Catalina (Katya) Rivas
Stigmatis, Visionaris



   PATUNG YESUS MENANGIS

Sebuah patung Kristus secara misterius mencucurkan airmata dan darah di Cochabamba, Bolivia. Pada tanggal 9 Maret 1995, Silvia Arebolo membeli patung ini; enam jam kemudian ia menempatkannya di altar dan patung sekonyong-konyong mulai menangis. Pertama-tama patung mencucurkan sesuatu yang tampak seperti airmata dan kemudian darah. Setelah dilakukan penelitian secara seksama oleh Komisi Teologis Gereja setempat, Uskup Agung Fernández memaklumkan patung menangis tersebut sebagai suatu yang otentik dan pantas dihormati. Uskup Agung tengah mengusahakan persetujuan dari Vatican agar fenomena tersebut dapat dimaklumkan sebagai Signum Dei -  Tanda dari Tuhan. Sementara itu patung Kristus terus mencucurkan airmata dengan cara yang tak dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan.  


   STIGMATA CATALINA (KATYA) RIVAS

Sesuatu yang sama mengesankannya sebagai suatu tanda lain dari kehadiran Kristus di Cochabamba terlihat terjadi dalam kehidupan Catalina (Katya) Rivas. Pada bulan Maret 1993, Katya, yang tinggal di Cochabamba, sedang menghadapi suatu tragedi keluarga dan, sementara ia membuka diri kepada Kerahiman Tuhan, ia merasakan suatu dorongan yang kuat untuk pertobatan kembali kepada Tuhan. Kemudian, pada tahun 1993 juga, Katya mulai menerima pesan-pesan dari Yesus dan Bunda Maria.

Pada bulan Oktober 1994, Katya pergi dalam suatu ziarah ke Conyers, Georgia, Amerika Serikat, di mana diyakini Santa Perawan Maria telah menampakkan diri. Berikut seperti dikisahkan Katya mengenai apa yang terjadi atasnya, “Ketika berlutut di Holy Hill, di depan Salib besar, aku melihat suatu cahaya melingkupi Salib, suatu cahaya yang amat kuat. Kemudian aku merasakan pentingnya mempersembahkan hidupku kepada Tuhan, agar Ia dapat mempergunakannya dengan cara apapun sebagaimana Ia perlu mempergunakannya dan untuk mengucap syukur kepada-Nya atas segala yang telah Ia lakukan bagiku. Aku menutup mata dan mulai berdoa, dan ketika aku membuka mata, dua berkas cahaya yang amat kuat memancar dari kedua tangan Tuhan kita dan aku merasa seperti suatu paku cahaya telah menembusi kedua tanganku sendiri. Aku merasakan sakit yang amat hebat; dan lalu suatu cahaya memancar dari kaki Tuhan kita dan menuju ke kedua kakiku. Cahaya itu terpecah menjadi dua sementara menuju ke kedua kakiku. Cahaya yang ketiga memancar dari lambung-Nya. Cahaya itu langsung menuju hatiku dan di sana aku jatuh ke tanah karena sakit yang begitu dahsyat.”

“Dua hari kemudian, aku pergi ke Costa Rica dan di sana Tuhan berkata kepadaku, `Nikmatilah anugerah yang telah Aku berikan kepadamu di Conyers sebab banyak orang meminta ini dari-Ku, untuk ikut ambil bagian dalam sengsara Salib-Ku, tetapi ini Aku peruntukkan hanya bagi mereka yang mampu mengasihi-Ku sebagaimana Aku butuh dikasihi.' Aku memohon agar stigmata itu tinggal tersembunyi, tetapi Yesus menjawab, `Untuk sekarang ini stigmata tidak akan kelihatan, tetapi apabila Aku pandang perlu, stigmata ini akan dapat dilihat oleh semua orang.'

Stigmata mulai menjadi kelihatan pada bulan Januari 1996. Pada hari-hari yang ditentukan Tuhan, biasanya Jumat Agung, di kedua tangan, kedua kaki dan di dahi Katya, kelihatan luka-luka serupa dengan yang diderita oleh Kristus dalam penyaliban-Nya. Dr. Ricardo Castañón, seorang Neuropsycophysiologis, dipercaya gereja setempat untuk menyelidiki kasus ini. Dr. Castañón mengatakan, “Ia menderita seperti seorang yang mengalami sakrat maut sebab sesak napas, ia tak dapat bernapas.” Dr Castañón mengamati dengan cermat stigmata dan sengsara Katya, dan ia tak mampu menjelaskan bagaimana tepat keesokan harinya, semua luka-luka baik di tangan maupun di kaki telah sama sekali sembuh.

   TULISAN-TULISAN TEOLOGIS

Katya, yang tidak pernah membaca Kitab Suci, yang tidak sampai tamat dari sekolah menengah atas, apalagi pernah mengenyam pendidikan teologis, menuliskan dengan lancar, tanpa adanya kesalahan teologis, beratus-ratus halaman berisikan ajaran-ajaran teologis dan komentar biblis yang mendalam, yang menurutnya didiktekan kepadanya oleh Kristus. Tulisan-tulisan ini didiktekan kepada Katya dalam bahasa Spanyol (meski terkadang juga dalam bahasa-bahasa lain seperti Latin, Polandia, Italia dan Yunani; bahasa-bahasa yang tidak dimengerti Katya). Terlebih lagi mencengangkan betapa indah tata bahasa dan ritme dalam bahasa aslinya, Spanyol, dan betapa kebenaran-kebenaran teologis yang mendalam diungkapkan dengan kesederhanaan yang tepat.

Pesan-pesan yang didiktekan oleh Yesus disusun menjadi delapan buku. Pada tanggal 2 April 1998, kedelapan buku tersebut mendapatkan Imprimatur dari Uskup Agung Cochabamba, Monsignor René Fernández Apaza, yang adalah salah seorang dari banyak saksi yang ikut menyaksikan secara langsung bagaimana Katya menulis tanpa referensi dari material apapun.

Terkadang, pesan yang disampaikan singkat dan hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja untuk menuliskannya. Di lain waktu, pesan-pesannya jauh lebih panjang, kadang kala dibutuhkan hingga nyaris satu jam untuk menuliskannya. Ia menulis tanpa berhenti, tanpa mengubah satu kata pun, terkadang hingga 14 halaman sekaligus.

Pesan-pesan yang dituliskan Katya berisi pengharapan besar berdasarkan kasih Allah yang tak terhingga yang dinyatakan secara terus-menerus dalam pesan-pesan-Nya. Allah yang Maharahim, tetapi sekaligus Allah yang Mahaadil, yang tak hendak melanggar kehendak bebas kita dan sungguh akan mengijinkan kita menuai buah-buah dari benih yang kita tanam dalam hidup kita; jadi, dalam arti tertentu, kitalah yang dipanggil untuk membuat keputusan.

Berikut adalah kutipan dari dua pesan yang disampaikan Yesus kepada Katya:

“Apa yang ditulis tanganmu yang dibimbing oleh tangan-Ku akan tetap, diulang dan diperkuat oleh suara-suara lain hingga memenuhi Bumi…” [“The Great Crusade of Love”, Pesan 22]

Aku telah menciptakan dunia dan juga pohon yang akan menyediakan kayu bagi salib-Ku. Aku menciptakan dan menumbuhkan semak duri yang akan menyediakan duri-duri bagi mahkota kerajaan-Ku. Aku memendam dalam perut bumi besi yang akan menempa paku-paku-Ku…. Ketika Aku datang secara pribadi untuk mengunjungi tanah-Ku, tak ada tempat bagi-Ku di penginapan-penginapan dunia. Aku datang kepada manusia tetapi manusia tidak mengenali-Ku, tak ada tempat bagi-Ku. Dan sekarang? … Segala yang lain adalah milik-Ku, 'Langit dan bumi dan segala yang ada di dalamnya'… Hanya kasih anak-Ku yang bukan milik-Ku. Dan itulah yang Aku cari.” [“Pintu ke Surga”, Pesan 13.7]


   “A PLEA TO HUMANITY”

Musim semi 1999, FOX TV Network menyelidiki fenomena-fenomena yang terjadi di Cochabamba: patung Kristus yang menangis darah dan stigmata serta tulisan-tulisan teologis Katya. Pada hari Jumat Agung, 4 April 1999, Yesus mengundang team film FOX untuk hadir bersama Katya pada Hari Raya Corpus Christi, 3 Juni 1999, dan juga tanggal 4 Juni. Seperti telah dikatakan Yesus sebelumnya, Katya mengalami stigmata sehingga team film dapat mengabadikan fenomena adikodrati tersebut. Musim panas 1999, FOX menayangkan film dokumenter penyelidikan mereka berdurasi dua jam, berjudul “Signs from God - Science Tests Faith” dengan pemandu acara Mike Willesee, seorang jurnalis senior Australia yang disegani. Versi video berjudul “A Plea to Humanity”.


   PESAN-PESAN YESUS DAN MARIA



Sumber : 1. “A Plea to Humanity”; Love and Mercy; www.loveandmercy.org; 2. “A Plea to Humanity”; www.apleatohumanity.com

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Allah Tritunggal Mahakudus                     Halaman Utama