309. SIMON PETRUS DI NAZARET.             


22 Oktober 1945  

Hari sudah hampir siang ketika Petrus, sendirian dan tak terduga, tiba di rumah Nazaret. Dia kelihatan seperti seorang kuli pengangkut barang dengan banyak keranjang dan karung kecil. Tapi dia begitu bahagia hingga dia tidak merasakan berat ataupun lelah.

Dia tersenyum bahagia kepada Maria, Yang pergi membukakan pintu, dan dia menyalami-Nya dengan sukacita dan sekaligus penghormatan. Dia kemudian bertanya, "Di manakah Guru dan Marjiam?"

"Mereka ada di tanggul, di atas grotto, tapi yang menuju rumah Alfeus. Aku pikir Marjiam sedang memetik buah zaitun dan Yesus tentunya sedang bermeditasi. Aku akan memanggil mereka."

"Aku akan memanggilnya."

"Tinggalkan semua bawaanmu terlebih dahulu."

"Tidak. Ini adalah kejutan untuk si bocah. Aku ingin melihat dia terbuka lebar matanya dan meraba-raba isi kantong dengan antusias... Itu akan membuatnya sangat bahagia, bocah malang."

Dia pergi ke kebun sayur-mayur dan buah-buahan, dia menuju bawah tanggul, dia bersembunyi dalam rongga grotto, dan dia kemudian berteriak, dengan sedikit mengubah suaranya, "Damai serta-Mu, Guru," dan lalu dengan suara aslinya, "Marjiam!..."

Suara nyaring Marjiam, yang memenuhi udara yang damai dengan seruan riang, menjadi terdiam... Ada jeda, lalu suara si bocah yang nyaris seperti suara anak perempuan bertanya, "Guru, bukankah itu bapaku yang memanggilku?"

Yesus mungkin begitu tenggelam dalam pikirannya hingga Dia tidak mendengar apa pun, dan Dia secara terbuka mengakuinya. Petrus sekali lagi memanggil, "Marjiam!" dan dia tertawa dengan tawa sepenuh hati seperti biasanya.

"Oh! itu dia! Bapa! Bapa! Di manakah engkau?" Dia mencondongkan tubuhnya untuk melongok ke dalam kebun sayur-mayur dan buah-buahan, tetapi tidak melihat apa-apa...

Yesus juga maju dan mencari tahu... Dia melihat Maria Yang tersenyum di ambang pintu dan Yohanes dan Sintikhe yang juga tersenyum dari kamar di ujung kebun sayur-mayur dan buah-buahan dekat oven batu.

Tetapi Marjiam mengambil suatu keputusan: dia melompat dari tanggul, tepat dekat grotto, dan Petrus siap menangkapnya sebelum dia mencapai tanah. Sungguh menyentuh hati melihat bagaimana mereka saling menyalami satu sama lain. Yesus, Maria dan kedua murid di ujung kebun sayur-mayur dan buah-buahan mengamati mereka, tersenyum, dan kemudian mereka semua berkumpul di sekeliling kelompok kecil yang penuh bahagia itu.

Petrus membebaskan dirinya, sebisa mungkin, dari pelukan si bocah untuk membungkuk kepada Yesus dan menyalami-Nya sekali lagi. Yesus memeluknya bersama si bocah, yang masih bertaut pada sang rasul dan bertanya, "Dan ibu?"

Namun Petrus menjawab Yesus Yang bertanya kepadanya, "Mengapa kau datang begitu cepat?"

"Apakah Engkau pikir aku bisa pergi begitu lama tanpa melihat-Mu? Dan lalu... Eh! lalu ada Porphirea yang tidak membiarkanku tenang, 'Pergi dan temui Marjiam. Bawakan ini untuknya. Bawakan itu untuknya." Dia sepertinya berpikir bahwa Marjiam ada di antara para penyamun atau di padang gurun. Suatu malam dia bangun hanya untuk membuat kue madu dan segera sesudah dipanggang, dia menyuruhku pergi..."

"Ah! kue madu!..." teriak Marjiam. Kemudian dia terdiam.

"Ya. Kue itu ada di sini dengan buah ara yang dikeringkan dalam oven, buah zaitun dan apel merah. Dan dia membuatkan roti minyak zaitun untukmu. Dan dia mengirimimu keju yang dibuat dari susu dombamu. Dan ada juga jubah tahan air. Dan lalu, dan lalu... Aku tidak tahu apa lagi yang ada di sana. Apa? Kau tidak lagi antusias? Apa kau menangis? Oh! Kenapa?"

"Karena aku lebih suka kau membawa ibu ke sini, daripada semua ini... Aku sangat sayang kepadanya, kau tahu?"

"Oh! Kerahiman Ilahi! Siapa yang terpikir itu?! Jika dia ada di sini mendengarmu, dia pasti akan sudah meleleh seperti mentega..."

"Marjiam benar. Kau bisa datang bersamanya. Dia pasti ingin bertemu dengan Marjiam sesudah sekian lama. Kami para perempuan biasa seperti itu kepada anak-anak kami..." kata Maria.

"Yah... Tapi tak lama lagi dia bertemu dengannya, ya kan Guru?"

"Ya, sesudah Pentahbisan Bait Allah, ketika kita pergi... Bukan... Ketika kau kembali, sesudah Pentahbisan Bait Allah, kau akan datang bersamanya. Dia akan tinggal di sini bersama Marjiam selama beberapa hari, dan lalu mereka akan kembali ke Betsaida bersama."

"Oh! Betapa indahnya! Aku akan berada di sini bersama dua ibu!" Si bocah kembali ceria dan gembira.

Mereka semua masuk ke dalam rumah dan Petrus menurunkan barang-barang bawaannya.

"Ini ada ikan kering, ikan asin, dan ikan segar. Ini akan berguna untuk BundaMu. Dan ini krim keju, yang sangat Engkau sukai, Guru. Dan ini beberapa telur untuk Yohanes. Aku harap telurnya tidak pecah... Tidak. Bagus. Dan buah anggur. Aku mendapatkannya dari Susana di Kana, di mana aku menumpang tidur. Lalu ... Ah! Lihat ini Marjiam! Lihat betapa jernihnya. Seolah-olah dibuat dengan rambut Maria."... Dan dia membuka sebuah toples madu yang kental manis.

"Mengapa begitu banyak barang? Kau sudah mengalami banyak kesulitan, Simon" kata Maria sembari melihat buntalan, paket, bejana dan toples di atas meja.

"Kesulitan? Tidak. Hasil tangkapanku bagus dan aku mendapat untung yang baik. Itu, sejauh menyangkut ikan. Mengenai yang lainnya: semuanya buatan rumah. Tidak mengeluarkan biaya apapun, tetapi memberikan begitu banyak kegembiraan membawanya. Bagaimanapun... Kita sekarang merayakan Pentahbisan Bait Allah... Itulah adatnya. Bukan begitu? Apa kau tidak mencicipi madunya?"

"Aku tidak bisa," kata Marjiam serius.

"Kenapa? Apa kau tidak sehat?"

"Bukan begitu. Tapi aku tidak bisa mengambilnya."

"Tapi kenapa?"

Bocah itu tersipu tapi tidak menjawab. Dia menatap pada Yesus dan diam. Yesus tersenyum dan menjelaskan, "Marjiam mengucapkan nazar untuk mendapatkan rahmat. Dia tidak bisa makan madu selama empat minggu."

"Baiklah. Kau akan memakannya sesudah itu... Bagaimanapun, ambil toplesnya… Bayangkan saja! Aku tidak berpikir dia... begitu..."

"Begitu murah hati, Simon. Dia yang terbiasa melakukan penitensi sejak masa kanak-kanak, akan menemukan jalan keutamaan dengan mudah sepanjang hidup," kata Yesus, sementara si bocah pergi dengan toples dalam tangannya.

Petrus mengamatinya pergi dan kagum. Dia kemudian bertanya, "Apa Zelot tidak ada?"

"Dia pergi ke Maria Alfeus. Tapi dia akan segera kembali. Kamu akan tidur bersama malam ini. Masuklah ke kamar sebelah, Simon Petrus."

Mereka pergi keluar sementara Maria dan Sintikhe mengemasi ruangan yang dipenuhi buntalan-buntalan.

"Guru... aku datang untuk menemui-Mu dan si bocah. Itu benar. Tetapi juga karena aku telah banyak berpikir akhir-akhir ini, terutama sesudah kedatangan ketiga lebah beracun itu... kepada siapa aku sudah mengatakan lebih banyak kebohongan daripada ikan di laut. Mereka sekarang pergi ke Getsemani karena mereka pikir bahwa Yohanes En-Dor ada di sana dan kemudian mereka akan pergi ke Lazarus, berharap menemukan Sintikhe dan Engkau di sana. Biar saja mereka berjalan!... Tetapi mereka akan kembali dan... Guru, mereka ingin membuat masalah dengan-Mu karena kedua orang malang itu..."

"Aku sudah membuat semua pengaturan yang diperlukan beberapa bulan lalu. Ketika mereka nanti kembali untuk mencari dua orang yang teraniaya ini, mereka tidak akan menemukannya di mana pun di Palestina. Lihat dua lemari ini? Aku membuatnya untuk Yohanes dan Sintikhe. Apa kau memperhatikan semua pakaian yang terlipat rapi dekat alat tenun? Pakaian-pakaian itu untuk mereka. Apa kau terkejut?"

"Ya Guru. Kemana Engkau mengirim mereka?"

"Ke Antiokhia."

Petrus bersiul penuh arti dan lalu bertanya, "Kepada siapa? Dan bagaimana mereka akan pergi ke sana?"

"Ke rumah milik Lazarus. Terakhir yang dimiliki Lazarus di mana ayahnya berkuasa atas nama Romawi. Dan mereka akan pergi melalui laut..."

"Ah! Begitu! Karena jika Yohanes harus pergi ke sana dengan berjalan kaki..."

"Melalui laut. Aku senang Aku bisa berbicara kepadamu tentang itu. Tadinya Aku akan mengutus Simon untuk mengatakan kepadamu: 'Datanglah,' untuk mempersiapkan segalanya. Dengar. Dua atau tiga hari sesudah hari raya Pentahbisan Bait Allah, kita akan berangkat dari sini sedikit demi sedikit, agar tidak menarik perhatian siapa pun. Kelompok akan terdiri dari Aku, kau, saudaramu, Yakobus dan Yohanes, kedua sepupu-Ku, Yohanes dan Sintikhe. Kita akan pergi ke Ptolemais! Dari sana kau akan membawa mereka dengan perahu ke Tirus. Di sana kau akan naik kapal yang berlayar ke Antiokhia, seolah-olah kau adalah proselit yang kembali pulang. Kemudian kau akan kembali dan menemui Aku di Akhzib. Aku akan berada di puncak gunung setiap hari. Bagaimanapun, Roh Kudus akan membimbingmu..."

"Apa? Apakah Engkau tidak ikut bersama kami?"

"Aku akan terlalu banyak menarik perhatian. Aku ingin memberikan damai pada jiwa Yohanes."

"Dan apa yang akan harus aku lakukan karena aku tidak pernah pergi jauh dari sini?"

"Kau bukan anak kecil... dan tak lama kau akan harus pergi lebih jauh daripada Antiokhia. Aku mempercayaimu. Kau bisa lihat bahwa Aku sangat menghargaimu..."

"Dan bagaimana dengan Filipus dan Bartolomeus?"

"Mereka akan datang dan menemui kita di Yotopata dan akan menginjili sementara menantikan kita. Aku akan menulis kepada mereka dan kau yang akan membawa suratnya."

"Dan ... dua orang yang di sana itu, apakah mereka sudah tahu nasib mereka?"

"Belum. Aku ingin mereka merayakan hari raya dengan damai..."

"Hmm. Orang-orang malang... Bayangkan itu! Orang-orang dianiaya oleh kriminal dan..."

"Jangan mencemarkan mulutmu, Simon."

"Tidak, Guru... Dengarlah... Bagaimana kita akan membawa lemari-lemari ini? Dan Yohanes? Bagiku dia tampak sakit payah."

"Kita akan naik keledai."

"Tidak. Kita akan naik kereta."

"Dan siapa yang akan mengendarainya?"

"Eh! Jika Yudas anak Simon belajar mendayung, maka Simon anak Yunus akan belajar mengendarai kereta. Tidak akan sulit mengarahkan keledai dengan tali kekangnya. Kita akan meletakkan lemari-lemari dan kedua orang itu di kereta... dan kita akan berjalan kaki. Ya, lebih baik melakukan itu, percayalah padaku."

"Dan siapa yang akan memberikan kereta kepada kita? Ingatlah bahwa Aku tidak ingin kepergian kita menarik perhatian." Petrus berpikir... Dia mengambil keputusan, "Apakah Engkau punya uang?"

"Ya. Masih ada cukup banyak uang yang kita dapatkan dari perhiasan Misace."

"Kalau begitu, mudah. Berilah aku uang. Aku akan mendapatkan keledai dan kereta dari seseorang dan... ya... kita akan memberikan keledai itu kepada orang-orang miskin yang malang dan kereta... kita akan lihat nanti... Aku senang aku datang. Dan haruskah aku benar-benar kembali bersama istriku?"

"Ya. Itu lebih baik."

"Bagus. Tapi kedua orang malang itu! Aku sedih bahwa Yohanes tidak akan lagi bersama kita. Sungguh, kita tidak akan bersamanya untuk jangka waktu yang lama... Tapi, laki-laki yang malang! Dia bisa mati di sini, seperti Yunus..."

"Mereka tidak akan membiarkannya. Dunia membenci mereka yang menebus dirinya sendiri."

"Dia akan merasa terhina..."

"Aku akan mencari suatu alasan untuk membuatnya pergi dengan - pikiran yang lega."

"Alasan yang bagaimana?"

"Alasan yang sama seperti Aku dulu biasa menyuruh pergi Yudas anak Simon: bekerja untuk-Ku."

"Ah!... Perbedaannya adalah bahwa dalam Yohanes hal itu akan menjadi kekudusan, sedangkan dalam Yudas hal itu akan hanya menjadi kesombongan."

"Simon, jangan bicara buruk."

"Itu lebih sulit daripada membuat ikan bernyanyi! Ini adalah kebenaran, Guru, bukan berbicara buruk tentangnya... Tapi aku pikir Simon sudah datang dengan saudara-saudara-Mu. Mari kita pergi..."

"Mari kita pergi. Janganlah katakan apa pun kepada siapa pun."

"Apakah Engkau memperingatkanku? Aku tidak bisa tidak menyatakan kebenaran ketika aku berbicara, tetapi aku bisa diam, jika aku mau. Dan aku mau! Aku bersumpah pada diriku sendiri. Bayangkan aku pergi ke Antiokhia! Sampai ke ujung-ujung bumi! Oh! Aku berharap aku sudah kembali! Aku tidak akan tidur lagi sampai semuanya berkahir..."

Mereka pun pergi keluar dan aku tidak melihat apa-apa lagi.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 5                 Daftar Istilah                    Halaman Utama