278. YESUS BERTEMU LAZARUS DI PADANG GALILEA.           


18 September 1945  

Padang Galilea yang terkenal - aku pikir itulah arti dari perkataan yang dipakai Yesus untuk menunjukkan tempat pertemuan dengan ketujuhpuluh dua murid yang diutus mendahului-Nya - adalah bagian dari Bukit Zaitun, ke arah jalan yang menuju Betania, yang sesungguhnya melintasinya. Dan tepat di tempat inilah dalam sebuah penglihatan di masa lalu, aku melihat Yoakim dan Anna berkemah bersama Alfeus, yang kala itu masih seorang kanak-kanak, dekat kemah-kemah lain yang dibuat dengan ranting-ranting, pada Hari Raya Pondok Daun, yang mendahului peristiwa dikandungnya Santa Perawan.

Puncak Bukit Zaitun mulus: semuanya mulus dan menyenangkan di gunung itu: lereng-lerengnya, pemandangannya, puncaknya. Sungguh mengilhami damai, berselimutkan pepohonan zaitun dan keheningan. Tapi tidak sekarang. Sebab tempat itu dikerumuni orang-orang yang bermaksud untuk mendirikan kemah-kemah mereka. Tetapi, pada umumnya tempat ini ialah suatu tempat damai tenang dan meditasi. Di sisi kiri, bagi mereka yang yang menghadap ke utara, ada bagian yang sedikit melandai, dan lalu ada puncak lain yang bahkan lebih mulus dari sebelumnya.

Dan di dataran tinggi yang luas inilah orang-orang Galilea berkemah. Aku tidak tahu apakah itu merupakan suatu kebiasaan-agama yang kuno atau apakah mereka melakukannya atas perintah bangsa Romawi guna menghindari konflik dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang dari daerah lain, yang tidak pernah bersikap bersahabat kepada orang-orang Galilea. Aku tidak tahu. Yang aku tahu ialah bahwa aku bisa melihat banyak orang Galilea, di antara mereka ialah Alfeus anak Sara dari Nazaret; Yudas, si tua pemilik tanah dari Merom; Yairus, kepala sinagoga, dan orang-orang lain dari Betsaida, Kapernaum dan kota-kota lain di Galilea, tetapi yang namanya tidak aku ketahui.

Yesus menunjukkan tempat di mana mereka harus mendirikan kemah-kemah mereka, di tepi timur Padang Galilea. Dan para rasul, bersama sebagian murid, di antaranya Yohanes sang imam dan Yohanes si ahli Taurat, Timoneus kepala sinagoga, Stefanus, Ermasteus, Yusuf dari Emaus, Habel dari Betlehem di Galilea, mulai membuat kemah-kemah mereka dengan ranting-ranting.

Sementara mereka melakukan itu, Yesus sedang berbicara kepada beberapa anak dari Kapernaum, yang telah berhimpitan sekeliling-Nya dengan mengajukan banyak pertanyaan dan mempercayakan kepada-Nya banyak informasi, ketika Lazarus tiba dari jalan Betania bersama Maximinus, teman sertanya yang tak terpisahkan. Yesus menghadap ke arah yang berlawanan dan tidak dapat melihatnya.

Tetapi Iskariot melihatnya dan dia memberi tahu Sang Guru, Yang meninggalkan anak-anak dan pergi menjumpai sahabat-Nya dengan tersenyum. Maximinus berhenti beberapa langkah di belakang, untuk membiarkan keduanya benar-benar bebas dalam perjumpaan pertama mereka di sana. Dan Lazarus menempuh beberapa yards terakhir, secepat yang dia mampu, berjalan dengan kesakitan yang lebih hebat dari sebelumnya, dengan seulas senyum pada bibirnya yang bergetar menahan sakit dan mata yang berkaca-kaca oleh air mata. Yesus merentangkan kedua tangan-Nya dan Lazarus jatuh ke dada-Nya, meledak dalam tangis.

"Ada apa, sahabat-Ku terkasih? Apa kau masih menangis..." tanya Yesus, seraya mencium pelipisnya. Ia jauh lebih tinggi dari Lazarus, dari bahu-Nya ke atas, dan bahkan kelihatan lebih tinggi, sebab Lazarus membungkuk dalam pelukan kasih dan hormatnya.

Akhirnya Lazarus mendongak dan berkata: "Ya, aku menangis. Tahun lalu aku memberi-Mu mutiara-mutiara dari airmata dukacitaku, oleh karenanya adalah adil jika sekarang aku memberi-Mu mutiara-mutiara dari airmata sukacitaku. Oh! Guru, Guru-ku! Aku pikir tidak ada yang lebih rendah hati dan suci selain airmata yang baik... Dan aku memberikannya kepada-Mu, untuk mengatakan: 'Terima kasih' untuk Maria-ku yang sekarang menjadi seorang gadis yang lemah lembut, bahagia, damai tenang dan murni... O, jauh lebih baik dari ketika dia masih seorang gadis kecil. Dan aku, aku yang merasa bahwa aku jauh di atasnya, dalam kesombonganku sebagai seorang Israel yang taat kepada Hukum, sekarang aku merasa aku begitu kecil, begitu... bukan apa-apa, dibandingkan dengannya, yang bukan lagi seorang perempuan, melainkan nyala api. Nyala api yang menguduskan. Aku... aku tidak bisa mengerti dari mana ia mendapatkan kebijaksanaan, perkataan, perbuatan-perbuatan, yang menyempurnakan seluruh rumah. Aku  melihatnya seperti seorang yang melihat suatu misteri. Tetapi bagaimana bisa begitu banyak api, begitu banyak permata tersembunyi di bawah begitu banyak kebusukan dan berada di sana dengan nyaman? Baik aku maupun Marta tidak bisa naik ke tempat ia naik. Tapi bagaimana ia bisa, jika sayap-sayapnya dipatahkan oleh kejahatan? Aku tidak mengerti..."

 "Dan tidak perlu kamu mengerti. Sudahlah cukup bahwa Aku mengerti. Tetapi Aku katakan kepadamu bahwa Maria telah menyalakan energi dahsyat dari keberadaannya menuju Kebaikan. Ia telah menundukkan karakternya menuju Kesempurnaan. Dan sebab karakternya adalah absolutisme yang hebat, dia mendorong dirinya secara mutlak dengan cara itu. Dia menggunakan pengalamannya dalam kejahatan untuk menjadi sama kuatnya dalam kebaikan sebab ia dulu dalam kejahatan dan menggunakan metode yang sama dalam menyerahkan dirinya sepenuhnya; seperti yang ia lakukan dalam kejahatan, ia telah menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah. Ia telah memahami hukum 'mengasihi Allah dengan keseluruhan dirimu, dengan tubuhmu, jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.' Jika Israel terdiri dari Maria-Maria, jika dunia terdiri dari Maria-Maria, kita akan memiliki Kerajaan Allah di bumi, seperti di Surga paling tinggi."

"Oh! Guru! Dan adalah Maria dari Magdala yang layak menerima perkataan yang sedemikian itu!..."

"Adalah Maria saudari Lazarus. Sahabat baik, saudari dari sahabat baik-Ku. Bagaimana kau tahu bahwa Aku ada di sini, jika BundaKu belum datang ke Betania?"

"Bendahara Air Jernih datang kepadaku, dengan defile cepat, dan memberitahuku bahwa Engkau segera datang. Setiap hari aku mengirim seorang pelayan kemari. Beberapa saat yang lalu dia datang mengatakan, 'Ia telah tiba dan berada di Padang Galilea.' Aku segera berangkat..."

"Tapi kau menderita..."

"Sangat, Guru! Kakiku..."

"Dan kau datang. Aku pasti akan datang, segera..."

"Keantusiasanku untuk mengatakan sukacitaku kepada-Mu yang menyiksaku. Aku telah memendamnya dalam hatiku selama berbulan-bulan. Sepucuk surat! Bagaimana sepucuk surat bisa mengatakan hal-hal yang demikian? Aku tidak sanggup menunggu lebih lama lagi... Apakah Engkau akan datang ke Betania?"

"Tentu saja. Segera sesudah Hari Raya."

"Engkau dengan antusias dinantikan... Gadis Yunani itu... Betapa pikirannya! Aku banyak berbicara dengannya, penuh semangat sebab dia ingin belajar mengenai Allah. Tapi dia berpendidikan sangat baik... dan aku menyerah, karena aku tidak tahu hal-hal tertentu dengan baik. Itu perlu Engkau."

"Dan Aku akan datang. Sekarang mari kita pergi kepada Maximinus, dan lalu Aku akan memintamu menjadi tamu-Ku. BundaKu akan senang melihatmu dan kau akan dapat beristirahat. BundaKu akan segera berada di sini bersama si bocah."

Dan mereka pergi menjumpai Maximinus yang berlutut menyalami-Nya...
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama