331. BARTOLOMEUS SUDAH MENGERTI DAN MENDERITA.             


17 November 1945  

Yesus bersama keenam rasul ada di sebuah kamar di mana ada beberapa tempat tidur yang sangat papa, ditempatkan sangat berdekatan satu sama lain. Ruang kosong yang ada hanya cukup untuk bergerak dari ujung yang satu ke ujung lainnya. Mereka makan makanan mereka yang sangat sederhana sambil duduk di tempat tidur, karena tidak ada kursi ataupun meja dalam kamar. Di satu ujung, Yohanes pergi dan duduk di ambang jendela, agar berada di bawah sinar matahari. Itulah sebabnya dia yang pertama melihat Petrus, Simon, Filipus dan Bartolomeus datang ke rumah. Dia berteriak kepada mereka dan lalu berlari keluar diikuti oleh yang lainnya. Hanya Yesus tetap tinggal di dalam dan Dia berdiri dan berbalik ke arah pintu...

Para pendatang baru masuk. Mudah membayangkan kegembiraan luar biasa Petrus, sama seperti mudah membayangkan hormat mendalam Simon Zelot. Tetapi sikap Filipus dan teristimewa Bartolomeus benar-benar mengejutkan. Aku akan mengatakan bahwa ketika mereka masuk, mereka kelihatan takut dan khawatir, dan meski Yesus merentangkan tangan-Nya lebar-lebar ke arah mereka, untuk saling memberikan cium damai, yang telah Dia berikan kepada Petrus dan Simon, mereka berlutut, dan menundukkan kepala mereka hingga ke lantai, mencium kaki Yesus, dan mereka tetap demikian... dan desahan tertahan Bartolomeus menunjukkan bahwa dia menangis diam-diam di kaki Yesus.

"Apa yang membuatmu khawatir, Bart? Apa kau tidak datang untuk dipeluk oleh Guru-mu? Dan kau, Filipus, mengapa kau begitu malu-malu? Andai Aku tidak tahu bahwa kamu adalah dua orang yang jujur, yang di dalam hatinya tidak ada kejahatan, Aku akan curiga bahwa kamu bersalah. Tapi tidaklah demikian. Karenanya, kemarilah! Aku telah menunggu begitu lama untuk menerima ciumanmu dan melihat sorot mata setiamu…"

"Begitu juga kami... Tuhan...," kata Bartolomeus seraya mengangkat wajahnya di mana airmata tampak berkilau. "Kami tidak menginginkan apa pun selain Engkau, dan kami bertanya-tanya bagaimana kami mungkin sudah tidak menyenangkan-Mu sehingga pantas dijauhkan dari-Mu untuk waktu yang lama. Dan kami pikir itu tidak adil... Tapi sekarang kami tahu... Oh! ampuni kami, Tuhan! Kami meminta-Mu untuk mengampuni kami. Aku, khususnya, karena Filipus terpisah dari-Mu karena aku. Dan aku sudah memintanya untuk memaafkanku. Aku... aku yang bersalah, aku... si Israel tua, yang begitu enggan untuk berubah, dan yang sudah menyedihkan-Mu..."

Yesus membungkuk dan memaksanya berdiri, juga Dia memaksa Filipus berdiri dan Dia memeluk mereka bersama-sama seraya berkata, "Tetapi apa yang kamu dakwakan pada dirimu sendiri? Kau tidak melakukan kesalahan apa pun. Filipus juga tidak. Kamu adalah rasul kesayangan-Ku, dan hari ini Aku sangat senang kamu ada di sini bersama-Ku, bersatu kembali untuk selamanya..."

"Tidak... Untuk waktu yang lama kami tidak tahu alasan mengapa Engkau dengan tepat tidak mempercayai kami sampai-sampai mengeluarkan kami dari keluarga apostolik. Tapi sekarang kami tahu... dan kami mohon kepada-Mu untuk mengampuni kami, dan aku secara khusus memohon kepada-Mu, Yesus, Guru-ku..." Dan Bartolomeus menatap pada-Nya penuh kecemasan, kasih, dan sayang. Sebab dia tua, dia tampak seperti seorang bapa yang menatap pada putranya yang menderita dan mengamati wajahnya yang menirus karena duka, yang tadinya tidak diperhatikannya, pun dia tidak memperhatikan bagaimana wajah-Nya sudah menirus dan menua... Dan airmata segar membanjiri pipinya. Dan dia berseru, "Tetapi apa yang sudah mereka lakukan kepada-Mu? Apa yang sudah mereka lakukan kepada kami, hingga membuat kami semua menderita seperti ini? Roh jahat tampaknya sudah datang di antara kami untuk membuat kami kecewa, membuat kami sedih, lemah, lesu, bodoh... Begitu bodohnya hingga kami tidak mengerti bahwa Engkau menderita... Sebaliknya kami menambah penderitaan-Mu melalui kejahatan, kebodohan, kepedulian atas opini publik dan kemanusiaan lama kami... Ya, manusia lama selalu menang dalam diri kami, dan vitalitas sempurna-Mu tidak pernah bisa memperbarui kami. Itulah yang menggangguku! Kendati segenap kasihku, aku belum bisa berubah, memahami-Mu dan mengikuti-Mu... Aku mengikuti-Mu hanya dengan tubuhku... Tapi Engkau menghendaki kami mengikuti-Mu dengan jiwa kami... untuk memahami kesempurnaan-Mu... agar bisa mengabadikan-Mu... Oh! Guru-ku! Engkau akan meninggalkan kami suatu hari nanti, setelah begitu banyak perjuangan, perangkap, begitu banyak kejijikan dan kesedihan, dan Engkau akan berduka melihat bahwa kami masih belum siap!..." Dan Bartolomeus menyandarkan kepalanya pada bahu Yesus dan menangis sedih, menderita oleh pengetahuan bahwa dia sudah menjadi murid yang bebal.

"Jangan berkecil hati, Natanael. Kau melihat semua itu seperti suatu keabsurdan yang mengejutkanmu. Tetapi Yesus-mu tahu bahwa kamu manusia... dan Dia tidak mengharapkan lebih dari yang bisa kamu berikan. Oh! Kau akan memberi-Ku segalanya. Tapi sekarang kau harus tumbuh dan dijadikan sempurna... Ini adalah karya yang perlahan. Tapi Aku bisa menunggu. Dan Aku bersukacita atas penyempurnaanmu. Karena itu adalah suatu peningkatan yang terus-menerus dalam Hidup-Ku. Juga air matamu, juga keharmonisan di antara mereka yang bersama-Ku, juga kebaikan yang mengikuti kekerasan khas dari sifatmu, dan muncul sesudah keegoisan dan ketamakan rohani, bahkan keseriusanmu yang sekarang, semuanya adalah tahap dari pertumbuhanmu dalam Aku. Jadi jangan khawatir. Tenangkan pikiranmu, sebab Aku tahu. Segalanya. Kejujuranmu, itikad baikmu, kemurahan hatimu, kasihmu yang tulus. Apakah Aku harus meragukan Bart dan Filipus-Ku yang bijaksana, yang begitu arif dan setia? Aku akan bersalah kepada BapaKu, Yang menganugerahi-Ku memilikimu di antara orang-orang terkasih-Ku. Sekarang... Ayo kita duduk di sini, dan mereka yang sudah beristirahat bisa mengurus saudara-saudaranya yang lapar dan letih dengan memberinya makanan dan minuman. Sementara itu katakan kepada Guru-mu dan saudara-saudaramu apa yang tidak mereka ketahui."

Dan Dia duduk di tempat tidur kecil-Nya dengan Filipus dan Natanael di sisi-Nya, sementara Petrus dan Simon duduk di ranjang berikutnya, di seberang Yesus, dengan lutut bertemu lutut.

"Maukah kau bicara, Filipus? Aku sudah bicara. Dan kau lebih benar daripadaku, selama ini..."

"Oh! Bartolomeus! Lebih benar! Aku hanya mengerti bahwa jika Guru tidak membawa kita bersama-Nya, itu bukan karena ketidakkonsistenan atau ketidaksukaan terhadap kita... Dan aku berusaha untuk menenagkan pikiranmu... mencegahmu memikirkan hal-hal itu sebab  nantinya kau akan menyesalinya. Aku hanya punya satu penyesalan... mencegahmu untuk tidak menaati Guru ketika kau ingin ikut Simon Yunus yang pergi ke Nazaret untuk menjemput Marjiam... Sesudahnya... aku melihat baik tubuh dan jiwamu begitu menderita, hingga aku katakan, "Akan lebih baik jika aku membiarkannya pergi! Guru akan memaafkan ketidaktaatannya dan Bartolomeus tidak akan meracuni jiwanya dengan gagasan-gagasan macam itu"... Tapi... lihat? Andai kau pergi, kau tidak akan pernah memiliki kunci atas misteri itu... dan mungkin kecurigaanmu terhadap ketidakkonsistenan Guru tidak akan pernah hilang. Sebaliknya..."

"Ya. Dengan begitu... aku mengerti. Guru, Simon Yunus dan Simon Zelot, yang aku jengkelkan dengan pertanyaan-pertanyaan untuk mencari tahu banyak hal dan mendapatkan penegasan dari hal-hal yang sudah aku ketahui, hanya mengatakan ini kepadaku, 'Guru telah sangat menderita, begitu hebat hingga Dia menjadi kurus dan tua. Dan seluruh Israel, dan pertama-tama kita sendiri, harus dipersalahkan untuk itu. Dia mengasihi dan mengampuni kita. Tetapi Dia tidak ingin berbicara tentang masa lalu. Jadi kami menasihatimu untuk tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan tidak mengatakan apa-apa...' Tapi aku ingin mengatakan sesuatu. Aku tidak akan mengajukan pertanyaan apa pun. Tetapi aku harus berbicara, supaya Engkau bisa tahu. Karena tidak ada suatu pun yang ada dalam jiwa rasul-Mu yang perlu disembunyikan dari-Mu. Suatu hari - Simon dan yang lain-lainnya sudah pergi beberapa hari sebelumnya - Mikhael dari Kana mendatangiku. Dia adalah kerabat jauh, sahabat baik dan teman lama dari sekolah... Aku yakin dia datang dengan itikad baik. Karena dia sayang padaku. Tapi dia yang mengutusnya punya itikad tidak baik. Dia ingin tahu mengapa aku tetap di rumah... sementara yang lain-lainnya sudah pergi. Dan dia berkata kepadaku: 'Jadi itu benar? Kau berpisah dari mereka karena, sebagai seorang Israel yang baik, kau tidak bisa sependapat tentang hal-hal tertentu. Dan yang lain-lainnya, dimulai dengan Yesus dari Nazaret, membiarkanmu pergi dengan senang hati, sebeb mereka tahu bahwa kau tidak akan membantu mereka, bahkan tidak sebagai kaki tangan bisu. Kau melakukan hal yang benar! Aku lihat bahwa kau masih seorang dari masa lalu yang baik. Tadinya aku pikir kau sudah menjadi rusak dengan menyangkal Israel. Kau melakukan hal yang benar demi semangatmu, kesejahteraanmu sendiri dan demi kerabatmu. Karena Mahkamah Agama tidak akan melupakan apa yang terjadi, dan mereka yang ambil bagian di dalamnya akan dianiaya.' Aku berkata kepadanya, 'Apa yang kau bicarakan? Aku beritahu kau bahwa aku diperintahkan untuk tinggal di rumah baik karena musim maupun untuk mengirimkan para peziarah yang datang belakangan ke Nazaret atau memberitahu mereka untuk menunggu Guru di Kapernaum pada akhir Syebat, dan kau bicara tentang perpisahan, keterlibatan, aniaya? Apa maksudmu?'... Filipus, itu yang kukatakan, ya kan?"

Filipus mengangguk setuju. Bartolomeus melanjutkan, "Mikhael kemudian mengatakan kepadaku bahwa adalah fakta yang sudah diketahui umum bahwa Engkau memberontak melawan nasihat dan perintah para anggota Mahkamah Agama dengan membawa Yohanes En-Dor dan seorang perempuan Yunani bersama-Mu... Tuhanku, aku mendukakan-Mu, bukan? Tapi aku harus mengatakannya kepada-Mu. Aku bertanya kepada-Mu: benarkah mereka berada di Nazaret?"

"Ya, benar."

"Benarkah bahwa mereka pergi bersama-Mu?"

"Ya, benar."

"Filipus: Mikhael benar! Tapi bagaimana dia tahu?"

"Tidak masalah! Ular-ular itulah yang menghentikanku dan Simon, dan entah berapa banyak lagi. Ular-ular beludak biasanya," kata Peter impulsif.

Sebaliknya Yesus bertanya dengan tenang, "Apa dia tidak memberitahumu apa-apa lagi? Berterus teranglah kepada Guru-mu, sampai titik akhir."

"Tidak ada lagi. Dia ingin tahu dariku... Dan aku berbohong kepada Mikhael. Aku katakan: 'Aku akan tinggal di rumah sampai Paskah.' Aku takut dia akan mengikutiku, atau... aku tidak tahu... Aku takut aku akan mencelakai-Mu... Kemudian aku mengerti mengapa Engkau telah meninggalkanku... Kau tahu bahwa aku masih terlalu seorang Israel..." Bartolomeus mulai menangis lagi... "... dan Kau meragukanku..."

"Tidak. Sama sekali tidak. Tidak perlulah bagimu untuk bersama rekan-rekanmu pada saat itu, sementara kau, dan kau bisa melihatnya sendiri, diperlukan di Betsaida. Setiap orang punya misinya; setiap zaman punya karyanya..."

"Tidak. Jangan singkirkan aku karena karya, Tuhan. Jangan khawatir tentang itu... Engkau baik. Tapi aku ingin bersama-Mu. Adalah hukuman untuk jauh dari-Mu... Dan aku, meskipun bodoh dan tidak mampu... setidaknya aku bisa menghibur-Mu, jika aku tidak bisa melakukan apa pun lainnya. Aku sudah mengerti... Kau mengirim mereka ini pergi bersama mereka berdua. Jangan katakan padaku. Aku tidak ingin tahu. Tapi aku merasa begitu, dan aku mengatakannya. Baiklah, jika begitu, aku bisa dan seharusnya aku bersama-Mu. Tetapi Kau tidak membawaku untuk menghukumku karena begitu enggan menjadi 'baru'. Tapi aku bersumpah pada-Mu, Guru, apa yang aku derita sudah mengubahku dan tidak akan pernah lagi Kau melihat Natanael lama dalam diriku."

"Jadi kau bisa melihat bahwa penderitaan kita telah berakhir dengan sukacita bagi semua orang. Dan sekarang kita akan pelan-pelan pergi menemui Tomas dan Yudas, tanpa menunggu mereka pergi ke tempat yang telah ditentukan. Dan kita akan berangkat kembali bersama mereka... Ada begitu banyak yang harus dilakukan!... Kita akan berangkat besok. Cepat."

"Dan Kau akan melakukan hal yang benar. Sebab cuaca berubah di utara. Malapetaka bagi cocok tanam..." kata Filipus.

"Ya! Badai es baru-baru ini sudah menghancurkan belahan-belahan negeri. Engkau harus melihatnya, Tuhan! Tempat-tempat tertentu seolah-olah terbakar habis. Dan anehnya adalah bencana itu terjadi seperti yang aku katakan: dalam belahan-belahan," kata Petrus.

"Saat Engkau pergi, kami mengalami banyak badai es. Suatu hari, sekitar pertengahan bulan Tebet, badai kelihatan seperti deraan yang sungguh mengerikan. Aku diberitahu bahwa di dataran rendah mereka harus menabur kembali dari awal. Sebelumnya udara lebih hangat. Tapi kemudian sinar matahari menjadi lebih jarang. Kita mengalami kemunduran... Sungguh tanda-tanda yang aneh! Apa jadinya mereka?" tanya Filipus.

"Tidak lain adalah efek bulan. Jangan terlalu dipikirkan. Hal-hal ini seharusnya tidak terlalu mempengaruhimu. Bagaimanapun kita akan menuju dataran dan akan menyenangkan untuk berkelana. Udara akan dingin, tetapi tidak terlalu, dan sebagai gantinya akan menjadi cuaca kering. Sementara itu, ikutlah bersama-Ku. Ada sinar matahari yang menyenangkan di teras. Kita bisa beristirahat di sana, bersama-sama..."
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 5                 Daftar Istilah                    Halaman Utama