322. DI ANTIGONEA.
7 November 1945
"Cucuku Ptolmai sudah datang untuk pergi ke pasar. Dia akan kembali ke Antigonea hari ini jam enam. Ini adalah hari yang cerah. Apa kau masih ingin pergi seperti yang sudah kau rencanakan?" tanya Filipus tua sementara dia menyajikan susu panas kepada para tamunya.
"Kami pasti akan pergi. Kapan kau bilang?"
"Jam enam. Kau bisa kembali besok, jika kau mau, atau sore sebelum Sabat, jika kau lebih suka demikian. Semua pelayan Ibrani dan mereka yang sudah memeluk iman kita akan datang untuk perayaan Sabat."
"Kami akan melakukan itu. Dan tempat itu masih bisa dipilih sebagai kediaman untuk kedua orang ini."
"Aku akan senang bahkan meski aku merasa kehilangan mereka. Karena itu adalah tempat yang menyehatkan. Dan kau bisa melakukan banyak hal baik di antara para pelayan, sebagian dari mereka adalah orang-orang tinggalan majikan kami. Sebagian ada di sana melalui kemurahan hati nyonya kami yang diberkati yang menebus mereka dari para majikan yang kejam. Jadi mereka tidak semuanya orang Israel. Tapi sekarang mereka juga bukan orang kafir. Yang aku maksudkan para perempuannya. Semuanya yang laki-laki sudah disunat. Janganlah memandang rendah mereka... Tapi mereka masih sangat jauh dari kebenaran Israel. Orang-orang kudus Bait Allah akan gempar oleh mereka, sebab mereka sempurna..."
"Tentu saja! Mereka akan sungguh gempar! Baiklah! Orang-orang itu sekarang akan bisa menyempurnakan diri mereka dengan menghirup kebijaksanaan dan kebaikan dari para utusan Tuhan... Dengarkah kau betapa banyak yang harus kau lakukan?" Petrus mengakhiri perkataannya dengan mengalihkan pembicaraan kepada keduanya.
"Kami akan melakukannya. Kami tidak akan mengecewakan Guru," janji Sintikhe. Dan dia keluar untuk mempersiapkan apa yang perlu dibawa.
Yohanes En-Dor bertanya kepada Filipus, "Apa menurutmu di Antigonea aku bisa melakukan hal-hal baik juga kepada orang-orang, sebagai seorang guru?"
"Sangat bagus. Plautus tua meninggal tiga bulan yang lalu dan anak-anak non-Yahudi tidak bersekolah sekarang. Mengenai orang-orang Yahudi, tidak ada guru bagi mereka karena semua orang kita menjauhi tempat itu, yang dekat dengan Dafne. Dibutuhkan orang seperti... seperti Teofilus... Tanpa kekakuan untuk... untuk..."
"Ya, maksudmu tanpa Farisiisme," Petrus segera menyimpulkan.
"Itu dia… ya… Aku tidak ingin mengkritik… Tapi kupikir… Tidak ada gunanya mengutuk… Akan lebih baik jika mereka menolong… Seperti yang biasa dilakukan nyonya kita dulu... dia membawa lebih banyak orang kepada Hukum dengan senyumnya dan dengan cara yang lebih baik daripada seorang rabbi."
"Itulah sebabnya mengapa Guru mengirimku ke sini! Aku orang dengan kualifikasi yang tepat... Oh! Aku akan melakukan kehendak-Nya. Hingga napas terakhir. Sekarang aku percaya, aku percaya sungguh bahwa misiku tidak lain adalah misi preferensi. Aku akan memberitahu Sintikhe. Kau akan lihat bahwa kami akan tinggal di sana... Aku akan memberitahunya," dan dia pergi keluar, penuh semangat seperti yang sudah lama tidak terjadi.
"Tuhan Yang Mahatinggi, aku bersyukur kepada-Mu dan memberkatimu! Dia masih akan menderita, tapi tidak semenderita sebelumnya... Ah! Betapa lega!" seru Petrus. Dia kemudian merasa bahwa adalah tugasnya untuk memberi Filipus semacam penjelasan, sebaik mungkin, mengenai sukacitanya, "Kau harus tahu bahwa Yohanes dijadikan sasaran serangan oleh… 'mereka yang kaku' di Israel... Kau menyebutnya 'mereka yang kaku'..."
"Ah! Aku mengerti! Dia dianiaya karena alasan politik seperti... seperti..." dan dia melihat ke arah Zelot.
"Ya, seperti aku dan bahkan lebih, dan untuk alasan-alasan lain juga. Sebab dia memprovokasi mereka bukan hanya karena dia dari golongan yang berbeda, tetapi juga karena dia milik Sang Mesias. Jadi - dan biarlah ini dikatakan sekali untuk selamanya - baik dia maupun Sintikhe dipercayakan kepada kesetiaanmu... Apakah kau mengerti?"
"Ya. Dan aku tahu bagaimana harus bersikap."
"Apa yang akan kau katakan tentang mereka?"
"Dua orang guru yang direkomendasikan oleh Lazarus putra Teofilus; Yohanes adalah guru untuk anak laki-laki, dan Sintikhe untuk anak perempuan. Aku lihat bahwa dia bisa menyulam dan memiliki alat tenun... Sejumlah besar karya jahit-menjahit dilakukan dan dijual di Antiokhia oleh orang-orang asing. Tapi pekerjaannya kasar dan bahannya kasar. Kemarin aku melihat hasil karyanya yang mengingatkanku kepada nyonyaku yang baik... Pekerjaan jahitnya akan sangat diminati..."
"Sekali lagi kiranya Tuhan dipuji," kata Petrus.
"Ya. Itu akan meredakan kesedihan kita saat berpisah."
"Apakah kau sudah akan pergi?"
"Kami harus pergi. Kami sudah tertunda karena badai. Di awal bulan Syebat kami harus bersama Guru. Dia telah menantikan kami, sebab kami terlambat," jelas Tadeus.
Mereka lalu berpisah, masing-masing mengurus urusannya sendiri, yaitu, Filipus pergi ke mana seorang perempuan memanggilnya, para rasul ke dataran yang tinggi di bawah sinar matahari.
"Kita bisa pergi pada hari sesudah Sabat. Bagaimana pendapatmu?" tanya Yakobus Alfeus. "Itu menurutku!... Aku tidak keberatan!... Setiap pagi aku bangun tersiksa oleh pikiran bahwa Yesus sendirian, tanpa pakaian, tanpa siapa pun yang mengurus-Nya, dan setiap malam aku pergi tidur dengan pikiran yang tetap sama. Tapi kita akan memutuskan hari ini."
"Katakan padaku. Tetapi bukankah Guru sudah tahu lebih dulu segalanya? Aku bertanya-tanya selama berhari-hari bagaimana Dia tahu bahwa kita akan bertemu dengan si orang Kreta, bagaimana Dia bisa tahu sebelumnya mengenai pekerjaan Yohanes dan Sintikhe, bagaimana... Yah... banyak hal," kata Andreas.
"Sebetulnya aku pikir bahwa orang Kreta itu berhenti di Seleukia pada tanggal-tanggal tertentu. Dan mungkin Lazarus memberitahu Yesus, dan jadi Dia memutuskan untuk pergi tanpa menunggu hingga Paskah..." jelas Zelot.
"Memang! Itu betul. Dan bagaimana Yohanes akan menanganinya saat Paskah?" tanya Yakobus Alfeus.
"Seperti setiap orang Israel lainnya..." kata Matius.
"Tidak. Itu akan berarti masuk ke dalam mulut serigala!"
"Sama sekali tidak! Siapa yang akan menemukannya di antara begitu banyak orang?"
"Iskar... Oh! Apa yang sudah aku katakan! Lupakan saja. Itu hanya tipuan pikiranku saja..." Petrus memerah dan sedih, karena dia sudah berbicara.
Yudas Alfeus menempatkan tangan di pundaknya dan tersenyum dengan senyum lebar, dia berkata, "Tidak apa-apa! Kita semua memikirkan hal yang sama. Tapi kita tidak akan memberitahu siapa pun. Dan marilah kita memberkati Bapa Yang Kekal karena mengalihkan pikiran Yohanes dari pemikiran ini."
Mereka semua diam, asyik berpikir. Namun, sebab mereka adalah orang-orang Israel sejati, pemikiran tentang bagaimana murid yang diasingkan itu akan dapat merayakan Paskah di Yerusalem membuat mereka khawatir... dan mereka mulai membicarakannya lagi.
"Aku pikir Yesus akan mengaturnya. Mungkin Yohanes sudah tahu. Kita hanya perlu menanyakan kepadanya," kata Matius.
"Tidak, jangan. Jangan tempatkan onak duri di tempat damai baru saja bersemi," mohon rasul Yohanes.
"Ya. Lebih baik menanyakannya pada Guru Sendiri," tegas Yakobus Alfeus.
"Kapan kita akan bertemu dengan-Nya? Bagaimana menurutmu?" tanya Andreas.
"Oh! Jika kita berangkat pada hari sesudah Sabat, pada akhir bulan kita pasti akan berada di Ptolemais..." kata Yakobus Zebedeus.
"Kalau kita mendapat kapal..." komentar YudasTadeus. Dan saudaranya menimpali, "Dan kalau tidak ada badai."
"Selalu ada kapal yang berangkat ke Palestina. Dan kalau kita membayar, kita akan turun di Ptolemais, meskipun kapalnya menuju Yope. Apa kau masih punya uang, Simon?" tanya Zelot kepada Petrus.
"Ya, masih, meski pencuri itu, si orang Kreta, jelas-jelas menipuku, walau dia memprotes bahwa dia ingin melakukan hal baik untuk Lazarus. Tetapi aku harus membayar biaya perawatan perahu dan pemeliharaan Antonius... Aku tidak mau menyentuh uang yang diberikan kepadaku untuk Yohanes dan Sintikhe. Itu sakral. Meski kelaparan, aku akan membiarkannya tak tersentuh."
"Itu benar. Dia itu sakit parah. Dia pikir bahwa dia akan bisa mengajar. Aku pikir dia akan sakit sepanjang waktu, dan segera..." kata Zelot.
"Aku berpikiran sama. Sintikhe akan lebih sibuk menyiapkan minyak urapan daripada bekerja," kata Yakobus Zebedeus.
"Bagaimana pendapatmu mengenai minyak urapan itu? Betapa menakjubkan! Sintikhe memberitahuku bahwa dia ingin membuatnya di sini dan menggunakannya untuk menjadi akrab dengan keluarga orang-orang setempat," kata Yohanes.
"Ide yang sangat bagus! Orang sakit yang sembuh selalu menjadi murid, dan kerabat akan mengikutinya," kata Matius.
"Oh! tidak! Tentu tidak," seru Petrus.
"Apa? Apa maksudmu bahwa mukjizat tidak menarik orang kepada Tuhan?" Andreas bertanya kepadanya bersamaan dengan dua atau tiga orang rekan lainnya.
"Oh! bayi-bayi kecil! Orang bisa mengatakan bahwa kamu baru saja turun dari Surga! Tetapi tidakkah kamu lihat apa yang mereka lakukan terhadap Yesus? Apakah Eli dari Kapernaum bertobat? Atau Doras? Atau Oshea dari Korazim? Atau Melkia dari Betsaida? Dan - maafkan aku, kamu yang dari Nazaret - seluruh Nazaret, setelah lima, enam, sepuluh mukjizat dikerjakan di sana, hingga yang terakhir untuk keponakanmu?" tanya Petrus.
Tidak ada yang menjawab, karena itu adalah kebenaran yang pahit.
"Kita belum menemukan prajurit Romawi itu. Yesus sudah membuat kita mengerti..." kata Yohanes sesudah beberapa saat.
"Kita akan memberitahu mereka yang tinggal. Ini akan menjadi kesempatan lain bagi mereka," jawab Zelot.
Filipus kembali, "Cucuku sudah siap. Dia selesai lebih awal. Dia bersama ibunya yang sedang mempersiapkan hadiah untuk cucu-cucunya."
"Menantu perempuanmu baik ya?"
"Ya. Dia menghiburku saat aku kehilangan Yusuf-ku. Dia seperti anakku sendiri. Dia adalah pelayan Eucheria, dan dibesarkan olehnya. Mari dan makanlah sesuatu sebelum pergi. Yang lain sudah menyantap sesuatu"...
... Dan mereka berderap menuju Antigonea, dengan didahului oleh kereta Ptolmai, cucu Filipus... Mereka segera tiba di kota kecil itu. Letaknya di antara kebun-kebun yang subur, terlindung dari angin oleh barisan pegunungan sekelilingnya, yang cukup jauh untuk tidak menghimpitnya, tetapi cukup dekat untuk melindunginya dan menebarkan ke atasnya aroma hutan tanam-tanaman damar dan tanam-tanaman herbal, bermandikan sinar matahari, yang menggembirakan pandangan dan hati orang hanya dengan melintasinya.
Kebun-kebun Lazarus berada di bagian selatan kota dan didahului oleh sebuah jalan dengan deretan pohon-pohon, yang sekarang lengang, di sepanjang mana berdiri rumah-rumah para tukang kebun. Rumah-rumah yang rendah tapi terawat baik, yang dari pintu-pintunya anak-anak dan para perempuan muncul dan mengamati penuh ingin tahu serta menyapa sambil tersenyum. Ras yang berbeda dapat disebutkan dari wajah-wajah yang berbeda.
Begitu memasuki gerbang, di mana perkebunan dimulai, Ptolmai melecutkan cemetinya dengan cara khusus saat lewat di depan setiap rumah; itu pastilah kode. Dan penghuni setiap rumah, sesudah mendengarnya, masuk ke dalam rumah mereka dan lalu keluar, dengan menutup pintu dan berjalan di sepanjang jalanan, di belakang kedua kereta, sementara kuda-kuda melangkah gontai dan berhenti di tengah jalan-jalan radial yang terbentang ke segala jurusan bagai jari-jari sebuah roda, di antara ladang-ladang yang tak terhitung banyaknya yang disusun seperti bedeng-bedeng bunga, yang beberapa di antaranya gundul, beberapa penuh pepohonan evergreen, dengan dilindungi oleh pepohonan salam, akasia atau pepohonan sejenis, dan oleh pepohonan lain yang mengalirkan cairan seperti susu yang harum dan damar melalui sayatan pada batangnya. Di udara tercium aroma campuran balsam, damar, dan aromatik. Ada sarang lebah di mana-mana, juga tangki-tangki irigasi di mana burung-burung merpati seputih salju minum. Dan di area-area khusus ayam-ayam betina putih sedang mengais-ngais di tanah kosong, yang baru saja dicangkul, sementara beberapa gadis mengawasinya.
Ptolmai melecutkan cemetinya berulang kali, hingga seluruh rakyat dari kerajaan kecil itu berkumpul sekeliling para pendatang. Dia kemudian memulai pidato kecilnya, "Dengarkanlah. Filipus, kepala kita dan bapa dari bapaku, telah mengirimkan dan merekomendasikan orang-orang kudus dari Israel ini, yang sudah datang kemari atas kehendak tuan kita, dan semoga Allah selalu besertanya dan keluarganya. Kita mengeluh karena tidak ada rabbi di sini untuk berbicara kepada kita. Sekarang kemurahan Allah dan tuan kita, yang meskipun sangat jauh begitu mengasihi kita - semoga Allah memberinya kesejahteraan seperti yang dia berikan kepada para pelayannya - telah memperolehkan bagi kita apa yang sangat diinginkan hati kita. Mesias yang dijanjikan kepada orang banyak telah muncul di Israel. Mereka telah memberitahu kita pada Perayaan di Bait Suci dan di rumah Lazarus. Tetapi sekarang saat kasih karunia benar-benar sudah tiba karena Raja Israel telah memelihara hamba-hamba-Nya yang paling rendah dan telah mengutus para pelayan-Nya untuk menyampaikan sabda-Nya kepada kita. Inilah murid-murid-Nya dan dua dari mereka akan tinggal bersama kita, entah di sini atau di Antiokhia, mengajarkan kepada kita Kebijaksanaan Surga dan ilmu pengetahuan yang diperlukan di bumi. Yohanes, seorang guru dan seorang murid Kristus, akan mengajari anak-anak kita kebijaksanaan yang terdahulu dan yang kemudian. Sintikhe, seorang murid dan seorang guru menjahit, akan mengajari anak-anak perempuan kita pengetahuan tentang kasih Allah dan seni jahit-menjahit. Sambutlah mereka sebagai berkat dari Surga, dan kasihilah mereka seperti Lazarus putra Teofilus dan Eucheria mengasihi mereka - kemuliaan bagi jiwa dan kedamaian kekal mereka - dan sebagaimana putri-putri Teofilus mengasihi mereka: Marta dan Maria, nyonya kita terkasih dan murid Yesus dari Nazaret, Rabbi Israel, Raja yang dijanjikan."
Kelompok kecil laki-laki, yang mengenakan jubah pendek dan memegang peralatan kebun di tangan mereka yang berlumur tanah, dan kelompok perempuan serta anak-anak dari segala tingkat usia, mendengarkan dengan sangat takjub; mereka lalu berbisik-bisik dan pada akhirnya menundukkan kepala dengan sangat mendalam.
Ptolmai mulai memperkenalkan mereka, "Simon anak Yunus, kepala para utusan Tuhan; Simon orang Kanaan, sahabat tuan kita; Yakobus dan Yudas, saudara Tuhan; Yakobus dan Yohanes, Andreas dan Matius," dan lalu kepada para rasul dan para murid:
"Anna, istriku, dari suku Yudas, sama seperti ibuku, karena kami adalah orang Israel murni dan kami datang kemari bersama Eucheria suku Yudas. Yusuf, putra yang ditahbiskan kepada Allah, dan Theocheria, anak sulung kami, yang dinamai seturut tuan kami yang adalah orang benar, seorang putri bijak yang mengasihi Allah sebagaimana seorang Israel sejati. Nicolaus dan Dositeus. Nicolaus adalah seorang Nazir; Dositeus, anak ketiga kami, sudah menikah selama beberapa tahun (dia mengatakan itu seraya menghela nafas) dengan Hermione. Kemarilah, perempuan..."
Seorang perempuan berkulit gelap yang sangat muda maju ke depan dengan menggendong bayi yang belum disapih.
"Ini dia. Dia adalah putri seorang proselit dan ibu Yunani. Putraku melihatnya di Alexandroscene di Fenisia, ketika dia ada di sana untuk suatu urusan... dan menginginkannya... dan Lazarus tidak berkeberatan, sebaliknya dia berkata kepadaku, 'Lebih baik daripada rusak moralnya.' Dan itu lebih baik. Tapi aku menginginkan seorang dengan darah Yahudi..."
Hermione yang malang menundukkan kepalanya seolah-olah dia tertuduh. Dositeus gemetar karena marah dan menderita. Anna, ibunya, menatapnya dengan mata sedih...
Meskipun yang termuda dari semua rasul, Yohanes merasa perlu untuk menaikkan roh yang dihinakan dan berkata, "Dalam Kerajaan Tuhan tidak ada lagi orang Yunani atau orang Israel, orang Romawi atau orang Fenisia, tetapi hanya anak-anak Allah. Ketika kau mempelajari Sabda Tuhan dari mereka yang sudah datang kemari, hatimu akan naik ke terang yang baru dan perempuan ini tidak akan lagi menjadi 'orang asing,' tetapi murid Tuhan kita Yesus, seperti dirimu sendiri dan semua orang lainnya."
Hermione mengangkat kepalanya yang tertunduk malu dan tersenyum penuh terima kasih kepada Yohanes dan ekspresi terima kasih yang sama tampak pada wajah Dositeus dan Anna.
Ptolmai menjawab sedih, "Allah mengabulkannya, karena selain dari asal-usulnya, aku tidak bisa menyalahkan menantu perempuanku untuk apapun. Anak dalam gendongannya adalah Alfeus, yang lahir terakhir, dinamai seturut nama bapanya, seorang proselit. Gadis kecil dengan mata biru langit dan rambut ikal yang gelap adalah Myrthica, yang dinamai seturut nama ibu Hermione, dan yang ini, yang sulung, adalah Lazarus, seperti yang diinginkan tuan kita, dan yang satunya adalah Hermas."
"Yang kelima harus dinamai Ptolmai dan yang keenam Anna, untuk mengatakan kepada Tuhan dan kepada dunia bahwa hatimu sudah terbuka untuk pemahaman yang baru," kata Yohanes lagi.
Ptolmai membungkuk tanpa mengatakan apa-apa. Dia lalu melanjutkan perkenalannya, "Ini adalah dua bersaudara dari Israel: Miriam dan Silvian, dari suku Naftali. Dan ini adalah Elbonides, orang Dan, dan Simeon, orang Yudea. Dan ini proselit, Romawi atau anak-anak Romawi, yang ditebus oleh amal kasih Eucheria dari perbudakan dan kekafiran: Lucius, Marcellus, Solon putra Elateus."
"Nama Yunani," komentar Sintikhe.
"Dari Tesalonika. Budak dari seorang pelayan Romawi" - dan ada penghinaan yang jelas dalam mengatakan "pelayan Romawi" - "Eucheria membawanya bersama ayahnya yang sekarat, pada masa-masa sulit, dan jika ayahnya meninggal sebagai seorang kafir, Solon adalah seorang proselit... Priscilla, majulah bersama anak-anakmu..."
Seorang perempuan kurus tinggi dengan hidung bengkok maju dengan mendorong serta seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki, disertai dua anak perempuan kecil cantik yang memegangi gaunnya.
"Ini adalah istri Solon, seorang perempuan yang dibebaskan dari perbudakana dari seorang perempuan Romawi yang sekarang sudah meninggal, dan ini adalah Marius, Cornelia, dan si kembar Mara dan Martilla. Priscilla berpengalaman dalam esens. Amiclea, kemarilah bersama anak-anakmu. Dia adalah putri pasangan proselit. Dan anak laki-lakinya Cassius dan Theodorus juga proselit. Tecla, jangan bersembunyi. Dia adalah istri Marcellus. Dia berduka sebab dia mandul. Dia juga putri pasangan proselit. Dan mereka ini adalah para petani. Mari kita pergi ke kebun sekarang. Mari."
Dan dia memimpin mereka melalui perkebunan yang sangat luas dengan diikuti oleh para tukang kebun yang menjelaskan berbagai budidaya dan pekerjaan, sementara para gadis kembali ke ayam-ayam mereka, yang sudah memanfaatkan ketidakhadiran mereka untuk masuk tanpa izin ke tempat lain.
Ptolmai menjelaskan, "Mereka dibawa kemari untuk membersihkan tanah dari serangga sebelum menabur benih tanaman tahunan."
Yohanes En-Dor tersenyum pada ayam-ayam betina yang berkotek dan berkata, "Mereka seperti punyaku dulu..." dan dia membungkuk seraya melemparkan remah-remah roti yang diambil dari tas kainnya, hingga dia dikelilingi oleh ayam-ayam dan dia terkekeh karena seekor ayam yang nakal menjambret roti dari jarinya.
"Tidak terlalu buruk!" seru Petrus seraya menyikut Matius dan menunjuk kepada Yohanes yang bermain dengan ayam-ayam dan Sintikhe yang berbicara dalam bahasa Yunani kepada Solon dan Hermione.
Mereka kemudian kembali ke rumah Ptolmai, yang menjelaskan, "Ini tempatnya. Tetapi jika kau ingin mengajar, kami akan menyediakan ruangan. Apa kau akan tinggal di sini atau..."
"Ya, Sintikhe! Di sini! Di sini lebih indah! Antiokhia menyiksaku dengan kenangan..." Yohanes memohon kepada rekannya dengan suara rendah.
"Tentu saja... Terserah kau. Asalkan kau baik-baik saja. Semua sama saja untukku. Aku tidak lagi melihat ke belakang... Hanya ke depan... Semangat, Yohanes! Kita akan baik-baik saja di sini. Anak-anak, bebungaan, burung-burung merpati, ayam untuk kita, manusia yang malang. Dan untuk jiwa kita... sukacita melayani Tuhan. Bagaimana pendapatmu semua?" dia bertanya kepada semua rasul.
"Kami sependapat denganmu, perempuan."
"Baiklah, sudah diputuskan."
"Sungguh bagus. Kami akan pergi dengan pikiran lega..."
"Oh! Jangan pergi! Aku tidak akan melihatmu lagi! Mengapa begitu cepat? Mengapa?..." Yohanes kambuh lagi dalam keadaan depresi.
"Tapi kami tidak akan pergi sekarang! Kami akan tinggal sampai kau..." Petrus tidak tahu harus berkata apa kepada Yohanes, dan untuk menyembunyikan air matanya dia memeluk Yohanes yang menangis dan berusaha menghiburnya...
|
|