305. SIMON ZELOT DI NAZARET.             


18 Oktober 1945  

Hari gelap lebih awal di bulan Desember, lampu-lampu dinyalakan lebih awal dan keluarga-keluarga berkumpul dalam satu ruangan. Itu terjadi juga di rumah kecil di Nazaret, dan sementara kedua perempuan bekerja, satu di alat tenun, yang lain menjahit, Yesus dan Yohanes En-Dor, duduk dekat meja, berbicara dengan suara pelan, dan Marjiam hampir selesai memoles dua lemari yang ditempatkan di lantai.

Si bocah tengah bekerja dengan penuh semangat ketika Yesus berdiri dan membungkuk di atas lemari dan berkata, "Sudah cukup sekarang. Sudah cukup halus dan besok kita akan bisa mengecatnya. Beresi semuanya sekarang, sebab kita akan bekerja kembali besok." Dan sementara Marjiam pergi keluar dengan perkakas polesnya - sudip kaku di mana kulit ikan yang kasar dipakukan untuk melakukan pekerjaan mengamplas, dan peralatan seperti pisau, tapi tentu saja bukan dari baja, untuk tujuan yang sama - Yesus, dengan tangan kuat-Nya, mengangkat salah satu lemari itu dan membawanya ke bengkel, di mana mereka pasti sudah bekerja karena ada serbuk gergaji dan serutan kayu dekat salah satu bangku yang ditempatkan di tengah ruangan untuk keperluan tersebut. Marjiam telah mengembalikan perkakasnya pada tempatnya dan sekarang memungut serutan kayu untuk dilemparkan ke dalam api, seperti yang dikatakannya, dan juga hendak menyapu serbuk gergaji, tetapi Yohanes dari En-Dor lebih suka mengerjakannya sendiri.

Semuanya sudah dirapikan ketika Yesus kembali dengan lemari kedua, yang Dia letakkan dekat lemari pertama. Mereka bertiga hendak keluar ketika mereka mendengar seseorang mengetuk pintu dan segera sesudah itu suara berat Zelot menggema dengan salam penuh hormat kepada Maria, "Salam, Bunda Juruselamat-ku, aku memberkati kebaikan-Mu yang mengijinkanku tinggal di rumah-Mu."

"Simon sudah datang. Sekarang kita akan tahu kenapa dia terlambat. Ayo kita pergi..." kata Yesus.

Ketika mereka memasuki ruangan kecil di mana sang rasul bersama para perempuan, Simon menurunkan sebuah bungkusan besar dari pundaknya.

"Damai sertamu, Simon..."

"Oh! Guru Terberkati! Aku terlambat,  ya kan? Tapi aku telah melakukan semuanya dan..."

Mereka saling mencium. Simon kemudian melanjutkan ceritanya, "Aku pergi menemui janda si tukang kayu. Bantuan-Mu tiba tepat pada waktunya. Perempuan tua itu sakit parah dan dengan demikian pengeluaran membengkak. Si tukang kayu kecil melakukan sebisanya untuk membuat barang-barang kecil, dan dia selalu teringat pada-Mu. Mereka semua memberkati-Mu. Kemudian aku pergi menemui Nara, Samira dan Sirah. Saudara laki-laki mereka lebih sulit dari sebelumnya. Tetapi mereka damai, kudus sebagaimana adanya, dan mereka makan roti mereka yang ala kadarnya bersalut airmata dan pengampunan. Mereka memberkati-Mu atas bantuan yang diberikan kepada mereka. Tetapi mereka memohon Engkau berdoa supaya saudara laki-laki mereka yang keras hati itu dapat berbalik. Rahel tua juga memberkati-Mu atas amal kasih-Mu. Akhirnya, aku pergi ke Tiberias untuk berbelanja. Aku berharap aku mendapatkan barang-barang yang benar. Para perempuan bisa melihatnya sekarang... Tetapi aku ditahan di Tiberias oleh beberapa orang yang menyangka aku adalah orang yang datang mendahului-Mu. Mereka mengisolasiku selama tiga hari... Oh! Aku bisa katakan bahwa itu adalah penjara emas! Tapi masih juga penjara... Mereka ingin tahu begitu banyak hal... Aku mengatakan yang sebenarnya menjelaskan bahwa Engkau telah membubarkan kami semua dan bahwa Engkau sudah undur diri karena periode terburuk musim dingin... Ketika mereka yakin bahwa itu benar, juga karena mereka sudah pergi kepada Simon anak Yunus dan Filipus tanpa menemukan-Mu dan tanpa mendapatkan hasil, mereka membebaskanku. Bahkan alasan cuaca buruk tidak ada gunanya, karena cuacanya indah. Itulah sebabnya mengapa aku terlambat."

"Tidak mengapa. Kita punya banyak waktu bersama. Aku berterima kasih kepadamu untuk semuanya... Bunda, periksalah isi bungkusan ini bersama Sintikhe dan beri tahu Aku apakah menurut-Mu itu cukup sepanjang pengetahuan-Mu..." dan sementara para perempuan membuka bungkusan, Yesus duduk dan berbicara dengan Simon.

"Dan apa yang telah Engkau lakukan, Guru?"

"Aku mengerjakan dua lemari, supaya tidak menganggur dan karena itu akan berguna. Aku pergi berjalan-jalan, Aku menikmati berada di rumah..."

Simon menatap-Nya... Tapi dia tidak mengatakan apa-apa.

Seruan Marjiam, yang melihat banyaknya kain-kain linen dan wol, sandal, kerudung dan ikat pinggang dikeluarkan dari bungkusan itu, membuat Yesus dan kedua sahabat-Nya berbalik.

Maria berkata, "Semuanya baik. Kami akan segera mulai menjahit dan semuanya akan segera siap."

Si bocah bertanya, "Apakah Engkau akan menikah, Yesus?"

Semua orang tertawa dan Yesus bertanya, "Apa yang membuatmu berpikir begitu?"

"Semua barang ini untuk laki-laki dan perempuan dan kedua lemari yang Engkau buat. Semuanya itu untuk perlengkapan pengantin-Mu dan pengantin perempuan-Mu. Maukah Engkau memperkenalkannya padaku?"

"Apakah kau benar-benar ingin bertemu dengan pengantin-Ku?"

"Oh! Ya! Dia pastilah cantik dan baik! Siapakah namanya?..."

"Untuk sementara, ini adalah rahasia. Karena dia punya dua nama, sepertimu, yang pertama Yabes dan kemudian Marjiam."

"Dan tidak bisakah aku mengenal mereka?"

"Tidak sekarang. Kau akan mengenal mereka suatu hari nanti."

"Maukah Engkau mengundangku ke perkawinan?"

"Itu bukanlah perayaan untuk anak-anak. Aku akan mengundangmu ke pesta perkawinan. Kau akan menjadi salah seorang tamu dan saksi. Begitu?"

"Berapa lama lagi itu? Dalam waktu satu bulan?"

"Oh! Jauh lebih lama!"

"Kalau begitu, mengapakah Engkau bekerja dengan begitu tergesa hingga tangan-Mu lecet?"

"Aku lecet karena Aku sudah lama tidak bekerja dengan tangan-Ku. Lihat, Nak, betapa menyakitkannya menganggur itu? Selalu. Ketika orang kembali bekerja, dia menderita dua kali lipat karena dia sudah menjadi terlalu peka. Sekarang, jika menganggur itu melukai tangan orang begitu rupa, betapa terlebih lagi itu akan melukai jiwa orang? Lihat? Sore ini Aku harus memintamu untuk membantu-Ku, karena tangan-Ku sangat sakit hingga Aku tidak bisa memegang kukur, padahal baru dua tahun lalu Aku bisa bekerja selama empatbelas jam tanpa merasa sakit. Hal yang sama terjadi pada mereka yang semangat dan kemauannya menjadi kendur. Orang menjadi lembek dan lemah dan mudah lelah akan segala sesuatu, karena racun penyakit rohani mempengaruhi mereka yang lemah. Di sisi lain, adalah dua kali lipat lebih sulit untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang sebelumnya, ketika orang selalu mempraktikkannya, tidak membutuhkan usaha sama sekali. Oh! Tidak pernah ada gunanya orang menganggur dengan berkata, "Sesudah periode waktu ini aku akan kembali bekerja dengan energi segar!" Orang tidak akan pernah berhasil, atau akan berhasil dengan kesulitan terbesar."

"Tapi Engkau tidak pernah menganggur!"

"Tidak. Aku melakukan pekerjaan lain. Tetapi kau bisa lihat bahwa menganggurnya tangan-Ku telah melemahkan tangan-Ku." Dan Yesus memperlihatkan kedua tangan-Nya yang merah dan lecet.

Marjiam mencium kedua tangan-Nya seraya berkata, "Ibuku biasa melakukan itu padaku ketika aku terluka, sebab kasih menyembuhkan."

"Ya, kasih menyembuhkan banyak hal… Baiklah… Ayo, Simon. Kau akan tidur di ruang tukang kayu. Ayo, dan Aku akan menunjukkan kepadamu di mana kau bisa meletakkan pakaianmu dan..." mereka pergi dan semuanya pun berakhir.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 5                 Daftar Istilah                    Halaman Utama