|
332. DALAM PERJALANAN KEMBALI KE GALILEA.
18 November 1945
"Dan sekarang sesudah kita memuaskan juga si gembala, apa yang harus kita lakukan?" tanya Petrus, yang sendirian bersama Yesus, sementara yang lain-lainnya berada dalam satu kelompok beberapa meter di belakang mereka.
"Kita akan pergi ke jalan sepanjang pantai, menuju Sicaminon."
"Ya kah?! Aku pikir kita akan pergi ke Kapernaum..."
"Tidak perlu, Simon Yunus. Tidak perlu. Kau sudah dapat kabar tentang istrimu dan si bocah, dan sehubungan dengan Yudas... akan lebih mudah untuk pergi dan menemuinya."
"Tepat, Tuhan-ku. Tidakkah dia datang melalui jalan pedalaman, di sepanjang sungai dan danau? Itu adalah jalan yang paling pendek dan paling terlindungi..."
"Tapi dia tidak datang lewat jalan itu. Ingatlah bahwa dia harus mengawasi para murid dan mereka sebagian besar tersebar di sisi barat pada musim ini, yang juga sekali lagi sangat dingin."
"Baiklah. Jika Engkau berkata demikian... Aku puas dengan ada bersama-Mu dan melihat bahwa Engkau tidak begitu sedih. Dan... Aku tidak terburu-buru untuk bertemu dengan Yudas anak Simon. Aku berharap kita tidak bertemu dengannya!... Kita sudah begitu baik di antara kita sendiri!..."
"Simon, Simon! Itukah kasih persaudaraanmu?"
"Tuhan... itulah kebenaranku," kata Petrus terus terang. Dan dia mengatakannya dengan dorongan hati dan ekspresi yang begitu rupa hingga sulit bagi Yesus untuk tidak tertawa. Namun bagaimana orang bisa mencela dengan keras seorang yang begitu jujur dan setia?
Yesus lebih suka diam, dengan menunjukkan minat yang besar pada lereng-lereng di sebelah kiri mereka, sementara dataran terbentang di sebelah kanan mereka. Sembilan orang lainnya, dalam kelompok, mengikuti mereka sambil bercakap-cakap, dan Yohanes kelihatan seperti seorang gembala yang baik, sementara dia memanggul seekor anak domba di pundaknya, mungkin hadiah dari Hanas, si gembala.
Setelah beberapa saat Petrus bertanya lagi, "Apakah kita tidak akan pergi ke Nazaret?"
"Kita pasti akan pergi ke sana. BundaKu akan senang mendengar tentang perjalanan Yohanes dan Sintikhe."
"Dan bertemu dengan-Mu!"
"Dan bertemu dengan-Ku."
"Apakah mereka setidak-tidaknya membiarkan BundaMu dalam damai?"
"Kita akan mengetahuinya."
"Tapi mengapa mereka begitu kejam? Ada begitu banyak orang seperti Yohanes bahkan di Yudea, meski begitu... Tidak, untuk menjengkelkan Romawi, mereka melindungi mereka dan menyembunyikan mereka..."
"Kau harus meyakinkan dirimu bahwa mereka melakukannya, bukan karena Yohanes, melainkan karena dia adalah saksi untuk penganiayaan terhadap Aku."
"Tapi mereka tidak akan pernah menemukan dia sekarang! Engkau mengatur semuanya dengan sangat baik... Kau mengutus kami sendirian... melalui laut... dengan sebuah perahu kecil sejauh beberapa mil, dan lalu, di sisi lain perbatasan, dengan kapal... Oh! semua diatur dengan sangat baik! Aku sungguh berharap mereka akan kecewa."
"Mereka akan kecewa."
"Aku sangat ingin bertemu Yudas Keriot, untuk mempraktikkan astrologi kecil terhadapnya, seperti langit yang disapu oleh angin dan penuh dengan tanda-tanda, untuk melihat apakah..."
"Sekarang, itu sudah cukup!"
"Engkau benar. Itu adalah ide yang sudah fix yang aku punya di sini," dan dia mengetuk dahinya.
Yesus, untuk mengalihkan perhatiannya, memanggil semua yang lain dan menunjukkan kepada mereka kehancuran aneh yang diakibatkan oleh hujan es dan dingin yang terjadi ketika orang beranggapan bahwa risikonya sudah berakhir untuk tahun itu... Sebagian mengatakan satu hal, sebagian mengatakan lain hal, tetapi mereka cenderung menganggapnya sebagai hukuman ilahi bagi orang Palestina yang tidak tahu adat yang tidak mau menerima Tuhan. Dan yang lebih terpelajar di antara mereka merujuk peristiwa-peristiwa serupa, yang disebutkan dalam cerita-cerita kuno, sementara yang lebih muda dan kurang berpendidikan mendengarkan dengan penuh perhatian dan keheranan.
Yesus menggelengkan kepala-Nya. "Ini adalah efek bulan dan angin jauh. Aku sudah mengatakannya padamu. Di negara-negara paling utara sudah terjadi suatu fenomena dan seluruh wilayah menderita konsekuensinya."
"Tapi, lalu, kenapa sebagian ladang masih indah?"
"Hujan es yang melakukannya."
"Tapi tidak bisakah itu merupakan hukuman bagi orang-orang yang paling jahat?"
"Bisa saja. Tapi itu bukan. Akan mengerikan jika..."
"Hampir seluruh Tanah Air kita menjadi gersang dan sunyi, bukan begitu, Tuhan?" kata Andreas.
"Tetapi dalam nubuat-nubuat dinyatakan, melalui simbol-simbol, bahwa kejahatan akan menimpa mereka yang tidak menerima Mesias. Mungkinkah para Nabi berbohong?"
"Tidak, Bartolomeus. Dan apa yang dikatakan, akan terjadi. Tetapi Yang Mahatinggi begitu baik tak terbatas, hingga Dia menghendaki jauh lebih dari apa yang terjadi sekarang untuk menghukum orang. Kau harus baik juga, dan tidak selalu menginginkan hukuman bagi mereka yang keras hati dan pikirannya. Kau harus menginginkan pertobatan bagi mereka, bukan hukuman. Yohanes, berikan anak domba itu kepada salah seorang rekanmu dan kemari dan lihatlah laut dari atas bukit-bukit pasir itu. Aku juga datang."
Sesungguhnya mereka berada di jalan yang sangat dekat dengan laut, dan dipisahkan hanya oleh suatu belahan besar bukit-bukit pasir yang turun naik, di mana beberapa pohon palem kurus terayun-ayun, atau tamariska, pohon damar wangi dan tumbuh-tumbuhan padang pasir lainnya tumbuh.
Yesus pergi bersama Yohanes. Namun siapakah yang membiarkan Dia pergi sendirian? Tak seorang pun. Dan segera mereka semua ada di atas sana, di bawah sinar matahari indah yang menyenangkan, menghadap ke laut yang jernih nan menawan...
Kota Ptolemais sangat dekat dengan rumah-rumah putihnya. "Apakah kita akan memasukinya?" tanya Yudas Alfeus.
"Itu tidak perlu. Kita akan berhenti dan makan di rumah pertama. Aku ingin berada di Sicaminon sebelum malam. Kita mungkin menemukan Ishak di sana."
"Betapa banyak kebaikan yang dia lakukan, eh? Apakah Engkau mendengar Habel, Yohanes dan Yusuf?"
"Ya. Tetapi semua murid sangat aktif. Aku memberkati BapaKu, siang dan malam, untuk itu. Kamu semua... sukacita-Ku, damai-Ku, jaminan-Ku..." dan Dia menatap mereka dengan begitu penuh kasih hingga air mata mengalir dari pelupuk mata kesepuluh rasul itu...
Dan dengan tatapan penuh kasih seperti itu, penglihatanku berakhir.
|
|
|