375. HARI SABAT ROTI TAK BERAGI.
![]() 4 Februari 1946
Banyak murid, baik laki-laki maupun perempuan, yang sudah undur diri dan kembali ke rumah-rumah di mana mereka menumpang, atau kembali pulang ke rumah.
Di sore yang indah di akhir bulan April ini, hanya yang benar-benar murid-murid yang pantas, dan khususnya mereka yang lebih membaktikan diri untuk berkhotbah, tinggal di rumah Lazarus. Yaitu, para gembala, Hermas dan Stefanus, Yohanes sang imam, Timoneus, Ermasteus, Yusuf dari Emaus, Salomo, Habel dari Betlehem di Galilea, Samuel dan Habel dari Khorazim, Agapo, Aser dan Ismael dari Nazaret, Elia dari Khorazim, Filipus dari Arbela, Yusuf tukang perahu dari Tiberias, Yohanes dari Efesus, Nikolaus dari Antiokhia. Selain para murid perempuan yang dikenal, Annalea, Dorkas, ibu Yudas, Myrtha, Anastasica dan putri-putri Filipus juga tetap tinggal. Aku tidak lagi melihat Mirjiam anak Yairus ataupun Yairus sendiri. Mungkin mereka sudah kembali ke rumah yang menawarkan tumpangan.
Mereka berjalan-jalan di halaman-halaman, atau di teras rumah, sementara hampir semua perempuan dan semua murid perempuan tua ada di sekeliling Yesus, Yang duduk dekat ranjang kecil Lazarus. Mereka mendengarkan Yesus Yang sedang berbicara kepada Lazarus, menggambarkan desa-desa yang telah mereka lalui selama minggu-minggu terakhir sebelum perjalanan Paskah mereka.
"Engkau datang tepat pada waktunya untuk menyelamatkan si kecil," komentar Lazarus sesudah mendengarkan kisah kastil Kaisarea Filipi seraya menunjuk pada bayi yang sedang tidur dengan damai dalam pelukan ibunya. Dan Lazarus menambahkan, "Dia anak yang menawan! Perempuan, maukah kau membiarkanku melihatnya di sini, dekatku?"
Dorkas berdiri dan dengan diam tapi penuh bangga dia membawa anaknya yang dikagumi oleh si sakit.
"Anak yang menawan! Sungguh menawan! Semoga Tuhan melindunginya dan membuatnya tumbuh sehat dan kudus."
"Dan setia kepada Juruselamat-nya. Aku lebih suka melihatnya mati sekarang, daripada mengetahui bahwa dia tidak setia kepada-Nya. Aku bisa menanggung apa pun, tetapi aku tidak bisa membiarkan putraku tidak berterima kasih kepada Tuhan Yang menyelamatkannya," kata Dorkas mantap, dan dia kembali ke tempat duduknya.
"Tuhan selalu datang tepat pada waktunya untuk menyelamatkan," kata Myrtha, ibu Habel dari Bethlehem. "Putraku saat itu begitu dekat kematian, dan kematian yang mengerikan! seperti bayi Dorkas. Tetapi Dia datang... dan Dia menyelamatkan. Sungguh saat yang menakutkan!..." Kenangan itu sendiri membuat Myrtha menjadi pucat pasi.
"Jadi Kau akan datang pada waktunya juga untukku, ya kan? Untuk memberiku damai..." kata Lazarus sembari membelai tangan Yesus.
"Tapi apakah kau tidak merasa sedikit lebih baik, saudaraku?" tanya Marta. "Sebab sejak kemarin kau terlihat agak lega..."
"Ya. Dan aku sendiri heran. Mungkin Yesus..."
"Tidak, sahabat-Ku terkasih. Faktanya adalah bahwa Aku menanamkan damai-Ku dalam dirimu. Jiwamu terpuaskan dengannya dan itu meringankan rasa sakit pada tubuhmu. Adalah ketetapan Allah bahwa kau harus menderita."
"Dan mati. Kau boleh mengatakannya juga. Baiklah... kehendak-Nya terjadilah, seperti yang Kau ajarkan kepada kami. Mulai sekarang aku tidak akan minta untuk disembuhkan atau diringankan. Aku telah menerima begitu banyak dari Tuhan (dan dia tanpa sengaja menatap Maria, saudarinya) sehingga adalah adil jika aku harus membayar atas apa yang aku dapatkan, dengan penyerahan diriku..."
"Lakukan lebih dari itu, sahabat-Ku. Adalah hal yang luar biasa untuk berserah dan menanggung penderitaan. Tapi kau bisa memberinya nilai yang lebih besar."
"Yang mana, Tuhan-ku?"
"Persembahkan untuk penebusan manusia."
"Aku sendiri orang yang malang, Tuhan. Aku tidak bisa berkeinginan untuk menjadi seorang penebus."
"Kau katakan begitu, tapi kau salah. Allah menjadi Manusia untuk menolong manusia. Tetapi manusia bisa menolong Allah. Perbuatan orang-orang benar akan dipersatukan dengan perbuatan-Ku pada saat Penebusan. Orang-orang benar yang sudah meninggal berabad-abad yang lalu, yang masih hidup, ataupun yang akan hidup di masa mendatang. Tambahkan perbuatanmu, mulai dari sekarang. Sungguh indah menyatu dengan Kemurahan yang tak terbatas dengan menambahkan padanya apa yang bisa kita berikan dari kemurahan kita yang terbatas dan berkata, 'Aku juga bekerja sama, Bapa, demi kesejahteraan saudara-saudaraku.' Tidak ada kasih yang lebih besar bagi Tuhan dan bagi sesama kita daripada kesanggupan ini untuk menderita dan mati demi memuliakan Tuhan dan keselamatan kekal bagi saudara-saudara kita. Menyelamatkan diri kita sendiri demi diri kita sendiri? Itu sangat sedikit. Itu adalah tingkat kekudusan yang 'terdendah'. Sungguh indah untuk menyelamatkan orang-orang lain dengan mengorbankan diri kita sendiri, untuk mengasihi hingga tingkat menjadi menjadi api kurban demi menyelamatkan sesama kita. Maka, kasih menjadi sempurna. Dan besarlah kekudusan dari jiwa-jiwa yang begitu murah hati seperti itu."
"Betapa indahnya itu, bukan, saudari-saudariku?" seru Lazarus dengan senyum menerawang di wajahnya yang kurus.
Marta, yang sangat tersentuh hatinya, mengangguk setuju.
Maria, yang duduk di atas bantal dekat kaki Yesus, dalam sikap biasanya sebagai seorang penyembah yang khusyuk dan rendah hati, berkata, "Aku. Aku yang mungkin sudah membuat saudaraku menderita sebegitu rupa? Katakan padaku, Tuhan, supaya dukacitaku menjadi lengkap!..."
Lazarus berseru, "Bukan, Maria, bukan... Aku memang harus mati seperti ini. Jangan menyayat hatimu."
Namun Yesus, Yang paling tulus, berkata, "Ya, Maria, sudah pasti kau! Aku mendengar doa-doa dan degup hati saudaramu yang baik. Tetapi janganlah ini menyebabkan dukacita yang menyuramkanmu, sebaliknya haruslah itu mendorong kehendakmu untuk menjadi sempurna, mengingat harga yang harus kau bayar. Dan bersukacitalah! Bersukacitalah karena Lazarus, sebab dia yang sudah merenggutmu dari setan..."
"Bukan aku! Engkau yang melakukannya, Guru."
"...sebab dia yang sudah merenggutmu dari setan, pantas mendapatkan dari Allah ganjaran di masa mendatang, di mana orang-orang dan malaikat-malaikat akan membicarakannya. Dan mengenai Lazarus, mereka akan berbicara tentang orang-orang lain, dan khususnya tentang perempuan-perempuan lain, yang melalui kegagah-beranian mereka sudah merenggut mangsa dari Setan."
"Siapakah mereka?" tanya para perempuan penuh rasa ingin tahu, masing-masing berharap menjadi salah seorang di antaranya.
Maria ibu Yudas tidak berbicara. Namun dia menatap Sang Guru... Yesus juga menatap padanya. Yesus bisa membohonginya, tetapi Dia tidak melakukannya. Dia tidak mempermalukannya, tetapi Dia juga tidak membohonginya. Yesus menjawab mereka, "Kamu akan tahu di surga."
Ibu Yudas, yang masih dikuasai dukacita bertanya, "Dan jika dia tidak berhasil, meskipun dia mau, bagaimanakah nasibnya?"
"Seperti yang pantas bagi jiwanya yang baik."
"Surga? Tetapi, Tuhan, seorang istri, seorang saudari, atau seorang ibu yang gagal menyelamatkan orang-orang yang dia kasihi dan harus melihat bahwa mereka dikutuk, bisakah dia menikmati Firdaus, meskipun dia berada di Firdaus? Tidakkah Engkau berpikir bahwa dia tidak akan pernah bisa bersukacita karena... daging dari dagingnya dan darah dari darahnya pantas mendapatkan kutukan kekal? Aku pikir dia tidak akan bisa bersukacita melihat orang-orang yang dikasihinya ada dalam kesakitan yang mengerikan…"
"Kau salah, Maria. Penglihatan akan Allah dan menjadi milik Allah adalah sumber kebahagiaan yang tak terbatas sehingga kesedihan tidak bisa ada bagi jiwa-jiwa terberkati. Sementara mereka aktif dan giat dalam membantu orang-orang yang bisa diselamatkan, mereka tidak lagi menderita bagi orang-orang yang terpisah dari Allah, dan sebagai konsekuensinya terpisah dari diri mereka sendiri yang berada dalam Allah. Persekutuan para kudus adalah bagi orang-orang kudus."
"Tetapi jika mereka membantu orang-orang yang masih bisa diselamatkan, itu berarti bahwa orang-orang yang ditolong itu belum seorang kudus," kata Petrus.
"Tetapi mereka memiliki kemauan, setidaknya kemauan pasif, untuk menjadi seorang kudus. Orang-orang kudus Allah juga membantu dalam kebutuhan signifikan, untuk membuat mereka maju dari kemauan pasif menjadi aktif. Apakah kau mengerti Aku?"
"Ya dan tidak. Misalnya, seandainya aku berada di surga dan aku melihat, katakanlah, sebersit sikap baik pada... Eli, orang Farisi, apa yang akan aku lakukan?"
"Kau akan mendapatkan segala cara untuk meningkatkan sikap baiknya."
"Dan jika itu sama sekali tidak membantu? Lalu?"
"Lalu, saat dia dikutuk, kau tidak akan peduli tentang dia."
"Dan jika dia pantas dikutuk, seperti dia pantas dikutuk sekarang ini, tetapi aku mengasihinya - yang tidak akan pernah terjadi - apa yang harus aku lakukan?""
"Pertama-tama, sebaiknya kau tahu bahwa kau ada dalam bahaya dikutuk dengan mengatakan bahwa dia tidak kau kasihi dan tidak akan pernah kau kasihi; kedua kau harus tahu bahwa, jika kau berada di surga, kau akan berdoa untuknya dan untuk keselamatannya, sampai saat pengadilannya. Akan ada jiwa-jiwa yang diselamatkan pada saat terakhir, sesudah doa seumur hidup bagi mereka."
Seorang pelayan datang seraya berkata, "Menahem datang. Dia ingin bertemu dengan Guru."
"Biarkan dia masuk. Dia pasti ingin membicarakan masalah serius."
Para perempuan undur diri diam-diam, diikuti oleh para laki-laki. Namun Yesus memanggil kembali Ishak, Yohanes imam, Stefanus dan Hermas, Matias dan Yusuf, yang semuanya adalah murid-gembala. "Lebih baik bagimu untuk tahu juga, karena kamu adalah murid," Dia menjelaskan.
Menahem masuk dan membungkuk kepada Yesus.
"Damai sertamu," sapa Yesus.
"Damai serta-Mu, Guru. Matahari mulai terbenam. Langkah pertamaku sesudah Sabat adalah untuk-Mu, Tuhan-ku."
"Apakah Paskah-mu baik?"
"Baik?! Tidak ada yang baik di mana ada Herodes dan Herodias! Aku berharap itu adalah terakhir kalinya aku makan anak domba bersama mereka. Dengan taruhan nyawaku, aku tidak akan tinggal lebih lama lagi dengan mereka!"
"Aku pikir kau membuat kesalahan. Kau bisa melayani Guru dengan tetap..." Iskariot menyatakan keberatan.
"Itu benar. Dan itulah yang membuatku bertahan sampai sekarang. Tapi betapa memuakkan! Khuza bisa menggantikanku..."
Bartolomeus menunjukkan kepadanya, "Khuza bukanlah Menahem... Dia bisa berakal bulus. Dia tidak akan pernah mencela tuannya. Kau lebih tulus."
"Itu benar. Dan apa yang kau katakan itu benar. Khuza itu orang istana. Dia terpesona oleh keluarga kerajaan... Raja! Apa yang aku katakan!? Oleh lumpur kerajaan! Tapi dia berpikir bahwa dia adalah seorang raja, saat berada bersama raja... Dan dia ngeri jika tidak disukai raja. Sore itu dia kelihatan sangat bermuram durja, saat dia nyaris merayap di hadapan Herodes yang memanggilnya sesudah dia mendengar keluhan Salome, yang telah Engkau usir. Khuza berada dalam kesulitan besar. Keinginannya untuk keluar dari masalah, dengan segala cara, bahkan dengan mendakwa-Mu, menyatakan bahwa Engkau bersalah, terlihat jelas di wajahnya. Tapi Herodes... secara licik hanya ingin menertawakan gadis itu di balik punggungnya, karena dia membencinya, sekarang, seperti dia membenci ibunya. Dan dia tertawa seperti orang gila mendengar Khuza mengulangi kata-kata-Mu. Dia terus berkata, 'Kata-kata seperti itu jauh terlalu baik untuk anak muda itu... (dan dia mengucapkan kata yang tidak senonoh yang tidak akan aku ulang untuk-Mu). Dia seharusnya sudah menginjak-injak dada gadis cabul itu... Tapi Dia akan terkontaminasi!' dan dia tertawa-tawa. Kemudian dia menjadi serius dan berkata, 'Tapi ... penghinaan yang pantas bagi perempuan itu tidak bisa dibenarkan sehubungan dengan kerajaan. Aku murah hati (itu adalah gagasannya yang pasti bahwa dia demikian, dan karena tidak seorang pun yang mengatakan itu padanya, dia mengatakannya sendiri) dan aku akan mengampuni Sang Rabbi, juga karena Dia mengatakan yang sebenarnya kepada Salome. Tapi aku ingin Dia datang ke istana supaya aku bisa mengampuni-Nya sepenuhnya. Aku ingin melihat-Nya, mendengar-Nya dan membuat-Nya melakukan mukjizat. Biarkan Dia datang dan aku akan menjadi pelindung-Nya.' Itulah yang dia katakan malam itu. Dan Khuza tidak tahu harus berkata apa. Dia tidak ingin mengatakan tidak kepada raja dan dia tidak bisa mengatakan ya. Karena Engkau pasti tidak akan menyerah pada keinginan kosong Herodes. Hari ini dia mengatakan kepadaku, 'Kau pasti akan menemui Dia... Beritahukan kepada-Nya apa yang aku inginkan.' Aku sudah memberitahukannya kepada-Mu tetapi aku sudah tahu jawabannya. Bagaimanapun, katakan padaku, supaya aku bisa menyampaikannya kepadanya."
"TIDAK!" yang menggelegar.
"Tidakkah Engkau akan menjadikannya musuh yang kuat melawan-Mu?" tanya Tomas.
"Dia bisa menjadi algojo-Ku. Tapi Aku hanya bisa menjawab: 'tidak.'"
"Dia akan menganiaya kita..."
"Oh! Dalam tiga hari dia akan sudah lupa semuanya itu," kata Menahem sembari mengangkat bahu. Dan dia menambahkan, "Mereka sudah berjanji padanya... beberapa penari pantomim... Mereka akan tiba besok... Dan dia akan lupa segalanya!..."
Pelayan kembali, "Nikodemus, Yusuf, Eleazar dan orang-orang Farisi lainnya serta para pemimpin Mahkamah Agama ada di sini, Guru. Mereka ingin menyalami-Mu."
Lazarus memandang Yesus dengan tatapan penuh tanya. Yesus mengerti, "Biarkan mereka masuk! Aku akan senang menyalami mereka."
Yusuf datang tak lama kemudian bersama Nikodemus, Eleazar (orang benar di perjamuan Ismael), Yohanes (tamu di perjamuan jauh Yusuf Arimatea), seorang laki-lain yang namanya aku dengar adalah Yosua, seorang Filipus, seorang Yudas dan yang terakhir seorang Yoakim. Mereka seolah-olah terus saling bersalam-salaman selamanya. Untunglah ruangan itu besar, jika tidak, tidak akan ada cukup ruang untuk begitu banyak saling bungkuk, saling berpelukan, dan jubah yang berlapis-lapis. Namun, meskipun begitu besar, ruangan itu menjadi begitu penuh sehingga para murid undur diri. Hanya Lazarus yang tinggal bersama Yesus. Para murid mungkin nyaris tidak percaya bahwa mereka tidak dipandangi dari atas ke bawah oleh mata dari begitu banyak anggota Mahkamah Agama!
"Kami mendengar bahwa kau berada di Yerusalem, Lazarus. Maka kami datang," kata orang yang bernama Yoakim.
"Aku takjub dan bahagia. Aku hampir lupa seperti apa wajahmu…," jawab Lazarus agak ironis.
"Yah... kau tahu... Kami selalu ingin datang. Tapi... Kau menghilang..."
"Dan kau tak bisa percaya bahwa itu benar! Sesungguhnya memang sulit untuk mengunjungi seseorang yang malang!"
"Bukan begitu! Janganlah bicara seperti itu. Kami... menghormati keinginanmu. Tapi sekarang bahwa... sekarang bahwa... benar begitu Nikodemus?"
"Ya, Lazarus. Teman-teman lama kembali. Juga untuk mendengar kabar baikmu dan menghormati Sang Rabbi."
"Berita apa yang kau bawa untukku?"
"Hmm... Yah... Hal-hal yang biasa... Dunia... Tentu saja...," mereka melirik ke arah Yesus, Yang duduk tegak di kursi-Nya, agak tenggelam dalam pikiran-Nya.
"Bagaimana kalian semua bisa bersama hari ini, ketika hari Sabat baru saja berakhir?"
"Kami mengadakan pertemuan khusus."
"Hari ini?! Apa yang begitu mendesak?..."
Para tamu mencuri pandang ke arah Yesus dengan penuh arti. Namun Dia asyik... "Ada banyak alasan..." mereka pada akhirnya menjawab.
"Dan apakah itu ada hubungannya dengan Sang Rabbi?"
"Ya, Lazarus. Berhubungan dengan Dia juga. Tetapi kami juga menyampaikan keputusan atas suatu peristiwa yang serius, sementara kami semua berkumpul di kota untuk perayaan..." jelas Yusuf Arimatea.
"Peristiwa serius? Yang mana?"
"Suatu... kesalahan anak muda... Hmmm. Tentu saja! Diskusi yang menjijikkan karena... Rabbi, dengarkanlah kami. Engkau termasuk orang jujur. Meskipun kami bukan murid-Mu, kami bukan musuh-Mu. Di rumah Ismael Engkau katakan padaku bahwa aku tidak jauh dari keadilan," kata Eleazar.
"Itu benar. Aku mengonfirmasinya."
"Dan aku membelamu melawan Felix di perjamuan Yusuf," kata Yohanes.
"Itu juga benar."
"Dan orang-orang ini sependapat dengan kami. Hari ini kami dipanggil untuk memutuskan... dan kami tidak senang dengan keputusannya. Karena kami kalah dari keputusan mayoritas. Karena Engkau lebih bijaksana dari Salomo, kami meminta-Mu untuk mendengarkan kami dan berilah kami pendapat-Mu." Yesus menusuk mereka dengan tatapan yang dalam. Kemudian Dia berkata, "Bicaralah."
"Apakah kita yakin bahwa tidak ada seorang pun yang bisa mendengarkan kita? Karena ini... hal yang sangat mengerikan..." kata laki-laki yang bernama Yudas.
"Tutup pintunya dan turunkan tirainya, dan kita akan seperti berada di kuburan," jawab Lazarus.
"Guru, kemarin pagi Engkau mengatakan kepada Eleazar bin Hanas bahwa untuk suatu alasan dia akan menjadi terkontaminasi. Mengapa Engkau mengatakannya kepadanya?" tanya Filipus.
"Karena itu harus dikatakan. Dia memang menjadi terkontaminasi. Aku tidak. Kitab-kitab suci yang mengatakannya kepada kita."
"Itu benar. Tapi bagaimana Engkau tahu bahwa dia terkontaminasi? Apakah gadis itu mungkin berbicara kepada-Mu sebelum dia meninggal?" tanya Eleazar.
"Gadis yang mana?"
"Gadis yang tewas sesudah diperkosa dan ibunya tewas bersamanya, dan tidak diketahui apakah kesedihan hebat yang menewaskan mereka, atau mereka bunuh diri, atau mereka diracun untuk membungkam mereka."
"Aku tidak tahu apa-apa tentang itu. Aku melihat jiwa yang rusak dari putra Hanas. Aku mencium bau busuknya. Aku berbicara. Aku tidak tahu atau melihat yang lainnya."
"Tapi apa yang terjadi?" tanya Lazarus dengan keprihatinan mendalam.
"Eleazar, putra Hanas, melihat seorang gadis, putri seorang janda dan... dia memanggil si gadis mengatakan bahwa dia akan memberinya pekerjaan, karena si gadis dan ibunya mencari nafkah dengan menjahit, dan... dia merayunya. Gadis itu tewas tiga hari kemudian, dan ibunya tewas juga. Tetapi sebelum meninggal mereka menceritakan semuanya kepada satu-satunya kerabat mereka, meskipun mereka sudah diancam untuk tidak... Dan kerabat mereka itu pergi kepada Hanas, untuk mendakwa putranya, dan karena dia tidak puas, dia mengadukannya kepada Yusuf, aku dan orang-orang lain... Hanas menangkap orang itu dan memenjarakannya. Dari sana dia akan dibawa ke tiang gantungan atau dia tidak akan pernah bebas lagi. Hari ini Hanas ingin meminta pendapat kami tentang masalah ini," kata Nikodemus.
"Dia tidak akan bertanya kepada kami, jika dia tidak tahu bahwa kami sudah mengetahui peristiwa itu," gerutu Yusuf lirih.
"Tentu saja tidak... Nah, dengan pemungutan suara palsu dan keadilan palsu, keputusan dijatuhkan atas kehormatan dan nyawa ketiga orang malang itu dan hukuman bagi pelakunya," Nikodemus mengakhiri.
"Jadi?"
"Jadi! Itu sudah jelas. Kami, yang memberikan suara untuk kebebasan laki-laki itu dan hukuman untuk Eleazar, diancam dan diusir karena dianggap tidak adil. Bagaimana pendapat-Mu?"
"Aku ngeri bahwa di Yerusalem dan di Bait Allah ada bubo [Yunani: kelenjar bengkak] yang paling busuk di Yerusalem," kata Yesus perlahan dan ngeri. Dan Dia mengakhiri, "Dan kamu bisa menghubungkannya dengan mereka yang ada di Bait Allah."
"Dan apa yang dilakukan Gamaliel?" tanya Lazarus.
"Segera sesudah dia mendengar peristiwa itu, dia menutupi mukanya dan pergi keluar sambil berkata: 'Semoga Simson baru segera datang untuk menghancurkan bangsa Filistin yang rusak.'"
"Dia benar. Dan dia akan segera datang." Ada keheningan.
"Dan tidak ada disebutkan tentang Dia?" tanya Lazarus seraya menunjuk Yesus.
"Ya. Lebih dari yang lain-lainnya. Seseorang melaporkan bahwa Engkau mengatakan bahwa kerajaan Israel adalah 'Jahat'. Jadi mereka mengatakan bahwa Engkau adalah seorang penghujat, bukan, seorang yang berbuat sakrilegi. Karena kerajaan Israel berasal dari Allah."
"Benarkah? Dan apa kata imam besar tentang perayu perawan itu? Dia yang mengaibkan pelayanannya? Katakan pada-Ku!" tanya Yesus.
"Dia adalah putra Imam Besar. Hanas adalah raja yang sebenarnya di sana," kata Yoakim, ketakutan oleh keagungan Yesus, Yang berdiri di depannya, dengan tangan-Nya terentang...
"Ya. Raja kebejatan. Dan tidakkah Aku seharusnya menyebut "jahat" negeri di mana kita memiliki raja wilayah yang kotor dan pembunuh, dan seorang imam besar yang adalah kaki tangan dari seorang perayu dan pembunuh?..."
"Mungkin gadis itu bunuh diri atau meninggal karena kesedihan," bisik Eleazar.
"Tetap saja pembunuhan oleh perayunya... Dan bukankah mereka sekarang sedang mempersiapkan korban ketiga yang adalah kerabat yang sudah dipenjarakan supaya dia tidak bisa bicara? Dan tidakkah altar sudah dicemarkan oleh mereka yang menghampirinya dengan begitu banyak kejahatan? Dan bukankah keadilan dibungkam dengan memerintahkan diam para anggota Mahkamah Agama yang memiliki terlalu sedikit anggota yang benar? Ya, biarkan Simson baru datang dan menghancurkan tempat cemar ini, biarkan dia memusnahkan untuk mereformasi!... Karena negeri yang terpuruk ini membuat-Ku muak, Aku tidak hanya mengatakan bahwa negeri ini jahat, tetapi Aku akan pergi dari hatinya yang rusak, penuh kejahatan tanpa nama... tepat sarang Iblis... Aku akan pergi. Bukan karena Aku takut mati. Aku akan membuktikan kepadamu bahwa Aku tidak takut. Aku akan pergi sebab saat-Ku belum tiba dan Aku tidak memberikan mutiara kepada babi-babi Israel, tetapi Aku akan membawanya kepada orang-orang sederhana yang tersebar di gubuk-gubuk, di pegunungan dan lembah desa-desa miskin, di mana mereka masih tahu caranya untuk percaya dan mengasihi, jika ada seseorang yang mengajari mereka, di mana di bawah pakaian kasar ada jiwa, sementara di sini jubah suci dan terlebih lagi Efod dan Tutup Dada menutupi bangkai-bangkai kotor dan menyembunyikan senjata-senjata pembunuh. Katakan kepada mereka bahwa dalam nama Allah Yang Benar, Aku mengkonsekrasikan mereka pada kutukan mereka dan sebagai Mikhael baru, Aku mengusir mereka dari Firdaus untuk selamanya. Karena mereka ingin menjadi allah, sedangkan mereka adalah setan. Mereka tidak perlu mati untuk dihakimi. Mereka sudah dihakimi. Tanpa pengampunan."
Para anggota Mahkamah Agama dan kaum Farisi yang mengesankan seolah-olah mengecil, dan sesungguhnya mereka menciut di hadapan murka mengerikan Kristus, Yang, sebaliknya, seolah-olah menjadi raksasa, begitu menyilaukan penampilan-Nya dan begitu mendominasi sikap-Nya.
Lazarus mengerang, "Yesus! Yesus! Yesus!"
Yesus mendengarnya dan dengan mengubah nada dan penampilan-Nya Dia bertanya, "Ada apa, sahabat-Ku terkasih?"
"Oh! Jangan terlalu menakutkan! Itu bukan lagi Engkau! Bagaimana orang bisa berharap belas kasihan, jika Engkau tampak begitu mengerikan?"
"Tetapi Aku akan menjadi seperti itu, dan bahkan lebih lagi, saat Aku menghakimi keduabelas suku Israel. Tapi bergembiralah, Lazarus. Dia yang percaya kepada Kristus sudah dihakimi..." Dan Dia kembali duduk.
Ada keheningan.
Akhirnya Yohanes bertanya, "Karena kami lebih suka dihinakan daripada membuat pernyataan palsu melawan keadilan, bagaimana kami akan dihakimi?"
"Dengan keadilan. Bertekunlah dan engkau akan mencapai tempat di mana Lazarus sudah berada: persahabatan dengan Allah."
Mereka berdiri. "Guru, kami pergi. Damai serta-Mu. Dan sertamu, Lazarus."
"Damai sertamu."
"Apa yang sudah dikatakan di sini, tetap di sini," sebagian dari mereka berkata dengan nada memohon. "Jangan takut! Pergilah. Semoga Allah selalu membimbingmu." Mereka pergi keluar. Yesus ditinggalkan sendirian bersama Lazarus. Sesudah beberapa waktu, Lazarus berkata, "Betapa mengerikan!"
"Ya. Betapa mengerikan!... Lazarus, Aku akan mengatur keberangkatan kami dari Yerusalem. Aku akan menjadi tamumu di Betania sampai akhir Hari Raya Roti Tak Beragi." Dan Dia keluar....
|
||||
|