329. PUTRA-PUTRA GURUH.
PERGI MENUJU AKHZIB BERSAMA GEMBALA HANAS.            


14 November 1945  

Yesus sedang berjalan melintasi suatu wilayah yang sangat bergunung-gunung. Pegunungannya tidak tinggi, tapi jalannya naik dan turun bukit sepanjang waktu; dan ada banyak sungai, yang mengalir deras di musim yang sejuk segar, dan yang sejernih langit dan sesegar daun-daun pertama yang mulai tumbuh semakin rimbun di pepohonan. Namun, meskipun musimnya begitu indah dan ceria untuk bisa menghibur hati orang, suasana hati Yesus tampaknya tidak terlalu dilegakan dan para rasul terlihat bahkan lebih khawatir dibandingkan Yesus. Mereka berjalan sangat tenang di sepanjang dasar sebuah lembah. Para gembala dan kawanan ternak adalah satu-satunya kehidupan yang dapat dilihat. Tetapi Yesus bahkan tampaknya tidak melihatnya.

Desah putus asa Yakobus Zebedeus dan perkataannya yang sekonyong-konyong, jelas hasil dari pikiran yang prihatin, menarik perhatian Yesus... Yakobus berkata, "Dan kalah!... dan kalah!... Kita tampaknya dikutuk..."

Yesus menumpangkan tangan di bahunya, "Tidak tahukah kau bahwa itulah bagian dari mereka yang lebih baik?"

"Eh! Aku tahu sejak aku bersama-Mu! Tapi terkadang kita perlu sesuatu yang berbeda, yang kita dapatkan di masa lalu, untuk menyemangati hati dan iman..."

"Apa kau meragukan-Ku, Yakobus?" Betapa banyak kesedihan yang ada dalam suara Yesus yang gemetar.

"Tidak!..." Dan "tidak"-nya jelas bukan suatu yang mantap.

"Tapi kau ragu. Jadi, bagaimana? Apa kau tidak lagi mengasihi-Ku seperti sebelumnya? Kenyataan bahwa kau sudah melihat-Ku diusir, dicemooh, atau hanya diabaikan dekat perbatasan Fenisia, mungkin sudah melemahkan kasihmu, ya kah?" Ada kesedihan mendalam dalam kata-kata Yesus yang gemetar, walau tidak ada isak tangis atau airmata. Jiwanya menangis.

"Tidak, Tuhan-ku, bukan itu! Sebaliknya, semakin aku melihat-Mu disalahpahami, ditolak, dihina, menderita, semakin bertambah kasihku kepada-Mu. Dan aku rela mempersembahkan hidupku sebagai kurban, supaya jangan melihat-Mu seperti itu, dan bisa mengubah hati manusia. Engkau harus percaya padaku. Jangan hancurkan hatiku, yang sudah begitu tertekan, dengan meragukan bahwa aku tidak mengasihi-Mu. Jika tidak... jika tidak, aku akan bertindak ekstrem. Aku akan kembali dan aku akan membalaskan dendamku pada mereka yang menyedihkan-Mu, demi membuktikan bahwa aku mengasihi-Mu, demi menghilangkan keraguan-Mu, dan jika mereka menangkapku dan membunuhku, aku tidak akan peduli sedikit pun. Aku akan puas dengan memberi-Mu bukti kasihku."

"Oh! putra guruh! Mengapa ada begitu banyak ketidaksabaran? Apa kau ingin menjadi petir yang memusnahkan?" Yesus tersenyum atas semangat dan niat Yakobus.

"Oh! Setidaknya aku melihat-Mu tersenyum! Itu sudah salah satu hasil dari niatku. Bagaimana menurutmu, Yohanes? Haruskah kita melaksanakan niat-niatku demi melegakan Guru, Yang tertekan karena begitu banyak penolakan?"

"Oh! ya. Ayo kita pergi. Kita akan kembali dan berbicara kepada mereka. Dan jika mereka masih menghina-Nya, mengatakan bahwa Dia adalah raja karena bualan, atau raja bahan tertawaan, raja yang tidak punya sesen pun, atau raja gila, kita akan mendera mereka sampai mereka sadar bahwa sang Raja punya bala tentara orang beriman, yang tidak tahan atas ejekan mereka. Kekerasan kadang-kadang bisa berguna. Ayo pergi, saudaraku!" Yohanes menjawab dia, dengan marah seperti dia, dan Yohanes kelihatan seperti seorang lain yang sangat berbeda dari Yohanes yang senantiasa lemah lembut.

Yesus menempatkan diri di antara keduanya, menangkap lengan mereka untuk menahan mereka dan berkata, "Dengarkan mereka! Dan apakah yang sudah Aku khotbahkan sebegitu lama? Oh! Kejutan yang luar biasa! Juga Yohanes, merpati-Ku, sudah menjadi seekor elang! Lihatlah betapa jelek, suram, kacaunya dia, dirusakkan oleh kebencian. Oh! memalukan! Dan kamu terkejut karena sebagian orang Fenisia tetap acuh tak acuh, sebagian orang Yahudi sebal, sebagian orang Romawi mengusir-Ku, sementara kamu adalah yang pertama-tama yang tidak mengerti apa pun sesudah bersama-Ku selama dua tahun, dan kamu sudah menjadi empedu karena kebencian dalam hatimu, dan kamu membuang doktrin kasih dan pengampunanKu dari hatimu dan kamu menolaknya seolah-olah itu adalah hal yang bodoh, dan kamu menyambut kekerasan sebagai sekutu yang baik! Oh! Bapa Yang Kudus! Ini benar-benar kekalahan! Daripada menjadi elang yang mengasah paruh dan cakarnya, bukankah lebih baik jika kamu menjadi malaikat yang berdoa kepada Bapa untuk memberikan kelegaan kepada PutraNya? Kapankah badai pernah mendatangkan kebaikan dengan petir dan hujan esnya? Nah, untuk mengenang dosamu yang melawan Cinta Kasih ini, untuk mengenang saat ketika Aku melihat manusia-binatang muncul di wajahmu dan bukannya manusia-malaikat yang selalu ingin Aku lihat dalam dirimu, aku akan menyebutmu 'putra-putra guruh.'"

Yesus setengah serius ketika berbicara kepada kedua putra Zebedeus yang bersemangat. Namun teguran-Nya tidak berlangsung lama, karena begitu mereka bertobat Dia mendekapkan keduanya ke dada-Nya, wajah-Nya bersinar dengan kasih. Dia berkata: "Tidak pernah lagi Aku ingin melihatmu seperti itu. Dan terima kasih atas kasihmu. Dan terima kasih atas kasihmu, sahabat-sahabat-Ku," Dia berkata kepada Andreas, Matius dan kedua sepupu-Nya. "Kemarilah, supaya Aku bisa memelukmu juga. Tidak tahukah kamu, bahwa andai Aku tidak memiliki apa-apa selain sukacita melakukan kehendak BapaKu dan kasihmu, Aku akan selalu bahagia, bahkan meski seluruh dunia menghajar-Ku? Aku sedih, bukan mengenai Aku sendiri, atau mengenai kekalahan-Ku, seperti kamu menyebutnya, tetapi karena Aku merasa iba kepada jiwa-jiwa yang menolak Hidup. Bagus, kita semua bahagia sekarang, bukan begitu, kamu bayi-bayi besar? Ayo. Pergilah kepada para gembala yang memerah domba dan minta mereka memberimu sedikit susu dalam nama Allah. Jangan takut," Dia berkata demikian sebab melihat wajah sedih para rasul. "Taati dengan iman. Kau akan mendapatkan susu, bukan dera, bahkan meski jika orang itu adalah orang Fenisia."

Dan keenamnya pergi sementara Yesus menantikan mereka di jalan. Dan sementara itu Yesus yang sedih, Yang tidak dikehendaki siapa pun, berdoa...

Para rasul kembali dengan seember kecil susu, dan mereka berkata, "Orang itu meminta Engkau pergi ke sana, dia ingin berbicara kepada-Mu, tetapi dia tidak bisa mempercayakan kambing-kambingnya kepada para gembala muda."

Yesus berkata, "Baiklah, ayo kita pergi ke sana dan makan roti mereka." Dan mereka pergi ke tepi parit di mana kambing-kambing mengunyah dengan rakus. "Terima kasih atas susu yang sudah kau berikan kepada-Ku. Apa yang kau inginkan dari-Ku?"

"Engkau Orang Nazaret itu, bukan? Yang mengerjakan mukjizat-mukjizat?"

"Aku-lah Dia Yang mengkhotbahkan Keselamatan Kekal. Aku-lah Jalan untuk pergi kepada Allah Yang benar, Kebenaran yang memberikan Diri-Nya sendiri, Hidup yang menghidupkanmu. Aku bukan penyihir yang melakukan perbuatan ajaib. Mukjizat yang Aku kerjakan adalah manifestasi dari kebaikan-Ku dan dari kelemahanmu yang membutuhkan bukti untuk percaya. Tapi apa yang kau inginkan dari-Ku?"

"Nah... Apakah Engkau di Alexandroscene dua hari yang lalu?"

"Ya, benar. Kenapa?"

"Aku di sana juga, bersama anak-anakku, dan ketika aku tahu bahwa akan ada pertikaian, aku pergi, karena mereka biasa membuat keributan untuk mencuri apa yang ada di pasar. Mereka adalah pencuri, semuanya: orang Fenisia... dan yang lain-lainnya. Aku seharusnya tidak boleh berkata seperti itu sebab aku adalah putra dari seorang ayah proselit dan ibu Siria dan aku sendiri seorang proselit. Tapi itulah kebenarannya. Baiklah. Mari kita kembali ke kisahku. Aku berlindung di sebuah kandang bersama anak-anakku, menunggu kereta putraku. Dan di sore hari, ketika aku dalam perjalanan meninggalkan kota, aku bertemu dengan seorang perempuan, yang sedang menangis, dengan putri kecilnya dalam gendongannya. Dia sudah berjalan delapan mil untuk datang kepada-Mu. Karena dia tinggal di pedesaan. Aku bertanya kepadanya ada apa, karena dia adalah seorang proselit. Dia datang untuk menjual beberapa barang dan berbelanja. Dia sudah mendengar tentang Engkau dan harapan memenuhi hatinya. Dia berlari pulang untuk menjemput gadis kecilnya. Tapi orang berjalan lambat dengan beban. Ketika dia tiba di gudang bersaudara itu, Engkau sudah tidak ada lagi di sana. Para saudara berkata kepadanya, 'Mereka mengusir-Nya. Tapi tadi malam Dia mengatakan kepada kami bahwa Dia akan kembali melalui jalan Tirus.' Karena aku juga seorang ayah, aku berkata kepadanya, 'Baik, pergilah ke sana.' Tapi dia menjawab, 'Bagaimana jika sesudah apa yang terjadi Dia kembali ke Galilea melalui jalan lain?' Aku berkata, "Sekarang dengarkan. Entah lewat jalan itu atau jalan yang di sepanjang perbatasan. Aku menggembalakan kawananku antara Rohob dan Lesemdan, di jalan perbatasan antara sini dan Naftali. Jika aku melihat Dia, aku akan memberi tahu-Nya, aku berjanji kepadamu demi kehormatanku.' Dan sekarang aku sudah mengatakannya kepada-Mu."

"Dan kiranya Allah mengganjarimu. Aku akan pergi kepada perempuan itu. Aku harus kembali ke Akhzib."

"Apakah Engkau akan pergi ke Akhzib? Baiklah, kita bisa pergi bersama, jika Engkau tidak menganggap rendah teman seorang gembala."

"Aku tidak memandang rendah siapa pun. Kenapa kau pergi ke Akhzib?"

"Karena domba-dombaku di sana. Kecuali... Aku telah kehilangan mereka semuanya."

"Kenapa?"

"Karena ada suatu penyakit... Aku tidak tahu apakah itu sihir atau sesuatu yang lain. Aku tahu bahwa kawananku yang sehat sudah jatuh sakit. Itu sebabnya aku membawa kambing-kambing ke sini, karena mereka masih sehat dan aku menjauhkannya dari domba. Dua putraku akan menjaga mereka di sini. Sekarang mereka berada di kota, berbelanja. Tetapi aku akan kembali ke sana, untuk melihat mereka mati, domba-domba wol-ku yang cantik..." Laki-laki itu menghela nafas... Dia memandang Yesus dan meminta maaf, "Sungguh bodoh berbicara kepada-Mu mengenai hal-hal ini, mengingat siapa Diri-Mu, dan membuat-Mu sedih, karena Engkau pasti sudah sedih oleh cara mereka memperlakukan-Mu. Tapi domba kami adalah cinta dan uang bagi kami, Kau tahu?..."

"Aku mengerti. Tapi mereka akan sembuh. Apa kau sudah meminta orang, yang mengerti hal-hal ini, untuk memeriksanya?"

"Oh! Mereka semua mengatakan hal yang sama, "Bantai mereka dan jual kulitnya. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan," dan mereka juga mengancamku jika aku membawa mereka ke mana-mana... Mereka takut akan penyakit itu... karena domba mereka sendiri. Jadi aku harus mengurung mereka dan mereka mati lebih cepat. Mereka jahat, Kau tahu, orang-orang Akhzib."

Yesus hanya mengatakan, "Aku tahu."

"Aku katakan bahwa mereka sudah menyihirnya..."

"Tidak. Jangan percaya omong kosong seperti itu... Apa kau akan segera pergi begitu anak-anakmu datang?"

"Ya. Mereka bisa berada di sini kapan saja sekarang. Apakah mereka ini murid-murid-Mu? Hanya ini?"

"Tidak, ada lebih banyak."

"Mengapa mereka tidak datang ke sini? Suatu kali, aku bertemu sekelompok dari mereka dekat Merom.  Kepala mereka adalah seorang gembala. Begitulah yang mereka katakan. Seorang laki-laki yang tinggi kuat, namanya Elia. Kala itu bulan Oktober, aku pikir. Entah sebelum atau sesudah hari raya Pondok Daun. Apakah dia sudah meninggalkan-Mu sekarang?"

"Tak seorang pun dari murid-Ku yang meninggalkan-Ku."

"Begitu katanya."

"Apa?"

"Bahwa Engkau... bahwa orang-orang Farisi... Singkatnya, bahwa murid-murid-Mu sudah meninggalkan-Mu karena mereka takut, dan bahwa Engkau..."

"Adalah setan. Kau bisa mengatakannya. Aku tahu. Aku menghargaimu dua kali lipat, sebab kau toh tetap percaya."

"Dan karena itu, bisakah Engkau... tapi aku meminta sesuatu yang mungkin sakrilegi..."

"Katakan pada-Ku. Jika itu jahat, Aku akan memberitahumu."

"Tidak bisakah Engkau memberkati kawanan ternakku, saat lewat?" laki-laki itu berkata dengan sangat cemas...

"Aku akan memberkati kawananmu. Yang ini..." dan Dia mengangkat tangan-Nya memberkati kawanan kambing yang tersebar di sekitarnya, "... dan kawanan dombamu. Apa kau percaya bahwa berkat-Ku akan menyelamatkan mereka?"

"Seperti Engkau menyelamatkan orang dari penyakit, demikian pula Engkau pasti bisa menyelamatkan hewan. Kata mereka Engkau adalah Putra Allah. Domba diciptakan oleh Allah. Jadi mereka milik Bapa. Aku... tidak tahu apakah hormat memintanya kepada-Mu. Tetapi jika mungkin, sudi lakukanlah, Tuhan, dan aku akan membawa persembahan besar ke Bait Suci. Tidak! Aku akan memberikannya kepada-Mu untuk kaum miskin. Itu lebih baik."

Yesus tersenyum dan diam. Anak-anak si gembala tiba dan tak lama kemudian Yesus, para rasul dan lelaki tua itu pun berangkat, meninggalkan para pemuda untuk menjaga kawanan kambing. Mereka berjalan cepat sebab mereka ingin segera tiba di Kedesh dan lalu langsung menuju jalan yang dari laut menghantar ke daratan. Itu pastilah jalan yang bercabang di kaki tanjung, jalan yang mereka tempuh saat menuju Alexandroscene. Setidaknya itulah yang aku pahami dari percakapan si gembala dengan para murid. Yesus berjalan di depan mereka, sendirian.

"Tapi apa kita tidak akan mendapat masalah lagi?" tanya Yakobus Alfeus.

"Kedesh tidak berada dalam yurisdiksi centurion, tapi berada di luar perbatasan Fenisia. Dan jika orang tidak memprovokasi, centurion tidak ikut campur dalam masalah agama."

"Bagaimanapun kami tidak akan berhenti..."

"Apa kau akan sanggup menempuh lebih dari tigapuluh mil dalam sehari?" tanya si gembala.

"Oh! Kami ini peziarah abadi yang tak kenal lelah!"

Mereka terus berjalan... Mereka tiba di Kedesh dan melewatinya tanpa masalah apa pun. Mereka mengambil jalan lurus. Akhzib ditunjukkan pada tonggak batu. Gembala menunjukkannya dengan berkata, "Kita akan berada di sana besok. Kamu akan ikut denganku malam ini. Aku kenal para petani di lembah, tapi banyak dari mereka berada dalam perbatasan Fenisia... Yah... kita akan menyeberangi perbatasan. Dan kita pasti tidak akan ketahuan... Oh! Kewaspadaan mereka! Mereka sebaiknya mengamati para perampok!..."

Matahari terbenam dan siang hari meredup di lembah-lembah berhutan. Tetapi si gembala sudah familier dengan jalan itu dan melangkah dengan mantap.

Mereka tiba di sebuah desa kecil dengan hanya segelintir rumah.

"Jika mereka memberi kita tumpangan di sini, kita akan bersama orang-orang Israel. Kita berada di perbatasan. Jika mereka tidak mau menerima kita, kita akan pergi ke desa lain, desa Fenisia."

"Aku bukan orang yang suka berprasangka, sobat."

Mereka mengetuk pintu.

"Apa itu kau, Hanas? Dengan teman-teman? Masuklah, dan semoga Allah besertamu," kata seorang perempuan tua.

Mereka masuk ke dalam sebuah dapur besar, dengan perapian yang apinya bernyala-nyala riang. Para anggota sebuah keluarga besar dari segala tingkat usia duduk sekeliling meja, tapi mereka dengan ramah memberi tempat bagi para pendatang baru.

"Ini Yunus. Ini istrinya, putra-putra dan cucu-cucunya dan menantu-menantu perempuannya. Sebuah keluarga patriark yang setia kepada Allah," kata Hanas, si gembala, kepada Yesus. Dia kemudian berbicara kepada Yunus tua, "Dan laki-laki yang bersamaku ini adalah Rabbi Israel, Yang ingin kau temui."

"Aku memberkati Tuhan karena aku bisa memberimu tumpangan sebab aku punya kamar malam ini. Dan aku memberkati Rabbi Yang telah datang ke rumahku, dan aku meminta-Nya untuk memberkati kami."

Hanas menjelaskan bahwa rumah Yunus seperti sebuah penginapan bagi para peziarah yang melakukan perjalanan dari laut ke daratan.

Mereka semua duduk di dapur yang hangat dan para perempuan melayani tamu. Ada begitu banyak hormat hingga nyaris memalukan. Tetapi Yesus mengatasi kesulitan itu dengan mengumpulkan semua anak di sekeliling-Nya, ketika makan selesai, dan menaruh peduli pada mereka, dan mereka segera akrab. Dan sesudah anak-anak, dalam waktu singkat antara makan malam dan waktu tidur, juga para lelaki di rumah menjadi berani dan mereka memberitahu kepada Yesus apa yang sudah mereka pelajari tentang Mesias dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada-Nya. Dan Yesus menjelaskan, meneguhkan, meluruskan dalam suatu percakapan yang baik dan tenang, hingga tamu maupun anggota keluarga undur diri untuk beristirahat, setelah Yesus memberkati mereka semua.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 5                 Daftar Istilah                    Halaman Utama