387. MENUJU EN-GEDI.
YUDAS ISKARIOT DAN SIMON ZELOT DIUTUS.
19 Februari 1946
Pastilah mereka telah melanjutkan perjalanan mereka sepanjang malam terang bulan, dan sesudah beristirahat beberapa jam dalam sebuah gua, mereka berangkat kembali saat fajar. Dan mereka jelas letih sesudah berjalan di atas kerikil-kerikil, melalui semak duri dan tanaman merambat liane yang kerap menjerat kaki mereka. Simon Zelot memimpin jalan, sebab dia tampaknya mengenal baik daerah tersebut dan dia meminta maaf atas jalanan yang sulit, seolah-olah dialah penyebab kesulitan.
"Ketika kita sekali lagi berada di atas di pegunungan itu, yang bisa kamu lihat, jalannya akan lebih mudah dan aku janji di sana banyak madu liar dan air yang berlimpah..."
"Air? Aku akan mencebur ke dalamnya! Pasir membuat kakiku rusak seolah-olah aku sudah berjalan di atas garam dan kulitku terasa perih. Betapa mengerikannya tempat-tempat ini! Oh! Kita merasa seperti kita sudah dekat dengan wilayah-wilayah yang dihukum Surga dengan api! Bau busuk tercium di udara, di tanah, di semak-semak, di mana-mana!" seru Petrus.
"Meski begitu tempat ini dulunya indah, bukan begitu, Guru?"
"Sungguh amat indah. Pada abad-abad awal dunia, kawasan ini merupakan sebuah Eden kecil. Tanahnya sangat subur dan kaya akan sumber mataair yang cocok untuk berbagai keperluan. Semuanya tertata dengan sangat baik hingga ia merupakan berkat. Kemudian... kekacauan manusia tampaknya mempengaruhi unsur-unsurnya. Dan itulah akhirnya. Orang-orang bijak dari dunia kafir menjelaskan hukuman yang mengerikan ini dengan berbagai cara. Yakni, dalam istilah manusia, yang terkadang disertai teror takhayul. Tapi percayalah: ini hanyalah kehendak Allah yang mengubah tatanan unsur-unsurnya; dan yang di langit atas bertikai dengan yang di jurang bawah, mereka saling sambar-menyambar dalam huru-hara yang memporak-porandakan, petir membakar bitumen [aspal berupa cairan kental] yang dimuntahkan perut bumi ke mana-mana dalam kekacauan besar. Dan api yang dari perut bumi dan yang di bumi dan petir menyambar bumi, yang gemetar dalam guncangan yang mengerikan, dan menghanguskan, menghancurkan dan mengikis berhektar-hektar tanah, yang sebelumnya merupakan firdaus, dan mengubahnya menjadi neraka yang sekarang kamu lihat dan di mana makhluk tidak bisa tinggal."
Para rasul mendengarkan dengan saksama...
Bartolomeus bertanya, "Apakah menurut-Mu, jika kita bisa mengeringkan air asin yang pekat itu, kita akan menemukan reruntuhan kota-kota yang dihukum di dasar Laut Besar?"
"Pasti. Dan nyaris utuh; karena airnya yang berlumpur berfungsi sebagai mortar pada kota-kota yang terkubur. Tetapi sungai Yordan telah menebarkan banyak pasir di sana. Jadi mereka dikubur dua kali, supaya mereka tidak pernah bangkit kembali, simbol dari mereka yang, terus berkubang dalam dosa, yang secara tak terelakkan terkubur oleh kutuk Allah dan oleh dominasi Iblis, yang mereka layani dengan sangat giat dalam hidup ini."
"Dan apakah Matatias bin Yohanes bin Simeon mencari perlindungan di sini: orang Hasmoni [Makabe] yang benar itu, yang bersama putranya [Yudas Makabe] adalah kemuliaan Israel?"
"Ya, di sini. Di antara gunung-gunung dan di padang-padang gurun, dan di sini dia mengorganisasi kembali rakyat dan pasukan, dan Allah menyertainya."
"Tapi, setidaknya... Itu lebih mudah baginya, karena orang-orang Hasidim lebih benar daripada orang-orang Farisi terhadap-Mu!"
"Oh! Sangat mudah untuk menjadi lebih benar daripada orang Farisi! Bahkan lebih mudah daripada duri ini menusukku dan menempel di kakiku... Lihat ini!" seru Petrus, yang sementara mendengarkan tidak melihat di mana dia melangkah dan kakinya sudah terjerat dalam semak duri dan membuat kakinya berdarah.
"Tidak banyak di pegunungan. Lihat bagaimana tumbuh-tumbuhan itu sudah mulai jarang kita jumpai?" hibur Simon Zelot.
"Hmm! Kau mengenal tempat ini dengan baik..."
"Aku tinggal di sini ketika aku dalam pembuangan dan dianiaya..."
"Oh! Kalau begitu..."
Faktanya, tumbuh-tumbuhan hijau tidak lagi terlalu menyusahkan di pegunungan kecil itu, yang, kendati demikian, tidak terlalu teduh dan tumbuh-tumbuhannya agak pendek tetapi berbau harum dan berhiaskan bunga-bunga di sana sini yang menjadikannya bak karpet warna-warni. Lebah menghisap madu bunga dan lalu terbang ke gua-gua di sisi gunung tempat mereka menyimpan madu di sarang lebah alami di bawah tirai tumbuh-tumbuhan ivy dan honeysuckle.
Simon Zelot masuk ke dalam salah satu gua dan keluar dengan sarang-sarang madu keemasan; dia lalu pergi ke gua-gua lain sampai dia mendapatkan cukup untuk semua orang, dan menawarkannya kepada Guru dan teman-temannya yang dengan gembira menikmati cairan menetes yang manis itu.
"Andai kita punya roti! Sangat enak!" kata Tomas.
"Oh! Ini sangat enak juga meski tanpa roti! Lebih enak daripada bulir gandum Filistin. Dan... marilah kita berharap tidak ada orang Farisi yang datang untuk memberitahu kita bahwa kita tidak boleh memakannya!" kata Yakobus Zebedeus.
Mereka makan sambil berjalan dan tiba di sebuah waduk, di mana air dari beberapa sungai mengalir masuk dan lalu dialirkan entah kemana. Air yang meluap dari ceruk itu sejuk dan jernih sebab terlindung dari sinar matahari dan dari polusi oleh kubah dari sebuah batu besar di mana waduk digali; airnya mengalir turun ke dalam sebuah danau kecil di bebatuan kehitaman yang mengandung silika.
Para rasul jelas kegirangan bisa menanggalkan pakaian mereka dan secara bergiliran mandi di ceruk yang tak disangka-sangka keberadaannya itu. Namun mereka ingin Yesus menjadi orang pertama yang menikmatinya, "supaya tubuh mereka dapat disucikan" kata Matius.
Sesudahnya, mereka lanjut berjalan kaki kembali; mereka merasa segar, tetapi lebih lapar dari sebelumnya, dan mereka yang paling lapar, selain madu, mereka mengunyah batang adas liar dan pucuk-pucuk lain yang bisa dimakan, yang namanya aku tidak tahu.
Orang bisa menikmati pemandangan yang indah dari dataran-dataran tinggi yang luas di pegunungan aneh ini, yang puncak-puncaknya seolah dipotong oleh tebasan pedang. Bagian-bagian dari pegunungan hijau lainnya dan dari dataran-dataran subur bisa terlihat di selatan, pula hamparan Laut Mati, yang terlihat di timur, dengan pegunungan yang jauh di sisi lain yang memudar dalam kabut awan tipis yang muncul dari tenggara; dataran hijau Yordan yang jauh bisa terlihat di utara di antara puncak-puncak gunung, sementara pegunungan tinggi Yudea terlihat di barat.
Matahari menjadi hangat dan Petrus mengatakan bahwa "awan-awan yang berada di atas pegunungan Moab adalah tanda panas yang hebat."
"Sekarang kita akan turun ke Lembah Kidron. Di sana teduh...," kata Simon.
"Kidron!?! Oh, bagaimana kita bisa sampai ke Kidron secepat ini?"
"Ya, Simon anak Yohanes. Jalannya sulit, tapi mempersingkat perjalanan! Dengan melewati lembahnya kita akan segera tiba di Yerusalem," jelas Zelot.
"Dan di Betania... Aku harus mengirim beberapa orang dari antaramu ke Betania, untuk memberitahu saudari-saudari di sana untuk membawa Egla kepada Nike. Dia memohon dengan sangat kepada-Ku, dan permohonannya itu memang benar. Janda yang tidak memiliki anak itu juga akan mendapatkan kasih yang suci dan si gadis yatim akan mendapatkan seorang ibu Israel sejati, yang akan membesarkannya dalam iman lama kita dan dalam iman kepada-Ku. Aku ingin pergi juga... Istirahat yang damai bagi jiwa-Ku yang berduka... Di rumah Lazarus, hati Kristus hanya mendapati kasih... Tetapi perjalanan yang ingin Aku lakukan sebelum Pentakosta adalah suatu perjalanan yang panjang!"
"Utuslah aku, Tuhan. Dan bersamaku, seorang yang berkaki lincah. Kami akan pergi ke Betania lalu ke Keriot dan kita akan bertemu di sana," kata Iskariot antusias. Sebaliknya, yang lain-lainnya, sementara menanti seseorang untuk dipilih untuk perjalanan itu, yang akan memisahkan mereka dari Sang Guru, sama sekali tidak antusias.
Yesus berpikir, dan seraya berpikir Dia menatap Yudas. Dia ragu-ragu apakah Dia sebaiknya setuju atau tidak.
Yudas mendesak, "Katakan ya, Guru. Buatlah aku gembira!..."
"Kau yang paling tidak cocok untuk pergi ke Yerusalem, Yudas!"
"Kenapa, Tuhan? Aku mengenal kotanya lebih baik daripada siapa pun!"
"Justru itu!... Kotanya tidak hanya dikenal baik olehmu, tetapi juga mempengaruhimu lebih dari yang lain."
"Guru, aku berjanji pada-Mu bahwa aku tidak akan berhenti di Yerusalem dan aku tidak akan mencari siapa pun dari Israel... Tapi biarkan aku pergi. Aku akan tiba di Keriot sebelum Engkau dan..."
"Dan kau tidak akan menekan siapa pun untuk memberi penghormatan manusiawi kepada-Ku."
"Tidak, Guru, aku tidak akan melakukannya. Aku berjanji." Yesus masih termenung.
"Kenapa Engkau begitu ragu, Guru? Kenapa Engkau tidak percaya padaku?"
"Kau sangat lemah, Yudas. Dan begitu kau menjauh dari Kekuatan, kau akan jatuh! Kau sudah baik selama beberapa waktu ini! Kenapa kau mau menjadi kesal dan menyedihkan-Ku?"
"Tidak, Guru, aku tidak mau itu! Tapi suatu hari nanti aku akan harus tanpa-Mu! Dan lalu? Apa yang harus aku lakukan jika aku tidak mempersiapkan diri sebelumnya?"
"Yudas benar," kata beberapa orang di antara para rasul.
"Baik!... Pergilah, kalau begitu. Pergilah bersama Yakobus saudara-Ku."
Yang lain menghela napas lega.
Yakobus menghela napas panjang, tapi dia berkata dengan ramah, "Ya, Tuhan-ku! Berkatilah kami dan kami akan berangkat."
Simon Zelot merasa iba kepadanya dan berkata, "Guru, para bapa rela menggantikan anak-anaknya untuk membuat mereka bahagia. Aku menganggap dia dan Yudas sebagai anakku. Waktu berlalu, tapi pikiranku masih sama. Dengarkanlah doaku... Utuslah aku bersama Yudas anak Simon. Aku sudah tua, tapi aku sekuat pemuda, dan Yudas tidak akan perlu mengeluh tentang aku."
"Tidak, tidak adil jika kau berkorban seperti itu, dengan meninggalkan Guru, demi menggantikanku. Pastilah akan mendukakan hatimu bahwa kau tidak bersama-Nya..." kata Yakobus Alfeus.
"Duka terobati dengan sukacita meninggalkanmu bersama Guru. Nanti ceritakan padaku apa yang telah kalian lakukan... Bagaimanapun... aku pergi ke Betania dengan sukarela..." pungkas Zelot, seolah dia hendak meremehkan nilai pengorbanannya.
"Baiklah. Kalian berdua yang pergi. Sementara itu ayo kita lanjutkan perjalanan menuju desa itu. Siapa yang akan pergi mendahului untuk mendapatkan roti dalam nama Tuhan?"
"Aku! Aku!" Mereka semua ingin pergi.
Namun Yesus menahan Yudas Keriot. Ketika mereka semua sudah pergi, Yesus meraih kedua tangan Yudas dan berbicara kepadanya dari muka ke muka. Dia seolah hendak menanamkan pikiran-Nya padanya, mempengaruhinya sebegitu rupa hingga Yudas tidak akan punya pikiran lain selain yang dikehendaki Yesus. "Yudas... Janganlah mencelakai dirimu sendiri, Yudas-Ku terkasih! Bukankah kau sudah lebih tenang dan lebih bahagia untuk beberapa waktu ini, terbebas dari beban egomu yang lebih rendah, ego manusiawi, yang begitu mudahnya berada di bawah kekuasaan Iblis dan dunia? Tentu saja kau tahu itu! Baik, lindungilah damaimu dan sejahteramu. Jangan celakai dirimu sendiri, Yudas. Aku bisa membacamu. Kau berada dalam periode sangat bahagia saat ini! Oh! Andai Aku dapat menjagamu tetap seperti ini, dengan mengorbankan seluruh Darah-Ku, dan menghancurkan benteng terakhir di mana musuh besarmu bersembunyi, dan dapat menjadikanmu sepenuhnya rohani, dengan intelektual rohani, kasih rohani, sepenuhnya... roh!"
Yudas, yang berhadapan muka dengan muka dengan Yesus, dengan kedua tangannya dalam genggaman Sang Guru, nyaris terperanjat. Dia berbisik, "Mencelakai diriku sendiri? Benteng terakhir? Yang mana?... "
"Yang mana?! Kau tahu. Kau tahu bagaimana kau mencelakai dirimu sendiri! Dengan mengagungkan pikiran tentang kemuliaan manusia dan persahabatan, yang kau anggap berguna untuk mendapatkan kemuliaan macam itu. Percayalah pada-Ku, Israel tidak mencintaimu. Ia membencimu seperti ia membenci-Ku, seperti ia membenci siapa pun yang kelihatannya akan menjadi pemenang. Dan sebab kau tidak menyembunyikan ambisimu untuk menjadi seperti itu, kau dibenci. Jangan percaya perkataan munafik mereka, pertanyaan mereka yang menipu, dengan mana mereka berpura-pura menaruh perhatian pada rencanamu untuk membantumu. Mereka menghindarimu untuk menyakitimu, untuk mencari tahu dan mecelakaimu. Aku tidak memohon kepadamu demi Aku, melainkan semata-mata demi dirimu sendiri. Jika Aku adalah target kejahatan, Aku tetaplah Tuhan. Mereka bisa menyiksa tubuh-Ku dan membunuhnya. Tapi tidak lebih dari itu. Tapi dalam perkaramu, mereka akan membunuh jiwamu... Jauhi pencobaan, sahabat-Ku! Katakan pada-Ku bahwa kau akan menghindarinya! Katakan perkataan damai ini kepada Guru-mu yang malang, cemas dan teraniaya!"
Yesus memeluknya dan, dengan pipi-Nya menempel pada pipinya, berbicara di telinganya, dan rambut emas-Nya berbaur dengan rambut ikal gelap Yudas yang tebal.
"Aku tahu bahwa Aku harus menderita dan mati. Aku tahu bahwa mahkota-Ku adalah mahkota seorang martir. Aku sadar bahwa Darah-Ku akan menjadi ungu-Ku. Aku datang untuk itu. Karena melalui kemartiran yang demikian Aku akan menebus Umat Manusia, dan kasih telah mendesak-Ku sepanjang waktu untuk melakukannya. Tetapi Aku tidak ingin seorang pun dari pengikut-Ku binasa. Oh! Semua manusia Aku kasihi, karena dalam dirinya ada gambar dan citra BapaKu dan adalah jiwa abadi yang Dia ciptakan. Tetapi kamu, orang-orang yang Kukasihi dan Kusayangi, kamu, darah dari darah-Ku dan biji mata-Ku, jangan sampai binasa! Oh! Tidak ada siksaan yang bisa sedahsyat itu, tidak bahkan jika Iblis, yang adalah Dosa, Kengerian, Kejijikan, menikam-Ku dengan senjatanya yang bernyala-nyala oleh belerang neraka dan dia akan menggigit dan mencengkeram-Ku, tidak ada siksaan yang bisa membuat-Ku sebegitu menderita seperti saat Aku kehilangan satu dari orang-orang pilihanku yang binasa... Yudas, Yudas-Ku! Haruskah Aku memohon kepada Bapa-Ku untuk membiarkan-Ku menanggung Sengsara-Ku yang mengerikan itu tiga kali, supaya yang dua dari darinya dapat dipersembahkan untuk menyelamatkan kau seorang? Katakan pada-Ku, sahabat-Ku, dan Aku akan melakukannya. Aku akan memohon kepada-Nya untuk melipatgandakan penderitaan-Ku tanpa batas demi tujuan itu. Aku mengasihimu, Yudas, Aku sangat mengasihimu. Dan Aku ingin memberikan DiriKu kepadamu, demi menjadikanmu DiriKu sendiri, untuk menyelamatkanmu dari dirimu sendiri..."
"Janganlah menangis, jangan katakan itu, Guru. Aku juga mengasihi-Mu. Aku juga akan memberikan diriku demi melihat Engkau kuat, dihormati, ditakuti, menang. Aku mungkin tidak mengasihi-Mu dengan sempurna. Aku mungkin tidak berpikir sempurna. Tetapi aku memanfaatkan dan mungkin menyalahgunakan seluruh keberadaanku, karena aku ingin sekali melihat-Mu dikasihi. Tetapi aku bersumpah demi Engkau, aku bersumpah demi Yahweh, bahwa aku tidak akan mendekati ahli-ahli Taurat, atau orang-orang Farisi, atau orang-orang Saduki, atau orang-orang Yahudi, atau para imam. Mereka akan mengatakan bahwa aku gila. Tapi itu tidak masalah. Aku akan cukup bahagia asalkan Engkau tidak mengkhawatirkanku. Apakah Engkau senang? Sebuah ciuman, Guru, sebagai berkat dan perlindungan-Mu."
Mereka saling memberikan ciuman dan berpisah sementara yang lain-lainnya sudah berlari menuruni bukit seraya memamerkan kue-kue dan keju segar. Mereka duduk di atas rerumputan hijau di tepi sungai dan membagi makanan, dengan bercerita bahwa mereka disambut, karena orang-orang di beberapa rumah mengenal para murid-gembala dan berpihak pada Mesias.
"Kami tidak memberitahu mereka bahwa Engkau ada di sini, jika tidak...." kata Tomas.
"Kita akan berusaha untuk kembali ke sini lain kali. Kita tidak boleh mengabaikan siapa pun," jawab Yesus.
Makan sudah selesai. Yesus berdiri dan memberkati kedua orang yang akan berangkat ke Betania dan tidak ingin menunggu sampai sore untuk berangkat, karena lembah itu teduh dan berlimpah air.
Yesus dan kesepuluh orang rasul yang tinggal bersama-Nya, membaringkan diri di rerumputan dan beristirahat menantikan matahari terbenam, saat mereka akan kembali ke jalan En-Gedi dan Masada, seperti yang aku dengar mereka katakan.
|
|