YESAYA
(YESus SAyang saYA)
Agustus 2015
PENDERITA KUSTA DISEMBUHKAN DEKAT KHORAZIM
dikutip dari: Puisi Manusia-Allah, Vol. 2
Samuel: "Apakah Engkau akan menyembuhkannya?"
Yesus: "Apakah dia punya iman?"
Samuel: "Oh!... dia nyaris mati kelaparan. Dia melihat makanan itu setelah bertahun-tahun tidak menyantapnya, dan meski begitu, baru beberapa suap, dia meninggalkan semuanya untuk datang kemari."
Yesus: "Bagaimana kau bertemu dengannya?"
"Engkau… aku hidup dari belas kasihan sesudah kemalanganku dan aku pergi menyusuri jalan dari satu tempat ke tempat yang lain. Aku biasa lewat di sini setiap tujuh hari dan aku bertemu dengan laki-laki malang itu… Suatu hari, karena kelaparan, dia harus pergi ke jalan utama mencari sesuatu, dalam badai yang sangat ganas. Dia mengais di sampah, seperti seekor anjing. Aku punya sebongkah roti kering dalam tas kainku, pemberian orang-orang yang baik, dan aku berbagi dengannya. Kami bersahabat sejak itu, dan aku membawakan makanan untuknya setiap pekan. Dengan apa yang aku punya… Jika aku punya banyak, aku dapat memberi banyak; jika aku punya sedikit, aku memberi sedikit. Aku melakukan apa yang aku dapat seolah dia adalah saudaraku. Sebab Engkau telah menyembuhkanku, semoga Engkau diberkati, aku berpikir tentang dia… dan tentang Engkau."
"Engkau baik hati, Samuel; itulah sebabnya mengapa kau dikunjungi rahmat. Dia yang mengasihi layak akan segala sesuatu dari Allah. Tapi, ada sesuatu yang bergerak-gerak di antara ranting-ranting…"
"Apa itu kau, Habel?"
"Ya, ini aku."
"Mari, Guru sudah menunggumu di sini, di bawah pohon kenari."
Si kusta naik dari parit dan memanjat ke tepi, yang diseberanginya dan masuk ke dalam padang rumput. Yesus, dengan punggung-Nya bersandar pada sebuah pohon kenari yang sangat tinggi, menunggunya.
"Guru, Mesias, Yang Kudus, kasihanilah aku!" dan dia menjatuhkan diri di atas rerumputan di depan kaki Yesus. Dengan wajahnya masih mencium tanah dia berkata: "Tuhan-ku! Jika Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku!"
Dia lalu berani bangkit pada lututnya; dia merentangkan kedua lengannya yang tinggal tulang berbalut kulit, dengan tangan-tangan yang bengkok. Dia mengangkat wajah rusaknya yang seperti tengkorak… Airmata mengalir deras dari rongga matanya yang rusak ke atas bibirnya yang rusak. Yesus memandangnya dengan penuh belas-kasihan. Ia menatap pada bayangan orang, yang dimakan penyakit yang mengerikan, yang begitu menjijikkan dan berbau busuk hingga hanya cinta kasih sejati yang dapat tahan berada dekatnya. Dan walau demikian, Yesus mengulurkan tangan-Nya, tangan kanan-Nya yang sehat dan indah, untuk membelai makhluk malang itu.
Si kusta, tanpa bangkit berdiri, menjatuhkan diri ke belakang di atas tumitnya, dan berteriak: "Jangan sentuh aku! Kasihanilah aku!"
Tetapi Yesus mengambil langkah maju. Penuh wibawa, lembut dan iba hati Yesus menempatkan jari-jemariNya ke atas kepala laki-laki yang dimakan kusta, dan dengan suara rendah, yang penuh kasih namun penuh kuasa, Ia berkata: "Aku menghendakinya! Jadilah tahir!" Tangan-Nya tetap di atas kepala malang itu untuk beberapa menit. "Bangkitlah. Pergilah kepada imam. Genapilah ketetapan Hukum. Dan jangan katakan kepada siapapun tentang apa yang Aku lakukan untukmu. Jadilah orang baik. Jangan berbuat dosa lagi. Aku memberkatimu."
"Oh! Tuhan! Habel! Kau sama sekali sembuh!" Samuel, yang melihat perubahan total pada sahabatnya, berseru penuh sukacita.
"Ya, dia disembuhkan. Dia pantas untuk itu sebab imannya. Damai besertamu."
"Guru! Guru! Guru! Aku tak ingin meninggalkan-Mu. Aku tak dapat meninggalkan-Mu."
"Lakukanlah apa yang ditentukan Hukum. Kita akan bertemu kembali. Sekali lagi Aku memberkatimu."
Yesus pergi, seraya mengangguk kepada Samuel untuk menyuruhnya tinggal. Kedua sahabat itu mencucurkan airmata sukacita, sementara dalam terang cahaya bulan mereka kembali ke gua untuk terakhir kalinya melewatkan malam dalam liang kemalangan….
|
"Apabila kita sakit dan kesembuhan kita akan berguna bagi kemuliaan Allah serta kebaikan jiwa kita, maka Ia yang telah menyembuhkan begitu banyak orang selama hidup-Nya di dunia, pasti akan menyembuhkan kita. Sebaliknya, jika sakit lebih mendatangkan manfaat bagi kita, maka Ia akan memberi kekuatan kepada kita untuk menanggungnya."
~ St Yohanes Maria Vianney
|
PAUS FRANSISKUS: "JANGAN TAKUT, PERCAYA SAJA!"
Jika kalian butuh kesembuhan, jangkaulah Kristus untuk rahmat keselamatan-Nya, demikian dikatakan Paus Fransiskus. Beliau memberi contoh dua kejadian di mana dua orang diselamatkan karena iman mereka. Yang pertama adalah anak perempaun berumur duabelas tahun, anak kepala rumah ibadat bernama Yairus. Ia tersungkur di depan kaki Yesus dan memohon kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup" (Mrk 5:23). Sementara itu, datang kabar bahwa anaknya sudah mati. Menanggapi ini, Yesus mengatakan, "Jangan takut, percaya saja!" (Mrk 5:36). Yesus memasuki rumah, menyuruh pergi semua orang yang menangis, berbalik kepada anak yang sudah mati itu dan mengatakan, "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!" Segera, anak itu bangkit berdiri dan berjalan.
"Di sini," Paus menegaskan, "kita melihat kuasa mutlak Yesus atas kematian jasmani, hingga, bagi-Nya, kematian adalah seperti suatu tidur dari mana seorang dapat dibangunkan."
Episode kedua dalam perikop ini, lanjut Sri Paus, berbicara tentang penyembuhan seorang prempuan yang menderita pendarahan selama duabelas tahun. Penyakit ini, seturut tradisi pada masa itu, menjadikannya "najis", Paus menambahkan catatan bahwa jika ia tidak menghindari segala kontak manusiawi, ia akan dijatuhi hukuman rajam hingga mati. Perempuan anonim dalam himpunan orang banyak yang mengikuti Yesus ini, berkata kepada dirinya sendiri, "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh" (Mrk 5:28). Memperhatikan-Nya dan, di tengah khalayak ramai, mencari wajah-Nya. Ia maju dengan gemetar. Yesus berkata kepdanya, "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau," dan Ia pun menyembuhkannya.
"Siapa yang percaya, 'menyentuh' Yesus dan menimba dari-Nya rahmat yang menyelamatkan," kata Sri Paus, yang menambahkan, "Iman adalah ini: menyentuh Yesus dan menimba dari-Nya rahmat yang menyelamatkan. Rahmat itu akan menyelamatkan kita dalam kehidupan rohani. Rahmat itu akan menyelamatkan kita dari banyak masalah!"
Paus menggarisbawahi bahwa suara Bapa surgawi berbicara dalam Yesus dalam perikop ini, mengatakan, "Nak, engkau tidak dikutuk, engkau tidak dibuang, engkau puteri-Ku!"
"Setiap kali ketika Yesus menghampiri kita, ketika kita datang kepada-Nya, kita mendengar ini dari Bapa: 'Nak, engkau anak-Ku laki-laki, engkau anak-Ku perempuan, engkau disembuhkan, engkau disembuhkan. Aku mengampuni semua, semuanya. Aku menyembuhkan setiap orang dan segala sesuatu."
"Kedua episode ini - penyembuhan dan kebangkitkan dari maut - memiliki satu fokus: iman. Pesannya jelas dan dapat diringkas dalam satu pertanyaan: Apakah kita percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkan kita dan dapat membangkitkan kita dari kematian? Seluruh Injil ditulis dalam terang iman ini: Yesus telah bangkit, telah menaklukkan maut, dan karena kemenangan ini kita juga akan dibangkitkan."
Sri Paus menyesali bahwa "iman ini, yang bagi umat Kristen perdana merupakan sesuatu yang pasti, dapat memudar dan menjadi ragu, hingga sebagian orang mengacaukan kebangkitan dengan reinkarnasi."
Sabda Allah, kata Bapa Suci, "mengundang kita untuk hidup dalam kepastian akan Kebangkitan: Yesus adalah Tuhan, Yesus memiliki kuasa atas kejahatan dan atas kematian, dan Ia ingin membawa kita masuk ke dalam rumah Bapa, di mana hidup berkuasa."
Beliau menambahkan bahwa Kebangkitan Kristus "bertindak dalam sejarah sebagai prinsip pembaharuan dan pengharapan. Barangsiapa putus asa dan merasa letih hingga ingin mati, jika ia mengandalkan Yesus dan kasih-Nya, dapat mulai hidup kembali… iman adalah suatu daya hidup, iman memberikan kepenuhan pada kemanusiaan kita; dan siapa yang percaya kepada Kristus harus dapat dikenali dengan pasti sebab mereka mempromosikan hidup dalam segala situasi, sehingga semua orang, tristimewa yang paling lemah, dapat mengalami kasih Allah yang membebaskan dan menyelamatkan."
Paus Fransiskus mengakhiri, "Kita mohon kepada Tuhan, melalui perantaraan Santa Perawan Maria, karunia iman yang kuat dan berani, yang mendorong kita menjadi pembicara-pembicara akan harapan dan hidup di antara saudara-saudara kita."
DOA SEORANG SAKIT KEPADA KANAK-KANAK YESUS DARI PRAHA
“O Kanak-kanak Yesus yang Maharahim! Aku tahu perbuatan-perbuatan mukjizat-Mu untuk mereka yang sakit. Betapa banyak penyakit yang Engkau sembuhkan sepanjang masa hidup-Mu yang terberkati di dunia, dan betapa banyak devosan patung mukjizat-Mu mendapatkan dari-Mu kesembuhan dan kebebasan dari penyakit yang paling menyakitkan dan tanpa harapan.
Aku tahu, sesungguhnya, seorang pendosa sepertiku pantas diganjari penderitaan dan tak berhak untuk meminta kemurahan. Tetapi mengingat tak terbilang banyaknya rahmat dan mukjizat kesembuhan yang dianugerahkan bahkan kepada para pendosa terbesar sekalipun melalui devosi kepada kanak-kanak kudus-Mu, teristimewa kepada patung mukjizat dari Praha, aku berseru dengan penuh keyakinan:
O Kanak-kanak Yesus yang paling penuh kasih, paling berbelas-kasihan, Engkau dapat menyembuhkanku jika Engkau mau! Janganlah bimbang, o Dokter Surgawi, jika adalah kehendak-Mu bahwa aku sembuh dari penyakitku yang sekarang ini; ulurkanlah tangan-tangan terkudus-Mu, dan dengan kuasa-Mu enyahkanlah segala sakit dan kerapuhan, agar supaya kesembuhanku adalah bukan karena obat-obatan, melainkan karena Engkau semata.
Akan tetapi, jika dalam kebijaksanaan-Mu yang tak terselemani Engkau menentukan yang sebaliknya, maka setidaknya pulihkanlah jiwaku ke kesehatan yang sempurna, penuhilah aku dengan penghiburan dan berkat surgawi, agar aku boleh serupa dengan-Mu, o Yesus, dalam penderitaan-penderitaanku, dan kiranya penyelenggaraan-Mu menyertai aku, hingga Engkau, di saat akhir hidup jasmaniku, menganugerahiku hidup abadi. Amin.”
PATER SALVATORE - IMAM MUDA YANG HIDUPNYA MENYENTUH HATI PAUS
Hidup Pater Salvatore Mellone, yang wafat 29 Juni 2015 dalam usia 38 tahun, menyentuh hati banyak orang. Dia masih harus belajar sekurangnya dua tahun lagi di seminari ketika dia didiagnosa menderita kanker tahap akhir. Walau demikian, atas ijin khusus dan berkat dari Paus Fransiskus, Salvatore pun ditahbiskan.
Dua hari sebelum tahbisannya pada tanggal 16 April 2015, Paus menelepon Salvatore, "Berkat pertama yang kau berikan sebagai seorang imam, haruslah kau berikan padaku. Salvatore, aku bersamamu. Kau akan ditahbiskan dan kau akan merayakan Misa," demikian Paus meyakinkannya.
Pada hari tahbisannya, P Mellone mengatakan, "Pada hari ini aku merasa diriku dipanggul di atas bahu Kristus; dan sebagai seorang imam aku akan mengenakan stola bersama Kristus, demi keselamatan dunia. Lagipula, merayakan satu Ekaristi saja, bagiku sudah akan merupakan suatu partisipasi nyata dalam imamat Kristus." Kepada banyak orang yang mengunjunginya pada bulan-bulan terakhir hidupnya, dia kerap mengatakan "menjadi imam itu indah." P Mellone, menjadi imam di Keuskupan Agung Trani-Barletta-Bisceglie, Italia selama dua setengah bulan.
P Mellone dilahirkan di Barletta, kurang dari 9 mil dari Trani, pada tanggal 9 Maret 1977. Dia berasal dari sebuah keluarga yang saleh. Sebagai pemuda, dia terlibat aktif dalam kehidupan Gereja, sebelum akhirnya masuk seminari pada tahun 2011.
Selama setahun terakhir P Salvatore menghabiskan banyak waktunya di rumah sakit, dan kendati rasa sakit yang hebat, dia selalu mendapatkan waktu dan kata-kata yang tepat untuk membangkitkan dan menginspirasi harapan mereka semua yang datang mengunjunginya. Dia mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan setiap orang. Dia menghibur semua orang.
Di hari-hari akhir hidupnya, ketika tarikan napasnya semakin memburuk, dia mengatakan bahwa dia telah belajar berdoa bersama alam. Dengan suaranya yang lirih, dia terus berdoa seiring ritme hidup yang masuk ke dalam kamarnya dari balkon, demikian dilaporkan.
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan sebagian / seluruh artikel di atas dengan mencantumkan: “dikutip dari YESAYA: yesaya.indocell.net”
|