315. PERPISAHAN YESUS DENGAN KEDUA MURID.             


1 November 1945  

Dengan menyusuri jalan yang sama, yang bagaimanapun merupakan satu-satunya jalan di desa ini, desa yang bagai sarang elang di puncak gunung terpencil, mereka berangkat kembali keesokan harinya, dengan tersiksa oleh cuaca basah dingin yang menghalangi perjalanan mereka. Yohanes En-Dor juga terpaksa turun dari kereta, karena jalan menurun lebih berbahaya daripada jalan menanjak, dan jika keledai saja tidak akan berada dalam bahaya, maka beban kereta, yang didorong ke depan oleh lereng, membuat situasi sangat sulit bagi hewan malang itu. Para rasul juga berada dalam masalah sekarang; mereka basah oleh keringat bukan karena mendorong melainkan karena menahan kereta, yang bisa jatuh dan menyebabkan bencana atau, setidaknya, hilangnya barang-barang bawaan.

Jalan ini benar-benar mengerikan sekitar sepertiga dari total panjangnya, yakni pada bentangan terakhir menuju lembah. Kemudian jalan bercabang, dan cabang yang mengarah ke barat menjadi lebih nyaman dan datar. Mereka berhenti untuk beristirahat, menyeka keringat mereka, dan Petrus mengganjari si keledai, yang menggoyang-goyangkankan telinganya dengan gemetar dan terengah-engah. Petrus jelas tenggelam dalam pikiran mengenai situasi yang merupakan siksaan bagi si keledai dan keinginan orang-orang yang memilih jalan-jalan tertentu. Rupanya dengan pemikiran itu Simon Yunus memperhatikan si keledai yang termangu-mangu dan untuk membangkitkan semangatnya dia menggantungkan pada leher hewan itu sekantong kacang-kacangan kecil, dan sementara si keledai mengeremus makanan keras itu dengan rakus, para lelaki juga menyantap roti dan keju dan minum susu yang sudah diisikan penuh dalam kirbat kecil mereka.

Acara bersantap sudah selesai. Namun Petrus ingin memberi minum "Antonius-nya yang layak mendapat kehormatan lebih dari Kaisar," katanya, dan dengan membawa sebuah ember dari kereta dia mengambil air dari aliran air deras yang mengalir ke laut.

"Kita bisa pergi sekarang... Dan kita ingin keledai ini berderap karena menurutku wilayah ini datar hingga  di balik bukit itu... Tapi kita tidak bisa. Bagaimanapun, kita akan bergerak maju dengan cepat. Ayo, Yohanes, dan kau, perempuan. Naiklah, dan ayo kita pergi."

"Aku naik juga, Simon, dan Aku yang akan mengemudikannya. Kamu semua akan mengikuti kami..." kata Yesus segera sesudah keduanya berada dalam kereta.

"Kenapa? Apakah Engkau tidak sehat? Kau terlihat begitu pucat!..."

"Tidak, Simon. Aku ingin berbicara dengan mereka sendirian saja..." dan Dia menunjuk kepada kedua orang itu, yang juga sudah menjadi pucat, karena mereka tahu bahwa saat perpisahan sudah tiba.

"Ah! Baiklah. Naiklah dan kami akan mengikuti Engkau."

Yesus duduk di bangku kusir dan berkata, "Duduklah di sebelah-Ku, Yohanes. Dan kau, Sintikhe, duduklah dekat-Ku..."

Yohanes duduk di sebelah kiri Tuhan dan Sintikhe di kaki-Nya, hampir di tepi kereta, dengan punggungnya menghadap jalan, dan wajahnya terangkat ke arah Yesus. Dalam posisinya sekarang, duduk di atas tumitnya, rileks seolah-olah dia dibebani oleh suatu beban yang menguras tenaganya, tangannya diistirahatkan di pangkuannya dan dijalin untuk membuatnya tenang, karena tangannya itu gemetar, dengan wajah letihnya dan sepasang mata ungu tua yang paling indah, yang suram oleh banyak air mata yang dicucurkan, di bawah bayangan kerudungnya dan mantelnya yang diturunkan hingga ke keningnya, dia tampak seperti Pieta yang berdukacita.

Terlebih lagi Yohanes!...

Keledai itu sekarang berjalan santai dan begitu patuh dan mengerti sehingga Yesus tidak harus terus mengawasinya. Dan Yesus memanfaatkan situasi itu untuk melepaskan kendali dan memegang tangan Yohanes dan menempatkan tangan lainnya di atas kepala Sintikhe.

"Anak-anak-Ku, Aku berterima kasih atas semua sukacita yang telah kau berikan kepada-Ku. Bagi-Ku ini adalah satu tahun bertabur bunga-bunga sukacita, karena Aku bisa mengambil jiwamu dan menjaganya di hadapan-Ku, untuk menyembunyikan hal-hal buruk dunia, untuk mengharumkan udara yang cemar oleh dosa-dosa dunia, untuk menanamkan kebaikan ke dalam Diri-Ku sendiri dan meneguhkan harapan-Ku bahwa misi-Ku tidak sia-sia. Marjiam, kau, Yohanes-ku, Ermasteus, kau, Sintikhe, Maria Lazarus, Alexander Misace dan lainnya... Bunga-bunga kemenangan Sang Juruselamat, Yang hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang tulus hati demikian... Mengapa kau menggelengkan kepalamu, Yohanes?"

"Karena Engkau baik dan Engkau menempatkanku di antara orang-orang berhati benar. Tapi dosaku selalu ada di hadapanku..."

"Dosamu adalah buah dari daging yang digerakkan oleh dua orang jahat. Kebenaran hatimu adalah dasar dari ego jujurmu, kerinduan akan hal-hal jujur, tetapi sayang, karena direnggut darimu oleh kematian atau oleh kejahatan, tetapi meskipun begitu egomu bukannya tidak hidup di bawah beban begitu banyak kesedihan. Itu cukup bagi suara Juruselamat untuk menembus ke kedalaman hatimu, di mana egomu merana, dan kau melompat berdiri, dengan mengguncang lepas setiap bebanmu, untuk datang kepada-Ku. Bukankah begitu? Jadi kau adalah hati yang benar. Jauh, jauh lebih daripada mereka yang tidak memiliki dosamu, tetapi memiliki banyak dosa yang lebih buruk, karena dosa-dosa itu direncanakan dan dengan berdegil dipertahankan...
Oleh karenanya, semoga kau, bunga-bunga kemenangan-Ku sebagai Juruselamat, diberkati. Di dunia yang tidak bersahabat dan bodoh ini, yang mengenyangkan Juruselamat dengan kepahitan dan kejijikan, kau telah mewakili kasih. Terima kasih! Di saat-saat paling menyedihkan di tahun ini, Aku mengenangkanmu supaya terhibur dan didukung. Di saat-saat yang lebih menyedihkan, yang akan Aku derita, Aku akan bahkan lebih lagi mengenangkanmu. Sampai Kematian-Ku. Dan kau akan bersama-Ku selamanya. Aku berjanji kepadamu.

Aku mempercayakan kepadamu kepentingan-Ku yang paling tercinta, yaitu, persiapan Gereja-Ku di Asia Kecil, di mana Aku tidak bisa pergi, karena tempat misi-Ku di sini, di Palestina, dan juga karena mentalitas terbelakang para penguasa di Israel akan mencelakai-Ku dengan segala cara yang mungkin, jika Aku pergi ke tempat lain. Aku berharap Aku memiliki lebih banyak Yohanes dan lebih banyak Sintikhe untuk negeri-negeri lain, sehingga para rasul- Ku akan mendapati tanah yang sudah dibajak untuk menyebarkan benih di saat waktunya tiba!

Berbaik hati dan bersabarlah, dan sekaligus kuat, untuk menembus dan bertoleransi. Kau akan menemukan kebodohan dan cemooh. Jangan biarkan itu membuatmu berkecil hati. Katakan, 'Kami makan roti yang sama dan minum dari piala yang sama seperti Yesus kami.' Kau tidak lebih besar dari Guru-mu dan kau tidak bisa mengharapkan bagian yang lebih baik. Inilah keberuntungan terbesar: berbagi bagian dari Sang Guru. Aku memberimu satu perintah saja: jangan berkecil hati, jangan berusaha memberi jawab kepada dirimu sendiri mengapa kau sudah diutus jauh; kau tidak dibuang ke pengasingan, seperti yang cenderung dipikirkan Yohanes, tidak, kau ditempatkan di ambang Tanah Air-mu sebelum orang lain, karena kau adalah pelayan-pelayan yang sempurna, tidak ada orang lain sepertimu. Surga telah turun ke atasmu bagai tabirkeibuan dan Raja Surga telah menyambutmu ke dalam pelukannya-Nya, dan akan melindungimu di bawah sayap kasih cemerlang-Nya, sebagai anak sulung dari himpunan pelayan Allah yang tak terhitung banyaknya, dari sabda Allah, Yang dalam nama Bapa dan Roh Kekal memberkatimu sekarang dan selamanya.

Dan berdoalah bagi-Ku, Putra Manusia, Yang pergi menghadapi semua siksaan Penebus. Oh! Kemanusiaan-Ku akan dihancur-remukkan oleh pengalaman yang paling pahit!... Berdoalah bagi-Ku. Aku akan membutuhkan doa-doamu... yang akan menjadi belaian... yang akan menjadi pernyataan kasih... yang akan menolong-Ku, supaya Aku tidak sampai mengatakan, 'Seluruh Umat Manusia terbuat dari setan'...

Selamat tinggal, Yohanes! Berilah Aku cium selamat tinggal... Jangan menangis... Aku akan menahanmu bersama-Ku, dengan harga mengoyakkan daging dari tubuh-Ku, andai Aku tidak melihat semua kebaikan yang akan dihasilkan oleh perpisahan ini baik untukmu maupun untuk-Ku. Kebaikan kekal... Selamat tinggal, Sintikhe. Ya, kau boleh mencium tangan-Ku, tetapi ingatlah bahwa, jika perbedaan jenis kelamin mencegah-Ku menciummu sebagai seorang saudari, Aku memberikan ciuman persaudaraan-Ku kepada jiwamu... Dan biarlah jiwamu menantikan-Ku. Aku akan datang. Aku akan dekat dengan karyamu dan dengan jiwamu. Aku pasti akan melakukannya, sebab jika kasih-Ku kepada manusia telah menutup Kodrat keilahian-Ku dalam daging yang fana, itu tidak membatasi kebebasannya. Dan sebagai Allah aku bebas untuk pergi kepada mereka yang pantas memiliki Allah bersama mereka. Selamat tinggal, Anak-anak-Ku, Tuhan sertamu..."

Dan Dia merenggut Diri-Nya dari pelukan erat Yohanes, yang sudah mencengkeram bahu-Nya, dan dari Sintikhe, yang memeluk erat lutut-Nya, dan Dia melompat dari kereta, melambaikan tangan selamat tinggal kepada para rasul-Nya, melarikan diri sepanjang jalan Dia datang, segesit rusa yang sedang diburu... Si keledai berhenti, merasa kendalinya, yang tadinya berada di atas lutut Yesus, sudah sama sekali jatuh. Kedelapan rasul yang tercengang berhenti begitu rupa dan melihat kepada Sang Guru Yang bergerak semakin jauh.

"Ia menangis..." bisik Yohanes.
"Dan Dia sepucat mayat..." bisik Yakobus Alfeus.
"Ia bahkan belum mengambil tas bawaan-Nya... Itu ada di kereta..." kata Yakobus yang lain.
"Dan apakah yang akan Dia lakukan sekarang?" tanya Matius.
Yudas Alfeus berteriak selantang-lantangnya, "Yesus! Yesus! Yesus!..." Gema bukit-bukit menjawab di kejauhan, "Yesus! Yesus! Yesus!..." Namun pepohonan hijau di tikungan jalan menyembunyikan Sang Guru, Yang bahkan tidak mengengok ke belakang untuk melihat siapa yang memanggil-Nya...

"Ia telah pergi... Yang bisa kita lakukan hanyalah pergi juga..." kata Petrus sedih seraya naik ke kereta dan mengambil kendali untuk memacu keledai.

Dan kereta berangkat dan suara deritnya berbaur dengan irama suara tapal keledai dan tangis pilu kedua murid, yang merana di lantai kereta dan mengerang, "Kami tidak akan pernah melihat-Nya lagi, tidak pernah, tidak pernah lagi..."
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 5                 Daftar Istilah                    Halaman Utama