316. DUKACITA, DOA DAN PENITENSI YESUS.            


2 November 1945  

Yesus sekali lagi berada di kaki ketinggian yang menjulang di mana Yiftah-El dibangun. Tetapi Dia tidak berada di jalan utama (baiklah kita sebut demikian) atau jalur keledai, sepanjang mana kereta datang. Sebaliknya, Dia berada di jalan setapak kecil yang cocok untuk ibex [=kambing liar dengan jenggot dan tanduk yang panjang berujung runcing], begitu curam, bertabur kepingan-kepingan batu besar dan retak-retak yang dalam, dan seolah-olah ditancapkan pada sisi gunung; akan aku katakan bahwa jalan itu seolah diukir pada permukaan vertikal gunung, tampak seolah digores oleh sebuah cakar raksasa. Di tepinya ada tebing yang curam, permukaan menurun yang terjal dan dalam, yang di dasarnya ada sebuah aliran air deras berbuih-buih yang mengamuk. Tergelincir ke sana berarti jatuh tanpa harapan, terpental dari satu semak ke semak duri lain atau ke tanaman liar lainnya, yang telah tumbuh di antara celah-celah batu, aku tidak tahu bagaimana, karena tanam-tanaman itu tidak muncul secara vertikal, seperti normalnya tanaman, tetapi secara miring dan bahkan horizontal, didorong oleh posisinya. Tergelincir ke sana berarti dicabik-cabik oleh semak duri dari tanaman semacam itu, atau patah punggung sebagai akibat dari batang-batang pohon yang keras yang menjorok di atas ngarai. Tergelincir ke sana berarti dikoyak-koyak oleh batu-batu berpinggiran tajam yang mencuat dari muka jurang. Tergelincir ke sana berarti jatuh berlumuran darah dan berkeping-keping ke dalam air berbuih dari aliran air yang mengamuk dan lalu tenggelam, terbaring dalam air di atas pembaringan dari batu-batu runcing dan didera oleh air yang bergolak-golak. Namun demikian Yesus berjalan di sepanjang jalan itu, goresan di batu karang, yang bahkan lebih berbahaya karena kelembaban yang menaikkan uap dari aliran air deras itu, atau dari tetesan-tetesan air dari permukaan yang menjorok dan dari tanam-tanaman yang tumbuh di permukaan vertikal itu, yang menurutku agak cekung.

Ia melangkah perlahan, dengan hati-hati, mengamati setiap langkah di bebatuan yang tajam, beberapa di antaranya goyah; kadang-kadang Dia terpaksa merapat ke sisi gunung ketika jalannya menyempit; dan untuk melewati beberapa tempat yang sangat berbahaya, Dia harus berpegangan pada ranting-ranting yang menggantung dari bebatuan. Demikianlah Dia mengitari sisi barat dan tiba sisi selatan, di mana gunung, sesudah menurun nyaris tegak lurus dari puncak, menjadi lebih cekung daripada di tempat lain, sehingga jalan setapak sedikit melebar, tetapi mengurangi ketinggiannya, sehingga Yesus sesekali harus merunduk agar kepala-Nya tidak membentur bebatuan.

Mungkin Dia bermaksud berhenti di sana, di mana jalan sekonyong-konyong berakhir karena tanah longsor. Tetapi ketika Dia melihat bahwa di bawah tebing ada sebuah gua, suatu celah di gunung daripada gua, Dia turun di antara bebatuan yang jatuh. Dia masuk. Mula-mula ada celah, lalu ada sebuah grotto besar di dalamnya, seolah gunung itu sudah sejak dahulu kala dilubangi oleh manusia, karena alasan yang tidak diketahui. Orang bisa melihat dengan jelas bahwa lekukan alami batu telah diperlebar oleh manusia, yang, di sisi seberang pintu masuk, membuka suatu gang sempit yang di ujungnya ada seberkas cahaya, dan hutan-hutan di kejauhan dapat terlihat, yang membuktikan bahwa gang yang membelah gunung itu terbentang dari sisi selatan ke sisi timur.
Yesus menyelinap ke dalam terowongan sempit yang setengah gelap itu dan menyusurinya hingga Dia tiba di mulut terowongan, yang berada di atas jalan yang dilalui-Nya ketika Dia datang bersama para rasul dan kereta untuk naik ke Yiftah-El. Pegunungan sekeliling Danau Galilea ada di hadapan-Nya, di balik lembah, dan di timur laut Hermon besar bersinar dalam mantel saljunya. Anak-anak tangga kasar telah digali di sisi gunung, yang tidak terlalu curam di sini baik ke atas maupun ke bawah, dan anak-anak tangga menghantar ke jalur keledai, yang berada di lembah, dan juga ke puncak gunung di mana Yiftah-El berada.

Yesus puas dengan eksplorasi-Nya. Dia kembali ke gua besar dan mencari tempat terlindung di mana Dia menimbun daun-daun kering yang telah ditiup masuk ke dalam oleh angin. Pembaringan dari jerami yang sangat papa, lapisan tipis dedaunan kering di antara tubuh-Nya dan tanah kosong yang sedingin es...
Ia menjatuhkan diri di atasnya dan tinggal tak begerak, terbaring dengan kedua tangan di bawah kepala-Nya, memandangi kubah batu, tenggelam dalam pikiran, akan aku katakan limbung, seperti orang yang tertekan atau dilanda duka nestapa yang lebih besar dari yang dapat ditanggungnya.

Kemudian air mata, tanpa isak tangis, mulai menetes perlahan dari mata-Nya dan mengalir turun di kedua sisi wajah-Nya, menghilang di rambut-Nya, dekat telinga-Nya, dan berakhir di antara dedaunan kering... Dia menangis demikian, untuk waktu yang lama, tanpa berbicara ataupun bergerak... Dia lalu duduk, dan dengan kepala di antara kedua lutut-Nya yang ditekuk, dipeluk oleh kedua tangan-Nya yang terjalin, Dia memanggil BundaNya yang jauh, dengan segenap jiwa-Nya: "Bunda! Bunda! BundaKu! Kemanisan abadi-Ku! Oh! Bunda, Aku berharap Engkau berada dekat-Ku! Mengapa Aku tidak selalu memiliki-Mu di sisi-Ku, satu-satunya penghiburan yang dari Allah?"

Hanya gua kosong yang menjawab perkataan-Nya dan isak tangis-Nya dengan bisikan gema yang samar, dan seolah-olah gua itu sendiri menangis dan tersedu-sedu melalui tepian dan bebatuannya dan beberapa stalaktit kecil beku yang tergantung di sudut, yang mungkin adalah yang paling terekspos oleh aktivitas internal air.

Yesus terus menangis, meski dengan lebih tenang, seolah-olah doa sederhana Bunda-Nya menghibur-Nya dan tangisan-Nya perlahan-lahan berubah menjadi suatu monolog. "Mereka telah pergi... Mengapa? Salah siapa ini? Mengapa Aku harus meratapi mereka seperti ini? Dan meratapi Diri-Ku sendiri, sebab dunia mengisi setiap hari-Ku dengan penderitaan?... Yudas!"...

Aku bertanya-tanya ke mana pikiran Yesus mengembara ketika Dia mengangkat kepala-Nya dari lutut-Nya dan menatap ke depan Diri-Nya dengan mata terbuka lebar dan wajah tegang seorang yang tenggelam dalam visiun peristiwa-peristiwa spiritual masa mendatang atau dalam meditasi mendalam. Dia tidak lagi menangis. Namun jelas Dia menderita. Dia kemudian seolah-olah menjawab seorang lawan bicara yang tak kasatmata. Dan Dia berdiri untuk melakukannya.

"Aku ini manusia, Bapa. Aku Sang Manusia. Keutamaan persahabatan, yang terluka dan dikoyakkan dari-Ku, menggeliat dan mengerang dengan pedih… Aku tahu bahwa Aku harus menderita segalanya. Aku tahu sebagai Allah dan sebagai Allah Aku menghendakinya demi kebaikan dunia. Sebagai manusia juga Aku tahu, karena roh ilahi-Ku memberitahu kemanusiaan-Ku. Dan juga sebagai manusia Aku menghendakinya, demi kebaikan dunia. Tapi betapa memilukannya itu, ya Bapa! Saat ini jauh lebih menyedihkan dari saat Aku tinggal bersama roh-Mu dan roh-Ku di padang gurun... Dan jauh lebih kuat adalah pencobaan yang ada untuk tidak mengasihi dan untuk tidak membiarkan di sisi-Ku makhluk berakal-bulus yang bernama Yudas, yang mengenyangkan-Ku dengan dukacita mendalam dan yang menyiksa jiwa-jiwa yang telah Aku beri damai. Bapa, Aku melihatnya. Engkau menjadi semakin keras sementara Aku mendekati akhir silih-Ku atas nama Umat Manusia. Kelemah-lembutan-Mu bergerak semakin jauh dari-Ku, dan wajah-Mu tampak semakin keras bagi roh-Ku, yang ditolak semakin dalam, ke mana Umat Manusia, yang dipukul oleh hukuman-Mu, telah mengerang selama ribuan tahun. Adalah menyenangkan menderita, menyenangkan jalan di awal hidup-Ku, menyenangkan juga ketika dari putra seorang tukang kayu Aku menjadi Guru dunia, merenggut  Diriku dari seorang Bunda demi memberikan-Mu, Bapa, kepada manusia yang sudah jatuh. Adalah masih menyenangkan bagi-Ku bergulat dengan Musuh dalam Pencobaan di padang gurun dibandingkan saat ini. Kala itu Aku menghadapinya dengan kegagahan seorang pahlawan dengan kekuatan yang utuh... Oh! Bapa!... Kekuatan-Ku sekarang dibebani oleh ketidakpedulian dari terlalu banyak orang dan pengetahuan akan terlalu banyak hal... Kala itu Aku tahu bahwa Setan akan pergi ketika pencobaan berakhir, dan dia memang pergi, dan para malaikat datang untuk menghibur PutraMu karena menjadi manusia yang harus mengalami pencobaan Iblis. Tetapi sekarang, pencobaan tidak akan berhenti sesudah saat ini, di mana Sang Sahabat menderita karena sahabat-sahabat yang disuruh pergi, dan karena sahabat yang bersumpah palsu yang melukai-Nya baik ketika Dia dekat maupun jauh. Itu tidak akan berhenti. Para malaikat-Mu tidak akan datang untuk menghibur-Ku pada saat ini ataupun sesudahnya. Tetapi dunia akan datang, dengan segala kedengkiannya, cemooh dan ketidak-mengertiannya. Dan si pengkhianat yang menjual dirinya kepada Setan akan datang; dan dia, yang bersumpah palsu itu, akan semakin berakal bulus. Bapa!!..." Ini benar-benar seruan penderitaan, ketakutan dan permohonan minta tolong, dan Yesus gelisah; dan ini mengingatkanku akan saat di Getsemani.

"Bapa! Aku tahu. Aku bisa melihat... Sementara Aku menderita di sini dan akan menderita, dan Aku mempersembahkan penderitaan-Ku kepada-Mu untuk pertobatannya dan untuk mereka yang telah direnggut dari pelukan-Ku dan yang sedang menuju takdirnya dengan patah hati, dia menjual dirinya untuk menjadi lebih besar dari Aku: Putra Manusia! Aku, bukankah Aku Putra Manusia? Ya, tapi Aku bukan satu-satunya. Anak-anak dilahirkan dari umat manusia, dari Hawa yang subur, dan jika aku Habel, Yang Tak Berdosa, Kain tidak hilang dari antara anak-anak Umat Manusia. Dan jika Aku Anak Sulung, karena Aku adalah seperti apa seharusnya anak-anak manusia, tanpa noda di mata-Mu; dia, yang dilahirkan dalam dosa, adalah yang pertama dari seperti apa manusia jadinya sesudah memakan buah beracun. Dan sekarang, tidak puas memiliki dalam dirinya dorongan hujat menjijikkan akan ketidakbenaran, anti-amal kasih, haus darah, tamak akan uang, kesombongan dan nafsu, dia meracau tentang menjadi orang yang menjadi iblis, sementara dia seorang yang bisa menjadi malaikat... 'Dan Lucifer ingin menjadi seperti Allah dan karena itu dia diusir dari Firdaus dan berubah menjadi iblis dan dia tinggal di Neraka.' Tapi Bapa! Oh! Bapa! Aku mengasihinya... Aku masih mengasihinya. Dia adalah seorang... Dia adalah salah satu dari mereka untuk siapa Aku meninggalkan-Mu... Selamatkan dia, demi segala penghinaan yang Aku tanggung... kabulkanlah permohonan-Ku untuk menebusnya, ya Allah Yang Mahatinggi! Aku mempersembahkan penitensi ini lebih untuk dia daripada untuk siapa pun! Oh! Aku sadar akan keganjilan dari apa yang Aku minta, karena aku tahu segalanya!... Tetapi, Bapa, sejenak saja janganlah anggap Aku sebagai Sabda-Mu. Lihatlah hanya pada Kemanusiaan dari Yang Benar... dan biarkan Aku sejenak saja menjadi "Manusia" dalam rahmat-Mu, Manusia yang tidak tahu akan masa depan, yang bisa menipu dirinya sendiri... Manusia-yang-tidak-tahu-akan-nasib-yang-tak-terhindarkan bisa berdoa dengan pengharapan mutlak, untuk memeras mukjizat dari-Mu. Mukjizat! Mukjizat Yesus dari Nazaret, bagi Yesus putra Maria dari Nazaret, Yang Terkasih Kita yang kekal! Suatu mukjizat yang melanggar apa yang telah ditetapkan, dan membatalkannya! Keselamatan Yudas! Dia sudah tinggal di sisi-Ku, dia sudah mimum dalam sabda-Ku, sudah berbagi makanan dengan-Ku, sudah tidur di dada-Ku... Tidak, jangan biarkan dia menjadi setan-Ku!... Aku tidak meminta-Mu untuk tidak dikhianati... Itu harus terjadi, dan akan terjadi... supaya semua ketidakbenaran dapat dibatalkan oleh penderitaan-Ku karena dikhianati, sebagaimana semua ketamakan dapat disilih oleh duka-Ku karena dijual, sebagaimana perbaikan untuk semua hujat dapat dilakukan melalui siksaan yang Aku tanggung karena dikutuk, dan iman dapat diberikan kepada mereka-yang-sekarang-dan-mendatang tanpa iman, melalui aniaya yang Aku derita karena tidak dipercaya, dan semua dosa daging dapat dibersihkan oleh cambukan yang mendera-Ku... Tapi Aku mohon kepada-Mu: jangan dia, jangan Yudas, sahabat-Ku, rasul-Ku! Aku ingin tidak seorang pun menjadi pengkhianat... Tidak seorang pun... Bahkan tidak penghuni hamparan es kutub utara ataupun zona terik yang paling jauh... Aku ingin Engkau sendiri yang menjadi Yang Mempersembahkan Kurban... seperti yang terjadi di masa lalu ketika Engkau membakar kurban bakaran melalui nyala api-Mu... Tapi karena Aku akan mati di tangan manusia, dan karena sahabat pengkhianat akan menjadi algojo yang lebih brutal daripada algojo yang sebenarnya, pengkhianat menjijikkan yang akan memiliki dalam dirinya bau setan, dan sudah menghirupnya demi menjadi seperti Aku yang berkuasa... itulah yang dia pikirkan dalam kesombongan dan nafsunya... karena Aku akan mati di tangan manusia, Bapa, jangan biarkan dia yang Aku sebut sahabat dan Aku kasihi sebagai sahabat, menjadi pengkhianat-Ku. Tambahlah siksa aniaya-Ku, Bapa, tetapi berikan jiwa Yudas kepada-Ku... Aku menempatkan doa ini di atas altar kurban Diri-Ku... Terimalah, ya Bapa!...
Surga tertutup dan membisu!... Oleh karenanya, inikah kengerian yang akan harus Aku tanggung bersama-Ku hingga Kematian-Ku? Surga membisu dan tertutup!... Oleh karenanya, inikah kebisuan dan penjara di mana Aku akan menghembuskan napas terakhir-Ku? Surga tertutup dan membisu!... Oleh karenanya, inikah siksaan yang paling hebat bagi Sang Martir?... Bapa, kiranya kehendak-Mu terjadilah, bukan kehendak-Ku... Tetapi karena sengsara-Ku, oh! Anugerahilah Aku setidaknya ini: berikanlah damai dan ilusi kepada martir Yudas yang lainnya, kepada Yohanes En-Dor, Bapa... Dia benar-benar lebih baik dari banyak orang. Dia sudah pergi sangat jauh, seperti sedikit saja yang bisa atau akan bisa melakukannya. Penebusan telah dituntaskan untuknya. Karenanya, berilah dia damai-Mu yang sepenuhnya dan total, supaya Aku dapat memilikinya dalam Kemuliaan-Ku, ketika semuanya akan dituntaskan juga bagi-Ku demi kehormatan dan ketaatan kepada-Mu... Bapa!..."

Yesus perlahan-lahan jatuh berlutut dan sekarang menangis dengan wajah-Nya di tanah, dan sementara Dia berdoa, terang hari musim dingin yang pendek memudar sebelum waktunya di dalam gua yang gelap, dan gemuruh aliran deras air seolah semakin keras sementara bayangan di lembah menjadi semakin gelap...
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 5                 Daftar Istilah                    Halaman Utama