279. KETUJUHPULUH DUA MURID MELAPORKAN KEPADA YESUS APA YANG TELAH MEREKA LAKUKAN.
19 September 1945
Ketujuhpuluh dua murid kembali pada suatu senja yang panjang di hari yang cerah pada bulan Oktober bersama Elia, Yusuf dan Lewi. Mereka letih dan bersalut debu, tetapi begitu bahagia! Ketiga gembala itu bahagia bahwa mereka sekarang bebas untuk melayani Guru. Mereka bahagia juga karena, setelah bertahun-tahun terpisah, mereka bersama kembali dengan rekan-rekan dari masa lalu. Ketujuhpuluh dua orang murid itu bahagia karena mereka telah berhasil menunaikan misi pertama mereka dengan memuaskan. Wajah mereka bersinar lebih terang dari lampu-lampu kecil yang menerangi kemah-kemah kecil yang dibangun untuk rombongan besar peziarah.
Kemah Yesus berada di tengah dan di dalamnya ada Santa Perawan bersama Marjiam yang membantu-Nya mempersiapkan makan malam. Di sekeliling kemah itu ada kemah-kemah para rasul. Maria Alfeus ada di kemah Yakobus dan Yudas; Maria Salome dan suaminya ada di kemah Yohanes dan Yakobus; di satu kemah dekat sana ada Susana bersama suaminya, yang bukan seorang rasul ataupun murid... secara resmi... tetapi dia tentunya berhak tinggal di sana, karena dia memberikan ijin kepada istrinya untuk sepenuhnya menjadi murid Yesus. Kemudian, di sekeliling mereka, ada kemah-kemah para murid, sebagian bersama keluarga mereka, sebagian lainnya tidak. Dan mereka yang sendirian, yakni sebagian besar dari mereka, sudah menggabungkan diri dengan satu atau lebih teman. Yohanes En-Dor menerima Ermasteus yang sendirian, tetapi ia berupaya sedekat mungkin dengan kemah Yesus, sehingga Marjiam sering pergi kepadanya, membawa satu hal atau yang lainnya dan menggembirakannya dengan perkataan seorang anak yang cerdas, yang senang berada bersama Yesus, Maria dan Petrus, dan yang sedang berada di sebuah perayaan pula.
Setelah makan malam, Yesus pergi menuju lereng hutan kecil zaitun dan para murid mengikuti-Nya bersama-sama.
Ketika mereka jauh dari keramaian dan orang banyak, sesudah berdoa bersama, mereka melaporkan kepada Yesus dengan terlebih rinci dari yang dapat mereka lakukan sebelumnya, di tengah orang-orang yang datang dan pergi. Dan mereka takjub dan bahagia ketika mereka berkata: "Tahukah Engkau, Guru, bahwa bukan hanya penyakit-penyakit, melainkan juga roh-roh jahat, menaati kita sebab kuasa dari Nama-Mu? Betapa hal yang sungguh menakjubkan, Guru! Kami orang-orang yang malang dapat membebaskan orang dari kuasa roh jahat yang mengerikan, hanya karena Engkau telah mengutus kami!..." dan mereka menceritakan banyak kasus yang terjadi di sini atau di sana. Hanya mengenai seorang yang kerasukan mereka mengatakan: "Sanaknya, atau lebih tepat ibunya dan para tetangga membawa orang itu kepada kami dengan paksa. Tetapi roh jahat itu mengejek kami dengan berkata: 'Aku telah kembali ke sini atas kehendaknya sendiri setelah Orang Nazaret itu mengusirku keluar, dan aku tidak akan meninggalkannya lagi karena dia lebih mengasihiku daripada dia mengasihi Guru-mu, dan dia mencari aku," dan dengan kekuatan yang tak dapat dikendalikan dia tiba-tiba merenggut pergi laki-laki itu dari orang-orang yang memeganginya dan mencampakkan orang itu ke dalam tebing yang curam. Kami berlari untuk melihat apakah orang itu telah hancur berkeping-keping. Ternyata tidak! Dia berlari seperti seekor rusa muda seraya mengulang kutukan-kutukan dan melontarkan ejekan-ejekan yang sungguh bukan dari dunia ini... Kami merasa iba kepada ibunya .. Tapi dia!... Oh! bisakah roh jahat melakukan semua itu?"
"Semua itu dan jauh lebih banyak lagi," kata Yesus dengan sedih.
"Mungkin, andai Engkau ada di sana..."
"Tidak. Aku telah memperingatkannya: "Pergi dan jangan jatuh kembali ke dalam dosamu." Tetapi dia melakukannya. Dia tahu dia menginginkan kejahatan dan dia menyetujuinya. Dia sesat. Ada perbedaan antara orang yang dirasuki pertama kali melalui ketidaktahuannya dan orang yang ingin dirasuki dengan mengetahui bahwa dengan melakukan hal itu dia menjual dirinya kembali kepada roh jahat. Tetapi jangan berbicara tentang dia. Dia adalah orang yang putus tanpa harapan. Dia adalah sukarelawan dari Kejahatan. Lebih baik kita memuji Tuhan atas kemenangan yang Ia anugerahkan kepadamu. Aku tahu nama orang yang bersalah itu dan nama-nama mereka yang telah diselamatkan. Aku bisa melihat Iblis jatuh dari langit bagai kilat melalui jasa-jasamu yang digabungkan dengan Nama-Ku. Sebab Aku melihat juga pengorbananmu, doamu, kasih dengan mana kamu pergi kepada orang-orang yang tidak bahagia untuk melakukan apa yang telah Aku perintahkan kepadamu untuk dilakukan. Kamu telah bertindak dengan kasih dan Allah memberkatimu. Orang-orang lain akan melakukan apa yang kamu lakukan, tetapi mereka akan melakukannya tanpa kasih. Dan mereka tidak akan mendapatkan pertobatan-pertobatan... Tetapi jangan bersukacita sebab kamu sudah menundukkan roh-roh jahat, tetapi bersukacitalah sebab namamu tertulis di Surga. Jangan pernah menghapusnya dari sana..."
"Guru, bilamanakah orang-orang yang tidak akan mendapatkan pertobatan itu datang? Mungkin ketika Engkau tidak lagi bersama kami?" tanya salah seorang murid yang namanya aku tidak tahu.
"Tidak, Agapo. Kapan saja."
"Apa? Juga ketika Engkau mengajar dan mengasihi kami?"
"Ya. Aku akan selalu mengasihimu, juga ketika kamu jauh dari-Ku. Kasih-Ku akan selalu datang kepadamu dan kamu akan merasakannya."
"Oh! Itu benar. Aku merasakannya suatu malam ketika aku jengkel sebab aku tidak tahu bagaimana menjawab orang yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadaku. Aku pada titik hendak melarikan diri dengan malu. Tetapi aku ingat perkataan-Mu: 'Jangan takut. Kepadamu akan diberikan pada saat yang tepat perkataan yang harus diucapkan' dan aku memohon pertolongan-Mu dalam rohku. Aku berkata, 'Yesus pastilah mengasihiku. Aku memanggil kasih-Nya untuk menolongku' dan kasih-Mu datang kepadaku. Bagai api, terang... kekuatan... Laki-laki yang di hadapanku mengamatiku dengan seringai mengejek dan mengedipkan mata kepada teman-temannya. Dia yakin akan memenangkan argumentasi. Aku membuka mulutku dan seperti sungai, perkataan mengalir keluar dengan gembira dari mulut bodohku. Guru, apakah Engkau benar-benar datang, atau itu hanya suatu ilusi? Aku tidak tahu. Aku tahu bahwa pada akhirnya laki-laki itu - dia adalah seorang ahli Taurat muda - melingkarkan tangannya sekeliling leherku seraya berkata: 'Kau diberkati dan diberkatilah Ia yang telah memimpinmu kepada kebijaksanaan yang demikian' dan dia tampak antusias menemui-Mu. Akankah dia datang?"
"Pikiran manusia sama labilnya dengan perkataan yang dituliskan di atas air, dan kehendaknya sama resahnya sepeti sayap seekor burung layang-layang yang terbang kian kemari untuk mencari santapan terakhir hari itu. Tapi berdoalah baginya... Ya. Aku memang datang kepadamu. Dan Matias dan Timoneus, dan Yohanes En-Dor dan Simon dan Samuel dan Yunus: Aku datang kepada mereka semua. Sebagian sadar akan kehadiran-Ku, sebagian tidak. Tapi Aku bersamamu. Dan Aku akan bersama dengan orang-orang yang melayani Aku dengan kasih dan kebenaran untuk selama-lamanya."
"Guru, Engkau belum memberi tahu kami apakah di antara mereka yang ada di sana akan ada seorang yang tanpa kasih..."
"Tidak perlu tahu mengenai itu. Akan merupakan kurang kasih dari pihak-Ku membangkitkan kejengkelan terhadap seorang rekan yang tidak mampu mengasihi."
"Tetapi apakah ada? Engkau dapat memberitahu kami bahwa..."
"Ya, ada. Kasih adalah hal yang paling sederhana, paling manis dan paling langka, dan bahkan ketika kasih ditaburkan, ia tidak selalu berakar."
"Tetapi jika kami tidak mengasihi Engkau, siapakah yang dapat?" Nyaris ada kemarahan di antara para rasul dan para murid yang mendongkol karena curiga dan sedih.
Yesus menutup mata-Nya. Ia menyembunyikannya supaya mereka tidak beroleh petunjuk. Tetapi Ia membuat suatu gerakan pasrah, lemah lembut, dan sedih dengan tangan-Nya, yang Ia rentangkan dengan telapak tangan yang terbuka, gerakan-Nya yang menyatakan pengakuan dan penerimaan pasrah dan Ia berkata: "Demikianlah yang harus terjadi. Tetapi tidak demikian. Banyak yang masih belum mengenal diri mereka sendiri. Tapi Aku mengenal mereka. Dan Aku iba kepada mereka."
"Oh! Guru! Apakah itu aku mungkin?" tanya Petrus mendekati Yesus, dengan menghimpit Marjiam yang malang di antara dirinya dan Guru dan mengulurkan kedua lengan pendeknya yang berotot ke pundak Yesus yang ia renggut dan guncangkan; ia kelihatan murka dengan teror menjadi seorang yang tidak mengasihi Yesus.
Yesus membuka mata-Nya yang cemerlang namun sedih dan menatap wajah Petrus yang penuh rasa ingin tahu dan ketakutan, Ia berkata kepadanya: "Tidak, Simon anak Yunus. Bukan kau. Kau tahu bagaimana mengasihi dan kau akan semakin mengasihi. Kau adalah Batu-Ku, Simon anak Yunus. Batu yang bagus. Aku akan meletakkan di atasnya hal yang paling Aku kasihi dan Aku yakin bahwa kau akan menopangnya tanpa gangguan apa pun."
"Dan aku?", "Aku?", "Aku?" Pertanyaan itu diulang-ulang bagai sebuah gema dari mulut ke mulut.
"Tenang! Tenang! Tenang dan berupayalah, kamu semua, untuk memiliki kasih."
"Tapi siapakah di antara kami yang paling tahu bagaimana mengasihi?"
Yesus memandang sekeliling kepada semua orang: suatu belaian lewat senyuman... Ia lalu mengarahkan mata-Nya ke bawah dan menatap kepada Marjiam yang masih terhimpit di antara Diri-Nya dan Petrus dan dengan mendorong Petrus sedikit ke samping, Ia membalikkan anak itu sehingga wajahnya menghadap kerumunan kecil itu dan berkata: "Inilah dia yang paling tahu bagaimana mengasihi di antara kamu. Si anak. Tetapi kamu, yang pipinya ditutupi jenggot dan rambutnya abu-abu, jangan gemetar ketakutan. Siapa pun yang dilahirkan kembali dalam Aku menjadi 'seorang anak.' Oh! pergilah dalam damai! Pujilah Allah Yang memanggilmu, karena kamu benar-benar melihat dengan matamu sendiri keajaiban-keajaiban Tuhan. Diberkatilah mereka yang akan juga melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku meyakinkanmu bahwa banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi mereka tidak melihatnya, dan banyak patriark ingin mengetahui apa yang kamu ketahui, tetapi mereka tidak mengetahuinya, dan banyak orang benar ingin mendengar apa yang kamu dengar tetapi mereka tidak dapat mendengarnya. Tetapi mulai sekarang mereka yang mengasihi Aku, akan tahu segalanya."
"Dan kemudian? Apabila Engkau telah pergi, seperti yang Engkau katakan?"
"Setelah itu kamu akan berbicara atas nama-Ku. Dan kemudian... Oh! kelompok-kelompok besar, bukan berdasarkan jumlah tetapi berdasarkan kasih karunia, dari mereka yang akan melihat, mengetahui dan mendengar apa yang sekarang kamu lihat, ketahui dan dengar! Oh! himpunan besar orang banyak yang terkasih dari anak-anak 'kecil-Ku-yang-besar'! Mata abadi, pikiran abadi, telinga abadi! Bagaimana Aku dapat menjelaskan kepadamu, yang ada di sekeliling-Ku, akan seperti apakah hidup yang kekal ini, dan lebih tepat dari kekal, hidup yang tiada akhir dari mereka yang akan mengasihi-Ku dan yang akan Aku kasihi hingga akhir waktu, dan mereka akan menjadi 'warga Israel' bahkan meski mereka hidup ketika Israel akan hanya menjadi sekedar kenangan akan suatu bangsa, dan mereka akan menjadi orang-orang sezaman dari Yesus yang tinggal di Israel. Dan mereka akan bersama Aku dan dalam Aku, sampai mereka tahu apa yang telah dibatalkan waktu dan yang telah dikacaukan kesombongan. Nama apakah yang akan Aku berikan kepada mereka? Kamu para rasul, kamu para murid, orang-orang yang percaya akan disebut 'orang-orang Kristen.' Dan mereka? Nama apakah yang akan mereka miliki? Sebuah nama yang hanya akan diketahui di Surga. Ganjaran apakah yang akan mereka terima dari bumi? Kecupan-Ku, suara-Ku, kehangatan tubuh-Ku. Keseluruhan Diri-Ku Sendiri. Aku, mereka. Mereka, Aku. Sepenuhnya communio... Pergilah. Aku akan tinggal untuk menggembirakan Roh-Ku dalam kontemplasi akan orang-orang yang di masa mendatang akan mengenal dan mengasihi-Ku secara mutlak. Damai sertamu."
|
|