|
337. MENUJU SAFET.
PERUMPAMAAN TENTANG PETANI YANG BAIK.
22 November 1945
Jalanan menuju Safet meninggalkan dataran Khorazim dan mendaki deretan pegunungan yang mengagumkan yang diselimuti lebat dengan pepohonan. Sebuah sungai mengalir menuruni pegunungan menuju Danau Tiberias.
Para peziarah berada di sebuah jembatan sedang menantikan kedatangan mereka yang sudah dikirim ke Merom. Dan mereka tidak perlu menunggu lama. Para murid yang dari Merom sesungguhnya dengan berjalan cepat tiba tepat waktu di tempat pertemuan dan bertemu dengan Guru dan rekan-rekannya dengan penuh sukacita dan memberitahu mereka tentang perjalanannya, yang diberkati juga dengan beberapa mukjizat, yang dikerjakan secara bergantian oleh "semua rasul." Namun Yudas Keriot mengoreksi, "Terkecuali aku, karena aku tidak bisa melakukan apa-apa." Rasa malunya dalam mengakui itu sungguh menyakitkan.
"Kami telah memberitahumu bahwa itu karena fakta bahwa kita sedang berhadapan dengan seorang pendosa besar," jawab Yakobus Zebedeus. Dan dia menjelaskan, "Engkau tahu, Guru? Pendosa besar itu adalah Yakub dan dia sakit parah. Itulah sebabnya dia memohon pertolongan-Mu, karena dia takut akan kematian dan pengadilan Allah. Tapi dia lebih kikir dari sebelumnya, sekarang sesudah dia bisa melihat bencana nyata atas panenannya, yang sudah sama sekali rusak oleh embun beku. Dia kehilangan semua benih gandumnya dan dia tidak bisa menabur lagi karena dia sakit dan pelayannya tidak kuat membajak ladang, karena perempuan itu sudah terkuras tenaganya oleh kelelahan dan kelaparan, karena Yakub menghemat juga tepung untuk roti, yang disitanya karena dia takut bahwa dia akan dibiarkan tanpa makanan suatu hari nanti. Kami membajak bidang tanah yang luas untuknya, dan mungkin kami berdosa, karena kami bekerja sepanjang hari pada hari Jumat, juga sesudah matahari terbenam sampai hari gelap, dan bahkan sesudahnya dengan obor dan api unggun. Filipus, Yohanes dan Andreas tahu bagaimana mengerjakannya, begitu juga aku. Kami bekerja keras... Simon, Matius dan Bartolomeus mengikuti kami menyingkirkan gandum yang sudah muncul dan sudah hancur, dan Yudas pergi atas nama-Mu untuk meminta benih dari Yudas dan Anna, dengan janji bahwa kami akan mengunjungi mereka hari ini. Dia mendapatkannya dan itu adalah benih pilihan. Jadi kami katakan, 'Kami akan menaburnya besok.' Itu sebabnya kami sedikit terlambat. Karena kami memulainya di awal matahari terbenam. Semoga Bapa Yang Kekal mengampuni kami dengan mempertimbangkan alasan mengapa kami berdosa. Yudas, sementara itu, tetap berada dekat tempat tidur Yakub, untuk mempertobatkannya. Dia bisa berbicara lebih fasih dari kami. Setidaknya itulah yang dikatakan Bartolomeus dan Zelot secara spontan. Tapi Yakub menutup telinga terhadap semua argumentasinya. Dia ingin disembuhkan, karena penyakitnya membutuhkan uang dan dia menghina si pelayan dengan menyebutnya pemalas. Oleh karena Yakub mengatakan, 'Aku akan bertobat jika aku sembuh,' maka Yudas menumpangkan tangannya padanya untuk menenangkannya. Tapi Yakub tetap sakit seperti sebelumnya. Yudas putus asa dan memberitahu kami. Kami mencobanya sebelum tidur. Tapi kami tidak mendapatkan mukjizat. Sekarang Yudas bersikeras bahwa itu karena dia sudah kehilangan perkenanan-Mu, sebab dia tidak menyenangkan-Mu dan sekarang dia patah semangat. Tetapi kami katakan bahwa itu karena ada di hadapan kita seorang pendosa yang degil, yang berpura-pura mendapatkan semua yang dia inginkan dan menetapkan syarat dan memberikan perintah kepada Allah. Siapakah yang benar?"
"Kamu bertujuh. Kamu sudah mengatakan kebenaran. Bagaimana dengan Yudas dan Anna? Dan ladang-ladang mereka?"
"Hanya sedikit rusak. Tapi mereka punya sarananya... dan semuanya sudah diperbaiki. Dan mereka adalah orang-orang baik! Ini. Mereka mengirimi-Mu persembahan dan makanan ini. Mereka berharap bertemu denganmu suatu waktu nanti. Adalah kerangka pikiran Yakub yang menyedihkan. Aku lebih suka menyembuhkan jiwanya, daripada tubuhnya…" kata Andreas.
"Dan bagaimana dengan tempat-tempat lain?"
"Oh! Dalam perjalanan ke Deberet, dekat desa, kami menyembuhkan seorang laki-laki - sebenarnya Matius yang melakukannya - yang menderita demam. Laki-laki itu baru saja kembali dari seorang dokter yang sudah menyerah mengobatinya. Kami singgah di rumahnya dan dia tidak demam dari matahari terbenam sampai fajar dan dia mengatakan bahwa dia merasa sehat dan kuat. Kemudian di Tiberias Andreas menyembuhkan seorang tukang perahu, yang bahunya patah karena jatuh dari jembatan. Andreas menumpangkan tangannya dan bahunya sembuh. Engkau bisa bayangkan laki-laki itu! Dia bersikeras membawa kami secara cuma-cuma ke Magdala dan Kapernaum dan kemudian ke Betsaida dan dia tetap di sana, karena ada beberapa murid di sana: Timoneus dari Aera, Filipus dari Arbela, Ermasteus dan Markus dari Yosia, seorang dari mereka yang dibebaskan dari setan dekat Gamala. Juga Yusuf, si tukang perahu, ingin menjadi murid... Anak-anak, di rumah Yohana, sangat baik keadaannya. Mereka kelihatan sama sekali berbeda. Mereka bermain di taman bersama Yohana dan Khuza..."
"Aku melihat mereka. Aku juga sempat ke sana. Lanjutkan."
"Di Magdala, Bartolomeus mempertobatkan satu hati yang jahat dan menyembuhkan tubuh yang jahat. Betapa hebat dia berbicara! Dia menjelaskan bahwa ketidakteraturan roh menyebabkan kekacauan dalam tubuh dan bahwa setiap konsesi terhadap ketidakjujuran memerosotkan orang dengan hilangnya damai, kesehatan, dan akhirnya jiwa. Ketika dia melihat bahwa orang itu bertobat dan percaya, dia menumpangkan tangannya dan orang itu sembuh. Mereka ingin menahan kami di Magdala. Tetapi kami menaati perintah-Mu dan keesokan paginya kami berangkat ke Kapernaum. Ada lima orang di sana yang ingin disembuhkan oleh-Mu. Dan mereka hendak pergi, sebab mereka putus asa. Kami menyembuhkan mereka. Kami tidak menemui siapa pun, karena kami segera berangkat dengan perahu ke Betsaida, untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan dari Eli, Uria, dan rekan-rekannya. Di Betsaida! Tetapi, Andreas, maukah kau memberitahu saudaramu..." pungkas Yakobus Zebedeus yang sudah berbicara sepanjang waktu.
"Oh! Guru! Oh! Simon! Jika Engkau melihat Marjiam! Engkau tidak akan mengenalinya!..."
"Ya ampun! Dia tidak menjadi seorang cewek kan?" seru Petrus.
"Sebaliknya! Seorang pemuda yang tampan; dia tinggi dan langsing, karena dia sudah tumbuh begitu besar... Dia menakjubkan! Kami hampir tidak bisa mengenalinya. Dia setinggi istrimu dan setinggi aku..."
"Oh! Baiklah! Baik kau, ataupun Porphirea, ataupun aku bukanlah pohon palma! Paling-paling kita bisa dibandingkan dengan semak duri..." kata Petrus, yang, bagaimanapun, sangat gembira mendengar kabar bahwa anak asuhnya sudah tumbuh besar.
"Ya, saudaraku. Tetapi pada hari raya Pentahbisan Bait Allah baru-baru ini, dia masih seorang bocah pendek yang tingginya tak sampai bahu kita. Sekarang dia benar-benar seorang pemuda, dalam hal tinggi, suara, dan keseriusannya. Dia itu seperti tanaman yang stagnan selama bertahun-tahun lalu tiba-tiba tumbuh besar secara mengejutkan. Istrimu sangat sibuk memanjangkan pakaian-pakaiannya dan membuat pakaian-pakaian yang baru. Dan dia membuatnya dengan keliman lebar dan lipatan di pinggang, karena dengan benar dia memperhitungkan bahwa Marjiam akan terus bertumbuh. Dan dia bertumbuh lebih lagi dalam kebijaksanaan. Natanael dalam kerendahan hatinya yang bijaksana tidak memberitahu-Mu bahwa selama hampir dua bulan Bartolomeus adalah guru dari murid-Mu yang paling muda dan paling heroik, yang bangun sebelum fajar untuk menggembalakan domba, membelah kayu, menimba air, menyalakan api, menyapu lantai, berbelanja, demi cinta kepada ibu asuhnya, dan kemudian di sore hari, hingga larut malam, dia belajar dan menulis seperti seorang dokter kecil. Bayangkan saja! Dia mengumpulkan semua anak Betsaida, dan pada hari Sabat dia memberi mereka pelajaran injili singkat. Demikianlah anak-anak kecil, yang dijauhkan dari sinagoga, agar tidak mengganggu ibadat, menjalani hari doa mereka, seperti orang-orang dewasa. Dan para ibu memberitahuku bahwa sungguh indah mendengar Marjiam berbicara dan bahwa anak-anak mencintai dan menaatinya dengan hormat dan menjadi sangat baik. Betapa luar biasanya dia kelak saat menjadi seorang murid!"
"Baiklah, baiklah! Aku... tersentuh... Marjiamku! Bahkan di Nazaret, eh! Sifat heroiknya... untuk gadis kecil itu. Rahel, ya kan?" Petrus berhenti tepat pada waktunya, memerah mukanya khawatir kalau-kalau dia sudah berbicara terlalu banyak.
Untunglah Yesus datang menyelamatkannya dan Yudas tenggelam dalam pikirannya sendiri dan tidak memperhatikan. Atau dia berpura-pura demikian. Yesus berkata, "Ya, Rahel. Kau benar. Dia sembuh. Dan ladang-ladangnya akan menghasilkan panen gandum yang baik. Yakobus dan aku sempat ke sana. Pengorbanan seorang anak kecil bisa melakukan begitu banyak."
"Di Betsaida, Yakobus mengerjakan mukjizat untuk seorang cacat yang malang, dan Matius, di jalan, dekat rumah Yakub, menyembuhkan seorang anak laki-laki. Dan hari ini, di alun-alun desa itu dekat jembatan, Filipus menyembuhkan seorang laki-laki yang sakit matanya, dan Yohanes menyembuhkan seorang anak laki-laki yang kerasukan."
"Kamu semua telah melakukannya dengan baik. Sangat baik. Sekarang kita akan pergi ke desa di lereng itu dan akan singgah di salah satu rumah untuk tidur."
"Dan Engkau, Guru-ku terkasih, apa yang telah Kau lakukan? Bagaimana Maria? Dan Maria yang lain?" tanya Yohanes.
"Mereka baik-baik saja dan mereka mengirimkan salam untukmu. Mereka sedang mempersiapkan pakaian dan semua yang diperlukan untuk ziarah musim semi. Dan mereka antusias melakukannya agar segera bisa bersama kita."
"Juga Susana, Yohana dan ibu kami sama antusiasnya," kata Yohanes.
Bartolomeus berkata, "Juga istri dan anak-anak perempuanku ingin datang tahun ini, setelah bertahun-tahun, ke Yerusalem. Istriku mengatakan bahwa itu tidak akan pernah seindah tahun ini... Aku tidak tahu mengapa dia berkata begitu. Tapi dia bersikeras bahwa dia merasakannya dalam hati."
"Kalau begitu, istri dan anak-anakku juga akan datang. Dia belum memberitahuku... Tapi apa yang dilakukan Anna, Maria juga melakukannya," kata Filipus.
"Dan kedua saudari Lazarus? Kau bertemu mereka..." tanya Simon Zelot.
"Mereka bertindak sesuai perintah Guru dan sesuai kebutuhan, tetapi mereka menderita... Kelihatannya Lazarus sangat buruk kesehatannya, bukan begitu, Yudas? Dia harus berbaring sebagian besar waktu. Tetapi mereka dengan antusias menantikan Guru," kata Tomas.
"Paskah akan segera tiba dan kita akan pergi ke rumah Lazarus."
"Tetapi apa yang telah Engkau lakukan di Nazaret dan di Khorazim?"
"Di Nazaret Aku menyampaikan salam kepada kerabat dan teman dan sanak dari kedua murid. Di Khorazim Aku berbicara di sinagoga dan Aku menyembuhkan seorang perempuan. Kami tinggal di rumah janda yang ibunya meninggal. Itu adalah kesedihan dan sekaligus kelegaan, karena sumber daya mereka yang sedikit dan waktu kerja si janda yang hilang untuk merawat yang sakit; sekarang dia bekerja memintal untuk orang-orang lain. Tetapi dia tidak lagi putus asa. Apa yang sangat diperlukan untuknya, sekarang sudah terjamin dan dengan begitu dia bahagia. Setiap pagi Yusuf pergi magang ke seorang tukang kayu dekat Sumur Yakub."
"Apakah orang-orang Khorazim menjadi lebih baik?" tanya Matius.
"Tidak, Matius. Mereka semakin buruk," Yesus dengan terus terang mengakui. "Dan mereka memperlakukan kami dengan buruk. Mereka yang berkuasa, tentunya. Bukan orang-orang sederhana."
"Itu adalah tempat yang sangat tidak menyenangkan. Janganlah pergi ke sana lagi," kata Filipus.
"Itu akan membuat sedih si murid Elia, si janda, dan perempuan yang Aku sembuhkan hari ini, dan semua orang baik lainnya."
"Ya. Tapi mereka sangat sedikit sehingga... aku tidak akan khawatir lagi tentang tempat itu. Engkau sendiri mengatakannya: Tidak bisa dikerjakan," kata Tomas.
"Damar dan hati adalah hal yang berbeda. Sesuatu akan tinggal, seperti benih yang terkubur di bawah gumpalan tanah yang sangat keras. Akan memakan waktu lama untuk muncul, tetapi pada akhirnya akan muncul. Hal yang sama berlaku untuk Khorazim. Apa yang telah Aku tabur akan mulai tumbuh suatu hari nanti. Orang tidak boleh menyerah saat pertama kali dia gagal.
Dengarkanlah perumpamaan ini, yang akan disebut: 'Perumpamaan tentang petani yang baik.'
Seorang kaya memiliki kebun anggur yang luas dan indah, di mana ada juga berbagai jenis pohon ara. Kebun anggur itu digarap oleh seorang pelayan, seorang ahli dalam menanam dan memangkas pohon buah-buahan, yang melakukan pekerjaannya dengan cinta untuk tuannya dan untuk pohon-pohonnya. Setiap tahun, pada musim yang tepat, orang kaya itu biasa pergi ke kebun anggurnya beberapa kali untuk melihat buah-buah anggur dan buah-buah aranya masak dan mencicipinya, dengan memetik buah dengan tangannya sendiri. Suatu hari dia pergi ke sebuah pohon ara dengan kualitas yang sangat baik, satu-satunya dari kualitas itu di kebun anggur. Tetapi juga pada hari itu, seperti pada dua tahun sebelumnya, dia mendapati pohon itu semuanya daun tanpa buah. Jadi dia memanggil si penggarap anggur dan berkata, "Selama tiga tahun aku datang mencari buah di pohon ara ini dan aku tidak menemukan apa pun selain dedaunan. Jelas bahwa pohon ini sudah tidak menghasilkan buah lagi. Jadi tebanglah. Percuma memeliharanya di sini dengan memakan tempat dan membuang-buang waktumu tanpa hasil. Tebang dan bakarlah, bersihkan tanah dari akar-akarnya dan tempatkan pohon muda lain di tempatnya. Dalam beberapa tahun ia akan menghasilkan buah.' Si penggarap, yang sabar dan penuh cinta, menjawab, 'Tuan benar. Tapi serahkan padaku setahun lagi. Aku tidak akan menebangnya. Tidak, aku akan menggali tanahnya dengan lebih seksama, aku akan memupuknya dan memangkasnya. Maka ia mungkin bisa menghasilkan buah lagi. Jika sesudah percobaan terakhir ini ia tidak menghasilkan buah, aku akan menuruti keinginan Tuan dan menebangnya."
Khorazim adalah pohon yang tidak menghasilkan buah itu. Aku adalah Sang Petani Yang Baik. Kamu adalah orang kaya yang tidak sabar. Serahkanlah pada Sang Petani yang Baik."
"Sungguh bagus. Tetapi perumpamaannya belum selesai. Apakah pohon ara itu menghasilkan buah tahun berikutnya?" tanya Zelot.
"Tidak, dan pohon itu ditebang. Tetapi si petani dibenarkan dalam menebang pohon yang kelihatan muda dan subur, karena dia sudah melakukan semua tugasnya. Aku juga berharap dibenarkan dalam menebang beberapa orang dengan kapak dan menyingkirkannya dari kebun anggur-Ku, di mana ada tumbuh-tumbuhan yang tidak menghasilkan buah dan beracun, sarang ular, perusak, parasit atau racun yang merusak atau mencelakai sesama murid, atau mereka bercokol dan merayap dengan akar-akar jahat mereka untuk berkembang biak, tanpa dipanggil ke kebun anggur-Ku, di mana mereka memberontak saat dicangkokkan, karena mereka masuk hanya untuk memata-matai, mencemarkan dan membuat ladang-Ku mandul. Aku akan menebang mereka setelah mencoba segala daya upaya untuk mempertobatkannya. Sementara ini, alih-alih kapak, Aku menggunakan gunting dan pisau pemangkas, dan Aku menipiskan cabang-cabang dan mencangkok... Oh! itu akan menjadi kerja keras. Baik bagi-Ku yang melakukannya maupun bagi mereka yang mendapatkan perawatan. Tapi itu harus dilakukan. Sehingga di Surga mereka bisa berkata, 'Ia telah melakukan segalanya, tetapi semakin Dia memangkas, mencangkok, mencangkul, dan memupuknya, hingga Dia bermandikan keringat, air mata dan darah sementara bekerja, semakin mandul dan jahat mereka jadinya... Itu dia desanya. Pergilah mendahului, kamu semua, dan cari tempat menginap. Kau, Yudas Keriot, tinggallah bersama-Ku.
Mereka tetap sendirian dan dalam temaram senja mereka berjalan berdekatan satu sama lain, dalam keheningan yang mencekam.
Akhirnya Yesus berkata, seolah-olah Dia berbicara kepada Diri-Nya sendiri, "Dan meski begitu, bahkan jika kita kehilangan perkenanan Allah karena melanggar Hukum-Nya, kita selalu bisa menjadi diri kita seperti sebelumnya, dengan mengingkari dosa..."
Yudas tidak menjawab.
Yesus melanjutkan, "Dan jika orang tahu bahwa tidak mungkin memiliki kuasa Allah, karena Allah tidak ada di mana Iblis berada, orang bisa dengan mudah memperbaikinya, dengan memilih apa yang Allah anugerahkan daripada apa yang diinginkan kesombongan kita."
Yudas diam.
Sekarang mereka telah tiba di rumah pertama di desa itu dan Yesus, masih berbicara kepada Diri-Nya sendiri, berkata, "Dan berpikir bahwa Aku melakukan penitensi yang keras supaya dia mungkin mau memperbaiki jalannya dan kembali kepada Bapa-nya..."
Yudas tersentak, mengangkat kepalanya, menatap-Nya... tapi diam seribu bahasa.
Yesus juga menatapnya... dan lalu Dia bertanya, "Yudas, kepada siapa Aku berbicara?"
"Kepadaku, Guru. Karena Engkau-lah aku tidak lagi memiliki kuasa. Kau mengambilnya dariku untuk menambahkannya pada Yohanes, Simon, Yakobus, pada semua orang, kecuali aku. Kau tidak mengasihi aku, itulah dia! Dan pada akhirnya aku tidak mengasihi-Mu dan mengutuk saat-saat ketika aku benar-benar mengasihi-Mu, dan aku menghancurkan diriku sendiri di mata dunia untuk seorang raja pengecut, yang kewalahan bahkan oleh orang banyak. Aku tidak mengharapkan ini dari-Mu!"
"Aku juga tidak mengharapkan itu darimu. Tapi Aku tidak pernah menipumu. Dan Aku tidak pernah memaksamu. Jadi mengapa kamu tetap tinggal bersamaKu?"
"Karena aku mengasihi-Mu. Aku tidak bisa berpisah dari-Mu. Kau menarikku dan Kau membuatku jijik. Aku menginginkan-Mu seperti aku menginginkan udara untuk bernafas dan... Kau membuatku takut. Ah! Aku terkutuk! aku terkutuk! Mengapa Kau tidak mengusir setan dariku, karena Kau bisa melakukannya?" Wajah Yudas merah padam dalam amarah, dia tampak seperti orang gila yang penuh kebencian dan ketakutan... Dia mengingatkanku, meski samar, pada topeng setan Yudas pada hari Jumat Agung.
Dan wajah Yesus mengingatkanku pada orang Nazaret yang didera, Yang duduk di bak terbalik di halaman Praetorium, menatap dengan segenap kasih sayang-Nya kepada mereka yang mencemooh-Nya. Dia berkata, dan isakan sudah terdengar dalam suara-Nya, "Karena tidak ada pertobatan dalam dirimu, melainkan hanya kebencian kepada Allah, seolah-olah Dia bersalah atas dosamu."
Yudas menggumamkan kutukan yang mengerikan di antara giginya...
"Guru, kami telah menemukan penginapan. Ada kamar untuk lima orang di satu tempat, untuk tiga orang di tempat lain, untuk dua orang di tempat ketiga dan kemudian dua tempat bisa menampung masing-masing satu. Kami tidak bisa menemukan yang lebih baik," kata para murid.
"Baiklah. Aku akan pergi dengan Yudas Keriot," kata Yesus.
"Tidak. Aku lebih suka sendirian. Aku kesal. Kau tidak akan bisa beristirahat..."
"Sesuai keinginanmu... Aku akan pergi dengan Bartolomeus. Kau bisa melakukan yang kau suka. Sementara itu, mari kita pergi ke tempat yang lebih luas, supaya kita semua bisa makan malam bersama."
|
|
|