203. "BAPA KAMI"
![]() 28 Juni 1945
Yesus keluar bersama para rasul-Nya dari sebuah rumah dekat tembok-tembok dan aku pikir bahwa mereka masih di wilayah Bezetha, sebab untuk pergi keluar tembok-tembok, orang harus melewati lagi rumah Yusuf, yang dekat Gerbang, yang aku dengar disebut orang sebagai Gerbang Herodes. Kota itu agak sunyi dalam senja terang bulan yang tenang. Aku mengerti bahwa mereka telah merayakan Paskah di salah satu rumah Lazarus, yang, meski begitu, bukan rumah Perjamuan Malam Terakhir. Kedua rumah itu, sesungguhnya, terpisah jauh. Yang satu di utara, yang lainnya di selatan Yerusalem.
Di ambang pintu, Yesus berpamitan, dengan kelembutan-Nya yang seperti biasanya, pada Yohanes dari En-Dor, yang harus mengurus para perempuan dan kepada siapa Ia berterima kasih sebab mau menerima tugas itu. Ia mencium Marjiam, yang juga sudah datang ke pintu dan lalu berangkat menuju Gerbang Herodes.
"Kemanakah kita pergi, Tuhan?"
"Ikutlah bersama-Ku. Aku membawamu untuk memahkotai Paskah dengan suatu kerinduan langka akan mutiara. Itulah sebabnya mengapa Aku ingin sendirian bersamamu. Para rasul-Ku! Terima kasih, sahabat-sahabat-Ku, atas kasihmu yang besar kepada-Ku. Andai kamu dapat melihat bagaimana itu menghibur-Ku, kamu akan heran. Lihat: Aku melangkah maju di antara pertentangan dan kekecewaan yang terus-menerus. Kekecewaan bagimu. Kamu harus meyakinkan dirimu sendiri bahwa Aku tidak pernah mengecewakan, sebab pada-Ku tidak dianugerahkan talenta untuk mengacuhkan… Itu suatu alasan lain mengapa Aku menasehatimu untuk memberikan diri dibimbing oleh-Ku. Apabila Aku mengijinkan ini atau itu, janganlah menghalanginya. Apabila Aku tidak ikut campur untuk mengakhiri sesuatu, janganlah berusaha untuk melakukannya sendiri. Masing-masing harus dilakukan pada saat yang tepat. Andalkanlah Aku, dalam segalanya."
Mereka berada di pojok timur laut sirkuit tembok-tembok; mereka mengelilinginya dan bergerak maju sepanjang bukit Moria ke suatu tempat di mana mereka dapat menyeberangi Kidron lewat sebuah jembatan kecil.
"Apakah kita pergi ke Getsemani?" tanya Yakobus Alfeus.
"Tidak. Lebih jauh ke atas. Ke Bukit Zaitun."
"Oh! Akan sangat indah!" kata Yohanes.
"Juga si bocah akan menyukainya," bisik Petrus.
"Oh! Akan ada lebih banyak lagi kesempatan baginya untuk datang kesini! Dia lelah. Dia masih seorang anak. Aku ingin memberimu sesuatu yang besar sebab saatnya yang tepat sekarang sudah tiba bagimu untuk mendapatkannya."
Mereka mendaki di antara pepohonan zaitun, dengan meninggalkan Getsemani di sisi kanan, hingga mereka tiba di puncak gunung, di mana dedaunan pohon-pohon zaitun bergemerisik dihembus angin.
Yesus berhenti dan berkata: "Mari kita berhenti… para murid-Ku terkasih yang akan meneruskan karya-Ku di masa mendatang, mendekatlah pada-Ku. Sering kali kamu katakan pada-Ku: 'Ajarilah kami berdoa seperti Engkau berdoa. Ajarilah kami, seperti Yohanes mengajari para muridnya, supaya kami dapat berdoa dengan perkataan yang sama seperti Guru kami.' Dan Aku selalu menjawabmu: 'Aku akan melakukannya ketika Aku melihat dalam dirimu minimum persiapan yang cukup supaya doa itu tidak menjadi suatu rumusan yang sia-sia dari perkataan manusia, melainkan suatu percakapan yang nyata dengan Bapa.' Saat itu sekarang telah tiba. Kamu sekarang memiliki apa yang diperlukan untuk mengenal perkataan yang layak disampaikan kepada Allah. Dan Aku ingin mengajarkannya padamu sore ini, dalam damai dan dalam saling mengasihi di antara kita, dalam damai dan kasih Allah dan bersama Allah, sebab sebagai orang-orang Israel sejati kita telah melaksanakan perintah Paskah dan kita telah mentaati perintah Allah perihal kasih kepada Allah dan kepada sesama kita. Salah seorang darimu telah sangat menderita sepanjang hari-hari belakangan ini. Dia menderita meski tidak pantas menderita, juga karena upayanya untuk menindas kemarahan yang dibangkitkan oleh perbuatan yang tidak pantas itu. Ya, Simon anak Yohanes, kemarilah. Tak satu pun detak dari hatimu yang jujur tersembunyi dari-Ku, demikian pula tak ada satu kesedihan pun yang tidak Aku sharingkan denganmu. Keduanya, Aku dan kau adalah karib…"
"Tetapi Engkau, Tuhan-ku, telah lebih banyak dihinakan daripada aku! Dan itu bagiku merupakan penderitaan yang terlebih pahit, … bukan… yang terlebih sensitif… bukan, bukan itu… terlebih… terlebih. Baiklah: bahwa Yudas sudah tidak sudi hadir pada perayaanku, itu menyakiti aku sebagai seorang laki-laki. Tapi melihat-Mu berduka dan dihinakan telah menyakiti aku dalam suatu cara yang berbeda dan Aku menderita dua kali lipat… Aku… Aku tidak ingin menyombongkan diri dan pamer menggunakan perkataan-Mu… Tapi harus aku katakan, dan jika itu karena kesombongan dalam diriku, katakanlah padaku, harus aku katakan bahwa aku menderita dengan jiwaku… dan itu lebih menyakitkan."
"Itu bukan kesombongan, Simon. Kau menderita secara rohani, sebab Simon anak Yohanes, seorang nelayan dari Galilea, tengah berubah menjadi Petrus anak Yesus, sang Guru dari roh, sehingga juga para murid-Nya menjadi aktif dan bijak dalam roh. Adalah bagi perkembanganmu ini dalam hidup roh, adalah karena perkembangan yang demikian dari kamu semua, maka Aku ingin mengajarkan padamu doa itu sore ini. Betapa banyak kamu telah berubah sepulang dari retret pribadi itu!"
"Semua orang, Tuhan?" tanya Bartolomeus yang kedengaran agak kurang percaya.
"Aku mengerti apa yang kau maksud… Tapi Aku berbicara kepada kamu bersebelas. Tidak kepada yang lain…"
"Tetapi ada apa dengan Yudas anak Simon, Guru? Kami tidak dapat mengertinya lagi… Tadinya dia kelihatan begitu berubah, tapi sekarang, sejak kita meninggalkan danau…" kata Andreas sedih.
"Diamlah, saudaraku. Aku punya kunci dari misteri itu! Sedikit bagian dari Beelzebul telah menempel padanya. Dia mencari itu di gua di En-Dor yang mencengangkan kita… dan kepadanya diberikan seperti yang pantas baginya! Guru mengatakannya pada hari itu… Di Gamala roh-roh jahat bergegas masuk ke dalam babi-babi. Di En-Dor roh-roh jahat keluar dari Yohanes malang yang terbuang dan masuk ke dalamnya… Kita tahu itu… kita tahu… Biar aku memberitahukannya pada mereka, Guru! Ada padaku di sini, dalam kerongkonganku, dan jika aku tidak mengatakannya, maka tidak akan keluar dan itu akan meracuniku…"
"Jadilah baik, Simon!"
"Ya, Guru… dan aku pastikan pada-Mu bahwa aku tidak akan kasar terhadapnya. Tapi aku katakan dan pikir bahwa sebab Yudas adalah seorang rekan yang jahat - dan kita semua tahu itu - dia agak serupa dengan seekor babi… dan jelas roh-roh jahat lebih suka memilih babi ketika - berpindah tempat kediaman mereka. Itulah: aku sudah mengatakannya."
"Apakah menurutmu begitu?" tanya Yakobus Zebedeus.
"Apa lagi yang mungkin! Tidak ada alasan lain mengapa dia begitu degil. Dia lebih buruk sekarang dibandingkan saat dia di Air jernih! Dan di sana orang mungkin berpikir bahwa tempat dan musim yang membuatnya begitu gugup. Tapi sekarang…"
"Ada alasan lainnya, Simon…"
"Katakanlah pada kami, Guru. Aku akan senang mengubah pendapatku mengenai rekanku itu."
"Yudas cemburu. Dia meradang sebab dia cemburu."
"Cemburu? Pada siapa? Dia tidak menikah, dan bahkan meski dia menikah, dan pergi bersama perempuan-perempuan, aku pikir bahwa tak seorang pun dari kita yang akan bersikap kasar terhadap sesama murid…"
"Dia cemburu pada-Ku. Pikirkanlah: Yudas berubah sesudah dari En-Dor dan sesudah dari Esdraelon. Yakni, ketika dia melihat bahwa Aku memperhatikan Yohanes dan Yabes. Tetapi sekarang sesudah Yohanes, terutama, akan pergi, sebab dia akan meninggalkan Aku dan tinggal bersama Ishak, kau akan lihat bahwa Yudas akan menjadi gembira dan baik kembali…"
"Baiklah!... Tapi Engkau tidak akan mengatakan padaku bahwa dia tidak dirasuki oleh suatu roh jahat kecil. Dan terlebih lagi… Tidak, aku akan mengatakannya! Dan terlebih lagi Engkau tidak akan mengatakan padaku bahwa dia telah bertambah baik sepanjang bulan-bulan belakangan ini. Aku cemburu juga, tahun lalu… Aku tidak suka mendapat tambahan seorang pun terkecuali keenam dari kami, keenam murid pertama, apakah Engkau ingat? Sekarang, sekarang… Biarkan aku memohon kepada Allah sekali ini saja untuk menjadi saksi atas apa yang hendak aku katakan. Sekarang aku katakan bahwa semakin bertambah jumlah murid di sekeliling-Mu, semakin bahagia aku. Oh! Aku rindu menghantar semua orang kepada-Mu dan aku juga ingin memiliki segala sarana yang diperlukan untuk menolong mereka yang membutuhkan, supaya kemalangan tidak menghalangi barangsiapa pun untuk datang kepada-Mu. Allah melihat apakah aku berkata benar. Tapi, kenapakah aku begitu sekarang? Sebab aku membiarkan Engkau mengubahku. Dia… dia tidak berubah. Sebaliknya… Ya, Guru… Suatu roh jahat kecil telah merasukinya…"
"Jangan berkata begitu. Jangan berpikir begitu. Berdoalah agar dia sembuh. Cemburu adalah suatu penyakit…"
"Dari mana orang dapat disembuhkan, di sisi-Mu, jika orang menghendakinya. Ah! Aku akan menerimanya tanpa mengeluh, demi Engkau… Tapi, betapa sulitnya!..."
"Aku sudah memberimu ganjaran untuk itu: anak. Dan sekarang Aku akan mengajarkan kepadamu bagaimana berdoa…"
"Oh! ya, Saudara-ku. Marilah kita berbicara mengenai itu… dan marilah kita mengingat orang yang senama denganku itu sebagai dia yang butuh didoakan. Aku pikir dia sudah mendapatkan hukumannya. Dia tidak bersama kita sekarang ini!" kata Yudas Tadeus.
"Dengarkanlah. Apabila kamu berdoa, berdoalah seperti ini: 'Bapa kami, Yang ada di Surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu di atas bumi seperti di dalam Surga, dan jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam Surga. Berilah kami pada hari ini roti kami sehari-hari, dan ampunilah hutang kami seperti kami pun mengampuni mereka yang berhutang kepada kami, dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari Yang Jahat.'"
Yesus telah berdiri untuk mendaraskan doa dan semua meniru-Nya, dengan penuh perhatian dan penuh perasaan.
"Tak ada lainnya yang perlu, sahabat-sahabat-Ku. Semua yang diperlukan manusia bagi rohnya dan daging dan darahnya sudah tercakup dalam perkataan ini seperti dalam sebuah cincin emas. Dengan doa ini kamu meminta apa yang berguna bagi yang pertama dan bagi dua yang terakhir. Dan jika kamu melakukan apa yang kamu minta, kamu akan mendapatkan hidup kekal. Adalah suatu doa yang begitu sempurna hingga baik badai bidaah ataupun rangkaian abad tidak akan membuatnya lekang. Kekristenan akan dicerai-beraikan oleh gigitan Setan dan banyak bagian dari tubuh mistik-Ku akan dikoyakkan dan dipisahkan, dengan membentuk kelompok-kelompok independen dalam kerinduan sia-sia untuk membentuk suatu tubuh yang sesempurna Tubuh mistik Kristus itu nantinya, yang adalah yang terbentuk dari segenap kaum percaya beriman yang dipersatukan dalam Gereja apostolik, satu-satunya Gereja yang benar, sepanjang bumi ada. Tetapi kelompok-kelompok kecil yang terpisah itu, yang tanpa karunia-karunia, seperti yang akan Aku tinggalkan bagi Bunda Gereja demi memberi makan anak-anak-Ku, akan selalu disebut denominasi Kristen, sebab mereka menyembah Kristus, dan dalam kesesatan mereka akan selalu ingat bahwa mereka beasal dari Kristus. Baiklah, mereka akan berdoa dengan doa universal ini juga. Ingat doa ini baik-baik. Meditasikanlah terus-menerus. Amalkan dalam perbuatan-perbuatanmu. Kamu tidak memerlukan yang lain untuk menguduskan dirimu sendiri. Apabila orang sendirian, di suatu tempat kafir, tanpa gereja, tanpa kitab, orang akan selalu sudah punya segala pengetahuan untuk bermeditasi dalam doa ini dan sebuah gereja dalam hatinya untuk doa ini. Orang akan punya kaidah aman bagi pengudusan.
"Bapa Kami."
Aku menyebut-Nya: 'Bapa.' Bapa dari Dunia, Bapa dari Inkarnasi. Begitulah bagaimana Aku ingin kamu menyebut-Nya sebab kamu semua satu dalam Aku, jika kamu tinggal dalam Aku. Dulu orang harus prostratio dengan wajahnya mencium tanah untuk membisikkan, dengan gemetar ketakutan: 'Allah!' Dia yang tidak percaya pada-Ku dan pada sabda-Ku masih dalam ketakutan yang melumpuhkan macam itu… Perhatikanlah interior Bait Allah. Bukan Allah, melainkan kenangan akan Allah itu sendiri yang disembunyikan dari mata kaum beriman oleh suatu tabir tebal berlapis tiga [kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi]. Dia yang berdoa dipisahkan oleh jarak dan tabir, semuanya telah dirancangkan untuk mengatakan padanya: 'Kamu adalah lumpur. Ia adalah Terang. Kamu hina. Ia Kudus. Kamu seorang hamba. Ia Raja.'
Tetapi sekarang!... Berdirilah! Mendekatlah pada-Ku! Aku adalah Imam Abadi. Aku dapat menggandeng tanganmu dan berkata: 'Marilah.' Aku dapat merenggut tabir dan menyingkapkannya, dan dengan demikian memperlihatkan tempat yang tak boleh dimasuki yang tertutup selama ini. Tertutup? Mengapa? Tertutup oleh Dosa, ya. Tetapi terlebih lagi tertutup oleh pikiran manusia yang berkecil hati. Mengapakah tertutup jika Allah adalah Kasih, jika Allah adalah Bapa? Aku dapat, Aku harus, Aku ingin menghantarmu bukan pada debu, melainkan pada langit biru; tidak jauh, melainkan dekat; bukan sebagai hamba-hamba, melainkan sebagai anak-anak dalam hati Allah.
Katakan: 'Bapa! Bapa!' Dan jangan pernah lelah mengulang-ulang kata ini. Tidak tahukah kamu bahwa setiap saat kamu mengatakannya, Surga kemilau sebab sukacita Allah? Jika kamu mengatakannya dengan cinta yang sejati bukan kata yang lain melainkan yang satu itu, kamu akan memanjatkan suatu doa yang menyenangkan Allah. 'Bapa! Bapa!' anak-anak kecil berkata pada bapa mereka. Adalah kata pertama yang mereka katakan: 'Ibu, bapa.' Kamu adalah anak-anak kecil Allah. Aku melahirkanmu dari manusiamu yang lama dan yang Aku musnahkan melalui sarana kasih-Ku guna melahirkan manusia yang baru, seorang Kristen. Sebutlah, karenanya, Bapa Yang Mahakudus Yang ada di Surga, dengan kata pertama yang dipelajari anak-anak kecil.
"Dimuliakanlah nama-Mu."
Oh! Nama, yang terlebih kudus dan terlebih manis dari nama lain manapun dan yang oleh kegentaran akan kesalahan diajarkan padamu untuk disembunyikan di bawah suatu nama yang lain. Bukan, bukan lagi Adonai. Dia adalah Allah. Dia adalah Allah Yang dalam kasih yang luar biasa menciptakan Umat manusia. Dan Umat manusia, mulai dari sekarang dan seterusnya, dengan bibir yang dibersihkan oleh pemurnian yang sedang Aku persiapkan, hendaknya menyebut-Nya dengan Nama-Nya, sembari menantikan untuk sepenuhnya memahami makna sebenarnya dari Yang Tak Terpahami, ketika anak-anak terbaik dari Umat manusia, yang bersatu dengan-Nya, akan naik ke Kerajaan yang untuknya Aku telah datang guna membangunnya.
"Datanglah Kerajaan-Mu di atas bumi seperti di dalam Surga."
Rindukanlah kedatangannya dengan segenap kekuatanmu. Apabila Kerajaan-Nya datang, akan ada sukacita di bumi. Kerajaan Allah dalam hati, dalam keluarga-keluarga, di tengah masyarakat dan di antara bangsa-bangsa. Menderita, bekerja, kurbankanlah dirimu demi Kerajaan ini. Biarlah bumi menjadi suatu cermin yang merefleksikan kehidupan Surga dalam setiap individu. Itu akan terjadi. Semua ini akan terjadi suatu hari nanti. Abad-abad airmata dan darah, kesesatan, aniaya, kegelapan yang diredakan oleh kilasan-kilasan cahaya yang memancar dari Terang mistik Gereja-Ku akan mendahului saat di mana dunia akan memiliki Kerajaan Allah. Oh! Gereja-Ku: meski sebuah perahu, tidak akan pernah tenggelam, sebab ia juga adalah sebuah tebing yang tak tergoyahkan oleh gelombang-gelombang besar dan akan mengunjukkan tinggi-tinggi Terang, Terang-Ku, Terang Allah. Dan lalu ia akan menjadi seperti nyala sangat kuat dari sebuah bintang yang, setelah mencapai kesempurnaan dari keberadaannya, terpecah menjadi banyak bagian-bagian kecil, suatu bunga yang tak terkira besarnya dari taman-taman surgawi, untuk menghembuskan keberadaan dan kasihnya di kaki Pencipta-Nya, dalam suatu denyut berpijar merah. Tetapi Kerajaan-Nya akan pasti datang. Dan lalu akan ada Kerajaan Surga yang sempurna, terberkati dan abadi.
"Dan jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam Surga."
Tunduknya kehendak orang pada kehendak orang lain dapat dilakukan hanya ketika orang mencapai kasih sempurna bagi orang itu. Tunduknya kehendak orang pada kehendak Allah dapat dicapai hanya ketika orang berhasil memiliki keutamaan-keutamaan teologis [iman, harapan, kasih] dalam suatu tingkat yang gagah berani. Di Surga, di mana semuanya tanpa cela, kehendak Allah terjadi. Kamu, anak-anak Surga, harus belajar untuk melakukan apa yang dilakukan di Surga.
"Berilah kami pada hari ini roti kami sehari-hari."
Apabila kamu di Surga, Allah saja yang akan menjadi makananmu. Kebahagiaan akan menjadi santapanmu. Tetapi di sini, kamu masih membutuhkan roti dan sebab kamu adalah anak-anak Allah, adalah tepat untuk mengatakan: 'Bapa, berilah kami roti.' Apakah kamu takut bahwa Ia tidak akan mendengarkanmu? Oh! tidak! Pikirkanlah: Jika seorang darimu mempunyai seorang teman dan, jika dia mendapati bahwa dia tidak punya roti untuk ditawarkan kepada seorang teman lain atau seorang sanak, yang telah datang tengah malam, dan dia pergi kepada temannya itu dengan berkata: 'Pinjamilah aku tiga ketul roti, sebab seorang tamu telah datang dan aku tidak punya apa-apa untuk disajikan padanya untuk dimakan,' dapatkah mungkin dia mendengar temannya itu menjawabnya dari dalam rumah: 'Jangan ganggu aku, aku sudah memalang pintu dan anak-anakku sudah tidur di sampingku. Aku tidak dapat bangun dan memberimu apa yang kau inginkan'? Tidak. Apabila dia telah memintanya pada seorang teman baik dan apabila dia mendesak, dia akan mendapatkan apa yang dimintanya. Dia akan menerimanya juga jika dia memintanya pada seseorang yang bukanlah seorang teman yang sangat baik. Dia akan dipuaskan karena kegigihannya, sebab temannya, dari siapa dia meminta bantuan, akan bersegera memberinya apa yang diinginkannya, agar dia tidak lagi diganggu.
Tetapi apabila kamu berdoa kepada Bapa, kamu tidak datang kepada seorang teman duniawi, melainkan kamu meminta pada Sahabat Yang Sempurna Yang adalah Bapa Surgawi. Itulah sebabnya mengapa Aku katakan padamu: 'Mintalah, dan itu akan diberikan kepadamu, carilah, dan kamu akan mendapatkan, ketuklah dan pintu akan dibukakan bagimu.' Sebab dia yang meminta akan menerima, dia yang mencari selalu mendapatkan, dia yang mengetuk pintu akan dibukakan baginya. Bapa manakah di antaramu yang akan memberikan batu pada anaknya apabila dia meminta roti? Atau memberinya ular sebagai ganti ikan panggang? Seorang bapa yang melakukan itu pada anak-anaknya sendiri akan menjadi seorang kriminal. Aku telah mengatakannya padamu dan Aku akan mengulanginya demi meyakinkanmu untuk menjadi baik dan percaya penuh. Sebagaimana seorang yang berakal sehat tidak akan memberikan kalajengking sebagai ganti roti, betapa akan terlebih berlimpah akan diberikan Allah kepadamu apa yang kamu minta! Sebab Dia baik, sementara kamu kurang lebih jahat. Oleh karenanya, kepada Bapa mintalah rotimu dengan kerendahan hati seorang anak.
"Ampunilah hutang-hutang kami seperti kami pun mengampuni mereka yang berhutang kepada kami."
Ada hutang-hutang materiil dan hutang-hutang rohani. Ada juga hutang-hutang moral. Uang atau barang yang diterima orang sebagai suatu pinjaman dan harus dikembalikan, adalah suatu hutang materiil. Kasih dan hormat yang dirampas dan tidak dikembalikan dan kasih yang dituntut dan tidak dibalas adalah suatu hutang moral. Mentaati Allah, dari Siapa orang akan menuntuk banyak dengan memberi-Nya sangat sedikit, dan mengasihi-Nya adalah suatu hutang rohani. Ia mengasihi kita dan harus dikasihi, sebagaimana seorang ibu, seorang istri, seorang anak, dari siapa begitu banyak dituntut, harus dikasihi. Seorang yang mementingkan diri sendiri suka menerima, tetapi tidak mau memberi. Tetapi seorang yang egois terpisah jauh dari Surga. Kita berhutang kepada semua orang. Dari Allah hingga ke seorang sanak, dari seorang sanak hingga ke seorang teman, dari seorang teman hingga ke sesama kita, hingga ke seorang pelayan, seorang budak, sebab mereka semua manusia seperti kita sendiri. Celakalah dia yang tidak mau mengampuni! Dia tidak akan diampuni. Allah, karena keadilan, tidak dapat membebaskan hutang dari seorang yang berhutang kepada-Nya, Yang Mahakudus, jika orang itu tidak mau mengampuni sesamanya.
"Janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi selamatkanlah kami dari Yang Jahat."
Orang yang tidak merasakan perlunya berbagi perjamuan Paskah dengan kita, bertanya kepada-Ku, kurang dari setahun yang lalu: 'Apa? Engkau minta untuk tidak dicobai dan untuk ditolong melawan pencobaan?' Kala itu hanya ada kami berdua… dan Aku menjawab. Kemudian kami berempat, di suatu tempat yang sunyi, dan Aku menjawab sekali lagi. Tetapi masih tanpa hasil, sebab ketika berhadapan dengan suatu roh yang berkeras hati adalah perlu untuk membuka suatu terobosan dengan merobohkan benteng jahat dari kedegilannya. Dan Aku, karenanya, akan mengulanginya sekali, sepuluh kali, seratus kali hingga semuanya diselesaikan.
Tetapi sebab kamu tidak dikeraskan oleh doktrin-doktrin yang aneh atau bahkan oleh hasrat orang asing, Aku mohon kamu untuk berdoa demikian. Berdoalah dengan kerendahan hati agar Allah kiranya menghindarkan pencobaan-pencobaan darimu. Oh! kerendahan hati! Mengenal diri sendiri apa kita sebenarnya! Tanpa berkecil-hati, melainkan mengenal diri sendiri! Katakan: 'Aku bisa menyerah, bahkan meski aku pikir aku tidak akan dapat melakukannya, sebab aku tiada lain adalah seorang hakim yang tidak sempurna bagi diriku sendiri. Oleh karenanya, Bapa, jika mungkin, bebaskanlah aku dari pencobaan-pencobaan dengan membuatku begitu dekat dengan-Mu sehingga tidak membiarkan Yang Jahat mencelakaiku.' Sebab, ingatlah, bukan Allah Yang mencobaimu pada hal-hal jahat, melainkan Yang Jahat-lah yang mencobaimu. Berdoalah kepada Bapa agar Ia kiranya menopang kelemahanmu agar kelemahanmu itu tidak dihantar pada pencobaan oleh Yang Jahat.
Aku telah mengatakan padamu semuanya, sahabat-sahabat-Ku terkasih. Ini adalah Paskah kedua-Ku di tengahmu. Tahun lalu kita berbagi hanya roti dan anak domba kita. Tahun ini Aku memberimu doa-Ku. Aku akan punya anugerah-anugerah lain untuk Paskah-Paskah-Ku di masa mendatang di tengahmu, supaya, ketika Aku akan harus pergi ke tempat di mana Bapa menghendaki-Ku, kamu dapat memiliki kenangan akan Aku, Anak Domba, di setiap perayaan anak domba Musa.
Bangkitlah dan marilah kita pergi. Kita akan kembali ke kota saat fajar. Bukan: besok, kau, Simon dan kau, saudara-Ku (dan Ia menunjuk Yudas), akan pergi menjemput para perempuan dan si bocah. Kau, Simon anak Yohanes, dan kamu semua, akan tinggal bersama-Ku hingga mereka kembali. Barulah kita semua akan pergi ke Betania bersama."
Dan mereka pun turun ke Getsemani, di mana mereka memasuki rumah untuk beristirahat.
|
||||
|