebagai aib. Tidak dalam hal lainnya. Karena jika kamu memiliki anak-anak yang tidak sah dari gundikmu, adalah tugasmu untuk mengakhiri skandal dengan mengawininya, jika kamu bebas. Aku tidak mempertimbangkan kasus perzinahan yang merugikan istri yang tidak tahu. Dalam hal itu batu rajam dan api Sheol adalah suci. Tetapi bagi laki-laki yang mengusir istrinya yang sah karena dia sudah kenyang dengannya, untuk mengambil yang lain, hanya ada satu kalimat: dia adalah pezina. Dan juga laki-laki yang mengambil perempuan yang diceraikan adalah pezina, karena meski dia sudah merampas bagi dirinya sendiri hak untuk memisahkan apa yang telah dipersatukan Allah, persatuan perkawinan itu tetap di mata Allah, dan terkutuklah dia yang mengambil istri kedua tanpa dia menjadi duda. Dan terkutuklah dia yang, sesudah menceraikan istrinya dan meninggalkannya dalam bahaya kehidupan, membuat istrinya itu terpaksa kawin lagi untuk mendapatkan makanan sehari-hari, dan lalu mengambil istrinya kembali ketika istrinya itu menjadi janda dari suami keduanya. Karena, meskipun dia seorang janda, dia adalah seorang pezina akibat kesalahanmu, dan kamu akan melipatgandakan perzinahannya. Apakah kamu mengerti, orang-orang Farisi, yang mencobai Aku?"

Mereka pergi dengan sangat malu, tanpa menjawab.

"Dia seorang yang keras. Jika Dia berada di Romawi Dia akan melihat bahwa kekotoran di sana bahkan lebih busuk," kata seorang Romawi.

Juga sebagian orang Gadara menggerutu, "Sulit menjadi laki-laki, jika orang harus begitu suci!..."

Dan sebagian berkata dengan suara lebih lantang, "Jika itu adalah keadaan seorang laki-laki sehubungan dengan istrinya, lebih baik tidak kawin."

Dan para rasul juga membuat pernyataan yang sama ketika mereka melanjutkan perjalanan, sesudah meninggalkan Gadara. Yudas mengatakannya dengan begitu mencemooh. Yakobus Zebedeus mengatakannya dengan hormat dan pertimbangan, dan Yesus menjawab keduanya, "Tidak semua orang memahaminya dengan benar. Sesungguhnya sebagian orang lebih suka tetap melajang supaya bebas berkubang dalam kejahatan mereka; sebagian untuk menghindari kemungkinan dosa tidak menjadi suami yang baik. Tetapi hanya sedikit yang dikaruniai untuk mengerti keindahan menjadi bebas dari sensualitas dan juga dari keinginan jujur akan perempuan. Dan mereka adalah yang paling kudus, paling bebas, paling bak malaikat di bumi. Aku mengacu kepada mereka yang selibat demi Kerajaan Allah. Sebagian orang terlahir seperti itu. Sebagian orang dibuat seperti itu. Yang pertama adalah cacat yang harus dikasihani, yang terakhir adalah aniaya yang harus ditindas. Tetapi ada kategori ketiga: selibat sukarela, yang tanpa kekerasan terhadap diri sendiri, dan dengan demikian berjasa ganda, sesuai permintaan Allah dan hidup bagai malaikat, sehingga altar bumi yang menyedihkan masih memiliki bunga-bunga dan dupa untuk Tuhan. Mereka menyangkal bagian kepuasan mereka yang lebih rendah, supaya bagian yang lebih tinggi dapat tumbuh lebih besar dan mekar di Surga di petak-petak bunga yang paling dekat dengan takhta Sang Raja. Dan dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa mereka tidak dimutilasi, sebaliknya mereka dikaruniai dengan apa yang tidak dimiliki kebanyakan orang. Dengan demikian, mereka bukan objek dari kata-kata cemooh yang bodoh, melainkan rasa hormat yang besar. Biarlah mereka yang harus memahaminya dapat memahaminya, dan menghormatinya, jika mereka bisa."

Mereka yang sudah kawin di antara para rasul saling berbisik. "Ada apa denganmu?" tanya Yesus.

"Dan bagaimana dengan kami? Kami tidak tahu tentang itu, dan kami sudah kawin. Tapi kami ingin menjadi seperti yang Engkau katakan..." kata Bartolomeus mewakili semua orang.

"Kamu tidak dilarang untuk melakukannya mulai dari sekarang dan seterusnya. Hiduplah dengan berpantang, dengan menganggap pasanganmu sebagai saudari dan kamu akan berjasa besar di mata Allah. Tapi percepatlah langkahmu, supaya kita bisa sampai di Pella sebelum hujan mulai turun."
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 5                 Daftar Istilah                    Halaman Utama