327. TIBA DI ALEXANDROSCENE.            


12 November 1945  

Mereka tiba di jalan sekali lagi sesudah perjalanan berkeliling yang panjang melintasi ladang-ladang dan sesudah menyeberangi sungai yang deras melalui jembatan kecil dari papan yang berderit-derit, yang hanya cukup untuk orang: jembatan bagi pejalan kaki daripada sesuatu yang lebih besar. Dan mereka terus berjalan menyusuri dataran, yang menjadi semakin sempit dan sempit sementara perbukitan mendekati pantai, sebegitu rupa hingga sesudah sungai deras lainnya, dengan jembatan penting Romawi seperti biasanya, jalan meninggalkan dataran dan menjadi bergunung-gunung dan bercabang menjadi dua di jembatan: jalan yang satu, yang tidak terlalu curam, membentang ke utara di sepanjang lembah; jalan yang lain, yang diambil Yesus dengan mengikuti petunjuk batu mil Romawi: 'Alexandroscene - V m.' adalah anak-anak tangga nyata di gunung batu yang terjal, ujung-ujungnya yang tajam jatuh secara vertical ke dalam Mediterania, sementara pemandangan laut menjadi semakin luas dan luas sementara mereka mendaki. Hanya pejalan kaki dan keledai kecil yang bisa melewati jalan itu, atau anak-anak tangga, sebagaimana seharusnya disebut. Tetapi mungkin karena itu adalah jalan pintas yang baik, jalan itu sangat sibuk dan orang-orang dengan rasa ingin tahu mengamati kelompok orang-orang Galilea yang tidak biasa itu yang berjalan di sepanjang jalannya.

"Itu pasti tanjung badai," kata Matius menunjuk ke tanjung yang menjorok ke laut.

"Ya, di bawah sana ada desa tempat nelayan pernah berbicara kepada kita," kata Yakobus Zebedeus.

"Aku ingin tahu siapa yang membangun jalan ini?"

"Siapa yang tahu sudah berapa lama jalan ini ada di sini! Pekerjaan Fenisia mungkin..."

"Dari atas kita akan melihat Alexandroscene yang di belakangnya ada Tanjung Putih. Kau akan melihat hamparan laut yang luas, Yohanes-Ku terkasih," kata Yesus seraya menumpangkan satu tangan pada bahu sang rasul.

"Itu akan membuatku senang. Tapi sebentar lagi akan gelap. Di mana kita akan berhenti?"

"Di Alexandroscene. Lihat? Jalannya sudah menurun. Di bawah sana dataran terbentang sejauh kota yang bisa kau lihat di sana."

"Itu adalah kota si perempuan dari Antigonea... Bagaimana kita bisa memenuhi permintaannya?" tanya Andreas.

"Kau tahu, Guru, perempuan itu berkata kepada kami: 'Pergilah ke Alexandroscene. Saudara-saudara lelakiku memiliki toko-toko di sana dan mereka adalah proselit. Beritahu mereka tentang Guru. Kami adalah anak-anak Allah, juga...' dan dia menangis, karena dia adalah menantu dia agak kurang disukai... jadi saudara-saudaranya tidak pernah mengunjunginya dan dia tidak pernah mendengar kabar mereka…," Yohanes menerangkan.

"Kita akan mencari saudara-saudaranya. Jika mereka menyambut kita sebagai peziarah, kita akan bisa memenuhi permintaannya..."

"Tapi bagaimana kita bisa membuktikan bahwa kita sudah bertemu dengan perempuan itu?"

"Dia bekerja untuk Lazarus. Dan kita adalah sahabat-sahabat Lazarus," kata Yesus.

"Itu benar. Kau bisa bicara..."

"Ya. Tapi percepatlah langkahmu supaya kita bisa menemukan rumahnya. Apa kau tahu di mana itu?"

"Ya, dekat Benteng. Mereka banyak berhubungan dengan orang-orang Romawi kepada siapa mereka menjual banyak barang."

"Sungguh bagus."

Mereka melewati jalan datar yang indah dengan cepat, jalan konsuler yang sesungguhnya, yang terhubung dengan jalan-jalan yang datang dari daratan dan berlanjut ke daratan sesudah anak-anak tangga yang curam yang melintasi tanjung batu dekat pantai.
Alexandroscene lebih merupakan kota militer daripada kota sipil. Pastilah demi kepentingan strategis, tapi aku tidak tahu mengapa. Di antara dua tanjung, tampak seperti seorang prajurit penjaga sedang mengawasi bagian laut itu. Sekarang, sesudah memungkinkan melihat kedua tanjung, banyak menara militer terlihat di sana, membentuk suatu mata rantai dengan yang ada di dataran dan di kota, di mana Benteng yang megah mendominasi dekat pantai.

Mereka memasuki kota sesudah menyeberangi sungai kecil lainnya dekat gerbang dan mereka melanjutkan perjalanan menuju Benteng yang sangat besar, melihat sekeliling dengan penuh rasa ingin tahu dan diawasi dengan penuh selidik. Ada banyak tentara dan mereka tampaknya berhubungan baik dengan warga, yang membuat para rasul bergumam, "Orang-orang Fenisia ini tidak memiliki rasa hormat!"

Mereka tiba di toko milik saudara-saudara Hermione, saat pelanggan terakhir keluar sarat dengan berbagai macam barang, dari lembaran kain hingga peralatan dapur, jerami, gandum, minyak, bahan makanan. Aula masuk yang besar berbau kulit, rempah-rempah, jerami, wol kasar dan menghantar ke sebuah halaman selebar alun-alun, dengan gudang-gudang di bawah serambi-serambi.

Seorang laki-laki berjenggot yang berkulit gelap pergi menemui mereka, "Apakah yang Kau butuhkan? Bahan makanan?"

"Ya... dan penginapan, jika kau tidak keberatan memberikan tumpangan kepada peziarah. Kami datang dari jauh dan belum pernah kemari sebelumnya. Sambutlah kami dalam nama Tuhan."

Laki-laki itu dengan cermat menatap Yesus Yang berbicara atas nama semua orang. Dia mengamati wajah-Nya, lalu berkata, "Sebenarnya kami tidak menyediakan penginapan. Tetapi aku menyukai-Mu. Engkau orang Galilea, bukan? Orang-orang Galilea lebih baik daripada orang-orang Yudea. Orang-orang Yudea terlalu aneh wataknya. Mereka tidak pernah memaafkan kami karena tidak memiliki darah murni. Akan jauh lebih baik jika jiwa mereka yang murni. Ayo, masuklah kemari, aku akan segera kembali. Aku akan menutup tokonya, hari sudah gelap." Sebenarnya saat itu sudah senja dan bahkan tampak lebih gelap di halaman yang berada di bawah bayangan Benteng yang kokoh.

Mereka masuk ke dalam sebuah ruangan dan, sebab mereka lelah, mereka langsung duduk di kursi-kursi yang tersebar di sana-sini...

Laki-laki itu kembali dengan dua orang saudara laki-laki, yang seorang lebih tua dan yang seorang lebih muda, dan menunjukkan kepada mereka para tamu, yang berdiri menyalami; dia berkata, "Inilah mereka. Bagaimana menurutmu? Mereka kelihatannya orang-orang jujur..."

"Ya. Kau sudah melakukan yang benar," kata kakak tertua kepada adiknya, dan lalu menyapa para tamu, atau tepatnya, Yesus, Yang jelas tampil sebagai kepala. Dia bertanya, "Siapakah namamu?"

"Yesus dari Nazaret, Yakobus dan Yudas juga dari Nazaret, Yakobus dan Yohanes dari Betsaida dan Andreas juga, dan Matius dari Kapernaum."

"Bagaimana kamu ada di sini? Dianiaya?"

"Tidak. Kami sedang menginjili. Kami telah menjelajahi seluruh Palestina lebih dari satu kali, dari Galilea hingga Yudea, dari satu laut ke laut lainnya. Dan kami telah melewati Sungai Yordan, hingga sejauh Hauran. Kami sekarang datang ke sini untuk mengajar."

"Seorang rabbi di sini? Luar biasa, bukan begitu, Filipus dan Elia?" tanya kakak tertua.

"Ya, sangat luar biasa. Kau termasuk dalam golongan mana?"

"Tidak termasuk mana pun. Aku milik Allah. Orang-orang baik dari dunia ini percaya kepada-Ku. Aku miskin dan Aku mengasihi orang-orang miskin, tetapi Aku tidak memandang hina orang-orang kaya, yang Aku ajari untuk mengasihi, untuk berbelas-kasihan dan tidak terikat kekayaan, sementara Aku mengajari orang-orang miskin untuk mencintai kemiskinan mereka dengan percaya kepada Allah Yang tidak membiarkan siapa pun binasa. Di antara teman dan murid-Ku yang kaya, ada Lazarus dari Betania..."

"Lazarus? Seorang saudari kami menikah dengan salah seorang pelayannya."

"Aku tahu. Itu juga salah satu alasan mengapa Aku datang. Untuk menyampaikan kepadamu bahwa dia mengirimkan salamnya kepadamu dan mencintaimu."

"Apakah Kau bertemu dengannya?"

"Aku tidak. Tetapi mereka yang bersama-Ku, dikirim ke Antigonea oleh Lazarus."

"Oh! Katakan kepada kami! Bagaimana Hermione? Apakah dia benar-benar bahagia?"

"Suami dan ibu mertuanya sangat menyayanginya. Ayah mertuanya menghormatinya..." kata Yudas Tadeus.

"Tapi dia tidak memaafkannya karena darah ibunya. Begitulah."

"Dia akan segera memaafkannya. Dia sangat memujinya. Saudarimu memiliki empat anak yang elok dan baik hati, yang membuatnya bahagia. Kamu selalu ada di hatinya dan dia meminta kami untuk membawamu kepada Guru Ilahi."

"Tapi... apa?... Apakah Engkau adalah Dia yang disebut Mesias?"

"Ya."

"Kau benar-benar adalah... Kami diberitahu di Yerusalem bahwa Engkau adalah, bahwa mereka menyebut-Mu Sabda Allah? Benarkah itu?"

"Ya, benar."

"Tetapi apakah Engkau Sabda bagi mereka yang di sana, atau bagi semua orang?"

"Bagi semua orang. Bisakah kau percaya bahwa Aku adalah Sabda Allah?"

"Tidak ada biaya untuk percaya, teristimewa ketika orang berharap bahwa apa yang dipercayainya dapat melenyapkan apa yang membuat kita menderita."

"Itu benar, Elia. Tapi jangan berkata seperti itu. Itu adalah pikiran yang tidak murni, jauh lebih tidak murni daripada berdarah campuran. Jangan bersukacita karena berharap apa yang membuatmu menderita sebagai manusia yang dipandang hina oleh orang-orang lain bisa lenyap, tapi bersukacitalah karena harapan menaklukkan Kerajaan Surga."

"Kau benar. Aku setengah kafir, Tuhan..."

"Jangan berkecil hati. Aku juga mengasihimu dan Aku telah datang untukmu juga."

"Mereka pasti lelah, Elia. Kau membuat mereka tetap di sini dan berbicara. Marilah kita pergi dan makan malam dan lalu kita akan mengantar mereka beristirahat. Tidak ada perempuan di sini... Tidak ada perempuan Israel yang mau dengan kami, padahal kami menginginkan seorang dari mereka... Maafkan kami, jika karenanya rumah kelihatan dingin dan hampa."

"Hatimu yang baik akan menghangatkan dan menghiasinya untuk kami."

"Berapa lamakah Engkau akan tinggal?"

"Tidak lebih dari satu hari. Aku ingin pergi ke Tirus dan Sidon dan Aku ingin berada di Akhzib sebelum hari Sabat."

"Itu tidak mungkin, Tuhan. Sidon jauh sekali!"

"Aku ingin berbicara di sini besok."

"Rumah kami ini seperti pelabuhan. Tanpa harus pergi keluar Engkau akan memiliki pendengar sebanyak yang Kau inginkan, terlebih lagi besok adalah hari pasar."

"Kalau begitu, ayo kita pergi, dan kiranya Allah mengganjari amal kasihmu."
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 5                 Daftar Istilah                    Halaman Utama