380. PERUMPAMAAN TENTANG BENDAHARA YANG TIDAK SETIA.
ESENI DAN FARISI.             


10 Februari 1946   

Banyak orang yang menantikan Guru tersebar di lereng-lereng yang lebih bawah dari sebuah gunung yang agak terpencil, yang menjulang dari lembah-lembah yang jalin-menjalin di sekelilingnya; di tempat-tempat tertentu lereng-lerengnya menjulang terjal dari lembah. Untuk mencapai puncak ada sebuah jalan setapak yang dibuat di bebatuan kapur seperti goresan yang berkelok-kelok menaiki lereng. Di beberapa bagian, batas jalan setapak itu adalah lereng gunung yang curam di satu sisi, dan jurang yang dalam di sisi lainnya. Dan jalan terjal berwarna merah kekuningan gelap itu tampak bagai pita yang dilemparkan di antara semak-semak berduri yang rendah yang berwarna hijau-abu-abu, penuh dengan aculei; akan aku katakan bahwa aculei adalah daun-daun yang menyelimuti lereng-lereng berbatu yang gersang dan menghiasi dirinya dengan bunga-bunga ungu-merah cerah, seperti jumbai atau kain sutra yang terkoyak dari pakaian orang malang yang kebetulan melewati semak berduri ini. Dan tumbuh-tumbuhan biru kehijauan yang menyiksa ini, penuh duri-duri tajam, sesedih seolah-olah ia disebarkan dengan abu yang tidak teraba dan meluas dalam garis-garis juga di kaki gunung dan di dataran antara gunung dan pegunungan lainnya, baik barat laut maupun tenggara, silih berganti dengan tempat-tempat di mana terdapat semak-semak sesungguhnya dan rerumputan sesungguhnya, yang tidak menyiksa atau tidak sia-sia belaka.

Orang banyak sudah berkemah di rerumputan hijau, dengan sabar menunggu kedatangan Guru. Tentunya itu adalah hari sesudah pengajaran kepada para rasul, karena saat itu adalah pagi yang sejuk dan embun masih belum menguap dari semua batang. Teristimewa embun-embun ini menghiasi duri-duri dan dedaunan itu yang berada di tempat-tempat yang lebih teduh, mengubah bunga-bunga antik semak berduri menjadi jumbai-jumbai bertatahkan berlian. Ini pastinya saat yang indah bagi gunung yang muram itu. Karena pada jam-jam lainnya, di bawah terik matahari atau di malam terang bulan, gunung itu pasti terlihat seperti tempat silih bak neraka yang mengerikan. Sebuah kota besar yang kaya bisa terlihat di sebelah timur, di dataran yang sangat subur. Tidak ada lagi yang bisa terlihat dari lereng, yang masih rendah, tempat para peziarah berada, tetapi dari atas, mata pastilah bisa menikmati pemandangan yang indah dari daerah-daerah di sekitarnya. Dengan mempertimbangkan ketinggian gunung, aku pikir mata orang akan bisa menjelajahi Laut Mati dan daerah di sebelah timurnya, sejauh barisan pegunungan Samaria dan barisan pegunungan yang menyembunyikan Yerusalem. Tapi aku belum ke puncak, jadi...  

Para rasul sibuk kian kemari di antara orang banyak, berusaha membuat mereka tenang dan tertib dan menempatkan orang-orang sakit di tempat-tempat terbaik. Mereka dibantu oleh beberapa murid, mungkin mereka yang aktif di wilayah setempat dan sudah membawa ke perbatasan Yudea para peziarah yang antusias untuk mendengarkan Guru.

Sekonyong-konyong Yesus muncul. Dia mengenakan jubah linen putih dan mantol merah, yang menyelaraskan panasnya siang hari dengan sejuknya malam, karena kita belum memasuki musim panas. Dia belum terlihat dan Dia melihat orang banyak yang menantikan-Nya dan tersenyum. Dia tampaknya datang dari balik sisi timur gunung, setengah perjalanan ke atas bukit, dan Dia turun dengan cepat sepanjang jalan yang sulit.

Adalah seorang anak laki-laki, yang, entah karena dia sedang mengamati burung-burung yang bersarang di antara semak-semak itu terbang dan yang lepas landas ketika sebuah batu menggelinding menuruni sisi gunung dan menakutkan mereka, atau karena matanya tertarik oleh kemunculan yang tiba-tiba, melihat Yesus dan melompat berdiri seraya berseru, "Tuhan!"

Mereka semua berbalik dan melihat Yesus, Yang sekarang berjarak sekitar dua ratus meter. Mereka mulai berlari ke arah-Nya, tetapi dengan suatu gerak isyarat tangan-Nya dan dengan suara-Nya, yang terdengar jelas, mungkin karena bergema di gunung, Dia berkata, "Tetaplah di tempatmu." Dan dengan tersenyum sepanjang waktu Dia turun sejauh mereka yang menantikan-Nya berada dan berhenti di tempat tertinggi di dataran tinggi itu. Dia menyapa mereka dari sana, "Damai sertamu" dan dengan seulas senyum istimewa Dia mengulangi salam-Nya kepada para rasul dan para murid yang sudah berkumpul di sekeliling-Nya.

Yesus bersinar dengan keindahan. Dengan matahari di depan-Nya dan bukit kehijauan di belakang-Nya, Dia tampak seperti penglihatan dalam mimpi. Jam-jam yang dihabiskan dalam keterasingan, sesuatu yang tidak kita ketahui, atau mungkin suatu luapan kasih sayang kebapakan atas-Nya, aku tidak tahu apa, menonjolkan keindahan-Nya yang senantiasa sempurna, yang membuat-Nya tampak mulia, menakjubkan, damai, tenang, dan menurutku penuh sukacita, menjadi seperti seorang yang kembali dari kencan, yang wajah, senyum dan mata-Nya memancarkan semua kebahagiaan-Nya. Bukti dari perjumpaan ilahi ini bersinar tak terbatas dan lebih terang daripada yang biasanya bisa terlihat sesudah perjumpaan dengan kekasih manusia yang malang, dan Kristus tampil sangat cemerlang dengan itu. Dan Dia menaklukkan semua orang yang hadir yang menatap-Nya diam-diam penuh kekaguman, seolah-olah mereka terintimidasi oleh intuisi dari reuni misterius dari Yang Mahatinggi dengan Sabda-Nya... Ini adalah rahasia, saat kasih rahasia antara Bapa dan Putra. Tidak seorang pun yang akan pernah mengetahuinya. Namun Putra tetap memiliki meterainya, seolah-olah, setelah menjadi Sabda Bapa, sebagaimana Dia di Surga, Dia nyaris tidak dapat sekali lagi menjadi Putra manusia. Ketakterbatasan, kemuliaan membuat-Nya sulit untuk menjadi "Manusia" kembali. Keilahian meluap, meledak, memancar dari Kemanusiaan bagai minyak manis dari kendi tanah yang berpori atau bagai terang dari tungku melalui selubung kaca tanah.

Dan Yesus menundukkan mata-Nya yang bersinar, wajah-Nya yang penuh kebahagiaan, Dia menyembunyikan senyum-Nya yang menawan, dengan membungkuk di atas orang-orang sakit, yang Dia belai dan sembuhkan sementara mereka diliputi ketakjuban memandang wajah penuh kasih cemerlang membungkuk di atas kesengsaraan mereka untuk membuat mereka bahagia. Namun pada akhirnya Dia harus berdiri dan menunjukkan kepada orang banyak Wajah Penuh Damai, Yang Kudus, dari Allah yang Berinkarnasi, yang masih terbungkus dalam kecemerlangan ekstasi. Dia mengulangi, "Damai sertamu." Bahkan suara-Nya lebih merdu daripada biasanya, ia bergema dengan nada-nada kemenangan yang manis... menyebar penuh kuasa kepada para pendengar yang tanpa kata, mencari hati mereka, membelainya, mengguncangnya dan mengundangnya untuk mengasihi.

Semua orang amat tersentuh hatinya, terkecuali kelompok Farisi itu, yang lebih gersang, kasar, berduri dan keras daripada gunung itu sendiri dan yang berdiri seperti patung-patung penuh ketidakmengertian dan kebencian di suatu sudut, dan kecuali kelompok lainnya, semuanya berpakaian putih dan berdiri menyendiri, mendengarkan dari puncak bukit dan yang ditunjuk oleh Bartolomeus dan Iskariot sebagai "Esseni". Dan Petrus menggerutu, "Jadi, ada kawanan elang ekstra."

"Oh! Tidak mengapa. Sabda itu untuk semua orang!" kata Yesus, yang tersenyum pada Petrus, dengan merujuk pada kaum Esseni.

Dia kemudian mulai berbicara.

"Sungguh indah jika manusia sesempurna seperti yang dikehendaki Bapa di Surga darinya. Sempurna dalam setiap pikiran, kasih sayang, perbuatan. Tetapi manusia tidak tahu bagaimana menjadi sempurna dan menyalahgunakan karunia-karunia Allah, Yang telah memberikan kebebasan bertindak kepada manusia, akan tetapi dengan memerintahkan hal-hal yang baik, dengan menasihatkan hal-hal yang sempurna, sehingga manusia tidak bisa mengatakan, 'Aku tidak tahu.'

Bagaimana manusia menggunakan kebebasan yang diberikan kepadanya oleh Allah? Sebagian besar manusia menggunakannya seperti yang akan dilakukan seorang anak; atau sebagai orang bodoh; sisanya menggunakannya sebagai penjahat. Kemudian maut menjemput dan manusia tunduk pada Hakim Yang bertanya dengan saksama: 'Bagaimana kamu menggunakan atau menyalahgunakan apa yang telah Aku berikan kepadamu?' Sebuah pertanyaan yang menggentarkan! Betapa tidak lebih berharga daripada debu yang akan terlihat pada barang-barang di Bumi, yang untuknya manusia begitu sering menjadi seorang pendosa! Malang dalam sengsara abadi, dilucuti dari pakaian yang tidak bisa digantikan oleh apa pun, dia akan berdiri patah hati dan gemetar di hadapan Yang Mulia Tuhan, dan tidak akan menemukan kata untuk membenarkan dirinya sendiri. Karena adalah mudah untuk membenarkan diri sendiri dengan menipu orang-orang malang. Tetapi itu tidak bisa terjadi di Surga. Allah tidak bisa ditipu. Tidak pernah. Dan Allah tidak mengambil jalan kompromi apa pun. Tidak pernah.

Jadi, sekarang. Bagaimana orang bisa diselamatkan? Bagaimana manusia bisa memanfaatkan segala sesuatu untuk keselamatannya, bahkan meski itu berasal dari Kerusakan, yang mengajarkan manusia untuk menggunakan logam mulia dan permata sebagai sarana kekayaan dan memupuk nafsu tamak mereka akan kekuasaan dan kenikmatan daging? Demikianlah manusia, yang, betapapun miskinnya dia, bisa selalu berdosa dengan menginginkan emas, jabatan, perempuan, secara berlebihan - dan kadang-kadang dia menjadi pencuri dari hal-hal semacam itu untuk memiliki apa yang dimiliki orang kaya - demikianlah manusia, apakah dia kaya atau miskin, tidak pernah bisa menyelamatkan dirinya sendiri? Tentu saja dia bisa. Bagaimana? Dengan mengeksploitasi kekayaan atas nama Kebaikan; mengeksploitasi kemalangan atas nama Kebaikan. Orang miskin yang tidak iri hati, yang tidak mengutuk, yang tidak berusaha mengambil milik orang lain, tetapi berbahagia dengan apa yang dimilikinya, mengeksploitasi kerendah-hatinya untuk mencapai kekudusan di masa mendatang, dan sesungguhnya, kebanyakan orang miskin tahu bagaimana melakukan itu. Tetapi orang kaya tidak begitu mampu, karena kekayaan adalah perangkap terus-menerus, yang dipasang oleh Iblis, dari nafsu jasmani yang tiga kali lipat.

Tetapi dengarkanlah sebuah perumpamaan dan kamu akan tahu bahwa orang kaya juga bisa menyelamatkan diri mereka meskipun mereka kaya, atau mereka bisa menebus kesalahan masa lalu mereka, dengan menggunakan kekayaan mereka dengan baik, bahkan meski kekayaan itu diperoleh secara tidak benar. Karena Allah, Allah Yang Mahabaik, selalu menganugerahkan banyak sarana kepada anak-anaknya supaya mereka bisa menyelamatkan diri mereka.

Jadi, adalah seorang kaya yang memiliki seorang bendahara. Beberapa musuh si bendahara, yang iri dengan posisi baiknya, atau karena mereka bersahabat erat dengan si orang kaya dan sebab itu peduli pada kekayaannya, menuduh si bendahara dengan mengatakan kepada tuannya: 'Dia menghambur-hamburkan kekayaanmu. Dia menggelapkan barang-barangmu. Atau, dia tidak membuatnya membuahkan hasil apapun. Berhati-hatilah. Belalah dirimu!"

Si orang kaya, sesudah berulang kali mendengar tuduhan seperti itu, memanggil si bendahara. Dan dia berkata kepadanya: 'Dikatakan padaku begini dan begitu. Mengapa kau melakukannya? Berikanlah pertanggung-jawabanmu sebagai bendahara, karena aku tidak akan mengizinkanmu menjabat lebih lama. Aku tidak bisa mempercayaimu dan aku tidak bisa membiarkanmu memberi contoh ketidakbenaran dan menoleransimu, yang akan mendorong pelayan-pelayan lain untuk berbuat sepertimu. Pergi dan kembalilah besok dengan dokumen-dokumenmu, supaya aku bisa memeriksanya dan memastikan keadaan propertiku sebelum aku menyerahkannya kepada bendahara lain.' Dan dia membiarkan pergi si bendahara, yang mulai khawatir dan berkata kepada dirinya sendiri: 'Dan sekarang? Apa yang harus aku lakukan sekarang sebab tuanku memecatku dari jabatan bendahara? Aku tidak punya simpanan, sebab, karena tadinya aku yakin bahwa aku akan bisa lolos, aku sudah menghabiskan semua yang aku korupsi untuk bersenang-senang. Aku tidak mau bekerja sebagai petani, yang tunduk pada orang lain, karena aku sudah tidak lagi terbiasa mencangkul, dan aku sudah semakin gemuk oleh pesta pora. Dan aku bahkan tidak mau mengemis. Itu terlalu memalukan! Tapi apa yang harus aku lakukan?'

Dia memikirkannya terus-menerus hingga akhirnya dia menemukan jalan keluar dari situasinya yang menyedihkan. Dia berkata: 'Aku sudah menemukan caranya! Seperti aku sudah menjamin kehidupan yang menyenangkan untuk diriku sendiri sejauh ini, dengan cara yang sama aku akan memastikan bahwa teman-temanku akan menawariku tumpangan sebagai rasa terima kasih kepadaku, saat aku diberhentikan dari jabatanku. Dia yang berbuat baik selalu punya teman. Oleh karena itu, ayo pergi dan membantu orang-orang, supaya aku dibantu, dan ayo pergi segera, sebelum berita itu menyebar dan semuanya akan terlambat.'

Dan dia pergi ke beragam orang yang berhutang kepada tuannya dan dia berkata kepada yang pertama: 'Berapa banyak kau berhutang pada tuanku, yakni uang yang dia pinjamkan kepadamu tiga tahun lalu di musim semi?'

Dan orang yang berhutang itu menjawab: 'Seratus tempayan minyak untuk uang dan bunganya.'

'Oh! Sobat yang malang! Apa, dengan keluarga sebesar itu dan dengan anak-anakmu yang terjangkit penyakit, kau harus memberikan sebegitu banyak?! Tapi tidakkah dia memberimu uang senilai tigapuluh tempayan?!'

'Ya, tetapi saat itu aku sangat membutuhkan uang dengan segera dan dia berkata kepadaku: "Aku akan memberikannya kepadamu, tetapi dengan syarat kau harus membayarku kembali dengan berapa pun jumlah yang akan kau hasilkan dalam tiga tahun." Dan penghasilan itu setara dengan seratus tempayan. Dan aku harus memberikannya.'

'Tapi itu lintah darat! Jangan! Dia kaya, sedangkan kau tidak jauh dari kelaparan. Dia punya keluarga kecil, kau punya keluarga besar. Tulis di sini bahwa penghasilannya limapuluh tempayan dan lupakan saja. Aku akan bersumpah bahwa itu adalah benar. Dan kau akan diuntungkan.'

'Tapi apakah kau tidak akan mengkhianatiku? Dan jika dia tahu?'

'Apakah menurutmu itu mungkin? Aku adalah bendaharanya dan sumpahku adalah sakral. Lakukan seperti yang aku katakan dan jangan khawatir.'

Orang itu menandatangani surat hutangnya, menyerahkannya kepada si bendahara dan berkata: 'Semoga kau diberkati! Kau adalah teman dan penyelamatku. Bagaimana aku bisa membalasmu?'

'Sama sekali tidak perlu! Tetapi jika aku mendapat masalah dan diberhentikan karena ini, kau akan menerima aku sebagai rasa terima kasih.'

'Tentu saja! Pasti! Kau bisa pastikan itu!'

Si bendahara pergi ke seorang lain yang berhutang dan berbicara dengannya kurang lebih dengan cara yang sama. Orang yang berhutang ini harus mengembalikan seratus pikul gandum, karena musim kemarau sudah menghancurkan panennya selama tiga tahun, dan dia harus meminjam apa yang dibutuhkan untuk menghidupi keluarganya.

"Lupakan tentang melipatgandakan apa yang sudah dia berikan kepadamu! Bagaimana orang bisa meminjamkan gandum dan memeras dua kali lipat ketika seorang teman beserta keluarganya itu kelaparan, sedangkan gandumnya sendiri dimakan ulat di lumbung-lumbung, karena jumlahnya sangat berlimpah-ruah! Tulis delapanpuluh pikul.'

'Tapi jika dia ingat bahwa dia memberiku duapuluh, lalu duapuluh lagi, lalu sepuluh?'

'Bagaimana kau berpikir bahwa dia ingat? Aku yang memberikannya kepadamu dan aku tidak ingin mengingatnya. Lakukan seperti yang aku katakan dan semuanya beres. Harus ada keadilan antara orang kaya dan orang miskin! Jika aku adalah si tuan, aku hanya akan menerima limapuluh pikul, dan mungkin juga aku akan menghapuskannya.'

'Kau baik! Aku berharap mereka semua sepertimu! Ingatlah bahwa rumahku terbuka untukmu.'

Si bendahara mengunjungi seorang lain yang berhutang, dengan cara yang sama, menyatakan bahwa dia bersedia menanggung masalah demi membereskan masalah menurut keadilan. Dan tawaran bantuan dan berkat datang melimpah untuknya.

Ketika dia sudah mantap akan masa depannya, dia pergi kepada tuannya, yang, dari pihaknya, sudah membuntuti si bendahara dan mengetahui triknya. Akan tetapi, si tuan memujinya dengan berkata, 'Apa yang kau lakukan itu tidak benar dan aku tidak memujimu untuk itu. Tapi aku harus memujimu karena kecerdikanmu. Anak-anak dunia ini benar-benar lebih cerdik daripada anak-anak Terang.'

Dan Aku ulangi kepadamu apa yang dikatakan orang kaya itu: 'Penipuan adalah tidak benar, dan Aku tidak akan pernah memuji siapa pun untuk itu. Tapi Aku menasihatimu untuk menjadi cerdik, setidaknya seperti anak-anak dunia ini, dengan sarana-sarana dari dunia ini, menggunakannya sebagai uang untuk memasuki Kerajaan Terang.' Artinya, memanfaatkan dengan baik kekayaan duniawi, yang adalah sarana-sarana yang terdistribusi secara tidak adil dan digunakan untuk membeli kesejahteraan yang fana, yang tidak ada nilainya di Kerajaan kekal, sehingga sarana-sarana duniawi itu bisa membukakan pintu Kerajaan untukmu. Bantulah orang-orang miskin dengan sarana-sarana yang kamu miliki, kembalikan apa yang kamu atau anggota keluargamu ambil secara tidak adil, putuskan cinta yang salah dan jahat akan kekayaan. Dan semua hal ini akan menjadi seperti teman-teman yang di saat kematianmu akan membukakan pintu gerbang kekal untukmu dan akan menerimamu dalam kediaman penuh bahagia.

Bagaimana kamu bisa berharap Allah memberikan harta surgawi-Nya, jika Dia melihat bahwa kamu tidak bisa memanfaatkan dengan baik bahkan harta duniawi? Suatu pengandaian yang mustahil, apakah kamu ingin Allah menerima orang-orang yang suka memboroskan harta di Yerusalem surgawi? Tidak, tidak pernah. Di atas sana orang akan hidup dengan cinta kasih, kemurahan hati dan keadilan. Semua orang untuk Yang Satu dan setiap orang untuk semua orang. Persekutuan Para Kudus adalah himpunan orang yang aktif dan jujur, adalah himpunan yang kudus. Dan tidak seorang pun yang sudah terbukti sebagai tidak benar dan tidak setia bisa memasukinya.

Jangan berkata: 'Tetapi kita akan setia di atas sana, karena kita akan memiliki segalanya di atas sana tanpa rasa takut.' Tidak. Dia yang tidak setia dalam hal yang kecil, akan tidak setia bahkan jika dia memiliki Segalanya, dan dia yang tidak benar dalam hal yang kecil akan tidak benar dalam hal yang besar. Allah tidak mempercayakan kekayaan sejati kepada mereka yang dalam ujian duniawi terbukti bahwa mereka tidak tahu bagaimana menggunakan kekayaan duniawi. Bagaimana Allah bisa mempercayakan kepadamu suatu hari di Surga misi mendukung roh saudara-saudaramu di Bumi, jika kamu sudah menunjukkan bahwa pemerasan, penipuan, dan ketamakan adalah kecondongan hatimu? Oleh karena itu, Dia akan meniadakan hartamu, yang telah Dia simpan untukmu, dan Dia akan memberikannya kepada mereka yang cerdas di Bumi, yang dengan menggunakan juga apa yang tidak benar dan tidak adil dalam perbuatan mereka membuat diri mereka benar dan adil.

Tidak ada hamba yang bisa mengabdi dua tuan. Karena dia akan mengasihi yang satu daripada yang lain, dan dia akan membenci yang satu daripada yang lain. Dua tuan yang bisa dipilih oleh manusia adalah Allah dan Mamon. Tetapi jika manusia ingin menjadi milik dari yang pertama, dia tidak bisa mengenakan warna, atau mengikuti suara, atau menggunakan sarana-sarana dari yang terakhir."

Terdengar suara dari kelompok kaum Esseni: "Manusia tidak bebas memilih. Dia terpaksa mengikuti takdir. Kami tidak menyatakan bahwa itu terdistribusi secara tidak bijaksana. Sebaliknya, Pikiran yang sempurna telah menetapkan, menurut rencananya sendiri yang sempurna, jumlah mereka yang layak akan Surga. Semua yang lain berjuang dengan sia-sia saja untuk menjadi seperti itu. Begitulah situasinya. Dan tidak bisa sebaliknya. Seperti orang yang sedang berjalan keluar dari rumah mungkin tewas oleh batu yang terjatuh dari hiasan bagian atas tembok rumah, sementara orang yang berada di medan pertempuran mungkin tidak menderita lecet sedikit pun, demikian pula orang yang ingin menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi tidak tertulis demikian, dia hanya akan melakukan dosa bahkan tanpa disadari, karena kebinasaannya sudah ditakdirkan."

"Tidak, sobat. Tidak demikian. Dan ubahlah cara berpikirmu. Dengan berpikir seperti itu, kau bersalah kepada Tuhan."

"Kenapa? Katakan padaku dan aku akan mengubah pikiranku."

"Karena, dengan berkata demikian, kau secara mental mengakui bahwa Allah tidak adil terhadap makhluk-Nya. Dia menciptakan mereka dengan cara yang sama dan dengan kasih yang sama. Dia adalah seorang Bapa. Sempurna dalam kebapaan-Nya, sebagaimana Dia sempurna dalam segala hal lainnya. Oleh karena itu, bagaimana mungkin Dia bisa membeda-bedakan dan mengutuk orang saat orang itu masih dikandung dan masih merupakan embrio yang tidak berdosa? Saat dia masih tidak bisa berbuat dosa?"

"Untuk membalas dendam atas pelanggaran yang diterima dari manusia."

"Tidak. Allah tidak membalas dendam seperti itu! Dia tidak akan menjadi puas dengan pengorbanan yang menyedihkan seperti itu, dengan pengorbanan yang dipaksakan secara tidak adil. Pelanggaran yang dilakukan terhadap Allah dapat dihapuskan oleh Allah yang menjadi Manusia. Dia akan menjadi Sang Penyilih. Bukan orang ini ataupun orang itu. Oh! Aku berharap adalah mungkin bagi-Ku untuk harus menghapus saja dosa asal! Aku berharap tidak ada Kain di Bumi, tidak ada Lamekh, tidak ada penyemburit yang rusak, tidak ada pembunuh, pencuri, pezinah, penghujat, tidak ada orang yang tidak mengasihi orangtuanya, tidak ada orang yang bersumpah palsu, dan seterusnya! Tetapi dari tiap-tiap dosa itu, pendosalah yang bersalah dan penggagasnya, bukan Allah. Allah membiarkan anak-anak-Nya bebas memilih antara Yang Baik dan Yang Jahat."

"Dan itu adalah salah," teriak seorang ahli Taurat. "Dia mencobai kita melewati batas. Meskipun Dia tahu bahwa kita ini lemah, bodoh, teracuni, Dia membawa kita masuk ke dalam pencobaan. Itu adalah entah ketidakbijaksanaan atau kejahatan. Karena Engkau orang benar, Engkau harus mengakui bahwa apa yang aku katakan adalah benar."

"Kau mengucapkan dusta untuk mencobai Aku. Allah telah memberikan kepada Adam dan Hawa semua nasihat yang diperlukan, apakah gunanya itu?"

"Dia melakukan hal yang salah bahkan kala itu. Dia seharusnya tidak menempatkan pohon itu, pencobaan itu, di Taman."

"Jika demikian, di manakah kebaikan manusia?"

"Dia akan berbuat tanpa itu. Dia akan hidup tanpa kebaikan dirinya sendiri, tetapi hanya dengan kebaikan Allah."

"Mereka mencobai-Mu, Guru. Tinggalkan saja ular-ular itu sendirian, dan dengarkan kami, yang hidup dalam mati raga dan meditasi," teriak si Eseni sekali lagi.

"Ya, kamu hidup demikian. Tapi secara buruk. Mengapa kamu tidak hidup secara kudus?"

Si Eseni tidak menjawab pertanyaan, tetapi balik bertanya: "Sebab Engkau memberiku jawaban yang meyakinkan tentang kehendak bebas, dan aku akan memeditasikannya dengan niat baik, dengan harapan aku akan bisa menerimanya, sekarang katakan padaku. Apakah Engkau benar-benar percaya akan kebangkitan tubuh dan hidup jiwa-jiwa disempurnakan olehnya?"

"Dan apakah kau ingin Allah mengakhiri hidup manusia seperti itu?"

"Tetapi jiwa... Karena jiwa sudah bahagia dengan ganjarannya, mengapa membuat tubuhnya bangkit kembali? Apakah itu akan menambah kebahagiaan jiwa-jiwa terberkati?"

"Tidak ada suatu pun yang akan menambah kebahagiaan seorang kudus ketika dia memiliki Allah. Atau lebih tepatnya, hanya satu saja yang akan menambah kebahagiaanya pada Akhir Zaman: pengetahuan bahwa tidak ada lagi dosa. Tetapi tidakkah menurutmu adil, bahwa seperti sekarang ini jiwa dan raga bersatu dalam perjuangan untuk memiliki Surga, keduanya harus bersatu juga di Hari yang kekal untuk menikmati ganjarannya? Apakah kau tidak yakin? Lalu mengapa kau hidup dalam mati raga dan meditasi?"

"Untuk menjadi... manusia yang lebih sempurna, tuan atas binatang-binatang lain yang mematuhi instingnya tanpa kendali, dan menjadi lebih baik dari kebanyakan manusia yang kotor dengan kebinatangan bahkan meski mereka memamerkan ayat-ayat Torah, rumbai-rumbai, jumbai-jumbai dan pakaian-pakaian lebar dan menyebut diri 'orang yang disisihkan'"

Terkutuk! Kaum Farisi, begitu mendengar ucapan pedas itu, yang didukung oleh orang banyak dengan gumaman, menjadi heboh dan berteriak-teriak seperti orang gila. "Dia menghina kami, Guru! Engkau tahu kekudusan kami. Belalah kami," mereka berteriak-teriak seraya menggerak-gerakkan tangan.

Yesus menjawab: "Dia, juga, tahu kemunafikanmu. Pakaian tidak ada hubungannya dengan kekudusan. Apabila kamu layak dipuji, Aku akan bisa berbicara. Tetapi jawaban-Ku untukmu, Eseni, adalah bahwa kamu melakukan laku tapa untuk hal yang terlalu sepele. Kenapa? Untuk siapa? Untuk berapa lama? Untuk pujian manusia. Untuk tubuh yang fana. Untuk waktu yang singkat sesingkat terbangnya burung elang. Tinggikan laku tapamu. Percayalah pada Allah yang benar, pada kebangkitan penuh bahagia, pada kehendak bebas manusia. Jalani kehidupan pertapa, tetapi untuk alasan-alasan adikodrati itu. Dan dengan tubuhmu yang bangkit, kamu akan menikmati kebahagiaan yang kekal."

"Terlambat! Aku sudah tua! Aku mungkin sudah menyia-nyiakan hidupku di sekte yang keliru... Inilah akhirnya!..."

"Tidak. Tidak pernah menjadi akhir bagi mereka yang menginginkan yang baik! Dengarkan, para pendosa, dan kamu, yang keliru, atau kamu, bagaimanapun masa lalumu. Bertobatlah. Datanglah ke Kerahiman Allah. Ia merentangkan tangan kepadamu. Aku akan menunjukkan jalannya kepadamu. Aku adalah sumber mataair yang vital dan murni. Singkirkan apa yang sudah menyesatkanmu selama ini. Tanggalkan pakaianmu dan datanglah ke sumber mataair. Kenakan pakaian teraang. Bangkitlah. Apakah kamu mencuri seperti perampok, atau seperti orang terhormat yang licik dalam perdagangan atau dalam pekerjaanmu? Marilah. Apakah kamu memiliki kebiasaan buruk atau nafsu cabul? Marilah. Apakah kamu menindas sesamamu? Marilah. Bertobatlah. Datanglah untuk mengasihi dan untuk berdamai. Oh! Biarkan kasih Allah mengalir atasmu. Bebaskan kasih itu, yang menderita karena perlawananmu, ketakutanmu, keragu-raguanmu. Aku mohon kepadamu dalam nama BapaKu dan Bapa-mu. Datanglah kepada Hidup dan Kebenaran, dan kamu akan memiliki hidup yang kekal."

Seorang laki-laki berteriak dari antara kerumunan orang banyak, "Aku kaya dan seorang berdosa. Apakah yang harus aku lakukan untuk datang?"

"Serahkan segalanya demi Allah dan demi jiwamu."

Orang-orang Farisi menggerutu dan mencemooh Yesus, menyebut-Nya "penjual ilusi dan ajaran sesat", dan "orang berdosa yang berpura-pura kudus", dan mereka memperingatkan-Nya bahwa ajaran sesat selalu sesat dan begitulah kaum Eseni. Mereka mengatakan bahwa pertobatan yang tiba-tiba tidak ada artinya selain dari antusiasme yang segera berlalu dan bahwa seorang yang najis akan selalu najis, seorang pencuri akan selalu pencuri dan seorang pembunuh akan selalu pembunuh. Mereka mengakhirinya dengan mengatakan bahwa, karena mereka hidup dalam kekudusan yang sempurna, mereka adalah satu-satunya yang berhak atas Surga dan untuk berkhotbah.

"Ini adalah hari bahagia. Benih-benih kekudusan jatuh ke dalam hati orang-orang. Kasih-Ku, yang diberi makan oleh kecupan Allah, memberikan hidup kepada benih. Putra Manusia berbahagia dalam menguduskan... Kamu sudah meracuni harinya. Tapi, tidak mengapa. Aku katakan kepadamu - dan jika Aku tidak lemah lembut, kesalahannya ada padamu - Aku katakan kepadamu bahwa kamu adalah orang-orang yang menunjukkan diri sebagai benar, atau mencoba melakukan itu, di mata orang, tetapi kamu bukan orang benar. Allah mengenal hatimu. Apa yang hebat di mata manusia, adalah kejijikan di hadapan kebesaran dan kesempurnaan Allah. Kamu mengutip Hukum lama. Jadi, mengapa kamu tidak hidup seturut itu? Kamu mengubah Hukum demi kepentinganmu, memperberatnya dengan beban-beban yang memberimu keuntungan. Jadi, mengapa kamu tidak mengizinkan Aku untuk mengubahnya demi kepentingan orang-orang kecil ini, dengan menyingkirkan semua jumbai dan beban berat yang tak berguna dari perintah-perintah yang kamu buat, yang begitu banyak dan begitu rupa hingga Hukum yang esensial hilang di bawahnya dan terlindas? Aku merasa iba kepada orang banyak ini, kepada jiwa-jiwa ini, yang mencari udara segar dalam Agama dan mendapati simpul hidup. Mereka mencari kasih dan mendapati teror... Tidak. Mari, orang-orang kecil Israel. Hukum adalah kasih! Allah adalah kasih! Inilah yang Aku katakan kepada mereka yang ketakutan di antaramu. Hukum yang keras dan para nabi yang mengancam yang menubuatkan Aku, tetapi kendati seruan nubuat mereka yang menyedihkan, mereka tidak bisa menahan dosa, mereka sudah berakhir dengan Yohanes. Sesudah Yohanes datanglah Kerajaan Allah, Kerajaan kasih. Aku berkata kepada yang mereka yang rendah hati: 'Masuklah. Itu untukmu.' Dan semua orang yang berkehendak baik berusaha untuk masuk. Tetapi untuk mereka yang tidak mau menundukkan kepalanya, tidak mau menebah dada dan berkata: 'Aku sudah berdosa', tidak akan ada Kerajaan. Ada tertulis: 'Sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk.' Tanah ini melihat mukjizat Elisa, yang membuat air tidak baik menjadi sehat, dengan melemparkan garam ke dalamnya. Dan tidakkah Aku melemparkan garam Kebijaksanaan ke dalam hatimu? Jadi, mengapa kamu lebih buruk daripada air dan kamu tidak mengubah rohmu? Campurkan garam-Ku dengan formulamu dan itu akan memiliki rasa yang baru, karena akan memberikan kepada Hukum kekuatan primitifnya. Dalam kamu, pertama-tama, sebab kamu yang paling membutuhkan. Apakah kamu mengatakan bahwa Aku mengubah Hukum? Tidak. Kamu berkata bohong. Aku memberikan kepada Hukum bentuk aslinya, yang sudah kamu rusak. Sebab, itu adalah Hukum yang akan berlaku selama Bumi ada, dan baik langit maupun bumi akan lenyap di hadapan satu saja unsurnya atau nasihatnya. Dan jika kamu mengubahnya, sebab kamu suka melakukan itu, dan jika kamu mencari celah untuk menutupi kesalahanmu, sebaiknya kamu tahu bahwa itu akan sia-sia. Sia-sia, Samuel! Sia-sia, Yesaya. Ada tertulis: 'Jangan berzinah' dan Aku melengkapinya dengan menambahkan: 'Dia yang memulangkan istrinya supaya bisa kawin dengan yang lain, dia seorang pezina; dan dia, yang kawin dengan perempuan yang ditolak oleh suaminya, dia seorang pezina, karena apa yang telah dipersatukan Allah, hanya maut yang dapat memisahkannya.' Tetapi kata-kata yang keras adalah untuk para pendosa yang berdegil. Mereka yang sudah berdosa, tetapi berduka dan meratapinya, harus tahu dan percaya bahwa Allah adalah Kebaikan, dan biarlah mereka datang kepada Dia Yang mengabsolusi, mengampuni dan memberi masuk ke dalam Hidup. Pergilah dengan kepastian ini. Sebarkan ini di hati orang. Beritakan kerahiman, yang memberimu damai, dengan memberkatimu dalam nama Tuhan."

Kerumunan orang banyak bubar perlahan, baik karena jalannya sempit maupun karena mereka terpesona oleh Yesus. Tetapi mereka bubar.

Para rasul tetap bersama Yesus dan sambil bercakap-cakap mereka berjalan. Mereka mencari tempat yang teduh dengan berjalan dekat serumpun semak tamariska yang terayun-ayun. Namun ada seorang Eseni di sana. Dialah orang yang tadi berbicara kepada Yesus. Dia menanggalkan jubah putihnya.

Petrus, yang mendahului semua orang, tercengang melihat laki-laki itu hanya mengenakan baju dalam celana panjang, dan dia berlari balik seraya berkata: "Guru! Orang gila! Orang yang berbicara kepada-Mu, si Eseni. Dia menanggalkan pakaiannya dan menangis dan mendesah. Kita tidak bisa pergi ke sana."

Namun laki-laki itu, yang kurus, berjanggut, tanpa pakaian di tubuhnya terkecuali baju dalam celana panjang dan sandal, sudah keluar dari semak-semak dan dia mengarahkan langkahnya ke arah Yesus sambil menangis dan menebah dadanya. Dia merebahkan diri, "Akulah orang yang hatinya telah disembuhkan secara mukjizat. Engkau telah menyembuhkan jiwaku. Aku akan menaati sabda-Mu. Aku ingin mengenakan pakaian terang, dengan meninggalkan semua pikiran lain, yang mungkin sudah mengenakan pakaian yang keliru padaku. Aku akan hidup menyendiri untuk memeditasikan Allah yang benar, untuk memperoleh hidup dan kebangkitan. Apakah itu cukup? Berilah aku nama baru dan beritahu aku tempat di mana aku bisa hidup dari Engkau dan dari sabda-Mu."

"Dia gila! Kita tidak mampu menjalani hidup yang seperti itu padahal kita sudah mendengarkan begitu banyak sabda-Nya! Dan dia... baru sesudah satu khotbah saja..." para rasul saling berkata satu sama lain.

Namun laki-laki itu, yang mendengarnya, berkata: "Apakah kamu mau membatasi Allah? Dia telah mematahkan hatiku untuk memberiku roh yang bebas. Tuhan!..." dia memohon seraya merentangkan kedua tangannya ke arah Yesus.

"Ya. Namamu Elia dan jadilah api. Gunung itu penuh gua. Pergilah ke sana, dan saat kau mendengar gempa karena gempa bumi yang dahsyat, keluarlah, dan carilah para abdi Tuhan untuk menggabungkan diri dengan mereka. Maka, kau akan dilahirkan kembali dan kau akan menjadi seorang abdi juga. Pergilah!"

Laki-laki itu mencium kedua kaki-Nya, bangkit dan pergi.

"Tapi apakah dia akan telanjang seperti itu?" tanya para rasul tercengang.

"Berilah dia sehelai mantol, sebuah pisau, sumbu dan batu api, dan roti. Dia akan berjalan hari ini dan besok dan kemudian dia akan undur diri untuk berdoa di mana kita kali lalu berhenti, dan Bapa akan memelihara putra-Nya."

Andreas dan Yohanes mengejarnya dan berhasil mencapainya ketika dia hendak menghilang di tikungan.

Mereka kembali dengan berkata: "Dia menerima semuanya. Kami juga memberitahu dia di mana kita kala itu berada. Benar-benar tuaian yang tak terduga, Tuhan!"

"Allah membuat tumbuh-tumbuhan berbunga juga di bebatuan. Dan di padang gurun hati Dia membuat roh-roh yang berkehendak baik bangkit untuk menghibur-Ku. Sekarang ayo kita pergi ke arah Yerikho. Kita akan berhenti di rumah di pedesaan."
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 6                 Daftar Istilah                    Halaman Utama