347. DARI KAPERNAUM KE NAZARET BERSAMA MENAHEM DAN MURID-MURID PEREMPUAN.            


2 Desember 1945  

Ketika mereka menginjakkan kaki di pantai kecil Kapernaum, mereka disambut oleh teriakan anak-anak yang bersaing dengan suara burung walet, yang sekarang sibuk membangun sarang baru mereka. Begitu cepat anak-anak berlari dari pantai ke rumah-rumah, memekik dengan suara melengking mereka, ceria dengan kegembiraan sederhana anak-anak, bagi siapa segalanya adalah pemandangan yang mengagumkan dan objek misterius: ikan kecil yang ditemukan mati di pantai, atau kerikil yang dihaluskan oleh ombak dan karena warnanya, terlihat seperti batu berharga, atau bunga yang tumbuh di antara dua batu, atau kumbang warna-warni yang ditangkap saat berlarian. Semua hal menakjubkan yang akan ditunjukkan kepada ibu mereka sehingga para ibu bisa ikut ambil bagian dalam kegembiraan anak-anak mereka.

Tetapi anak-anak itu sekarang melihat Yesus dan mereka berlarian menuju Yesus, Yang hendak menjejakkan kaki di pantai. Dan itu adalah serbuan hangat dari anak-anak, gapaian tangan-tangan mungil yang lembut, cinta dari hati anak-anak yang menyambut Yesus, Yang dihimpit, dikelilingi dan dihangatkan, seolah-olah mereka adalah kobaran api yang lembut.

"Aku! Aku!", "Cium!", "Untukku!", "Juga untukku!", "Yesus! Aku mencintaimu!", "Jangan pergi lama-lama lagi ya!", "Aku datang ke sini setiap hari untuk melihat apakah Engkau datang.", "Dan aku biasa pergi ke rumah-Mu."

"Ambillah bunga ini, tadinya untuk ibuku, tapi aku memberikannya kepada-Mu."

"Cium aku lagi, ciuman yang besar. Yang pertama Kau tidak menciumku, karena Yael mendorongku ke belakang..."

Dan suara melengking mereka terus bersahutan, sementara Yesus berusaha berjalan di tengah jaring cinta.

"Tinggalkan Dia sekarang! Pergilah! Sudah cukup sekarang!" teriak para rasul dan para murid mencoba untuk melonggarkan himpitan. Tidak ada harapan! Mereka seperti tumbuhan liana dengan pengisap; mereka terlepas di sini dan mereka menempel di sana.

"Biarkan mereka! Dengan sedikit kesabaran kita akan sampai di sana," kata Yesus seraya tersenyum dan Dia mengambil langkah-langkah yang sangat pendek supaya bisa maju tanpa menginjak kaki telanjang anak-anak.

Yang membebaskan-Nya dari himpitan cinta adalah kedatangan Menahem bersama murid-murid lain, di antaranya adalah para gembala yang dulu di Yudea.

"Damai serta-Mu, Guru!" gelegar Menahem yang tampak mengesankan dalam pakaian megahnya, tidak lagi mengenakan perhiasan di dahi dan jemarinya; pedang yang indah tergantung di pinggangnya dan itu membangkitkan kekaguman penuh hormat dari anak-anak, yang minggir melihat ksatria menakjubkan berpakaian ungu dan membawa senjata yang luar biasa di pinggangnya; tampak jelas mereka ketakutan.

Dan dengan demikian Yesus bisa memeluknya dan Elia, Lewi, Matias, Yusuf, Yohanes, Simeon, dan aku tidak tahu berapa banyak lagi. "Bagaimana kau bisa di sini? Dan bagaimana kau tahu bahwa Aku telah mendarat?"

"Kami tahu dari teriakan anak-anak. Mereka menembusi tembok-tembok dengan panah sukacita. Tapi aku datang ke sini sebab berpikir bahwa perjalanan-Mu berikutnya ke Yudea sekarang sudah dekat dan juga para perempuan akan ikut ambil bagian di dalamnya... Aku juga ingin berada di sana... Untuk melindungi-Mu, Tuhan-ku, jika aku tidak terlalu bangga dengan berpikir demikian. Ada banyak kehebohan di Israel melawan Engkau. Aku menyesal harus mengatakannya. Tetapi Engkau tahu itu."

Dan sambil berbicara, mereka tiba di rumah dan masuk. Menahem melanjutkan pembicaraannya sesudah tuan rumah dan istrinya menyembah Guru.

"Sekarang kehebohan dan perhatian orang pada-Mu telah menyebar ke setiap tempat, membangkitkan dan menarik perhatian bahkan orang-orang yang paling bodoh, yang biasanya hanya peduli dengan hal-hal yang sama sekali berbeda. Berita tentang apa yang telah Engkau lakukan bahkan telah menembus tembok-tembok Machaerus yang kotor dan sampai ke tempat perlindungan mesum Herodes, yaitu: istananya di Tiberias, kastil Herodias, dan istana kerajaan Asmonean yang indah dekat pasar Sixtus. Bagai gelombang cahaya dan kuasa, berita itu menembusi penghalang-penghalang gelap yang cemar, menghancurkan timbunan dosa yang ditempatkan sebagai parit perlindungan guna menutupi hubungan cinta yang hina dari Istana dan kejahatan-kejahatan kejinya, melesat bagai panah api dengan menuliskan kata-kata yang jauh lebih keras daripada yang dituliskan pada tembok-tembok mesum dari kamar tidur cabul dan takhta dan ruang perjamuan di pesta Belsyazar. Berita-berita itu meneriakkan Nama dan kuasa-Mu, kodrat-Mu dan Misi-Mu. Dan Herodes gemetar ketakutan; Herodias terguling-guling di atas ranjangnya sebab takut bahwa Engkau mungkin menjadi Raja pembalas dendam, yang akan merampas kekayaan dan kebebasannya, jika bukan nyawanya, membiarkannya menghadapi hukuman dari rakyat yang tanpa ampun, yang akan membalas dendam atas banyaknya kejahatannya. Mereka gemetar di Istana, karena Engkau. Mereka gemetar dengan ketakutan manusiawi dan di luar manusiawi. Karena mereka memenggal kepala Yohanes, api seakan-akan membakar perut para pembunuhnya. Mereka bahkan tidak lagi menikmati kedamaian mereka sebelumnya yang menyedihkan, kedamaian babi yang kenyang dengan pesta pora, yang membungkam hati-nurani-mereka-yang-mencela dalam kemabukan atau dalam persetubuhan. Tiada suatu pun yang bisa menenangkan mereka... Mereka teraniaya... Dan mereka saling membenci, sesudah bercinta, saling muak, saling menuduh melakukan kejahatan yang sekarang meresahkan mereka sebab sudah melampaui batas. Salome, seakan dirasuki setan, dibakar oleh erotisme sebegitu rupa yang akan merendahkan bahkan seorang budak perempuan. Istana Kerajaan berbau lebih busuk dari selokan. Herodes sudah beberapa kali bertanya kepadaku tentang Engkau. Dan setiap kali aku selalu menjawab, 'Menurutku Dia adalah Mesias, Raja Israel dari keturunan kerajaan yang unik: Daud. Dia adalah Putra Manusia yang dinubuatkan oleh para Nabi, Dia adalah Sabda Allah, Dia - yang sebab adalah Kristus, Yang Diurapi Allah - memiliki hak untuk berkuasa atas semua makhluk hidup.' Dan Herodes menjadi pucat pasi ketakutan saat dia menyadari bahwa Engkau Sang Pembalas. Dan karena para pegawai istana, demi menghiburnya mengatakan bahwa Engkau adalah Yohanes, yang secara keliru diyakini telah mati, yang dengan demikian membuatnya pingsan karena ngeri, atau bahwa Engkau adalah Elia atau salah satu nabi lain dari masa lalu, dia berjuang melawan ketakutannya dan seruan hati nuraninya ditelan oleh sesal; dia mengatakan, 'Tidak. Dia tidak mungkin Yohanes! Aku sudah menyuruh memenggal Yohanes dan kepalanya disimpan dengan aman oleh Herodias. Dan Dia tidak mungkin adalah salah satu dari para nabi. Orang tidak hidup kembali sesudah mati. Dia juga tidak mungkin Kristus. Siapa yang mengatakannya? Siapa yang berani mengatakan kepadaku bahwa Dia adalah Raja dari keturunan kerajaan yang unik? Akulah raja! Tidak ada yang lain! Mesias dibunuh oleh Herodes Agung: Dia ditenggelamkan dalam lautan darah segera sesudah Dia dilahirkan. Dia disembelih bagai anak domba kecil... dan Dia baru berumur beberapa bulan... Tidak bisakah kau mendengar Dia menangis? Embikannya selalu menggema di kepalaku bersama dengan raungan Yohanes: 'Adalah melanggar Hukum bagimu untuk memilikinya'... Apakah melanggar Hukum bagiku?! Tidak, tidak! Aku diizinkan segalanya, sebab aku adalah 'raja'. Aku ingin anggur dan perempuan-perempuan di sini, jika Herodias menolak pelukanku, dan biarkan Salome menari untuk membangkitkan nafsuku, yang sudah ditakuti oleh cerita-ceritamu yang menakutkan.' Dan dia mabuk bersama para gadis mimer istana, sementara di kamarnya, Herodias, si perempuan gila, melolong mengutuki si Martir dan mengancam-Mu, dan Salome, di kamarnya, menyadari apa artinya dilahirkan dari dua orang tua yang cabul dan memberikan persetujuan untuk suatu kejahatan dan melakukannya dengan menyerahkan tubuh pada nafsu mesum seorang laki-laki cabul. Ketika Herodes sadar, dia ingin diberitahu tentang Engkau dan ingin bertemu dengan-Mu. Itulah sebabnya dia mendukung kunjunganku kepada-Mu, karena dia berharap aku bisa membawa-Mu kepadanya. Yang tidak akan pernah aku lakukan karena aku tidak siap untuk membawa kekudusan-Mu ke dalam liang binatang buas yang hina. Dan Herodias menginginkan-Mu untuk menyerang-Mu. Dan dia meneriakkannya dengan menggenggam belati di tangannya... Dan Salome menginginkan-Mu, sebab dia melihat-Mu di Tiberias, tanpa Kau ketahui, bulan Ethanim (Tisyri) yang lalu, dan tergila-gila pada-Mu... Itulah Istana Kerajaan, Guru! Tapi aku tetap tinggal di sana supaya aku bisa mengawasi apa yang mereka ingin lakukan terhadap-Mu."

"Dan Aku berterima kasih kepadamu untuk itu dan Yang Mahatinggi memberkatimu. Itu juga merupakan suatu cara untuk melayani Yang Mahatinggi dalam perintah-perintah-Nya."

"Itulah yang aku pikirkan. Dan itulah sebabnya aku datang."

"Menahem, sebab kau sudah datang, Aku memintamu untuk membantu-Ku. Janganlah datang ke Yerusalem bersama-Ku, tetapi pergilah bersama para perempuan. Aku akan pergi bersama para murid-Ku di sepanjang jalan yang tidak dikenal dan tidak akan ada seorang pun yang bisa mencelakai-Ku. Tetapi mereka perempuan dan tidak terlindungi, dan dia yang menemani mereka adalah jiwa yang lemah-lembut dan sudah diajar untuk menyerahkan pipinya yang lain kepada siapa saja yang akan menamparnya. Kehadiranmu akan menjadi perlindungan yang aman. Aku mengerti bahwa itu adalah pengorbanan, tetapi kita akan bersama di Yudea. Sahabatku terkasih, janganlah menolak permintaan-Ku ini."

"Tuhan, setiap keinginan-Mu adalah hukum bagi abdi-Mu. Aku melayani BundaMu dan para murid perempuan mulai saat ini, sampai kapan pun Engkau menghendakinya."

"Terima kasih. Juga ketaatanmu ini akan ditulis di Surga. Sekarang, sambil menunggu perahu-perahu itu, marilah kita menyembuhkan orang-orang sakit yang sedang menunggu-Ku."

Dan Yesus turun ke kebun sayur-mayur dan buah-buahan di mana tandu-tandu dan orang-orang sakit berada dan Dia segera menyembuhkan mereka, sementara Yairus dan beberapa teman dari Kapernaum menyampaikan hormat kepada-Nya.

Para perempuan - yaitu: Porphirea dan Salome, istri Bartolomeus yang sudah tua dan istri Filipus yang lebih muda bersama putri-putrinya yang masih muda - sibuk menyiapkan makanan untuk himpunan besar para murid yang rasa laparnya akan dipuaskan dengan berkeranjang-keranjang ikan yang diberikan oleh orang-orang Betsaida dan Kapernaum. Dan banyak pekerjaan mengeluarkan isi perut ikan-ikan keperakan yang masih menggeliat, mencucinya dalam baskom-baskom dan memanggangnya dilakukan di dapur sementara Marjiam dan beberapa murid lainnya menyalakan api dan membawa kendi-kendi air untuk membantu para perempuan.

Makanan segera siap dan segera berakhir. Dan karena perahu-perahu sudah cukup terkumpul, yang perlu mereka lakukan adalah berlayar ke Magdala, di danau yang mempesona, yang begitu damai tenang dan bak malaikat dalam latar hijau zamrud pantainya.

Rumah dan kebun-kebun Maria Magdala yang ramah menyambut Guru dan murid-murid-Nya di bawah sinar mentari tengah hari, dan seluruh Magdala bergegas menyambut Sang Rabbi, Yang akan menuju Yerusalem.  




Dan himpunan orang percaya itu melangkah cepat dan gembira di sepanjang lereng-lereng sejuk perbukitan Galilea, diikuti oleh sebuah kereta yang nyaman di mana duduk Yohana bersama Porphirea, Salome, istri Bartolomeus, istri Filipus bersama dua putrinya dan dua anak yatim piatu yang ceria yang diadopsi oleh Yohana, yakni Matias dan Maria, yang tampilannya sama sekali berbeda dan bahkan tak dapat dikenali dari tampilan keduanya lima bulan lalu. Marjiam melangkah dengan gagah bersama kelompok orang-orang dewasa, dan seperti yang diperintahkan Yesus, dia berada dalam kelompok apostolik, di antara Petrus dan Yohanes, dan tidak melewatkan sepatah kata pun dari apa yang Yesus katakan.

Matahari bersinar di langit yang sangat cerah dan hembusan angin hangat membawa aroma kayu-kayuan, mint, bunga violet, bunga lily dari lembah, semak mawar yang sarat bunga, dan di atas semua itu, aroma segar yang agak sedikit pahit dari bunga pohon buah-buahan, yang di mana-mana menghujankan kelopak-kelopak bunga seputih salju di padang rumput. Para peziarah tak luput dari siraman kelopak-kelopak bunga di kepala mereka sementara mereka bergerak maju di antara kicau burung yang tiada henti, di antara nyanyian-nyanyian yang memikat hati dan panggilan antusias dari satu semak ke semak lainnya, antara pejantan yang gagah dan betina yang malu-malu, sementara domba-domba merumput, tampak gemuk karena menyusui, dan anak-anak domba kecil pertama menyundulkan moncong kecil mereka ke ambing bundar untuk memperbanyak keluarnya air susu, atau mereka melompat-lompat di padang rumput yang berselimutkan rerumputan lembut, seperti anak-anak yang bergembira ria.

Rombongan segera mencapai Nazaret sesudah Kana, di mana Susana menggabungkan diri dengan perempuan-perempuan lain dengan membawa hasil tanahnya dalam keranjang-keranjang dan vas-vas dan seluruh pucuk mawar-mawar merah, yang semuanya masih kuncup dan akan segera mekar, "untuk dipersembahkan kepada Maria," katanya.

"Aku juga punya, lihat?" kata Yohana membuka semacam kotak, di mana banyak mawar telah ditata di antara lumut lembab, "Mawar-mawar pertama dan yang paling indah. Tapi tetap bukan apa-apa untuk-Nya, Yang begitu tersayang!"

Aku melihat bahwa setiap perempuan membawa makanan untuk ziarah Paskah dan bersama makanan sebagian dari mereka membawa bunga, sebagian tanaman untuk kebun Maria. Porphirea meminta maaf karena hanya membawa satu vas camphor, yang mengagumkan dengan daun-daun biru-hijau kecilnya yang menebarkan aroma bahkan ketika disentuh sedikit saja. "Maria menginginkan tanaman balsam ini..." katanya. Dan mereka semua memujinya karena keindahan pohon muda yang rimbun itu. "Oh! Aku mengawasinya sepanjang musim dingin, melindunginya dari embun beku dan hujan es di kamarku. Marjiam membantuku mengeluarkannya di bawah sinar matahari setiap pagi, dan membawanya kembali di malam hari... Dan andai tidak ada perahu atau kereta, anak tersayang itu akan memanggulnya di pundak untuk membawanya kepada Maria, demi Dia dan demi aku," kata perempuan yang rendah hati itu, yang semakin berbesar hati melalui kebaikan Yohana, dan yang bersukacita pergi ke Yerusalem bersama Guru, suaminya dan Marjiam.

"Apa kau belum pernah ke sana?"

"Ketika ayahku masih hidup, aku biasa pergi setiap tahun. Tapi kemudian... Ibuku tidak pergi lagi... Saudara-saudara lelakiku pasti mau membawaku, tapi aku adalah penolong ibuku dan dia tidak membiarkanku pergi. Kemudian aku menikah dengan Simon dan kesehatanku tidak terlalu baik. Perjalanan itu akan menghabiskan banyak waktu bagi Simon dan dia bosan... Jadi aku tinggal di rumah menunggunya... Tuhan melihat kerinduanku... dan itu sama seperti seolah-olah aku mempersembahkan kurbanku di Bait Allah..." kata perempuan lemah lembut itu. Dan Yohana, yang berada dekatnya, menempatkan tangan di atas kepangnya yang indah, seraya berkata, "Sayangku!" Dan ada begitu banyak kasih, pengertian, dan makna dalam perkataan itu.

Itu Nazaret... itu rumah Maria Alfeus yang sudah berada dalam pelukan putra-putranya; dan dengan tangannya, yang meneteskan air dan merah sebab tadinya dia sedang mencuci, dia membelai mereka, dan lalu, sesudah mengeringkan tangan-tangannya dengan celemek kasarnya, dia berlari untuk memeluk Yesus... Dan itu rumah Alfeus anak Sarah, tepat sebelum rumah Maria. Alfaeus menyuruh cucu tertuanya untuk berlari memberitahu Maria, dan dengan langkah-langkah panjang dia berjalan ke arah Yesus dengan segerombolan cucu dalam pelukannya dan dia menyalami Yesus dengan cucu-cucunya dalam pelukannya bagaikan seberkas bunga yang dipersembahkan kepada Yesus. Dan itu Maria: Dia muncul di pintu, di bawah sinar matahari, mengenakan gaun biru muda, yang sedikit pudar, dengan rambut emas-Nya bercahaya di dahi perawan-Nya dan membentuk simpul kepang tebal di tengkuk-Nya; Dia jatuh di dada PutraNya, Yang mencium-Nya dengan segenap cinta.

Yang lain-lainnya dengan bijak berhenti untuk membiarkan mereka bebas di perjumpaan pertama mereka. Namun Maria menjauh, berbalik, wajah-Nya, yang tak lekang oleh usia, sekarang memerah karena terkejut dan senyum-Nya yang cerah, dan Dia menyapa dengan suara malaikat-Nya, "Damai sertamu, para abdi Tuhan dan murid PutraKu. Damai sertamu, saudari-saudari dalam Tuhan," dan Dia bertukar cium persaudaraan dengan para murid perempuan, yang sudah turun dari kereta.

"Oh! Marjiam! Aku tidak akan bisa lagi menggendong-Mu! Kau seorang dewasa sekarang. Tapi datanglah kepada Bunda dari semua anak yang baik, Aku masih bisa memberimu ciuman. Sayang-Ku! Semoga Allah memberkatimu dan membuatmu bertumbuh di jalan-Nya, sekokoh tubuh mudamu tumbuh, dan bahkan lebih lagi. Nak, kita harus membawanya kepada kakeknya. Dia akan sangat senang melihatnya seperti ini," Dia berkata seraya berbalik kepada Yesus.

Maria kemudian memeluk Yakobus dan Yudas Alfeus. Dan Dia menyampaikan berita yang sudah pasti paling menyenangkan mereka, "Tahun ini Simon akan datang bersama-Ku, sebagai murid Guru. Dia mengatakannya kepada-Ku."

Dan Maria menyapa mereka satu per satu mereka yang lebih akrab, yang lebih berpengaruh, dengan mengucapkan perkataan anggun kepada mereka masing-masing. Menahem dihantar kepada-Nya oleh Yesus, Yang memperkenalkannya sebagai pengawal-Nya dalam perjalanan ke Yerusalem.

"Apakah Engkau tidak bersama kami, Nak?"

"Bunda, ada tempat-tempat lain yang perlu diinjili. Kita akan bertemu di Betania."

"Kiranya terjadilah kehendak-Mu sekarang dan selalu. Terima kasih, Menahem. Kau: malaikat berwujud manusia; pelindung kami: malaikat di Surga; dan kami akan seaman seolah-olah kami di Tempat Mahakudus." Dan Dia menyerahkan tangan mungil-Nya kepada Menahem sebagai tanda persahabatan. Dan sang ksatria, yang dibesarkan dengan sopan santun istana, berlutut untuk mencium tangan lembut yang disodorkan kepadanya.

Sementara itu bunga-bungaan dan apa-apa yang perlu ditinggalkan di Nazaret sudah diturunkan. Kereta sudah dibawa ke salah satu istal di kota.

Rumah kecil itu tampak bagai rosario dengan bunga-bunga mawar yang ditebarkan oleh para murid perempuan di mana-mana. Namun tanaman Porphirea, yang diletakkan di atas meja, adalah yang paling dikagumi oleh Maria, Yang membawanya ke tempat yang sesuai menurut petunjuk istri Petrus.

Mereka tentu saja tidak bisa semuanya masuk ke dalam rumah mungil itu atau ke kebun sayur-mayur dan buah-buahan, yang bukanlah perkebunan, tetapi seolah-olah kebun itu naik hingga ke langit, dan udaranya segar, begitu banyak berkas-berkas bunga di pepohonan di kebun. Dan Yudas Alfeus bertanya kepada Maria sembari tersenyum, "Sudahkah Engkau memetik ranting untuk amphora-Mu hari ini?"

"Sudah pasti, Yudas. Dan Aku sedang mengkontemplasikannya ketika kamu datang..."

"Dan sekali lagi Kau bermimpi, Bunda, tentang misteri-Mu yang jauh..." kata Yesus, memeluk-Nya dengan lengan kiri-Nya dan mendekapkan-Nya ke hati-Nya.

Maria mendongakkan wajahnya yang memerah dan berkata seraya menghela nafas, "Ya, Nak, dan Aku memimpikan kembali detak jantung pertama-Mu dalam Diri-Ku..."

Yesus berkata, "Biarlah para murid perempuan, para rasul, Marjiam, para murid-gembala, Yohanes sang imam, Stefanus, Hermas dan Menahem tinggal di sini. Yang lainnya bisa menyebar mencari penginapan..."

"Banyak yang bisa tinggal bersamaku..." teriak Simon Alfeus dari ambang pintu di mana dia sudah berhenti. "Aku adalah murid rekan mereka dan aku menyatakannya."

"Oh! saudaraku, masuklah, supaya Aku bisa menciummu," kata Yesus emosional, sementara Alfeus anak Sara, juga Ismael dan Asyer, kedua murid yang sebelumnya adalah kusir keledai dari Nazaret, berkata, "Marilah ke rumah kami!"

Murid-murid yang tidak diminta untuk tinggal, pergi, dan pintu ditutup... tetapi pintu segera dibuka kembali sesudahnya, untuk kedatangan Maria Alfeus, yang tidak bisa jauh, bahkan meski cuciannya akan terbengkalai. Mereka berjumlah sekitar empatpuluh orang dan mereka tersebar di kebun yang damai dan hangat, hingga makanan dibagikan, dan setiap orang merasa ada cita rasa surgawi di dalamnya, begitu bahagia mereka menyantap makanan di rumah Tuhan, yang diterima dari tangan Maria.

Simon kembali sesudah mengurus tempat bagi para murid dan berkata, "Kau tidak memintaku untuk tinggal bersama yang lain-lain, tetapi aku saudara-Mu dan, sama saja, aku akan tinggal di sini."

"Sungguh baik, Simon, kemarilah. Aku ingin kau berada di sini untuk bertemu Maria. Banyak darimu mengenal Maria sebagai 'Bunda'; sebagian mengenalnya sebagai 'Mempelai'. Tetapi tak seorang pun mengenal-Nya sebagai 'Perawan' Maria. Aku ingin kamu mengenal-Nya di kebun berbunga ini, tempat yang dirindukan hatimu untuk kau datangi ketika kau terpaksa berada jauh, sebagai tempat peristirahatan sesudah karya kerasulanmu.

Aku mendengarmu para rasul, murid dan kerabat berbicara, dan Aku mendengar kesanmu, kenanganmu, dan pernyataanmu tentang BundaKu. Aku akan mentrasfigurasikan semua itu, yang mengagumkan meski masih sangat manusiawi, menjadi suatu pengetahuan adikodrati. Karena BundaKu harus ditransfigurasikan, di hadapan-Ku, di mata mereka yang paling pantas, untuk menunjukkan Dia sebagaimana Dia adanya. Kamu melihat seorang perempuan. Seorang perempuan yang berbeda dari perempuan lainnya, karena kekudusan-Nya, tetapi sesungguhnya kamu melihat Dia sebagai jiwa yang dibungkus dalam tubuh, sama seperti semua perempuan saudari-Nya. Tetapi sekarang Aku ingin menyingkapkan kepadamu jiwa BundaKu. Kecantikannya yang sejati dan kekal.

Kemarilah, Bunda. Janganlah tersipu. Jangan menarik diri dengan malu-malu, merpati manis Allah. PutraMu adalah Sabda Allah dan Dia dapat berbicara tentang Englau dan tentang misteri-Mu, tentang misteri-misteri-Mu, o Misteri mulia Allah. Marilah kita duduk di sini, di bawah naungan menyenangkan pohon-pohon berbunga dekat rumah, dekat kamar suci-Mu. Ya, demikian! Mari kita angkat tirai yang berkibar-kibar ini, agar gelombang-gelombang kekudusan dan Firdaus bisa keluar dari kamar perawan ini, untuk memenuhi kami semua dengan keutamaan-keutamaan-Mu... Ya. Aku juga. Supaya Aku bisa mencium aroma-Mu, o Perawan sempurna, agar Aku bisa menanggung bau busuk dunia, supaya Aku bisa melihat kemurnian sesudah memenuhi mata-Ku dengan Kemurnian-Mu... Marjiam, Yohanes, Stefanus, datanglah kemari, dan kamu, para murid perempuan, berdirilah tepat di depan pintu terbuka dari kediaman murni dari Yang Termurni di antara perempuan. Dan kamu, sahabat-sahabat-Ku, berdirilah di belakang. Dan Engkau, BundaKu terkasih, di sini, di samping-Ku.

Beberapa saat yang lalu Aku katakan kepadamu: 'keindahan kekal jiwa BundaKu'. Aku adalah Sabda, dan dengan demikian Aku dapat menggunakan kata-kata tanpa salah. Aku katakan: kekal, bukan tidak binasa. Dan Aku sengaja mengatakannya demikian. Dia tidak binasa yang, sesudah dilahirkan, tidak mati. Demikianlah jiwa orang-orang benar tidak binasa di Surga, jiwa orang-orang berdosa tidak binasa di Neraka, karena jiwa, sesudah diciptakan, tidak mati tetapi untuk berahmat. Tetapi jiwa memiliki hidup, jiwa ada sejak saat Allah memikirkannya (1). Adalah Pikiran Allah yang menciptakannya. Jiwa BundaKu dipikirkan oleh Allah sejak kekekalan masa. Oleh karenanya kekal dalam keindahannya, di mana Allah mencurahkan setiap kesempurnaan untuk menerima kesukaan dan penghiburan darinya.

(1)     Kata kerja 'memikirkan', dalam kasus khusus ini, berarti menciptakan, sebagaimana dijelaskan oleh kalimat yang segera mengikutinya: "Adalah Pikiran Allah yang menciptakannya."

Tertulis dalam Kitab leluhur kita Salomo, yang melihat-Mu sebelumnya, dan dengan demikian dapat disebut nabi-Mu: 'Allah telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama, sebelum Penciptaan. Dari kekekalan masa aku dijadikan, pada mula pertama, sebelum Bumi ada. Sebelum air samudera raya ada, aku dikandung. Sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air, sebelum gunung-gunung tertanam, dan aku sudah ada. Sebelum bukit-bukit aku telah lahir. Sebelum Dia membuat Bumi, sungai-sungai, atau kutub-kutub dunia, aku telah ada. Ketika Dia mempersiapkan langit dan Surga, aku ada. Ketika dengan hukum yang tak dapat diganggu gugat Dia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, ketika Dia menetapkan awan-awan di atas,  dan mata air  samudera raya meluap dengan deras,  ketika Dia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya,  dan ketika Dia menetapkan dasar-dasar bumi, aku ada di sisi-Nya menata segala sesuatu.  Aku senantiasa bersukacita bermain-main di hadapan-Nya; Aku bermain-main di semesta alam.'

Ya, Bunda, dengan Siapa Allah, Mahabesar, Mahamulia, Perawan, Tidak Diciptakan, mengandung dan membawa-Mu bagai suatu beban yang paling manis, bersukacita merasakan-Mu bergerak dalam Diri-Nya, ketika dengan senyum-Mu Dia menciptakan Semesta Alam! Dengan susah payah Dia melahirkan-Mu untuk memberikan-Mu kepada dunia, jiwa yang paling lembut, yang dilahirkan dari Ke-Allah-an untuk menjadi 'Perawan', Kesempurnaan Ciptaan, Terang Firdaus, Nasihat Allah, Yang dengan memandang-Mu Dia mengampuni Dosa, karena Engkau saja, oleh Diri-Mu sendiri dapat mengasihi seperti yang tidak dapat dilakukan oleh segenap umat manusia meski mereka mengasihi bersama-sama. Dalam Engkau ada Pengampunan Allah! Engkau adalah Penyembuhan bagi Allah, Engkau adalah belaian bagi Bapa Yang Kekal untuk luka-luka yang diakibatkan manusia pada Allah! Dalam Engkau-lah Keselamatan dunia, Bunda dari Kasih Yang Menjelma dan dari Penebus yang dianugerahkan! Jiwa BundaKu! Melebur dalam Kasih dengan BapaKu, Aku melihat-Mu dalam Diri-Ku, o jiwa BundaKu!... Dan kemuliaan-Mu, doa-Mu, gagasan dikandung oleh-Mu menghibur-Ku selama-lamanya untuk takdir sengsara-Ku dan pengalaman tidak manusiawi dari dunia yang rusak bagi Allah yang paling Sempurna. Terima kasih, Bunda! Ketika Aku datang, Aku sudah penuh dengan penghiburan-Mu, Aku turun dengan merasakan-Mu semata, harum-Mu, nyanyian-Mu, Cinta-Mu... Sukacita, Sukacita-Ku!

Sekarang sesudah kamu mengenal satu-satunya Perempuan Yang pada-Nya tidak ada dosa, satu-satunya Manusia yang tidak mengakibatkan luka pada Penebus, maka dengarkanlah transfigurasi kedua dari Maria, Putri Pilihan Allah.

Suatu siang yang cerah di bulan Adar dan pohon-pohon tengah berbunga di kebun sayur-mayur dan buah-buahan yang hening, dan Maria, mempelai Yosef, telah memetik sebatang ranting berbunga untuk menggantikan ranting yang ada di kamar-Nya. Maria, yang diambil dari Bait Allah untuk menghiasi rumah orang-orang kudus, baru-baru ini datang ke Nazaret. Dan dengan jiwa-Nya terbagi antara Bait Allah, rumah, dan Surga, Dia menatap ranting berbunga itu, merenungkan bahwa melalui ranting serupa, yang mekar dengan cara yang tidak lazim, sebuah ranting yang dipotong di kebun ini di musim dingin yang beku dan telah berbunga seolah-olah itu adalah musim semi di hadapan Tabut Tuhan - mungkin Allah-Matahari yang bersinar dalam Kemuliaan-Nya telah menghangatkannya - Allah telah menyingkapkan kehendak-Nya kepada-Nya... Dan Dia juga merenungkan bahwa pada hari pernikahan mereka, Yosef telah membawakan untuk-Nya bunga-bunga yang lain, tetapi tidak pernah seperti bunga pertama yang pada kelopak-kelopak tipisnya tertulis: 'Aku ingin Engkau bersatu dengan Yosef'... Dia merenungkan banyak hal... Dan sementara merenung Dia naik kepada Allah. Tangan-tangan-Nya sibuk dengan alat tenun dan sedang menenun benang yang lebih tipis dari rambut kepala-Nya yang belia...

Jiwanya sedang menenun permadani cinta, dengan bergerak cepat, bagai puntalan di alat tenun, dari bumi ke Surga. Dari kebutuhan rumah tangga, dari Yosef, ke kebutuhan jiwa, yakni Allah. Dan Dia bernyanyi dan berdoa. Dan permadani terbentuk di alat tenun mistik, bergulir dari bumi ke Surga, naik untuk tenggelam di atas sana... Dibentuk dengan apa? Dengan benang-benang tipis yang kuat sempurna dari keutamaan-keutamaan-Nya, dengan benang terbang dari puntalan, yang Dia pikir adalah 'milik-Nya', padahal itu adalah milik Allah: puntalan Kehendak Allah, di mana digulung kehendak Perawan agung Israel yang kecil, yang Tak Dikenal Dunia, Dikenal Allah, yang digulung dan dijadikan satu dengan Kehendak Allah. Dan permadani itu dihiasi dengan bunga-bunga kasih, bunga-bunga kemurnian, dengan palma kedamaian dan palma kemuliaan, dengan bunga-bunga violet yang harum mewangi, dengan melati... Setiap keutamaan berbunga di permadani cinta, yang dibuka gulungannya oleh Perawan Allah dengan menarik hati dari bumi ke Surga. Dan karena permadani itu tidak cukup Dia menyodorkan hati-Nya dengan bernyanyi: 'Biarlah KekasihKu datang ke kebun-Nya dan makan buah dari pohon-pohon-Nya ... Biarlah KekasihKu turun ke kebun-Nya, ke ranjang rempah-rempah, untuk menggembalakan di kebun-kebun dan mengumpulkan bunga-bunga lily. Aku adalah milik KekasihKu dan KekasihKu adalah MilikKu. Dia menggembalakan di antara bunga-bunga lily!' Dan dari kejauhan yang tiada batas, di antara aliran-aliran Cahaya, datang Suara yang tidak dapat didengar oleh telinga manusia dan tidak dapat diucapkan oleh mulut manusia. Dan suara itu berkata: 'Betapa cantiknya Engkau, cintaKu! Betapa cantiknya Engkau!... BibirMu menyuling madu liar... Kau adalah kebun yang tertutup, sumber mataair yang terkunci, saudariKu, pengantinKu yang dijanjikan...' dan kedua suara bergabung bersama untuk menyanyikan kebenaran kekal: 'Cinta lebih kuat daripada maut. Tak suatu pun yang dapat memuaskan atau memadamkan cinta "kita."' Dan Sang Perawan bertransfigurasi seperti itu ketika Gabriel turun dan memanggil-Nya kembali ke Bumi, dengan devosinya, dan menggabungkan jiwa-Nya ke tubuh-Nya kembali, supaya Dia dapat mendengar dan memahami permintaan Dia, Yang telah menyebut-Nya 'Saudari' tetapi menghendaki-Nya menjadi 'Mempelai'Nya.

Dan Misteri terjadi di sana... Dan seorang perempuan bersahaja, yang paling bersahaja dari semua perempuan, Yang bahkan tidak mengenal dorongan naluriah daging, tak sadarkan diri di hadapan Malaikat Allah, karena bahkan seorang malaikat mengusik kerendahan hati dan kesahajaan Sang Perawan, dan hanya ketika Dia mendengarnya berbicara Dia menjadi tenang, dan Dia percaya, dan Dia mengucapkan perkataan di mana cinta 'mereka' menjadi Daging dan akan menaklukkan Maut, dan tidak ada banjir yang dapat memadamkannya atau kejahatan yang dapat menenggelamkannya..."

Yesus membungkuk lembut di atas Maria Yang telah merosot ke kaki-Nya, nyaris ekstase, dalam kenangan akan masa lalu, bersinar dengan cahaya istimewa, yang seolah terpancar dari jiwa-Nya, dan Yesus bertanya dengan suara rendah, "Apakah jawab-Mu, Bunda Yang Termurni, kepada dia yang meyakinkan-Mu bahwa dengan menjadi Bunda Allah, Engkau tidak akan kehilangan Keperawanan-Mu yang sempurna?"

Dan Maria, nyaris dalam mimpi, perlahan, tersenyum, mata-Nya berkilau dengan airmata sukacita, "Aku adalah hamba Tuhan! Terjadilah pada-Ku menurut perkataanmu," dan Dia menyandarkan kepala-Nya di lutut PutraNya, memuja-Nya.

Yesus menyelubungi Maria dengan jubah-Nya, menyembunyikan-Nya dari mata semua orang dan Dia berkata, "Dan itu digenapi. Semua akan digenapi hingga akhir. Hingga transfigurasi-Nya yang berikutnya dan transfigurasi sesudah itu. Dia akan selalu menjadi 'Hamba Allah'. Dia akan selalu bertindak sesuai dengan apa yang 'Sabda' katakan. BundaKu! Itulah BundaKu. Dan kamu harus mulai sepenuhnya mengenal Sosok suci-Nya... Bunda! Bunda! Angkatlah wajah-Mu, KekasihKu... Panggillah para pengagum setia-Mu kembali ke Bumi, di mana kita berada untuk sementara ini..." Dia berkata seraya menyingkapkan jubah-Nya dari Maria sesudah beberapa waktu, di mana tidak ada suara terdengar kecuali dengungan lebah dan gemericik sumber mataair.

Maria mengangkat wajah-Nya yang basah oleh air mata dan berbisik, "Mengapa Kau lakukan itu kepada-Ku, Nak? Rahasia Raja itu suci..."

"Tetapi Raja dapat menyingkapkannya kapan pun Dia kehendaki. Bunda, Aku melakukannya, supaya perkataan sang Nabi dapat dipahami: 'Seorang Perempuan akan mengandung Sang Manusia dalam Dirinya', dan perkataan Nabi lainnya: 'Sang Perawan akan mengandung dan melahirkan seorang Putra.' Dan juga supaya murid-murid-Ku, yang terpukul oleh kengerian karena terlalu banyak hal yang mereka anggap merendahkan Sabda Allah, dapat memiliki, sebagai penyeimbang, banyak hal lain yang meneguhkan mereka dalam sukacita menjadi 'milik-Ku'. Dengan demikian mereka tidak akan lagi didisesatkankan dan akan memiliki Surga... Sekarang mereka yang harus pergi ke rumah di mana mereka menjadi tamu, boleh pergi. Aku tinggal bersama para perempuan dan Marjiam. Semua laki-laki harus berada di sini besok saat fajar, sebab Aku ingin membawamu ke suatu tempat dekat sini. Kemudian kita akan kembali dan mengucapkan selamat berpisah kepada para perempuan, dan lalu kita akan pergi ke Kapernaum untuk mengumpulkan murid-murid lainnya dan menyuruh mereka untuk mengikuti para perempuan…"
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 5                 Daftar Istilah                    Halaman Utama