325. DI AKHZIB BERSAMA KEENAM RASUL.            


11 November 1945  

"Tuhan, sepanjang malam aku berpikir... Mengapakah Engkau ingin datang sebegitu jauh, dan lalu kembali ke perbatasan Fenisia? Biarkan aku yang pergi bersama salah seorang rekanku. Aku akan menjual Antonius... Aku menyesal harus melakukannya... tapi kita tidak membutuhkannya lagi dan itu akan menarik perhatian orang. Dan aku akan pergi menemui Filipus dan Bartolomeus. Mereka hanya bisa melewati jalan itu dan aku pasti akan bertemu dengan mereka. Dan Engkau bisa pastikan bahwa aku tidak akan berbicara. Aku tidak ingin mendukakan-Mu... Engkau bisa beristirahat di sini bersama yang lain dan itu akan menghemat tenaga kita semua pergi ke Yiftah-El... dan kita akan menghemat waktu," kata Petrus saat keluar dari rumah tempat mereka bermalam. Dan mereka tampak tidak terlalu kuyu, karena mereka mengenakan pakaian bersih dan jenggot serta rambut mereka sudah dirapikan oleh tangan-tangan terampil.

"Ide yang bagus. Aku tidak akan menghentikanmu. Kau dapat pergi dengan rekan mana pun yang kau inginkan."

"Kalau begitu, dengan Simon. Berkatilah kami, ya Tuhan."

Yesus memeluk mereka seraya berkata, "Dengan ciuman. Pergilah."

Mereka menyaksikan Petrus dan Simon turun dengan cepat menuju dataran.

"Betapa baiknya Simon Yunus! Selama beberapa hari terakhir ini aku menghargainya lebih dari sebelumnya," kata Yudas Tadeus.

"Begitu juga aku," kata Matius. "Dia tidak pernah egois, sombong, ataupun menuntut!"

"Dia tidak pernah memanfaatkan kenyataan bahwa dia adalah pemimpin kita. Sebaliknya, dia kelihatan seperti yang terakhir, dengan masih mempertahankan posisinya," tambah Yakobus Alfeus.

"Kami tidak heran. Kami sudah mengenalnya selama bertahun-tahun. Dia pemarah, tapi sangat baik hati. Dan sangat jujur!" kata Yakobus Zebedeus.

"Saudaraku itu baik, meskipun dia kasar. Tetapi sejak dia bersama Yesus, dia menjadi dua kali lebih baik. Sifatku sama sekali berbeda dan terkadang itu membuatnya marah, karena dia tahu bahwa aku menderita karena karakterku. Dia marah karena dia menyayangiku. Ketika orang memahaminya, orang akan bergaul dengannya dengan sangat baik," kata Andreas.

"Selama beberapa hari ini kita selalu saling memahami satu sama lain dan kita selalu sepikiran," kata Yohanes.

"Itu benar! Aku sendiri menyadari itu. Selama sebulan penuh, juga di saat-saat gembira, kita tidak pernah berbeda di antara kita sendiri... Padahal terkadang... Aku tidak tahu kenapa..." Yakobus Zebedeus bermonolog.

"Kenapa? Tapi itu mudah dimengerti! Karena kita benar dalam niat kita. Kita tidak sempurna; tapi kita benar. Karena itu kita menerima yang baik yang diusulkan seseorang dan kita menolak yang jahat yang ditunjukkan kepada kita, sementara sebelumnya kita sendiri tidak menyadarinya. Kenapa? Mudah dikatakan! Karena kita berdelapan sepikiran: melakukan hal-hal begitu rupa untuk menyenangkan Yesus. Itu saja!" seru Tadeus.

"Menurutku yang lain-lainnya tidak berbeda pikiran," kata Andreas dengan nada mendamaikan.

"Tidak. Baik Filipus maupun Bartolomeus, meskipun Bartolomeus agak lebih tua dan sangat Israel... Begitu juga Tomas, meskipun dia cenderung jauh lebih manusiawi daripada rohani. Aku akan bersalah kepada mereka, jika aku menuduh mereka... Yesus, Engkau benar. Ampunilah aku. Tetapi jika Engkau tahu apa artinya bagiku melihat-Mu menderita! Dan itu karena dia! Aku adalah murid-Mu, seperti yang lainnya. Tapi terlebih lagi dan terutama aku adalah saudara dan sahabat-Mu dan aku mewarisi darah Alfeus yang berapi-api dalam pembuluh darahku. Yesus, jangan menatapku begitu tajam atau begitu sedih. Engkau adalah Anak Domba dan aku... singa. Dan percayalah, aku merasa sulit menahan diri untuk tidak mengoyak-ngoyak dengan cabikan cakarku jaring si pemfitnah yang menyelimuti-Mu dan merobohkan perlindungan di mana musuh sejati itu bersembunyi. Aku ingin melihat sisi sebenarnya dari wajah rohaninya, yang aku sebut... dan mungkin itu fitnah; dan jika aku bisa mengidentifikasinya tanpa sedikit pun takut salah, aku akan menandainya begitu rupa hingga selama sisa hidupnya dia tidak akan bermimpi untuk menyakiti-Mu," kata Tadeus penuh semangat, meskipun Yesus telah menatap padanya untuk menghentikannya saat dia mulai berbicara.

Yakobus Zebedeus menjawabnya, "Kau akan harus menandai separuh dari orang-orang di Israel!... Tetapi Yesus tetap saja akan terus lanjut. Selama beberapa hari terakhir kau sudah melihat apakah ada yang bisa menghentikan Yesus. Apakah yang harus kita lakukan sekarang, Guru? Apakah Kau pernah berbicara di sini?"

"Tidak. Aku belum pernah berada di lereng-lereng ini barang sehari. Aku tidur di hutan."

"Mengapakah mereka tidak menginginkan-Mu?"

"Hati mereka menolak Sang Peziarah... Aku tidak punya sesen pun..."

"Kalau begitu, mereka keras hati! Apakah yang mereka takutkan?"

"Bahwa Aku mungkin seorang penyamun... Tapi tidak masalah. Bapa Yang di Surga membuat-Ku mendapati seekor kambing, yang entah tersesat atau sudah melarikan diri. Ayo, Aku akan menunjukkannya kepadamu. Kambing itu tinggal di semak-semak bersama anaknya. Tetapi ia tidak lari saat melihat Aku datang. Sebaliknya, ia membiarkan-Ku memerah susunya... ke dalam mulut-Ku, seolah-olah Aku adalah anaknya juga. Dan Aku tidur di dekatnya, dengan anak kambing kecil itu nyaris di atas dada-Ku. Allah itu baik kepada SabdaNya!"

Mereka pergi menuju tempat di mana mereka bertemu kemarin, yakni rumpun semak berduri. Di tengah-tengahnya ada sebatang pohon oak yang sudah tua, aku tidak tahu bagaimana ia bertahan hidup, pohon itu terbelah, seolah-olah tanah sudah membelah batang kokohnya hingga terbuka, semuanya diselimuti tumbuhan hijau ivy dan semak duri yang tanpa daun saat ini. Kambing itu sedang merumput di dekatnya bersama anaknya yang masih kecil dan melihat begitu banyak orang, ia mengarahkan tanduknya siap mempertahankan diri. Namun, ia segera mengenali Yesus dan menjadi tenang. Mereka melemparkan remah-remah roti padanya dan undur diri.

"Aku tidur di sana" jelas Yesus. "Dan Aku akan tinggal di sini, jika kamu tidak datang. Aku lapar. Tujuan berpuasa sudah usai... Dan tidak perlu memaksakan hal-hal lain yang tak lagi bisa diubah..."

Yesus sedih kembali... Keenam pasang mata saling melirik satu sama lain, tetapi tidak berkata apa-apa. "Dan sekarang? Ke manakah kita akan pergi?"

"Kita akan tinggal di sini hari ini. Besok kita akan turun dan berkhotbah di jalan menuju Ptolemais dan kemudian kita akan pergi ke perbatasan Fenisia dan kembali kemari sebelum Sabat."

Dan mereka berlambat-lambat kembali ke desa.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 5                 Daftar Istilah                    Halaman Utama