|
323. PERPISAHAN DENGAN ANTIOKHIA SESUDAH KHOTBAH.
8 November 1945
Para rasul sekali lagi berada di rumah di Antiokhia bersama kedua murid dan semua orang dari Antigonea, yang tidak mengenakan pakaian kerja, tetapi mengenakan pakaian panjang terbaik mereka. Demikianlah aku mengerti bahwa itu adalah hari Sabat.
Filipus memohon kepada para rasul untuk berbicara kepada semua orang setidaknya satu kali sebelum kepergian mereka, yang sekarang sudah menjelang.
"Tentang apa?"
"Tentang apa pun yang kau mau. Kau sudah mendengar pembicaraan kami selama beberapa hari terakhir. Kau bisa berbicara sesuai itu."
Para rasul saling berpandangan. Tugas siapakah ini? Petrus, tentu saja. Dialah kepalanya! Namun Petrus lebih suka tidak berbicara tetapi menyerahkan kehormatan itu kepada Yakobus Alfeus atau kepada Yohanes Zebedeus. Dan hanya ketika dia melihat bahwa mereka tidak fleksibel, dia memutuskan untuk berbicara.
"Hari ini di sinagoga kita mendengar penjelasan Kitab Yesaya bab 52. Suatu komentar yang terpelajar menurut dunia, komentar yang salah menurut Kebijaksanaan. Namun komentator tidak bisa disalahkan, karena dia memberikan apa yang dia bisa berikan dalam batas-batas kebijaksanaannya sendiri: tanpa pengetahuan tentang Mesias dan tentang Saat baru yang dibawa oleh-Nya. Tetapi janganlah kita mencari-cari kesalahannya, sebaliknya marilah kita berdoa agar dia dapat memperoleh pengetahuan tentang kedua rahmat ini dan menerimanya tanpa kesulitan. Kamu katakan kepadaku bahwa pada waktu Paskah kamu mendengar sebagian orang berbicara tentang Guru dengan iman, sebagian dengan perkataan yang mencemooh. Dan bahwa hanya karena iman yang kuat yang memenuhi hati keluarga Lazarus, segenap hati mereka, kamu bisa menanggung kegelisahan atas sindiran yang orang-orang lain timbulkan pada hatimu, terutama karena orang-orang ini adalah para rabbi Israel. Tetapi terpelajar tidak berarti menjadi kudus atau memiliki Kebenaran. Dan inilah Kebenaran: Yesus dari Nazaret adalah Mesias yang dijanjikan, Juruselamat yang dinubuatkan para nabi, dan yang terakhir dari antara mereka pergi untuk beristirahat di pangkuan Abraham barusan saja, sesudah kemartirannya yang mulia, yang dia tanggung demi keadilan. Yohanes Pembaptis mengatakan, dan mereka yang mendengar perkataannya itu ada di sini sekarang: 'Inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia.' Perkataannya itu dipercayai oleh yang paling rendah hati dari mereka yang hadir, karena kerendahan hati membantu mencapai Iman, sebaliknya sulit bagi orang-orang yang sombong - yang sarat dengan hal-hal yang tidak perlu - untuk mencapai puncak gunung di mana Iman cemerlang yang murni bersemayam. Orang-orang rendah hati itu, baik karena mereka rendah hati maupun karena mereka percaya, pantas menjadi yang pertama dalam pasukan Tuhan Yesus. Dengan demikian, kamu dapat melihat betapa pentingnya kerendahan hati untuk mencapai iman seketika, dan bagaimana iman diganjari, teristimewa ketika orang percaya terhadap penampilan yang sebaliknya. Aku mendesak dan mendorongmu untuk memiliki kedua kualitas ini dan kamu kemudian akan berada dalam pasukan Tuhan dan akan menaklukkan Kerajaan Surga... Sekarang giliranmu, Simon Zelot. Aku sudah berbicara. Silakan lanjutkan."
Zelot, yang ditangkap begitu tiba-tiba dan dengan begitu jelas ditunjuk sebagai pembicara kedua, hanya bisa bergerak maju tanpa berlambat ataupun mengeluh. Dan dia mengatakan:
"Aku akan melanjutkan khotbah Simon Petrus, pemimpin kami semua oleh kehendak Tuhan. Dan aku akan melanjutkan membahas pokok pembicaraan bab 52 dari Kitab Yesaya, sebagaimana dilihat oleh orang yang mengenal Inkarnasi Kebenaran, yang untuknya dia adalah pelayannya selamanya. Dikatakan: "Terjagalah, kenakanlah kekuatanmu seperti pakaian, hai Sion! Kenakanlah pakaian kehormatanmu, hai Yerusalem, kota yang kudus!" Dan sungguh begitulah seharusnya. Sebab ketika suatu janji digenapi, damai tercipta, hukuman berakhir, dan saat sukacita tiba; hati dan kota harus mengenakan pakaian terbaik mereka dan menegakkan dahi mereka yang malu, menyadari bahwa mereka tidak lagi dibenci, kalah, dipukuli, tetapi malahan dikasihi dan dibebaskan. Kami di sini tidak untuk memulai tindakan hukum melawan Yerusalem. Kasih, yang utama dari semua keutamaan, melarangnya. Janganlah kita mengamati hati orang-orang lain, sebaliknya, marilah kita melihat hati kita sendiri. Marilah kita mengenakan kekuatan seperti pakaian hati kita melalui iman yang telah dikatakan Simon dan marilah kita mengenakan pakaian kehormatan kita karena iman kuno kita kepada Mesias sekarang dimahkotai oleh fakta nyata. Mesias Yang Kudus, Sabda Allah benar-benar ada di antara kita. Dan baik jiwa maupun raga memiliki buktinya: yang pertama mendengar kata-kata Kebijaksanaan, yang membentengi mereka dan menanamkan kekudusan dan damai, yang terakhir - syukur kepada Yang Kudus, kepada Siapa segala sesuatu diberikan oleh Bapa - dibebaskan dari penyakit-penyakit yang paling mengerikan, bahkan dari kematian, sehingga perbukitan dan lembah-lembah Israel, Tanah Air kita, dapat bergema dengan hosana kepada Putra Daud dan kepada Yang Mahatinggi Yang telah mengutus Sabda-Nya, seperti yang telah Dia janjikan kepada para Patriark dan para Nabi. Aku, yang berbicara kepadamu, dulu seorang penderita kusta, yang ditakdirkan untuk mati, sesudah bertahun-tahun mengalami penderitaan yang tak berkesudahan, dalam kesunyian keji yang akrab bagi para penderita kusta. Seseorang berkata kepadaku: 'Pergilah kepada-Nya, kepada Rabbi dari Nazaret, dan kau akan disembuhkan.' Aku punya iman. Aku pergi. Aku disembuhkan. Tubuhku. Hatiku. Yang pertama dibebaskan dari penyakit yang memisahkan penderita kusta dari orang-orang lain. Yang terakhir dibebaskan dari kebencian yang memisahkan dari Allah. Dan dengan semangat baru, dari pengasingan yang penuh duka lara aku menjadi pelayan-Nya, dipanggil untuk misi bahagia pergi ke antara orang-orang, mengasihi mereka dalam Nama-Nya, mengajarkan kepada mereka satu-satunya saja pengetahuan yang diperlukan: bahwa Yesus dari Nazaret adalah Juruselamat dan bahwa diberkatilah mereka yang percaya kepada-Nya. Sekarang giliranmu untuk berbicara, hai Yakobus Alfeus."
"Aku saudara Yesus dari Nazaret. Bapaku dan bapa-Nya bersaudara, lahir dari ibu yang sama. Namun demikian, aku tidak bisa mengatakan bahwa aku saudara-Nya, melainkan hamba-Nya. Karena kebapaan Yosef, saudara bapaku, adalah kebapaan rohani dan dengan sungguh-sungguh aku katakan kepadamu; bahwa Yang Mahatinggi, Yang kita sembah, adalah Bapa sebenarnya dari Guru kita Yesus. Allah mengijinkan Pribadi Kedua dari Allah Yang Esa dan Tritunggal untuk berinkarnasi dan untuk datang ke bumi, tetapi bagaimanapun tetap Allah dan selalu bersatu dengan Pribadi-Pribadi Yang tinggal di Surga. Karena Allah, Yang Mahakuasa tak terbatas dapat melakukan itu. Dan Dia melakukannya karena Kasih, yang adalah kodrat-Nya. Yesus dari Nazaret adalah saudara kami, manusia, karena Dia dilahirkan dari seorang perempuan, dan sama seperti kita dalam kemanusiaan-Nya. Dia adalah Guru kita karena Dia adalah Yang Bijaksana, Dia adalah Sabda Allah itu sendiri dan yang telah datang untuk berbicara kepada kita untuk membawa kita kepada Allah. Dan Dia adalah Allah kita, Satu dengan Bapa dan Roh Kudus, dengan Siapa Dia selalu bersatu dalam kasih, kuasa dan kodrat. Semoga Kebenaran ini, yang dinyatakan oleh Yang Benar, kerabatku, untuk diketahui melalui bukti yang jelas, juga menjadi hartamu. Dan ketika dunia akan berusaha untuk memisahkanmu dari Kristus, dengan mengatakan: 'Ia hanyalah manusia biasa,' jawablah: 'Tidak. Dia adalah Putra Allah, Dia adalah Bintang yang lahir dari Yakub, Dia adalah Tongkat Kerajaan yang muncul di Israel, Dia adalah Penguasa.' Jangan biarkan suatu pun menghalangimu. Itulah Iman. Giliranmu, Andreas."
"Itulah Iman. Aku adalah seorang nelayan miskin di Danau Galilea, dan sementara memancing di malam-malam yang sunyi, dalam terang bintang-bintang, aku bercakap-cakap dalam keheningan dengan diriku sendiri. Aku biasa berkata: 'Bilakah Dia akan datang? Apakah aku akan masih hidup? Bertahun-tahun masih hilang, menurut nubuat.' Untuk manusia, yang hidupnya singkat, bahkan beberapa lusin tahun serasa sepanjang berabad-abad... Aku biasa bertanya pada diriku sendiri: 'Bagaimanakah Dia akan datang? Di manakah? Dari siapakah?' Dan pikiran manusiaku yang tumpul membuatku memimpikan kemegahan kerajaan, tempat tinggal kerajaan, arak-arakan, gemerincing, kekuasaan dan kemuliaan yang tak tertahankan... Dan aku akan berkata: 'Siapakah yang akan dapat melihat Raja agung ini?' Aku pikir Dia akan lebih menakutkan, dalam manifestasi-Nya, daripada Yahwe Sendiri di Gunung Sinai. Dan aku biasa berkata: 'Orang Ibrani melihat gunung itu menyala, tetapi tidak terbakar menjadi abu, karena Bapa Yang Kekal berada di atas awan. Tetapi di sini Dia akan melihat kita dengan mata fana dan kita akan mati... Aku dulu murid Pembaptis. Dan apabila kami tidak memancing, aku biasa pergi kepadanya bersama teman-teman lain. Saat itu adalah suatu hari pada bulan ini... Tepian Yordan dipadati dengan orang-orang yang gemetar mendengar perkataan Pembaptis. Aku memperhatikan seorang pemuda tampan datang dengan tenang menghampiri kami dari suatu jalan kecil. Pakaiannya polos, raut muka-Nya lembut. Dia seolah-olah meminta kasih dan memberi kasih. Mata biru-Nya sesaat menatapku, dan aku merasakan sesuatu yang tidak pernah aku rasakan lagi. Aku merasa seolah-olah jiwaku dibelai, seolah-olah aku disentuh ringan oleh sayap-sayap malaikat. Sesaat aku merasa bahwa aku begitu jauh dari bumi, begitu berbeda, hingga aku berkata: 'Aku akan mati sekarang! Ini adalah Allah yang memanggil jiwaku.' Tetapi aku tidak mati. Aku terpikat mengkontemplasikan pemuda yang tak dikenal, yang mata biru-Nya sekarang menatap pada Pembaptis. Dan Pembaptis berbalik, berlari ke arah-Nya dan membungkuk. Mereka berbicara satu sama lain. Dan sebab suara Yohanes selantang guntur, perkataan misterius mereka sampai ke telingaku, yang tengah mendengarkan, tegang sebab aku dalam keinginan yang kuat untuk mengetahui siapa pemuda tak dikenal itu. Jiwaku merasa bahwa Dia berbeda dari semua orang lain. Mereka mengatakan: 'Aku harus dibaptis oleh-Mu...' 'Tak mengapa sekarang ini. Itu perlu untuk menggenapi semua keadilan.'... Yohanes telah mengatakan: 'Seseorang akan datang dan aku tidak layak untuk membuka tali kasut-Nya.' Dia telah mengatakan: 'Ada di antaramu, di Israel, Dia Yang tidak kamu kenal. Alat penampi sudah ditangan-Nya dan Dia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan Dia akan membakar debu jeraminya dalam api yang tidak akan pernah padam.' Ada di hadapanku seorang pemuda dari rakyat jelata, yang raut muka-Nya lembut dan rendah hati, meski begitu aku merasa bahwa Dia adalah Dia, Yang tali kasut-Nya bahkan yang kudus di Israel, Nabi terakhir, Sang Perintis Jalan tidak layak untuk membukanya. Aku merasa bahwa Dia adalah Dia, Yang tidak kami kenal. Tapi aku tidak takut. Sebaliknya, ketika Yohanes, sesudah guntur Allah yang memukau itu dan sesudah kecemerlangan tak terbayangkan dari Terang dalam bentuk burung merpati perdamaian, berkata: 'Inilah Anak Domba Allah,' aku berseru: 'Aku percaya!' dengan suara jiwaku, bersukacita karena aku sudah melihat terlebih dahulu Raja Mesias dalam diri pemuda yang tampak begitu lembut dan rendah hati. Karena iman ini aku adalah pelayan-Nya. Kamu sendiri jadilah demikian, dan kamu akan mendapatkan damai. Matius, sekarang giliranmu untuk menceritakan kemuliaan lain dari Tuhan."
"Aku tidak bisa menggunakan perkataan damai yang sama seperti Andreas. Dia adalah orang benar, aku orang berdosa. Oleh karenanya, perkataanku tidak mengandung nada sukacita kebahagiaan, tetapi damai kepastian dari mazmur. Aku dulu orang berdosa. Seorang pendosa besar. Aku hidup sama sekali dalam kesesatan. Aku sudah membatu di dalamnya dan aku tidak merasakan ketidaknyamanan. Jika kadang-kadang kaum Farisi atau kepala sinagoga menderaku dengan hinaan dan celaan mereka, mengingatkanku akan Allah, Hakim yang tak terhindarkan, aku ngeri sesaat... lalu aku akan santai dengan berpikir bodoh: 'Bagaimanapun, boleh dikatakan aku ini orang terkutuk. Jadi, biarkan aku bersenang-senang, selama aku bisa.' Dan aku tenggelam semakin dalam ke dalam dosa. Dua tahun lalu, seorang Yang Tak Dikenal, datang ke Kapernaum pada waktu musim semi. Dia juga tak dikenal olehku. Sesungguhnya, Dia tak dikenal oleh semua orang, sebab kala itu Dia di awal misi-Nya. Siapa Dia sebenarnya hanya sedikit saja orang yang mengenal-Nya, yaitu mereka yang kamu lihat di sini, dan sedikit orang lagi. Aku sangat terkejut dengan sikap-Nya, yang lebih murni dari sikap seorang perawan. Itulah hal pertama yang membuatku takjub. Aku melihat bahwa Dia tegas, meski begitu Dia selalu bersedia mendengarkan anak-anak yang pergi kepada-Nya bagai lebah terbang ke bunga. Permainan mereka yang tanpa dosa dan perkataan cerdik adalah satu-satunya hiburan-Nya. Kemudian kuasa-Nya membuatku takjub. Dia mengerjakan mukjizat-mukjizat. Aku berkata: 'Ia adalah pengusir setan, seorang kudus.' Aku merasa aku begitu tercela dibandingkan dengan-Nya, hingga aku menjauhkan diri dari-Nya. Dia mencariku. Atau, setidaknya, itulah kesanku. Setiap kali Dia lewat dekat bangkuku, Dia akan menatap padaku dengan mata-Nya yang lembut dan agak sedih. Dan setiap kali aku merasakan hati nuraniku yang lamban bangkit kembali dan tidak pernah jatuh kembali ke tingkat ketidakpekaan yang sama. Suatu hari, ketika orang-orang memuji-muji perkataan-Nya, aku merasa sangat ingin mendengarkan-Nya. Dan dengan bersembunyi di balik sudut sebuah rumah, aku mendengar-Nya berbicara kepada sekelompok kecil orang. Dia berbicara secara tidak resmi, tentang amal kasih, yang seperti suatu indulgensi sehubungan dengan dosa-dosa kita... Sejak malam itu, aku, orang keras hati yang tamak, ingin dosaku yang banyak itu diampuni oleh Tuhan. Aku melakukan sesuatunya secara diam-diam... Tetapi Dia tahu bahwa itu adalah aku, karena Dia tahu segalanya. Suatu ketika aku mendengar-Nya menjelaskan tepat bab 52 Kitab Yesaya: Dia berkata bahwa mereka yang cabul dan mereka yang hatinya tidak disunat tidak akan masuk Kerajaan-Nya, Yerusalem surgawi, dan Dia berjanji bahwa Kota Surgawi itu, yang keindahan digambarkan-Nya dengan begitu meyakinkan hingga aku merasakan nostalgia untuk itu, akan menjadi milik mereka yang datang kepada-Nya. Dan kemudian... Oh! Pada hari itu, tatapan-Nya bukan tatapan sedih, melainkan tatapan berwibawa. Dia meluluhkan hatiku, Dia menelanjangi jiwaku, Dia membakar jiwaku yang malang ini, Dia membawanya ke dalam tangan-Nya dan menyiksanya dengan kasih-Nya yang menuntut... dan aku memiliki jiwa yang baru. Pertobatan dan kerinduan menghantarku kepada-Nya. Dia tidak menungguku untuk berkata: 'Kasihanilah aku, Tuhanku!' Dia yang berkata kepadaku: 'Ikutlah Aku!' Yang Lembut telah menaklukkan Setan dalam hati si pendosa. Semoga ini meyakinkanmu, jika ada di antaramu yang gelisah karena dosa-dosanya, Dia adalah Juruselamat yang baik dan kau janganlah menjauhkan diri dari-Nya, sebaliknya, semakin seorang adalah seorang pendosa, semakin dia harus pergi kepada-Nya dengan kerendahan hati dan pertobatan, agar diampuni. Yakobus Zebedeus, maukah sekarang kau berbicara ?"
"Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Kau sudah berbicara dan mengatakan apa yang akan aku katakan. Karena itulah kebenarannya dan itu tidak bisa diubah. Aku juga bersama Andreas di Sungai Yordan, tetapi aku hanya memperhatikan-Nya ketika Dia ditunjukkan oleh Pembaptis. Namun aku langsung percaya, dan ketika Dia pergi, sesudah manifestasi-Nya yang cemerlang, aku seperti orang yang sesudah berada di puncak gunung yang cerah, dipenjarakan dalam penjara yang gelap. Aku sangat ingin menemukan Matahari kembali. Dunia menjadi gelap, sesudah Terang Allah muncul di hadapanku, dan lalu menghilang. Aku sendirian di antara orang banyak. Aku sudah memuaskan nafsu makanku, tapi aku lapar. Saat tidur aku terjaga dengan bagianku yang lebih baik, dan uang, pekerjaan, kasih sayang, semuanya sudah jauh tertinggal di belakang kerinduanku yang mendalam akan Dia dan tidak ada suatu pun yang memikatku. Seperti anak kecil yang kehilangan ibunya, aku mengerang: 'Kembalilah, Anak Domba Allah! Allah Yang Mahatinggi, seperti Engkau mengutus Rafael untuk membimbing Tobia, utuslah malaikat-Mu untuk membimbingku ke jalan Tuhan, agar aku dapat menemukan Dia...!' Namun, ketika Dia menampakkan diri di jalan setapak yang dari padang gurun, sesudah kami menantikan-Nya dengan sia-sia selama berminggu-minggu, dan kami sudah mencari-Nya dengan antusias, yang upaya sia-sianya membuat kami merasa lebih sedih kehilangan Yohanes kami yang telah ditangkap untuk pertama kalinya, aku tidak langsung mengenali-Nya. Dan sekarang, saudara-saudaraku dalam Tuhan, aku ingin mengajarimu cara lain untuk datang kepada-Nya dan mengenali-Nya.
Simon Yunus mengatakan bahwa iman dan kerendahan hati dibutuhkan untuk mengenal Dia. Simon Zelot sudah menegaskan mutlak perlunya Iman untuk mengakui dalam Yesus dari Nazaret siapa Dia di Surga dan di bumi, menurut apa yang telah dikatakan. Dan Simon Zelot membutuhkan iman yang benar-benar besar, juga sehubungan dengan tubuhnya yang tidak bisa disembuhkan. Itulah sebabnya mengapa Simon Zelot mengatakan bahwa Iman dan Harapan adalah sarana untuk mencapai Putra Allah. Yakobus, saudara Tuhan, sudah menyebutkan kuasa Kekuatan untuk memelihara apa yang sudah ditemukan. Kekuatanlah yang menghalangi jerat dunia dan jerat Setan dari menggerogoti Iman kita. Andreas sudah menunjukkan perlunya menggabungkan dahaga suci akan Keadilan dengan Iman, berusaha untuk mengenal dan memelihara Kebenaran, apa pun yang dimaklumkan oleh mulut suci, tidak dipelajari demi kesombongan manusia, tetapi demi kerinduan untuk mengenal Tuhan. Orang yang menyempurnakan pikirannya dalam Kebenaran akan menemukan Allah. Matius, yang dulu seorang pendosa, sudah menunjukkan kepadamu suatu cara lain untuk mencapai Allah: melepaskan diri dari sensualitas demi semangat teladan, akan aku katakan dengan merefleksikan Allah, Yang adalah Kemurnian tak terbatas. Hal pertama yang membuat dia, seorang pendosa, terkesan adalah 'sikap murni' dari Yang Tak Dikenal yang telah datang ke Kapernaum, dan seolah-olah sikap-Nya itu memiliki kuasa untuk menghidupkan kembali penguasaan dirinya yang mati, dia pertama-tama menjauhkan diri dari sensualitas daging, membersihkan jalan untuk kedatangan Allah dan untuk kebangkitan keutamaan-keutamaan lainnya yang mati. Dari penguasaan diri lanjut ke belas kasihan, dari belas kasihan ke pertobatan, dia kemudian melampaui dirinya sendiri dan sampai pada persatuan dengan Allah. 'Ikutlah aku.' 'Aku datang.' Namun jiwanya sudah berkata: 'Aku datang,' dan Juruselamat telah berkata: 'Ikutlah Aku,' ketika untuk pertama kalinya Keutamaan Sang Guru menarik perhatian si pendosa. Teladanilah dia. Karena pengalaman orang-orang lain, meski itu menyakitkan, merupakan bimbingan untuk menghindari yang jahat dan menemukan yang baik bagi mereka yang berkehendak baik. Sejauh menyangkut aku, aku katakan bahwa semakin manusia berjuang untuk hidup bagi roh, semakin mudah dia mengenali Tuhan, dan kehidupan yang bak malaikat mendukung itu pada tingkat tertinggi. Di antara kami para murid Yohanes, dia yang mengenali-Nya, sesudah absen-Nya, adalah jiwa yang perawan. Lebih baik dari Andreas, dia mengenali- Nya, meskipun penitensi telah mengubah wajah Anak Domba Allah. Jadi aku katakan: 'Jadilah murni untuk bisa mengenali Dia.' Yudas, maukah sekarang kau berbicara?"
"Ya, jadilah murni untuk bisa mengenali Dia. Tetapi menjadi murni juga menjadi bisa untuk membawa-Nya dalam dirimu dengan Kebijaksanaan-Nya dan Kasih-Nya, dengan keseluruhan Diri-Nya. Masih adalah Yesaya yang dalam bab 52 mengatakan: 'Jangan sentuh apa pun yang najis... murnikan dirimu, kamu yang membawa bejana Tuhan.' Sungguh, setiap jiwa yang menjadi murid-Nya adalah bagai suatu bejana penuh Tuhan, dan tubuh yang mengandung jiwa itu adalah bagai orang yang membawa bejana suci kepada Tuhan. Allah tidak dapat berada di mana ada ketidakmurnian. Matius mengatakan bagaimana Tuhan menjelaskan bahwa tidak ada suatu pun yang najis atau terpisah dari Allah yang akan ada di Yerusalem surgawi. Ya. Adalah penting untuk tidak menjadi najis atau terpisah dari Allah, untuk dapat masuk ke dalamnya. Celakalah mereka yang menunggu sampai saat terakhir untuk bertobat. Mereka tidak akan selalu punya waktu untuk melakukannya. Demikian pula mereka yang sekarang memfitnah-Nya tidak akan punya waktu untuk memperbaiki kesalahan mereka pada saat kemenangan-Nya, dan karenanya tidak akan menikmati buahnya. Mereka yang dalam Raja kudus yang rendah hati ini berharap untuk melihat seorang raja duniawi, dan bahkan terlebih lagi mereka yang takut untuk melihat dalam Dia seorang raja duniawi, tidak akan siap untuk saat itu; tertipu dan kecewa dengan pikiran mereka, yang bukan pikiran Allah, melainkan pikiran manusia yang malang, mereka akan terlebih lagi berbuat dosa. Penghinaan menjadi Manusia ada dalam Diri-Nya. Kita harus ingat itu. Yesaya mengatakan bahwa semua dosa kita memati-ragakan Pribadi Ilahi di bawah tampilan manusia biasa. Ketika aku merenungkan bahwa Sabda Allah menanggung sekeliling Diri-Nya, seperti suatu kerak yang kotor, semua kesengsaraan umat manusia sejak ia mulai ada, aku merenungkan dengan belas kasihan dan pemahaman mendalam mengenai penderitaan yang harus ditanggung oleh jiwa-Nya yang tanpa cela. Kengerian seorang sehat yang dibalut dengan kain gombal dan kenajisan penderita kusta. Dia benar-benar ditikam oleh dosa-dosa kita, dan disalut dengan borok-borok hawa nafsu manusia. Jiwa-Nya, yang tinggal di antara kita, pasti jijik oleh kengerian dengan kontak yang demikian, seperti tubuh yang gemetar oleh suhu tinggi. Namun Dia tidak bersuara. Dia tidak membuka mulut-Nya untuk mengatakan: 'Kamu membuat-Ku ngeri.' Namun, Dia membuka mulut-Nya hanya untuk mengatakan: 'Datanglah kepada-Ku, supaya Aku bisa menghapus dosa-dosamu.' Dia adalah Juruselamat. Dalam kemurahan-Nya yang tak terbatas, Dia menyelubungi keindahan-Nya yang tak tertahankan. Andai Dia menampakkan diri dalam segala keindahan-Nya, seperti Dia adanya di Surga, Dia akan telah melumatkan kita menjadi abu, seperti dikatakan Andreas. Tetapi keindahan-Nya telah menjadi menawan, bagai Anak Domba yang jinak, untuk menghampiri kita dan menyelamatkan kita. Penindasan-Nya, kutukan-Nya akan berlangsung hingga, dibakar oleh upaya menjadi Manusia sempurna di antara manusia yang tidak sempurna, Dia ditinggikan di atas orang banyak yang telah Dia tebus, dalam kemenangan kerajaan kudus-Nya. Allah Yang tunduk pada kematian, untuk membawa kita pada Hidup! Semoga pikiran-pikiran ini membuatmu mengasihi-Nya di atas segalanya. Dia adalah Yang Kudus. Aku bisa mengatakan demikian, karena aku dibesarkan bersama-Nya, bersama dengan Yakobus. Dan aku mengatakannya dan akan mengatakan demikian, siap untuk memberikan hidupku untuk menegaskan pengakuan ini, supaya orang bisa percaya kepada-Nya dan memiliki Hidup yang kekal. Yohanes Zebedeus, sekarang giliranmu untuk berbicara."
"Betapa indahnya di pegunungan kaki Sang Utusan! Utusan damai, Yang memaklumkan kebahagiaan dan mewartakan keselamatan, Yang berkata kepada Sion: 'Allahmu-mu adalah Raja!' Dan kaki-kaki itu telah berjalan tanpa kenal lelah selama dua tahun melintasi pegunungan-pegunungan di Israel, mengumpulkan domba dari kawanan Allah, menghibur, menyembuhkan, mengampuni, memberikan damai. Damai-Nya. Aku sangat terkejut melihat bahwa bukit-bukit dan sungai-sungai Tanah Air kita tidak bergembira ria dan bersukacita atas belaian kaki-Nya. Tetapi yang paling mengherankanku adalah melihat bahwa hati manusia tidak bergembira ria ataupun bersukacita mengatakan: 'Puji Tuhan! Yang Dinantikan telah datang! Terberkatilah Dia Yang datang dalam nama Tuhan!' Dia Yang menganugerahkan rahmat dan berkat, damai dan kesehatan, dan memanggil kita ke Kerajaan-Nya dengan membuka jalan bagi kita, di atas segalanya Dia, Yang mencurahkan kasih dengan setiap tindakan-Nya, dengan setiap kata, tatapan, napas-Nya... Oleh karenanya, apakah dunia ini buta terhadap Terang yang tinggal di antara kita? Batu apakah, yang lebih tebal dari batu yang menutup pintu masuk makam, adakah batu itu ditempatkan pada penglihatan jiwa sehingga jiwa tidak melihat Terang ini? Gunung dosa apakah yang menimpa jiwa sehingga jiwa begitu tertindas, terpisahkan, buta, tuli, terbelenggu, lumpuh sehingga bersikap lamban di hadapan Sang Juruselamat? Siapakah Juruselamat itu? Dia adalah Terang yang berpadu dengan Kasih. Mulut saudara-saudaraku sudah memuji Tuhan, mereka sudah mengingat karya-Nya, dan sudah menunjukkan keutamaan-keutamaan yang harus diamalkan untuk mencapai jalan-Nya. Aku katakan kepadamu: kasih. Tidak ada keutamaan lain yang lebih besar atau lebih serupa dengan Kodrat-Nya. Jika kamu mengasihi, kamu akan mengamalkan setiap keutamaan tanpa kesulitan, dimulai dari kemurnian. Tidak akan menjadi beban bagimu untuk menjadi murni, karena dengan mengasihi Yesus kamu tidak akan mengasihi siapa pun secara tidak wajar. Kamu akan menjadi rendah hati, karena dengan mata seorang kekasih kamu akan melihat kesempurnaan yang tak terbatas dalam Dia, dan dengan demikian kamu tidak akan membanggakan dirimu sendiri yang tidak sempurna. Dan kamu akan percaya. Siapakah yang tidak percaya kepada dia yang dikasihinya? Kamu akan bertobat dengan duka yang menyelamatkan, karena dukamu akan jujur, yaitu, kamu akan menyesali sakit yang kamu timpakan kepada-Nya, bukan sakit yang pantas bagimu. Dan kamu akan menjadi kuat. Oh! ya. Ketika orang bersatu dengan Yesus, dia kuat! Kuat melawan segalanya. Kau akan penuh pengharapan, karena kamu tidak akan meragukan Hati yang mengasihimu dengan segenap Diri-Nya Sendiri. Dan kamu akan menjadi bijaksana. Kamu akan menjadi segalanya. Kasihilah Dia Yang memaklumkan kebahagiaan sejati, Yang mewartakan keselamatan, Yang melintasi pegunungan dan lembah-lembah tanpa kenal lelah, mengumpulkan kawanan, Yang di jalan-Nya ada Damai, karena ada damai di Kerajaan-Nya, yang bukan dari dunia ini, tetapi benar sebagaimana Allah itu benar. Larilah dari segala arah yang bukan arah-Nya. Singkirkan setiap kabut. Pergilah kepada Terang. Jangan seperti dunia yang tidak ingin melihat Terang, yang tidak ingin mengenalnya. Tetapi pergilah kepada Bapa kita, Yang adalah Bapa segala terang, Yang adalah Terang yang tak terbatas, pergilah kepada-Nya melalui Putra-Nya, Yang adalah Terang dunia, untuk menikmati Allah dalam pelukan Parakletus, Yang adalah kecemerlangan Terang dalam satu saja kebahagiaan kasih yang mengkonsekrasikan Ketiganya menjadi satu. Satu. Samudera Kasih yang tak terbatas, tanpa badai, tanpa kegelapan, sudi terimalah kami! Kami semua! Baik mereka yang tidak berdosa maupun mereka yang sudah bertobat. Kami semua! Dalam Damai-Mu, selamanya! Kami semua! Semua orang di bumi, agar kami bisa mengasihi-Mu, Allah, dan mengasihi sesama kami, seperti yang Engkau kehendaki. Semua orang di Surga, agar kami tetap dan selalu mengasihi Engkau saja dan para penghuni surgawi, agar kami bisa mengasihi juga saudara-saudara pejuang kami di bumi dalam pengharapan akan damai, dan seperti malaikat kasih, kami bisa membela mereka dan mendukung mereka dalam pergumulan dan pencobaan, sehingga mereka bisa bersama-Mu dalam Damai-Mu, demi kemuliaan abadi Tuhan kita Yesus Sang Juruselamat, Kekasih manusia, hingga batas pemusnahan luhur yang tak terbatas."
Seperti biasa, Yohanes membumbung tinggi dalam penerbangan kasihnya, dengan menarik bersamanya jiwa-jiwa di mana ada kasih yang murni dan keheningan mistik.
Hanya setelah beberapa waktu para pendengar mulai berbicara. Dan Filipus adalah yang pertama, berbicara kepada Petrus: "Apakah Yohanes, sang guru, tidak berbicara?"
"Dia akan selalu berbicara denganmu. Biarkan dia sekarang dalam damainya dan marilah kita sendirian bersamanya sedikit waktu lagi. Saba, lakukan apa yang aku katakan padamu, dan kau juga, o Berenice yang baik..."
Mereka semua keluar dan hanya kedelapan rasul dan kedua murid yang tinggal dalam ruangan besar. Ada keheningan yang senyap. Mereka semua terlihat agak pucat, para rasul karena mereka tahu apa yang akan terjadi, dan kedua murid karena mereka sudah memperkirakan sebelumnya apa yang akan terjadi.
Petrus membuka mulut untuk berbicara, tetapi hanya kata-kata ini yang terucap: "Marilah kita berdoa," dan dia mendaraskan "Bapa Kami". Kemudian, dan dia benar-benar begitu pucat hingga dia mungkin tidak akan kelihatan seperti itu saat dia meninggal, berjalan di antara keduanya dan menumpangkan tangannya pada pundak mereka seraya berkata: "Kita sekarang harus berpisah, anak-anakku. Apakah yang harus aku katakan kepada Tuhan atas namamu? Dia pasti akan sangat ingin mendengar tentang keadaan rohanimu."
Sintikhe jatuh berlutut dan menutupi wajahnya dengan tangan dan Yohanes menirunya. Petrus membiarkan mereka di kakinya dan dia secara naluriah membelai mereka seraya menggigit bibir agar tidak takluk pada emosinya.
Yohanes mendongak, wajahnya menyayat hati, dan berkata: "Kau akan memberi tahu Guru bahwa kami melakukan Kehendak-Nya..." Dan Sintikhe: "Dan mintalah Guru untuk membantu kami menunaikannya hingga akhir..." Air mata menghalangi kalimat yang lebih panjang.
"Baiklah. Mari kita saling memberikan cium selamat tinggal. Saat ini akan tiba..." juga Petrus tersendat berbicara, kerongkongannya serasa tercekik.
"Berkati kami terlebih dahulu," mohon Sintikhe.
"Tidak. Bukan aku. Lebih baik salah seorang saudara Yesus..."
"Tidak. Kaulah pemimpinnya. Kami akan memberkati dengan ciuman kami. Berkatilah kami semua, baik kami yang akan pergi, maupun mereka yang akan tinggal," kata Tadeus, dan dialah yang pertama berlutut.
Dan Petrus, Petrus yang malang, yang memerah wajahnya baik karena upaya untuk mempertahankan suaranya agar tetap tenang, dan karena kegemparan mengulurkan tangannya untuk memberkati kelompok kecil yang prostratio di kakinya, mengulangi berkat Musa, dengan suara yang menjadi lebih parau karena tangis, nyaris seperti suara seorang lanjut usia...
Dia lalu membungkuk ke depan, mencium kening perempuan itu, seolah-olah dia adalah saudarinya, membangkitkan dan memeluk Yohanes, mencium pipinya... dan berlari dengan gagah keluar ruangan, sementara yang lainnya meniru tindakannya kepada kedua orang yang tinggal...
Kereta sudah siap di luar. Hanya Filipus dan Berenice yang hadir, dan pelayan yang memegang kudanya. Petrus sudah berada dalam kereta...
"Kau akan memberitahu Guru untuk tidak mengkhawatirkan mereka yang Dia rekomendasikan," kata Filipus kepada Petrus.
"Katakan kepada Maria bahwa aku merasakan damai Eucheria karena dia sudah menjadi murid," kata Berenice kepada Zelot dengan suara pelan.
"Katakan kepada Guru, Maria, semuanya, bahwa kami mengasihi mereka, dan bahwa... Selamat jalan! Selamat jalan! Oh! Kami tidak akan pernah melihat mereka lagi! Selamat jalan, saudara-saudara! Selamat jalan..."
Kedua murid itu berlari ke jalan... Tapi kereta yang berangkat dalam derap, sudah membelok di tikungan... Lenyap...
"Sintikhe!"
"Yohanes!"
"Kami sendirian!"
"Tuhan beserta kita!... Ayolah, Yohanes yang malang. Matahari tengah terbenam, tak ada gunanya kau tinggal di sini..."
"Matahari telah terbenam selamanya, sejauh menyangkut aku... Hanya di surga matahari akan terbit kembali." Dan mereka kembali ke ruangan di mana mereka sebelumnya bersama yang lain. Mereka tersungkur di atas meja, menangis tanpa ditahan-tahan...
Yesus berkata:
"Dan siksaan yang didatangkan oleh seorang, yang dikehendaki hanya oleh seorang yang jahat, telah terlaksana, berhenti bagai sungai berhenti di danau sesudah menyelesaikan alirannya. Aku ingin menunjukkan kepadamu bagaimana juga Yudas Alfeus, meskipun lebih beroleh kebijaksanaan dibandingkan yang lain, menjelaskan bagian dari kitab Yesaya, tentang sengara-Ku sebagai Penebus, dengan cara manusiawi. Dan semua orang di Israel melakukan hal yang sama, karena mereka menolak menerima realitas kenabian dan mereka mengkontemplasikan nubuat akan sengsara-Ku sebagai alegori dan simbol. Kesalahan besar dengan mana pada saat Penebusan hanya sangat sedikit orang yang masih bisa melihat Mesias dalam Sang Terpidana. Iman bukan hanya karangan bunga. Iman juga mengandung onak duri. Dan adalah kudus orang yang percaya baik pada saat-saat kemuliaan maupun pada saat-saat tragedi, dan mengasihi Allah entah Dia menghiasinya dengan bunga-bunga atau membaringkannya di atas onak duri."
|
|
|