173. KHOTBAH DI GUNUNG.
SABDA BAHAGIA (BAGIAN EMPAT).   


27 Mei 1945. Khotbah di Gunung berlanjut.

Himpunan orang banyak bertambah semakin besar dengan berlalunya hari. Ada laki-laki, perempuan, tua, muda, anak-anak, yang kaya maupun yang miskin. Pasangan Stefanus dan Hermas selalu hadir, meski belum berhubungan dengan murid-murid lama yang dipimpin oleh Ishak. Dan ada juga pasangan baru yang dibentuk kemarin: si laki-laki tua dan si perempuan. Mereka berada di tempat paling depan, dekat Penghibur mereka dan mereka kelihatan jauh lebih gembira dari kemarin. Si laki-laki tua, untuk menggantikan begitu banyak bulan atau tahun sepanjang mana dia diabaikan oleh putrinya, telah menempatkan tangannya yang keriput ke atas lutut si perempuan dan si perempuan membelainya karena dorongan insting alamiah keibuan dari seorang perempuan bermoral baik. Yesus lewat dekat mereka untuk mendaki ke mimbar pedesaan-Nya; dan sementara lewat Ia membelai kepala si laki-laki tua yang memandang pada-Nya seolah dia telah melihat-Nya sebagai Allah. Petrus mengatakan sesuatu kepada Yesus Yang membuat gerakan seolah Ia hendak mengatakan: "Tidak mengapa." Tapi aku tidak mengerti apa yang dikatakan sang rasul. Petrus tinggal dekat Yesus, dan Yudas Tadeus dan Matius menggabungkan diri dengannya. Para rasul yang lain terpencar di antara orang banyak.         

"Damai serta kalian semua! Kemarin Aku berbicara mengenai doa, sumpah dan berpuasa. Hari ini Aku hendak mengajar kalian dalam kesempurnaan-kesempurnaan lainnya; yang adalah juga doa, kepercayaan, ketulusan hati, kasih dan agama.  

Hal pertama yang hendak Aku katakan kepada kalian adalah mengenai penggunaan kekayaan secara benar, kekayaan yang diubah menjadi banyak harta di Surga oleh kehendak baik dari hamba yang setia. Harta duniawi tidak abadi. Tetapi harta Surgawi abadi. Apakah kamu sayang dengan apa yang menjadi milikmu? Apakah kamu menyesal harus mati sebab kamu tidak akan lagi dapat mengurus harta milikmu dan kamu akan harus meninggalkannya? Jika demikian, transferlah hartamu ke Surga. Kalian mungkin berkata: 'Apa yang dari dunia tidak akan masuk Surga dan Engkau telah mengajarkan kepada kami bahwa uang adalah hal terkotor di dunia. Bagaimanakah kami dapat memindahkannya ke Surga?' Tidak. Kalian tidak dapat membawa uang, sebab uang adalah materiil, masuk ke dalam Kerajaan di mana semuanya adalah rohani. Tapi kalian dapat membawa buah dari uang.

Ketika kamu memberikan uangmu kepada seorang bankir, mengapakah kamu melakukannya? Supaya dia dapat membuatnya menghasilkan bunga. Kamu tidak kehilangan uang itu, bahkan tidak untuk sementara waktu, supaya dia dapat mengembalikan kepadamu sepuluh plus satu atau bahkan lebih. Maka kamu akan bergembira dan kamu memuji si bankir. Jika tidak demikian, kamu akan berkata: 'Dia jujur, tapi dia seorang bodoh.' Dan, jika bukannya sepuluh plus satu, melainkan dia memberimu sembilan dengan mengatakan: 'Aku rugi sisanya,' maka kamu akan mencelanya dan mengirimnya ke penjara. Apakah buah dari uang? Apakah si bankir menanam uangmu dan menyiraminya untuk membuatnya tumbuh? Tidak. Buahnya dihasilkan melalui pengelolaan bisnis yang cakap, sehingga melalui hipotek dan pinjaman dengan bunga, uang bertambah sejumah premi yang ditetapkan secara tepat bagi peminjaman emas itu. Tidakkah demikian?  

Sekarang dengarkanlah. Allah memberimu kekayaan duniawi. Kepada sebagian orang Ia memberikan banyak, kepada sebagian lainnya hanya sebanyak yang mereka butuhkan untuk hidup, dan Ia berkata kepada kalian: 'Sekarang terserah padamu. Aku telah memberikannya padamu. Perolehlah melalui sarana ini suatu hasil seperti yang diinginkan kasih-Ku demi kebaikanmu sendiri. Aku telah mempercayakan padamu kekayaan itu, tapi bukan supaya kamu menjadikannya yang jahat. Buatlah kekayaanmu menghasilkan bunga, bagi Tanahair sejati, baik sebab reputasi yang Aku percayakan padamu, maupun demi rasa syukurmu atas anugerah-Ku.'

Dan inilah metode untuk mendapatkan hasil itu.

Janganlah menimbun hartamu di dunia, hidup demi harta, menjadi keji demi harta, dikutuk oleh sesamamu dan oleh Allah karena harta. Itu tidak sepadan nilainya. Harta tidak pernah aman di bumi ini. Para pencuri dapat selalu merampokmu. Api dapat selalu memusnahkan rumahmu. Penyakit tanaman dan hewan dapat membinasakan ternak dan kebun-kebun buah-buahan. Betapa banyak hal dapat merentankan harta milikmu! Entah itu real estate dan harta yang tak terbantahkan, seperti rumah dan emas; entah itu materiil yang dapat rusak, seperti segala makhluk hidup, tanam-tanaman dan hewan, atau pakaian-pakaian mahal, semua itu dapat rusak. Halilintar, api dan banjir dapat memusnahkan rumah; para pencuri, hama, musim kemarau, hewan pengerat dan serangga dapat merusakkan ladang-ladang; penyakit menular, demam, cacat, wabah dapat membinasakan ternak; ngengat dan tikus dapat merusakkan kain-kain mahal dan perabotan mahal; oksidasi dapat mengkaratkan vas, kandelar dan gerbang-berbang artistik; semuanya rentan terhadap kerusakan.

Akan tetapi jika kalian mengubah kekayaan duniawi menjadi kebaikan rohani, maka kekayaan itu akan menjadi bebas dari segala kerusakan oleh waktu, manusia dan bencana. Timbunlah hartamu di Surga, di mana para pencuri tak dapat membongkarnya, dan di mana tak ada bencana terjadi. Bekerjalah dengan cinta belas-kasihan untuk segala kemalangan dunia. Kamu dapat membelai uangmu dan menciumnya jika kamu kehendaki, kamu dapat bersukacita atas panen berlimpah, atas kebun-kebun anggur yang sarat dengan buah, atas pohon-pohon zaitun yang tak terhitung banyaknya yang merunduk dahan-dahannya dengan buah-buah zaitun, dan atas kawanan domba dengan puting-puting susu yang bernas. Kamu dapat bersukacita atas semua itu, tapi tidak dengan suatu cara yang mandul atau cara manusia. Bersukacitalah dengan kasih dan kekaguman, dengan sukacita dan pengharapan rohani.

'Terima kasih, Allah-ku, atas uang ini, atas panenan, tanam-tanaman, kawanan domba ini dan atas usaha ini! Terima kasih, domba-domba, tanam-tanaman, padang-padang rumput, usaha, yang melayani aku dengan sangat baik. Semoga kalian semua diberkati, sebab melalui kebaikan-Mu, ya Bapa Yang Kekal, dan melalui kalian, wahai semua milikku, aku dapat melakukan sangat banyak kebaikan kepada mereka yang lapar, atau telanjang, tanpa rumah, sakit, sebatang kara… Tahun lalu aku melakukannya untuk sepuluh orang. Tahun ini, sebab aku punya lebih banyak uang - meski aku memberikan banyak juga sebagai amal kasih - dan panenan lebih berlimpah dan kawanan lebih besar jumlahnya - aku akan memberi dua kali, tiga kali lipat dari tahun kemarin. Sehingga semua orang, juga mereka yang dari diri mereka sendiri tidak memiliki kekayaan, dapat ikut ambil bagian dalam sukacitaku dan bersamaku memberkati Allah Yang Kekal.' Inilah doa seorang benar. Doa yang digabungkan dengan perbuatan-perbuatanmu, mentransfer kekayaanmu ke Surga, dan bukan hanya memeliharanya abadi untukmu, melainkan kamu akan mendapatinya bertambah oleh buah kudus dari kasih.  

Timbunlah hartamu di Surga supaya hatimu juga ada di sana, di atas dan melampaui resiko di mana bukan hanya emasmu, rumahmu, ladangmu dan kawanan ternakmu dapat menderita kerusakan, melainkan hatimu sendiri dapat diserang dan dirampok, berkarat, terbakar dan dibunuh oleh roh dunia. Jika kamu melakukan itu, kamu akan memiliki hartamu dalam hatimu sebab kamu akan memiliki Allah dalam dirimu hingga hari terberkati ketika kamu akan ada dalam Dia.  

Tetapi agar jangan mengurangi buah cinta kasih, berhati-hatilah untuk beramal-kasih dalam roh rohani. Apa yang Aku katakan sehubungan dengan doa dan dengan berpuasa berlaku pula untuk cinta kasih dan untuk segala perbuatan baik lainnya yang mungkin kamu lakukan. Jagalah perbuatan baik yang mungkin kamu lakukan agar terbebas dari sensasi dunia yang mencemarkan, jagalah agar imun dari pujian manusia. Janganlah mencemarkan harum mawar dari cinta kasihmu dan dari perbuatan-perbuatan baikmu, sebab itu adalah suatu kemenyan wangi-wangian sejati yang berkenan bagi Allah. Kebaikan dicemarkan oleh roh yang sombong, oleh keinginan untuk diakui ketika melakukan perbuatan baik dan oleh mencari pujian. Mawar cinta kasih lalu diteteskan dan dilahap oleh siput-siput kesombongan yang besar serta berlendir dan ukupannya dipenuhi dengan jerami busuk dari sampah di atas mana orang sombong itu bermalas-malasan bagai seekor binatang yang kenyang makan.    

Oh! Perbuatan-perbuatan cinta kasih itu yang dilakukan demi diperhatikan oleh orang! Adalah lebih baik, jauh lebih baik, jika perbuatan-perbuatan itu tidak dilakukan sama sekali. Barangsiapa tidak melakukan perbuatan-perbuatan cinta kasih, melakukan dosa kekerasan hati. Barangsiapa melakukannya dengan membuat orang tahu baik jumlah yang diberikan maupun nama orang kepada siapa amal itu diberikan, dan meminta pujian, melakukan dosa kesombongan dengan membuat persembahannya diketahui, seperti dia katakan: 'Lihat, betapa banyak yang dapat aku berikan?', berdosa melawan cinta kasih sebab dia merendahkan si penerima dengan membuat namanya diketahui orang, dan melakukan dosa ketamakan rohani sebab dia ingin menimbun pujian manusia... Itu adalah selumbar, tak lebih dari selumbar. Biarlah Allah dan para malaikat-Nya yang memujimu.

Apabila kamu memberikan amal kasih, janganlah menggembar-gemborkannya di hadapanmu untuk menarik perhatian mereka yang lewat dan mendapatkan pujian dari mereka, seperti yang dilakukan para munafik, yang ingin dipuji oleh manusia dan dengan demikian memberikan amal hanya di mana mereka dapat terlihat oleh banyak orang. Mereka, juga, sudah menerima ganjaran mereka dan tidak akan mendapatkan ganjaran lainnya yang dari Allah. Janganlah melakukan dosa yang sama dan janganlah bersikap begitu pongah. Tetapi apabila kamu memberikan amal kasih, janganlah biarkan tangan kirimu tahu apa yang dilakukan tangan kananmu, jadi berikan amal kasihmu secara diam-diam dan rendah hati dan lalu lupakan mengenainya. Janganlah berlama-lama mengagumi perbuatanmu, membualkannya seperti kodok yang merenungkan dirinya dengan matanya terselubung dalam kolam dan melihat juga awan-awan, pepohonan dan gambaran alam sekitar tepi sungai yang tercermin dalam air yang tenang dan ketika dia melihat bahwa dia sangatlah kecil dibandingkan semua itu, yang sangatlah besar, si kodok menggembungkan dirinya dengan udara hingga meletus. Juga kemurahan hatimu tidak ada artinya dibandingkan Yang Tak Terbatas, yang adalah Kemurahan Hati Allah, dan jika kamu ingin menjadi seperti-Nya dan menjadikan kemurahan hatimu yang kecil itu sebegitu besar hingga menyamai kemurahan hati-Nya, kamu akan memenuhi dirimu sendiri dengan angin kesombongan dan akan berakhir dengan kebinasaan. Lupakan itu. Lupakan perbuatan itu sendiri. Suatu terang, suatu suara manis akan selalu ada bersamamu dan menjadikan harimu cemerlang, manis dan bahagia. Sebab terang itu akan menjadi senyum Allah, madu itu akan menjadi damai rohani, yang masih berasal dari Allah, dan suaranya akan menjadi suara Allah, Bapa Yang akan berkata kepadamu: 'Terima kasih.' Ia melihat kejahatan yang tersembunyi dan kebaikan yang tersembunyi dan akan memberimu suatu ganjaran untuknya. Aku dapat…"   

"Guru, Engkau berdusta terhadap perkataan-Mu sendiri!" Komentar marah sekonyong-konyong datang dari tengah orang banyak. Mereka semua berpaling ke arah datangnya suara. Ada kekacauan. Petrus berkata: "Sudah aku katakan pada-Mu! Eh! Apabila ada seorang dari mereka yang di sana… semuanya akan menjadi kacau!" Banyak orang dari antara orang banyak itu berbisik mengejek dan menggerutu terhadap si pengecam. Yesus adalah satu-satunya yang tetap tenang. Ia melipat kedua lengan-Nya dan berdiri, dengan postur tubuh-Nya yang tinggi, di atas batu karang, dengan matahari di hadapan-Nya, dalam jubah biru gelap-Nya.

Si pengecam, tanpa menghiraukan reaksi orang banyak, melanjutkan: "Engkau seorang Guru yang buruk sebab Engkau mengajarkan apa yang tidak Engkau lakukan dan…"

"Diam! Pergi sana! Memalukan!" teriak orang banyak. Dan lagi: "Kembalilah ke ahli-ahli Tauratmu! Guru saja sudah cukup buat kami! Biarlah orang munafik pergi bersama mereka yang munafik! Kalian para guru palsu! Lintah darat!..." dan mereka melanjutkan cemooh, namun suara Yesus menggelegar: "Tenang! Biarkan dia berbicara" dan orang banyak tidak lagi berteriak-teriak tetapi mereka membisikkan cemooh mereka dengan sekaligus menatap marah padanya.              

"Ya. Engkau mengajarkan apa yang tidak Engkau lakukan. Engkau mengatakan kepada kami bahwa kami seharusnya memberikan amal kasih tanpa dilihat orang, dan kemarin di hadapan seluruh orang banyak Engkau mengatakan kepada kedua orang miskin itu: 'Tinggallah dan Aku akan memuaskan rasa laparmu.'"

"Aku katakan: 'Biarkan kedua orang miskin itu tinggal di sini. Mereka akan menjadi tamu terberkati yang akan memberi rasa pada roti kami.' Tidak ada yang lain. Aku tidak mengatakan Aku ingin memuaskan rasa lapar mereka. Orang miskin manakah yang tidak sekurang-kurangnya memiliki sedikit roti? Adalah sukacita-Ku untuk memperluas kepada mereka persahabatan baik kami."

"Tentu saja! Engkau licik dan Engkau dapat membodohi orang!..."

Si laki-laki tua berdiri, berbalik dan dengan mengangkat tongkat jalannya dia berteriak: "Lidah setan yang mendakwa Yang Kudus, apakah kau pikir bahwa kau tahu semuanya dan bahwa kau dapat mendakwa-Nya atas apa yang kau ketahui! Sebab kau tidak mengenal siapa Allah dan siapa Ia Yang kau hina, jadi kau tidak mengenal perbuatan-perbuatan-Nya. Hanya para malaikat dan hatiku yang dipenuhi sukacita mengenalnya. Dengarkan aku, teman-teman, dengarkan semua orang, dan lihat apakah Yesus adalah si pendusta dan si pongah seperti yang dikatakan si pengkhianat Bait Allah itu. Dia…"

"Tenanglah, Ismael! Tenanglah demi Aku! Jika Aku membuatmu bahagia, tolong buatlah Aku bahagia dengan bersikap tenang," Yesus minta dengan sangat kepadanya.

"Aku taat pada-Mu, Putra Kudus. Tapi ijinkan aku mengatakan hanya ini: berkat dari seorang Israel tua yang setia ada atas Ia Yang menolongku dalam nama Allah dan Allah menempatkan berkat itu pada bibirku untuk aku dan untuk Sara, putriku yang baru. Tapi tidak akan ada berkat atas kepalamu. Aku tidak akan mengutukmu. Aku tidak akan mengotori, dengan suatu kutukan, mulutku yang harus mengatakan kepada Allah: 'Terimalah aku.' Aku tidak melakukannya terhadap putriku yang tidak mengakuiku, dan aku telah menerima suatu ganjaran ilahi untuk itu. Tapi ada Ia Yang akan mengambil tempat dari Yang Tak Berdosa yang kau kutuk dan dari Ismael, sahabat Allah, Yang menolong-Nya."

Paduan sorak-sorai menutup perkataan si laki-laki tua yang duduk kembali, sementara seorang laki-laki menyelinap pergi, dengan diikuti cemooh. Orang banyak lalu berteriak kepada Yesus: "Lanjutkan, lanjutkan, Guru Yang Kudus! Kami hanya akan mendengarkan Engkau. Dengarkanlah kami, bukan burung-burung terkutuk pembawa kejahatan itu! Mereka iri, sebab kami mengasihi Engkau lebih dari kami mengasihi mereka! Tetapi Engkau kudus, mereka jahat. Lanjutkan berbicara kepada kami. Engkau dapat lihat bahwa kami tak memiliki kerinduan lain selain dari mendengarkan Engkau. Rumah kami, pekerjaan kami? Semua itu bukan apa-apa, kami meninggalkanya demi mendengarkan Engkau."

"Ya, Aku akan berbicara kepada kalian. Akan tetapi janganlah marah atas apa yang terjadi. Berdoalah bagi orang-orang malang itu. Ampunilah mereka seperti Aku mengampuni. Sebab jika kamu mengampuni orang atas kesalahan mereka, juga Bapa-mu Yang ada di Surga akan mengampunimu atas dosa-dosamu. Tapi jika kamu menyimpan dendam terhadap orang dan tidak mengampuni mereka, pula Bapa-mu tidak akan mengampunimu atas kekurangan dan kelemahanmu. Dan semua orang butuh diampuni. Aku katakan kepada kalian bahwa Allah akan memberimu suatu ganjaran, bahkan meski kamu tidak minta untuk diganjari atas kebaikan yang kamu lakukan. Tapi janganlah berbuat baik demi ganjaran, demi suatu jaminan akan hari esok. Janganlah berbuat baik dengan dibatasi oleh batasan-batasan sempit ketakutan: 'Dan sesudahnya, akankah aku punya cukup untuk diriku sendiri? Dan jika aku tidak punya apa-apa, siapakah yang akan menolongku? Akankah aku menemukan seorang yang akan melakukan seperti apa yang telah aku lakukan? Dan ketika aku tak lagi dapat memberi, akankah aku masih dikasihi?'

Lihat: Aku punya sahabat-sahabat yang berkuasa di kalangan orang-orang kaya dan Aku punya sahabat-sahabat di antara orang-orang miskin di dunia. Dan dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepada kalian bahwa mereka yang berkuasa bukanlah yang paling dikasihi. Aku pergi kepada mereka bukan demi kepentingan atau keuntungan-Ku sendiri. Tetapi sebab mereka dapat memberi-Ku banyak untuk mereka yang tidak punya apa-apa. Aku miskin. Aku tidak punya apa-apa. Aku ingin memiliki segala harta di dunia dan mengubahnya menjadi roti untuk mereka yang lapar, menjadi rumah bagi mereka yang tidak punya rumah, menjadi pakaian untuk mereka yang telanjang dan menjadi obat-obatan untuk mereka yang sakit. Kalian dapat mengatakan: 'Engkau dapat menyembuhkan orang.' Ya, Aku dapat melakukan itu dan hal-hal lainnya. Tapi Aku tidak selalu mendapati iman dalam diri manusia, dan Aku tak dapat melakukan apa yang akan Aku lakukan dan yang ingin Aku lakukan, jika hati manusia tidak memiliki iman kepada-Ku. Aku ingin menolong juga mereka yang tidak punya iman. Dan sebab mereka tidak meminta mukjzat kepada Putra Manusia, Aku ingin, sebagai manusia terhadap manusia, menolong mereka. Tapi Aku tidak punya apa-apa. Itulah sebabnya mengapa Aku mengulurkan tangan-Ku kepada mereka yang kaya dan Aku meminta kepada mereka: 'Beilah aku amal kasih, dalam nama Allah.' Itulah sebabnya mengapa Aku menjunjung tinggi persahabatan. Esok, ketika Aku tak lagi ada di dunia, akan masih ada orang-orang miskin, tapi Aku tidak akan ada di sana untuk mengerjakan mukjizat-mukjizat untuk mereka yang punya iman, ataupun untuk memberikan amal kasih demi menghantar pada iman. Akan tetapi, pada waktu itu sahabat-sahabat-Ku yang kaya, yang berhubungan dengan-Ku, akan sudah belajar bagaimana menolong; dan para rasul-Ku, sesudah pengalaman mereka besama-Ku, akan sudah belajar bagaimana memberikan amal kasih demi kasih kepada saudara-saudara mereka. Dan mereka yang miskin akan selalu menerima pertolongan.  

Kemarin, Aku menerima dari orang yang tidak punya apa-apa, lebih dari semua yang telah diberikan mereka yang kaya kepada-Ku. Dia adalah seorang sahabat, dan yang semiskin Aku. Tapi dia memberiku sesuatu yang tak dapat dibeli dengan uang, dan yang membuat-Ku bahagia, mendatangkan kembali kepada-Ku begitu banyak saat damai tenang dari masa kanak-kanak dan masa muda-Ku, ketika setiap sore tangan-tangan dari Yang Benar ditumpangkan ke atas kepala-Ku dan Aku pergi beristirahat dengan berkat sebagai pelindung tidur-Ku. Kemarin sahabat miskin-Ku ini menjadikan-Ku raja dengan berkatnya. Jadi kalian lihat bahwa tak seorang pun dari sahabat-sahabat-Ku yang kaya telah memberikan kepada-Ku apa yang telah dia berikan kepada-Ku. Oleh sebab itu, janganlah takut. Bahkan meski kamu tak lagi berkuasa atas uang, asalkan kamu punya kasih dan kekudusan, kamu masih dapat menolong barangsiapa yang malang, letih dan berbeban berat.

Dan oleh karena itu Aku katakan kepada kalian: janganlah terlalu khawatir karena kamu takut kamu punya terlalu sedikit. Kamu akan selalu punya apa yang dibutuhkan. Jangalah terlalu khawatir akan masa depanmu. Tak seorang pun tahu berapa panjang masa depan yang ada di hadapannya. Janganlah khawatir mengenai apa yang akan kamu makan demi menopang dirimu sendiri dalam hidup atau pakaian apa yang akan kamu kenakan demi menjaga agar tubuhmu hangat. Hidup jiwamu jauh lebih berharga dibandingkan pakaian. Dan Bapa-mu tahu. Kamu perlu tahu, juga. Lihatlah burung-burung di langit. Mereka tidak menabur atau menuai atau menimbun dalam lumbung, dan meski demikian mereka tidak mati kelaparan sebab Bapa surgawi memberi mereka makan. Dan kalian manusia, makhluk kesayangan Bapa, betapa jauh lebih berharga dari burung-burung itu.   

Siapakah di antara kalian, yang dengan segenap kemampuannya, dapat menambahkan satu hasta saja pada jalan hidupnya? Jika kamu tidak dapat menambahkan bahkan satu kilan saja pada jalan hidupmu, bagaimana mungkin kamu dapat mengubah keadaan masa depanmu, menambah kekayaanmu, demi memastikan bahwa kamu akan hidup bahagia hingga usia lanjut? Dapatkah kamu mengatakan kepada maut: 'Kamu harus datang menjemputku apabila aku kehendaki'? Kamu tidak dapat. Jadi, mengapakah, khawatir mengenai masa depanmu? Dan mengapakah sebegitu banyak bersusah-payah khawatir kalau-kalau kamu dibiarkan tanpa pakaian? Pikirkan bunga-bunga bakung yang tumbuh di padang; mereka tidak bekerja ataupun memintal, mereka tidak membeli kain dari penjual, meski begitu Aku pastikan pada kalian bahwa bahkan Salomo dalam segala kemegahannya tidak berpakaian seperti salah satu dari bunga-bunga itu. Sekarang, jika demikian Allah mendandani rumput di padang, yang ada hari ini dan akan dilemparkan ke dalam api esok hari atau digunakan untuk memberi makan ternak dan dengan demikian akan berakhir menjadi debu atau kotoran hewan, betapa terlebih lagi Ia akan memelihara kalian, anak-anak-Nya?

Janganlah dangkal imanmu. Janganlah khawatir mengenai masa depan yang tidak pasti dengan berkata: 'Apakah yang akan aku makan ketika aku sudah tua? Apakah yang akan aku minum? Bagaimanakah aku mendapatkan pakaian untuk diriku sendiri?' Tinggalkan kekhawatiran macam itu pada orang-orang bukan Yahudi, yang tidak memiliki kepastian luhur akan kebapaan ilahi. Kalian memilikinya dan kalian tahu bahwa Bapa tahu akan kebutuhan-kebutuhanmu dan mengasihi kamu. Sebab itu andalkan Ia. Carilah terlebih dahulu apa yang sungguh penting: iman, kebaikan, cinta kasih, kerendahan hati, belas-kasihan, kemurnian, keadilan, kelemah-lembutan, ketiga dan keempat keutamaan utama, dan semua yang lainnya juga, supaya kamu dapat menjadi sahabat-sahabat Allah, dan beroleh hak ke dalam Kerajaan-Nya. Dan Aku dapat pastikan padamu bahwa segala sisanya akan diberikan kepadamu pula, tanpa kamu harus memintanya. Tak ada seorang kaya yang terlebih kaya dari seorang kudus atau seorang yang terlebih selamat dari dia. Allah ada bersama si orang kudus dan si orang kudus bersama Allah. Dia tidak meminta suatu pun untuk tubuhnya, dan Allah menyediakan apa yang dibutuhkannya. Tetapi dia bekerja untuk jiwanya, dan Allah memberikan Diri-Nya Sendiri kepadanya di dunia ini, dan Firdaus di kehidupan selanjutnya.

Jadi janganlah bersusah-payah untuk apa yang tidak sepadan dengan susah-payahmu. Biarlah ketidaksempurnaanmu yang mendukakanmu, dan bukannya Sarana-sarana duniawi yang miskin. Janganlah khawatir mengenai hari esok. Hari esok akan mengurus dirinya sendiri, dan kamu akan mengurusnya ketika kamu menjalaninya. Mengapakah khawatir hari ini? Bukankah hidup sudah cukup penuh akan kenangan-kenangan menyedihkan dari hari kemarin dan dari pemasalahan-permasalahan hari ini, mengapakah kita merasa perlu untuk menambahkan mimpi-mimpi buruk akan ketidakpastian hari esok? Tinggalkan pada masing-masing hari permasalahannya sendiri! Akan selalu ada dalam hidup lebih banyak penderitaan dari yang kita harapkan; tidaklah perlu kita menambahkan penderitaan sekarang pada penderitaan masa mendatang! Selalu katakan kata-kata agung Allah: 'hari ini.' Kalian adalah anak-anak-Nya, yang diciptakan seturut citra-Nya. Jadi katakanlah bersama-Nya: 'hari ini.'

Dan hari ini Aku memberi kalian berkat-Ku. Kiranya berkat-Ku menyertai kalian hingga permulaan dari suatu hari-ini yang baru: yakni esok, yakni ketika Aku akan memberikan sekali lagi kepada kalian damai-Ku dalam nama Allah."
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 3                    Daftar Istilah                      Halaman Utama