†
"Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi: 'Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.' Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: 'Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.'"
~ Yohanes 20:20-23
BAGIAN SATU
![]() KEMATIAN, DUKACITA DAN PENGHARAPAN
"Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil daripadamu, dan apa yang telah kau sediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
~ Lukas 12:20-21
KASIH MENGETUK PINTUKU
Di penghujung bulan Mei, aku mengadakan perjalanan ke Orange County (California) di Amerika Serikat demi memenuhi suatu janji, dengan disertai oleh pembimbing rohaniku dan pasangan, yang adalah sahabat karib kami. Pada waktu itu mamaku sakit keras, dan Tuhan kita memintaku menyediakan waktu untuk membeli pakaian hitam untuk perkabungan keluargaku.
Aku menelepon rumah menanyakan kondisi kesehatan mamaku dan mendapat kabar bahwa keadaannya stabil. Diinformasikan juga kepadaku bahwa saudaraku Carlos akan datang menggabungkan diri bersama kami sepanjang hari-hari yang sungguh sulit bagi kami ini.
Meski tahu bahwa mencari pakaian hitam untuk perkabungan keluarga bukanlah hal terpenting, namun ini merupakan suatu pengalaman yang sungguh istimewa sebab berhubungan dengan kematian seseorang yang aku kasihi, dalam hal ini aku memikirkan mamaku. Dengan cara Tuhan membimbingku, aku mengerti bahwa aku harus mempersiapkan rohku, dan keadaan akal budiku dan juga keluargaku.
Beberapa hari sebelumnya, Tuhan telah meminta pembimbing rohaniku dan aku, untuk melakukan satu jam adorasi malam sebagai silih atas dosa-dosa kami, dosa-dosa keluarga kami, dan dosa-dosa seluruh dunia, selama satu bulan.
Pada tanggal 6 Juni, dua hari sebelum Pentakosta, Tuhan mendiktekan kepadaku, sebagaimana biasa Ia lakukan, beberapa kutipan biblis untuk kami meditasikan. Lalu, Ia menambahkan:
"Mintalah bantuan khusus untuk melakukan pekerjaan rumah pada hari Sabtu; Aku membutuhkanmu mengasingkan diri dalam persatuan dengan-Ku."
Aku mengerti bahwa Tuhan tak menghendakiku mengalami distraksi karena hal-hal lain, sebab aku harus ada bagi-Nya, untuk berdoa dan untuk menanti-Nya berbicara kepadaku. Diberitahukan kepadaku bahwa saudaraku Carlos mungkin belum dapat datang sebab ia mengalami masalah ginjal.
Pagi hari Sabtu 7 Juni, vigili Pentakosta, sesudah doa Laudes ["Ibadat Harian"] Tuhan mengatakan:
"Aku menghendakimu; jangan pikirkan hal-hal lain. Aku mengandalkan kalian berdua; biarlah yang lain melakukan apa yang telah mereka rencanakan. Adalah perlu engkau tahu bagaimana bertindak tenang dan tegas. Apa yang penting adalah kasih yang diungkapkan dalam segala yang engkau lakukan."
Saat doa pagi, seseorang mengunjungi pembimbing rohaniku dan aku untuk menggabungkan diri bersama kami dalam doa. Kemudian puteraku datang dengan kabar buruk yang tak terduga bahwa saudaraku Carlos telah meninggal dunia di Bolivia, negeri asalku.
Aku lari ke hadapan Sakramen Mahakudus dan mulai menangis, bertanya kepada Tuhan mengapa Ia mengambil saudaraku pada saat ia tidak siap. Sebab itulah apa yang aku pikirkan. Aku khawatir sebab saudaraku, yang bercerai, sekarang telah menikah kembali dengan isterinya yang kedua dan tak dapat menyambut Komuni Kudus. Keadaan ini membuatnya sangat menderita, mengingat bahwa ia telah mulai menjadi bagian dari kerasulan kami dan memulai hidup dalam doa.
Kami tak dapat menyampaikan berita ini kepada mama, sebab ia sedang dalam tahap terakhir sakitnya. Kami memutuskan bahwa aku harus pulang ke Bolivia bersama puteraku keesokan harinya. Aku kembali ke kamarku untuk berdoa bagi jiwanya. Aku memohon belas-kasihan agar ia tidak binasa dan agar doa-doaku tiba pada waktunya untuk memohonkan keselamatannya.
PENGHIBURAN TUHAN
Secara tak terpahami, aku mulai merasakan suatu damai yang luar biasa dan sukacita batin yang begitu meluap hingga aku merasa seperti tertawa dan menyanyi. Reaksiku ini menakutkanku dan aku memohon Tuhan untuk membimbingku melalui apa yang tengah terjadi atasku.
Kemudian Ia berkata kepadaku: "Lihatlah pada-Ku!"
Aku mengarahkan pandanganku pada salib di sisi tempat tidurku. Salib itu mulai bercahaya dengan sendirinya dan Tuhan melanjutkan:
"Lagi Aku katakan kepadamu: Tak dapatkah engkau melihat-Ku dengan tangan-tangan-Ku terentang lebar di hadapanmu? … Ayahmu dan saudaramu sudah berada di sisi-Ku … bersama-Ku, sebab Kerahiman-Ku meliputi mereka. Itulah sukacitamu; ia telah selamat." [Catatan: Catalina menggunakan "…" dalam buku ini untuk menyatakan entah suatu jeda dalam dikte atau perlunya suatu jeda dalam membaca guna merefleksikan pesan.]
Kemudian ketika santap malam, kami sedang membicarakan kematian saudaraku, dan Tuhan mendiktekan suatu ayat biblis kepada kami, Kisah Para Rasul 7:55-56, yang mengatakan: "Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah."
Membaca ayat itu, aku merasa semakin terhibur. Pembimbing rohaniku merayakan Misa untuk saudaraku malam itu. Aku telah memohon kepada Tuhan untuk memberitahuku keadaan jiwa saudaraku, untuk mengijinkanku merasakan sesuatu, dan Ia, dalam Kerahiman-Nya yang tak terhingga, mengijinkanku untuk secara batin mendengar suara saudaraku mengatakan kepadaku bahwa ia sangat bahagia. Suaranya luar biasa penuh sukacita dan semangat.
Keesokan harinya, Minggu tanggal 8, sementara aku bersiap pergi untuk pemakamannya, dan sedang mempersiapkan bagasiku, lengan kiriku dan dadaku mulai sakit. Aku berbicara kepada keluargaku di Bolivia, dan mereka menasehatiku untuk tidak pergi, sebab dalam keadaan yang payah demikian, mereka khawatir kesehatanku akan semakin memburuk. Meski demikian, aku menyimpan kerinduan yang kuat untuk berada di sisinya. Ia telah seperti seorang putera bagiku. Ia enam tahun lebih muda dariku, dan ia memanggilku 'mommy'.
Seperti biasa, aku memutuskan untuk menempatkan segalanya dalam tangan Tuhan, memohon-Nya untuk membimbingku. Aku memasuki kamar mamaku agar ia memberkatiku sebelum aku pergi, mengatakan bahwa aku harus pergi ke luar negeri. Tetapi ia mulai menangis seperti belum pernah terjadi sebelumnya dan ia memintaku untuk tidak pergi, bahwa ia sangat mengasihiku dan ia membutuhkanku. Aku lalu mengerti bahwa adalah Kehendak Tuhan bahwa aku tidak pergi. Puteraku akan pergi menggantikanku. Puteriku sudah mengatasi keadaan, dan suamiku tengah mempersiapkan tempat untuk berjaga. Keputusan ini menyakitkan bagiku, tetapi aku harus memilih untuk tinggal di sisi mamaku, untuk melewatkan bersamanya waktu yang adalah hari-hari terakhirnya.
PERTOBATAN, ANUGERAH MANIS DARI ALLAH
Sesudahnya kami mendengar bahwa ketika Carlos hendak kembali ke negeriku sesudah kunjungannya ke tempat kami pada bulan Januari, ia telah meminta seorang imam untuk mendegarkan pengakuannya, mengakui ia mengerti bahwa ia tak dapat menerima absolusi, tetapi ia telah menyilih dosa-dosanya dengan banyak sesal tobat, dan bahwa ia tahu ia mengakukan dosanya kepada Allah melalui imam, dan bahwa ia memohon Kerahiman-Nya yang tak terhingga.
Ia memohon doa imam, sebab ia berharap untuk segera dapat memenuhi persyaratan agar perkawinannya dinyatakan batal. Ia sungguh rindu mengambil manfaat dari Pengakuan Dosa resmi dan menerima absolusi yang dinantikan. Ia rindu menyambut Komuni Kudus untuk mempersatukan dirinya dengan pengalaman rohani yang kita semua alami. Dengan tindakan dan tobatnya, ia telah mulai membuat silih bagi kesalahan-kesalahan dalam hidupnya di masa lalu.
Selanjutnya aku mengetahui bahwa ia mendaraskan Rosario setiap hari bersama keluarga. Ia melakukan latihan fisik untuk masalah jantungnya, dan sepanjang jalan ia akan menyelesaikan kelimabelas Misteri Rosario Suci. Setiap Minggu ia dan keluarganya akan mengunjungi suatu tempat ziarah Maria di mana ia ikut ambil bagian dalam Misa Kudus. Sesudah perayaan, mereka akan tinggal setengah jam lamanya dalam Adorasi di hadapan Sakramen Mahakudus.
Sungguh sayang, kematiannya datang tak disangka-sangka sesudah suatu serangan mendadak yang sangat singkat namun mematikan. Serangan jantung mengakhiri hidupnya. Tak seorang pun menduga betapa parah kondisinya. Karenanya, perhatian lebih diberikan pada kebutuhan-kebutuhan medisnya. Tak ada cukup waktu untuk mencari pertolongan rohani. Di saat-saat terakhir, isterinya memintanya untuk berdoa, dan dengan berurai airmata saudaraku meninggal dunia.
KALIAN TIDAK PERNAH SENDIRIAN
Tanggal 11 Juni aku merasa sangat sedih, lebih dari segalanya sebab aku harus menahan airmata, aku harus menahan diri untuk tidak menangis agar mamaku tak memperhatikan apapun. Sulit bagiku untuk menerima kematian adikku dan aku merasa ditinggalkan. Aku dapat melihat adik laki-lakiku yang lain sedang mengalami suatu penderitaan berat; aku harus kuat.
Sesuatu terjadi, aku harus menyembunyikan deritaku, seolah aku harus mengesampingkan satu hal untuk menerima kematian mamaku yang menjelang, sebab aku tahu bahwa ia sedang melewatkan hari-hari terakhirnya. Dua bulan sebelumnya, dalam suatu perjalanan, aku mengejutkan diriku sendiri dengan meyakinkan sahabat-sahabatku bahwa Tuhan akan mengambil mamaku pada Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus. Ada gagasan itu, perasaan itu dalam diriku, seolah dituliskan dalam dagingku.
Malam 11 Juni, sesudah doa-doaku, Tuhan mendiktekan [yang berikut] kepadaku:
"Puteri-Ku, tak sesaat pun Aku meninggalkanmu. Aku ingin engkau merenungkan malam-malam itu di mana Aku mengijinkanmu mencicipi sedikit Firdaus Surgawi.
Renungkanlah Persekutuan Para Kudus dan dengan cara ini engkau akan mendapati bahwa apa yang kelihatan sebagai perpisahan dengan saudaramu terkasih harus berubah menjadi sukacita bagi keluargamu, sukacita yang akan mendatangkan penghiburan bagi mereka.
Ingatlah bahwa mereka Yang Terberkati memancarkan ke atas kalian semua terang bahagia mereka dan yakinlah bahwa karena persekutuan Gerejawi itu, mereka yang telah mendahului kalian, mereka yang meninggal penuh dengan kasih, menolong kalian dengan doa-doa mereka. Mereka dekat dengan kalian semua untuk menghibur kalian dalam penderitaan kalian, untuk meneguhkan kalian dalam pencobaan-pencobaan kalian, untuk menyingkirkan halangan-halangan yang kalian hadapi di jalan kalian, dan untuk membantu kalian mengatasi perangkap licik yang biasa dipasang bagi kalian oleh musuh kita.
Aku telah mempersiapkanmu, dan Aku telah membimbingmu untuk memimpin keluargamu di pagi hari. Adakah engkau akan menerima dengan penyerahan yang sama jika Aku katakan sebelumnya bahwa dukacita itu adalah untuk adikmu? Dan menerima Kehendak Allah, engkau makhluk malang, apa yang akan engkau lakukan?"
PERTOLONGAN MARIA, BUNDA KITA
Yesus melanjutkan dengan berkata:
"Adalah karya BundaKu mempersiapkan jiwa itu agar siap untuk menerima Kerahiman-Ku. Kiranya kepergian ini, yang dini dalam pandangan manusia, mengajarkan kepada kalian semua untuk hidup dengan lampumu bernyala, mengejar kekudusan harianmu, bukan yang dapat terlihat oleh manusia, sebab itu tak ada nilainya di hadapan mata-Ku tetapi malahan menyedihkan-Ku.
Adalah menyedihkan hati-Ku melihat perilaku religius yang lahiriah dalam diri banyak anak-anak-Ku, yang jauh dari mengamalkannya, dan yang melakukannya hanya demi mengejar keuntungan pribadi mereka. Mereka menipu orang demi mendapatkan kuasa, dan mempergunakannya untuk mengunggulkan diri, memanipulasi hal-hal agar sesuai dengan keinginan dan angan-angan mereka sendiri.
Dan apakah yang dipikirkan Yesus? Itulah yang seharusnya mereka tanyakan pada diri mereka sendiri ketika kesombongan, roh kritik munafik, menguasai jiwa.
Kecil-Ku yang bukan apa-apa, persembahkanlah kepada-Ku semua beban itu yang tampaknya hendak mematahkan kekuatanmu. Ada begitu banyak jiwa yang perlu diselamatkan! Sepanjang minggu ini, engkau dan Pater akan melakukan Adorasi Jam Suci malam dimulai pada hari Kamis, ketika Imamat Abadi-Ku diperingati, hingga Kamis mendatang di mana kalian akan mendaraskan Rosario, dan, dengan doa silih kalian, kalian akan menghibur-Ku atas begitu banyak orang yang menolak Hati Ekaristik-Ku.
(…) Perteguhlah diri kalian dengan doa, sebab pada saat menyampaikan pertanggung-jawaban di hadapan-Ku, kalian akan sendirian dan telanjang… dengan tangan-tanganmu penuh atau kosong, (…) Bermurah-hatilah dalam penyerahan diri pribadimu, melampaui cinta diri, balas dendam, ketidakmurnian dan tidak tahu terima kasih. Adalah keputusan masing-masing untuk menggabungkan diri dengan kelompok ini atau meratapi kefrustasian sebab telah mengecewakan-Ku dalam hal-hal yang sungguh penting bagi-Ku.
Sungguh menyedihkan melihat setiap saat di bumi bahwa sungguh perintah untuk mengasihi sesama dihancurkan oleh cinta diri, dengki, benci, perpecahan dan, dengan cara ini, martabat makhluk Allah diremukkan atas dasar perbudakan batin, yang menjadikan mereka kurban dari hawa nafsu yang tidak teratur (…) Bertautlah erat-erat pada tangan BundaKu dan bergiatlah setiap hari dengan keyakinan bahwa RohKu meneguhkan, menyemangati dan membimbing roh kalian.
Tidakkah kalian percaya bahwa kasih-Ku tak terhingga, dan bahwa kasih-Ku dapat memenuhi segalanya? Tersenyum dan berisitrahatlah dalam hati-Ku."
SAKIT, PENDERITAAN DAN KELEGAAN
Pada malam tanggal 21, mamaku mulai merasakan sakit yang hebat. Kami melewatkan malam bersama perawat, tanpa istirahat sama sekali. Aku merasa teramat sedih melihatnya menderita. Aku terus memohon pada Tuhan untuk mengijinkanku menanggung sakit itu demi melegakannya, tetapi aku mengerti bahwa ia harus menanggungnya sendiri demi pemurniannya. Satu-satunya hal yang terus ia ulang bersama dengan erangan sakitnya adalah kata-kata, "Bundaku, Bundaku!"
Minggu tanggal 22 Juni, ia banyak menderita dan terus-menerus mengerang. Ketika di gereja, aku berbicara kepada Tuhan dan, berdoa di hadapan salib-Nya, kurang lebih aku mengatakan ini kepada-Nya: "Tuhan, dari salib Engkau berbelas-kasihan pada penderitaan BundaMu. Tetapi aku yakin Engkau tidak melihatnya seperti aku melihat mamaku yang menderita dengan "ow!" [erangan] terus-menerus. Aku mohon kepada-Mu, Yesus, …. kiranya ia hidup selama waktu yang Kau Kehendaki, tetapi jangan biarkan ia begitu menderita. Berbelas-kasihanlah pada penderitaannya, sebab setiap deritanya adalah bagai sebilah pedang yang menembusi hatiku." (Aku memohon ini kepada-Nya dengan berurai airmata.)
Dokter telah menuliskan resep penawar sakit untuk diberikan dalam bentuk obat tetes. Ketika tiba di rumah, aku memberikannya kepadanya tetapi aku tahu bahwa bukan obat tetes, melainkan Tuhan yang mengenyahkan sakitnya. Ia menganugerahkan kepadaku apa yang aku mohon dalam doa. Rasa sakit berhenti nyaris seketika dan menyeluruh. Ia tak lagi mengeluh hingga kematiannya.
Dokter sendiri heran dengan apa yang terjadi, sebab ia tahu bahwa obat itu tak bekerja begitu seketika, begitu manjur dan berdampak lama.
PERSIAPAN ROH
Kira-kira sepuluh hari sebelum kematiannya, dalam suatu percakapan dengan mamaku, aku usul untuk membawanya ke pantai supaya ia dapat beristirahat beberapa hari. Tetapi pada saat itu ia mulai mengatakan kepadaku bahwa ia dapat "melihat" orang ini atau itu (banyak orang yang telah meninggal dunia). Sebab terkadang ia mengalami saat-saat di mana ia kehilangan akal budi yang jelas akibat kondisi livernya, kami tidak mempedulikan hal itu hingga ia mengatakan telah melihat saudaraku, Carlos, yang mengatakan kepadanya bahwa di surga samuderanya terlebih luas dan terlebih indah dibandingkan di bumi.
Seketika itu juga aku yakin bahwa ia melihat orang-orang yang tak lagi ada di dunia ini (sebab tak diberitahukan kepadanya bahwa saudaraku telah meninggal) dan aku pikir adalah baik bahwa jiwa-jiwa ini datang untuk mempersiapkannya.
Akan tetapi, di hari-hari terakhirnya, ia juga mengatakan bahwa ia melihat orang-orang yang datang untuk menyiksanya, yang mencemoohnya dan menganiayanya.
Saudaraku, Eduardo, mengatakan kepada mamaku bahwa mereka adalah orang-orang yang tak menghendakinya menyambut Komunio [Kudus]-nya dengan baik, dan ia menyarankan agar mamaku menyingkirkan mereka dari sisinya dengan mengatakan bahwa ia milik Yesus. Kami sadar bahwa ia tidur sangat sedikit, seolah bergulat dengan seseorang. Ia akan terbangun dengan mimpi-mimpi buruk dan meminta kami untuk mengenyahkan orng-orang itu yang mengganggunya.
Karena keadaan ini, kami memutuskan untuk terus menyalakan saluran televisi pada program Mother Angelica [The EWTN network] sepanjang siang demi membantu mamaku terus memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan dan terus dalam keadaan doa. Pada waktu malam saudari iparku, saudara laki-lakiku dan aku secara bergantian mendaraskan Rosario bersamanya.
Sementara berusaha mengerti mengapa ia "diganggu", aku teringat bahwa suatu kali ia mengatakan kepadaku bahwa seorang teman membawanya menjumpai seorang peramal…. Aku duga ini adalah sesuatu yang tidak ia ungkapkan dalam [Sakramen] Pengakuan. Aku meminta pembimbing rohaniku untuk menolongnya sebagai seorang imam. Aku pikir pastilah ia telah mengakukan kejadian ini sebab sejak dari saat itu segala gangguan pun lenyap. Bahkan wajahnya berubah, memancarkan suatu kedamaian dan kebaikan yang tampak, dan teman-teman yang datang mengunjunginya mengatakan bahwa ia tampak seperti seorang yang lain.
Di sini aku patut menyelipkan suatu nasehat demi mendorong mereka yang akan membaca baris-baris ini bahwa, jika suatu waktu mereka pernah terlibat dalam hal berhala, ramal nasib, magis, sihir, kartu tarot, agar segera menyambut Pengakuan dengan baik, sebab kita tidak pernah sadar dengan apa kita bermain-main dan akan konsekuensi yang dapat didatangkan oleh perbuatan-perbuatan yang demikian ke dalam hidup kita.
YESUS, KEHADIRAN YANG ABADI
Dalam doaku pada tanggal 23, Tuhan, yang mengetahui bahwa aku tengah merasa sangat sendirian, berbicara kepadaku dan mengatakan:
"Terkasih-Ku, Aku di sini, menanggapi seruanmu. Bagaimanapun, bahkan tak sekejap pun Aku meninggalkanmu… engkau tampaknya sendirian tetapi Aku bersamamu.
![]() "Renungkanlah sengsara-Ku di taman; Aku merasa sendirian.
![]() "Adakah engkau takut? Begitu juga Aku.
![]() "Adakah engkau perlu berbicara kepada seseorang? Berbicaralah kepada-Ku.
![]() "Adakah engkau membutuhkan tangan untuk menenangkanmu? Ini tangan-Ku.
![]() "Adakah engkau membutuhkan bahu tempat meluahkan airmata? Lakukanlah di bahu-Ku dan Aku akan mengeringkan airmatamu dengan kecupan-kecupan-Ku… Airmatamu akan bercampur dengan airmata-Ku. Aku tidak acuh tak acuh terhadap penderitaanmu.
![]() "Adakah engkau membutuhkan dampingan seseorang untuk berdoa bersamamu? Ada padamu para Kudus-Ku dan para Malaikat-Ku… Persembahkanlah kepada-Ku ketekunanmu dalam hidup pembuangan ini dan, dengan demikian, setiap kali Aku datang mencarimu, engkau akan bebas dari duka dan dapat menikmati damai batin yang mendalam.
![]() "Tempatkanlah segala kehendakmu semata-mata dalam Kehendak Ilahi-Ku. Biarkanlah dirimu dihanyutkan oleh Roh KudusKu dan bersyukur atas karunia-karunia-Nya yang berlimpah…."
Kemudian, seperti yang kerap aku lakukan, aku bertanya kepada Tuhan apakah Dia dalam aku, dan aku dalam Dia. Ia menjawab:
"Ya, engkau dalam Aku, dan Aku dalam engkau, tetapi ingatlah itu setiap saat. Sekarang doakanlah Mazmur 121…."
PERTAMA-TAMA KEHENDAK ALLAH
Pada tanggal 25, aku sangat letih karena penderitaan batinku, takut menderita terlebih lagi. Kemudian aku mulai mendengar suara Santa Perawan:
"Anak-anak, janganlah takut menderita, sebab takut menghalangimu melakukan Kehendak Allah.
![]() "Di atas segalanya haruslah engkau menerima Kehendak Allah entah engkau dihadapkan pada peristiwa-peristiwa gembira ataupun peristiwa-peristiwa yang tak diharapkan dan tak menyenangkan.
![]() "Kalian semua sepatutnya memohon Roh ketekunan doa agar menghidupkan dan memimpin keberadaanmu dengan gagah berani, demi kasih kepada Tuhan, bahkan ketika hidup tampak getir dan penuh penderitaan.
"Sayangnya, banyak anak-anak-Ku mencari satu dua hal, dan ketika mereka memperolehnya, mereka mendapati bahwa itu tidak mendatangkan kebahagian yang mereka harapkan…
"Betapa pedih dirasakan Hati keibuanku ketika mereka mengeluh mengenai orang-orang di sekeliling mereka dan tempat di mana mereka sekarang tinggal. Anak-anak ini, dalam keadaan apapun dan dengan siapapun mereka bergaul, akan merasa sama sebab perubahan haruslah berasal dari dalam diri mereka sendiri.
"Pikirkanlah [anak-anakku], bahwa hanya dengan mengatasi kesalahan-kesalahan kalian sendiri dan melepaskan diri dari kehendak diri sendiri kalian mencapai jalan kekudusan. Janganlah membuat perjanjian dengan kesalahan-kesalahanmu; sebaliknya serang mereka, amalkan dengan segenap hati keutamaan sebaliknya. Tunjukkanlah lebih banyak perhatian kepada orang lain dan lupakanlah sedikit mengenai diri kalian sendiri. Bencilah dosa sebab apa itu dosa sesungguhnya: suatu penghinaan melawan Allah dan kegagalan diri.
Terkasihku, temukanlah pengungsian bagi penderitaan-penderitaan kalian dalam pelukan Bunda surgawimu. Aku tidak pernah meninggalkanmu dan aku berdoa demi kekuatanmu. Renungkanlah St Yohanes Pembaptis dan, sepertinya, berkatilah rahim keibuan di mana Yang Mahatinggi mengarahkakan tatapan-Nya yang penuh Kasih.
"Damai, damai, damai, … Mohonlah Tuhan untuk menganugerahi kalian rahmat damai di setiap saat."
Dan demikianlah, dengan penuh kasih aku menghampiri mamaku terkasih dan menempatkan tanganku pada rahimnya aku mengatakan, "Mama, terberkatilah rahimmu, sebab di sini Allah mengarahkan pandangan penuh Kasih sehingga engkau melahirkan kami ke dalam hidup."
Dengan mengecupku, mamaku menjawab, "Diberkatilah engkau, kasih dari kasihku, sebab engkau adalah ibu bagi papamu dan sekarang engkau adalah ibu bagi mamamu…" Aku percaya bahwa warisan terindah yang aku terima dari kedua orangtuaku adalah mendengar kata-kata ini dari mulut mereka sebelum mereka meninggal dunia.
Malam itu, sesudah doa, sementara aku mengucapkan selamat tinggal kepada Yesus, aku katakan kepada-Nya: "Aku hendak mengadakan perjanjian dengan-Mu, Tuhan, bahwa aku bertukar sebentar saja Hati-Mu dengan hatiku… Pastilah Engkau akan merelakannya tetapi adakah Engkau tahu mengapa aku memohon itu dari-Mu? Sebab jika Engkau memberiku Hati-Mu, Engkau akan menguduskanku, dan ketika Engkau menerima hatiku yang buruk, kecil dan tak layak, sementara hati itu memasuki-Mu, Engkau akan menguduskannya pula…"
Sumber: “Divine Providence”; Copyright © 2004 by The Great Crusade of Love and Mercy; P.O. Box 857, Lithonia, Georgia 30058 USA; www.greatcrusade.org atau www.loveandmercy.org
Dipersilakan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas untuk tujuan non-komersiil dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
|
|