371. HARI PERSIAPAN.
PAGI HARI.
30 Januari 1946
Banyak laki-laki terbaring tidur di mana-mana di istana Lazarus, yang sudah diubah menjadi asrama untuk semalam. Aku tidak melihat ada perempuan. Mereka mungkin dibawa ke kamar-kamar di lantai atas. Fajar yang cerah perlahan-lahan menerangi kota, menyerbu halaman istana, mengundang kicauan malu-malu pertama dari burung-burung di dahan pepohonan rindang, dan dekut awal dari burung-burung merpati yang beristirahat di rongga-rongga hiasan tembok istana. Tetapi para lelaki itu tidak bangun. Sebab letih dan kenyang makanan dan kegembiraan, mereka tidur nyenyak dan bermimpi.
Yesus pergi ke aula dan lalu masuk ke halaman utama. Dia membasuh Diri di sebuah mataair jernih yang menggelegak di bagian tengahnya, di padang berbunga myrtle, di mana ada bunga-bunga lily kecil, serupa dengan yang disebut lily lembah Prancis. Dia merapikan diri dan tanpa membuat suara sedikit pun, Dia pergi ke tangga yang menuju kamar-kamar di lantai atas dan ke teras atap untuk berdoa dan bermeditasi...
Dia berjalan perlahan kian kemari dan burung-burung merpati adalah satu-satunya saksi-Nya. Meregangkan leher mereka dan mendekut, seolah mereka bertanya satu sama lain, "Siapakah gerangan itu?" Yesus lalu bersandar pada tembok kecil dan tetap diam, tenggelam dalam pikirannya. Pada akhirnya Dia mengangkat mata-Nya, mungkin karena perhatian-Nya teralihkan oleh kemunculan matahari yang sekonyong-konyong, yang terbit di balik perbukitan yang menyembunyikan Betania dan lembah Yordan, dan Dia mengontemplasikan pemandangan yang terbentang di hadapan-Nya.
Istana Lazarus berada di salah satu dari banyak dataran tinggi yang membuat jalan-jalan di Yerusalem, terutama yang kurang indah, begitu bergelombang. Letaknya di pusat kota, sedikit ke barat daya. Rumah itu terletak di jalan yang indah menuju Sixtus, membentuk huruf T dengannya, dan mengatasi bagian bawah kota serta menghadap ke Bezetha, Moria dan Ofel serta Bukit Zaitun, yang ada di baliknya; di belakangnya ada Gunung Sion, yang berada di Sion, sementara di kedua sisi, mata orang bisa menjelajahi perbukitan selatan, sedangkan Bezetha di utara menyembunyikan sebagian besar pemandangan. Namun di balik lembah Gihon, tampak Golgota yang kelihatan kekuning-kuningan dalam cahaya merah muda fajar: tampak suram bahkan dalam cahaya pagi yang ceria.
Yesus mengamatinya... Tatapannya, kendati lebih jantan dan termenung, mengingatkanku akan penglihatan yang jauh tentang Yesus yang sedang berselisih pendapat dengan para alim ulama ketika Dia berusia duabelas tahun. Namun tatapannya bukan tatapan ketakutan seperti bukan juga kala itu. Tatapan-Nya adalah tatapan penuh wibawa dari seorang pahlawan yang mengontemplasikan medan pertempuran terakhirnya.
Dia kemudian berbalik untuk melihat perbukitan di selatan kota dan Dia berkata, "Rumah Kayafas!" dan mata-Nya mengikuti perjalanan dari tempat itu ke Getsemani, lalu ke Bait Suci, Dia lalu melihat ke balik tembok-tembok kota, ke Kalvari...
Matahari kini telah terbit dan kota bermandikan cahaya...
Seseorang mengetuk dengan keras dan tanpa henti di pintu utama istana. Yesus mencondongkan tubuh-Nya untuk melihat siapa yang mengetuk, tetapi hiasan tembok yang menjorok dan fakta bahwa pintu berada di sisi dalam tembok-tembok yang tebal itu, membuat-Nya tidak bisa melihat siapa pun. Namun Dia mendengar suara orang-orang yang mulai bangun saat pintu dibuka oleh Lewi ditutup dengan suatu bantingan keras. Dan Dia kemudian mendengar banyak suara laki-laki dan perempuan memanggil Nama-Nya... Dia bergegas turun seraya berkata:
"Aku disini. Apa yang kau inginkan?"
Segera sesudah mereka yang memanggil mendengar suara-Nya, mereka bergegas naik ke atas seraya berteriak-teriak. Mereka adalah para rasul tertua dan para murid, dan di antara mereka ada Yunus, pengurus Getsemani. Mereka semua berbicara bersamaan dan dengan begitu tidak mungkin bisa dimengerti apa yang mereka katakan.
Yesus harus meminta mereka dengan tegas untuk berhenti di mana mereka berada dan diam, untuk menenangkan mereka. Dia kemudian menghampiri mereka dengan bertanya, "Ada apa?"
Sekali lagi ada kegemparan yang disebabkan oleh teriakan-teriakan mereka, yang tidak bisa dimengerti. Di belakang mereka yang berteriak-teriak ada para perempuan dan para murid yang terlihat sedih atau heran.
"Biarlah satu per satu yang berbicara. Kau, Petrus, terlebih dahulu."
"Yunus datang... Dia mengatakan bahwa mereka ada banyak dan bahwa mereka mencari-Mu kemana-mana. Dia kesal sepanjang malam dan ketika gerbang dibuka, dia pergi ke tempat Yohana dan diberitahu bahwa Engkau di sini. Apa yang harus kita lakukan? Bagaimanapun kita harus merayakan Paskah!"
Yunus dari Getsemani membenarkan informasi tersebut dengan berkata, "Ya, mereka bahkan memperlakukanku dengan buruk. Aku katakan kepada mereka bahwa aku tidak tahu di mana Engaku berada dan bahwa mungkin Engkau tidak akan kembali. Tetapi mereka melihat semua pakaian-Mu dan mereka mengerti bahwa Engkau akan kembali ke Getsemani. Jangan salahkan aku, Guru! Aku sudah selalu memberi-Mu tumpangan dengan sepenuh hatiku, dan tadi malam aku menderita karena-Mu. Tapi..."
"Jangan takut! Mulai sekarang Aku tidak akan membuatmu terpapar bahaya apa pun. Aku tidak akan tinggal di rumahmu lagi. Aku akan datang ke sana jika Aku kebetulan lewat pada waktu malam untuk berdoa... Kau tidak bisa melarang Aku..." Yesus sangat lembut kepada Yunus Getsemani yang ketakutan.
Namun suara emas Maria Magdala meledak dengan berapi-api, "Sejak kapan, sobat, kau lupa bahwa kau adalah seorang pelayan dan kebaikan kami sudah membuatmu berperilaku seolah-olah kau adalah majikan? Milik siapa rumah dan hutan kecil zaitun itu? Kami adalah satu-satunya yang bisa mengatakan kepada Rabbi, 'Jangan datang dan membahayakan properti kami.' Tapi kami tidak akan mengatakan itu. Karena tetap saja akan merupakan berkat terbesar, jika musuh-musuh Kristus menghancurkan tembok-tembok, pepohonan dan bahkan menjungkir-balikkan bukit, karena semuanya hancur demi memberikan tumpangan kepada Kasih, dan Kasih akan mengganjari kita, sahabat-sahabat-Nya yang setia, dengan kasih. Biarkan mereka datang dan menghancurkan segalanya. Apa masalahnya, jika Dia mengasihi kita dan tidak dicelakai?!"
Yunus diliputi ketakutan akan para musuhnya dan akan nyonyanya yang bersungguh-sungguh, dan dia berbisik, "Bagaimana jika mereka mencelakai putraku?...."
Yesus menghiburnya dengan berkata, "Aku berkata kepadamu untuk tidak takut. Aku tidak akan singgah di sana lagi. Kau bisa mengatakan kepada mereka yang bertanya kepadamu bahwa Guru tidak lagi tinggal di Getsemani... Tidak, Maria! Lebih baik berlaku seperti itu. Serahkan pada-Ku! Aku berterima kasih atas kemurahan hatimu... Tapi ini bukan waktu-Ku, belum saat-Ku! Aku pikir mereka adalah orang-orang Farisi..."
"Dan para anggota Mahkamah Agama, dan Herodian, dan Saduki... dan para prajurit Herodes... dan... semua orang... Aku masih gemetar ketakutan... Tapi Engkau bisa lihat, Tuhan! Aku berlari untuk memperingatkan-Mu... ke rumah Yohana... lalu ke sini.." Laki-laki itu dengan penuh semangat menunjukkan bahwa dia sudah melakukan tugasnya demi Guru, dengan mempertaruhkan kedamaiannya sendiri.
Yesus tersenyum ramah dan simpatik dan berkata, "Ya, Aku mengerti. Semoga Tuhan mengganjarimu untuk itu. Pulanglah dengan damai sekarang. Aku akan memberitahumu ke mana kau harus mengirim tas-tas kami atau Aku Sendiri yang akan mengirim seseorang untuk mengambilnya."
Laki-laki itu pergi dan semua orang, kecuali Yesus dan Bunda Maria, menyalahkan atau memperoloknya. Pernyataan Petrus tajam, pernyataan Iskariot pedas dan pernyataan Bartolomeus ironis. Yudas Tadeus tidak mengatakan apa-apa, tetapi menatapnya begitu rupa! Bisik-bisik dan tatapan mencela terus berlanjut, juga di antara para perempuan, dan berakhir dengan pukulan telak dari Maria Magdala, yang menjawab bungkuk hormat si pelayan-petani, "Aku akan memberitahu Lazarus untuk datang dan mengambil kawanan unggas di Getsemani untuk perjamuan pesta."
"Aku tidak punya kandang ayam, Nyonya."
"Kau, Markus dan Maria: tiga ayam kebiri yang luar biasa!"
Semua orang tertawa mendengar komentar berang dan… jenaka penuh makna dari Maria Lazarus, yang geram karena ketakutan pelayannya yang berakibat ketidaknyamanan Guru, Yang kehilangan tempat istirahat yang tenang di Getsemani.
"Jangan marah, Maria! Damai! Tidak semua orang punya hati seperti hatimu!"
"Oh! Sayangnya tidak! Andai semua orang memiliki hati seperti hatiku, Rabuni! Bahkan tombak ataupun panah yang dilayangkan ke arahku pun tidak akan bisa memisahkanku dari-Mu!"
Terdengar bisik-bisik di antara para laki-laki... Maria mendengar mereka dan langsung menjawab, "Tentu saja! Kita akan lihat! Dan aku berharap segera, apakah pernyataanku ini bisa membantumu untuk mengerahkan keberanian. Tidak ada suatu pun yang akan membuatku takut jika aku bisa melayani Rabi-ku! Ya, melayani-Nya! Dan, saudara-saudaraku, orang membantu jika ada bahaya! Jika tidak ada bahaya, orang tidak melayani, orang bersenang-senang!... Dan kita jangan mengikut Mesias jika hanya ingin bersenang-senang!"
Orang-orang itu menundukkan kepala, tersengat oleh kebenaran itu.
Maria menerobos kerumunan orang banyak dan datang ke hadapan Yesus. "Apa keputusan-Mu, Guru? Ini adalah Hari Persiapan. Di mana Engkau akan merayakan Paskah-Mu? Berikan perintah-Mu... dan jika aku beroleh rahmat-Mu, biarlah aku menawarkan ruang perjamuanku kepada-Mu dan memastikan semuanya..."
"Kau sudah beroleh rahmat dari Bapa Surgawi, dan dengan demikian kau sudah beroleh rahmat dari Putra Bapa. Setiap gerakan Bapa adalah sakral bagi Putra. Tetapi jika Aku menerima ruang perjamuan, biarkan Aku pergi ke Bait Allah, untuk mengorbankan anak domba, sebagai seorang Israel yang baik..."
"Dan jika mereka menangkap-Mu?" banyak yang berseru.
"Mereka tidak akan menangkap-Ku. Mereka mungkin berani melakukannya di malam hari, dalam gelap, seperti yang biasa dilakukan para penjahat. Tapi tidak di tengah orang banyak yang menyembah-Ku. Jangan jadi pengecut!..."
"Oh! Bagaimanapun, ada Claudia sekarang!" teriak Yudas. "Raja dan Kerajaan tidak lagi dalam bahaya!..."
"Yudas, tolong! Jangan biarkan keduanya itu runtuh dalam dirimu! Jangan memasang jerat untuknya dalam dirimu sendiri. Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini. Aku bukan raja seperti mereka yang duduk di singgasana. Kerajaan-Ku adalah Kerajaan rohani. Jika kau menurunkannya ke kekejian kerajaan manusiawi, kau memasang jerat untuknya dan menyebabkannya runtuh dalam dirimu."
"Tapi Claudia!..."
"Tapi Claudia adalah seorang yang tidak mengenal Allah. Oleh karenanya, dia tidak bisa menghargai nilai roh. Sudah sangat banyak jika dia mengerti dan mendukung Dia, Yang, menurutnya, adalah Orang Bijaksana... Banyak orang di Israel bahkan tidak menganggap Aku bijaksana!... Tapi kau bukan seorang yang tidak mengenal Allah, sahabat-Ku! Jangan biarkan nasib baik pertemuanmu dengan Claudia menjadi sesuatu yang merugikanmu, dan juga jangan biarkan anugerah yang diberikan Allah untuk meneguhkan imanmu dan keinginanmu untuk melayani Tuhan, menjadi bencana rohani untukmu."
"Bagaimana mungkin, Tuhan-ku?"
"Dengan mudah. Dan bukan hanya dalam kau saja. Jika suatu anugerah yang diberikan untuk membantu kelemahan seseorang, alih-alih membentenginya dan membuatnya menginginkan kebaikan rohani atau bahkan sekedar kebaikan moral, malah membebaninya dengan keinginan manusiawi dan mengalihkannya dari jalan yang benar ke jalan yang jahat, maka anugerah itu akan menjadi suatu kerusakan. Kesombongan sudah cukup untuk mengubah suatu anugerah menjadi suatu kerusakan. Disorientasi yang disebabkan oleh sesuatu yang menggembirakan manusia saja sudah cukup, di mana seseorang kehilangan pandangan akan Tujuan kebaikan tertinggi, dan anugerah itu menjadi membahayakan. Apakah kau sudah diyakinkan? Kedatangan Claudia seharusnya hanya memberimu dukungan dari satu pertimbangan. Yakni: jika seorang yang tidak mengenal Allah telah menerima keagungan doktrin-Ku dan perlunya doktrin itu menang, kau, dan semua murid yang bersamamu, seharusnya merasakannya dengan lebih intens dan, sebagai konsekuensinya, mengabdikan dirimu sepenuhnya untuk itu. Tapi selalu dengan cara rohani. Selalu... Dan sekarang mari kita putuskan. Menurutmu di mana kita harus merayakan Paskah kali ini? Aku ingin kamu berada dalam kedamaian roh untuk ritual Perjamuan ini, untuk merasakan Allah, Yang tidak bisa dirasakan dalam keadaan gelisah. Jumlah kita banyak. Tetapi Aku ingin semuanya bersama-sama supaya kamu bisa mengatakan: 'Kami merayakan Paskah bersama-Nya.' Oleh karena itu, pilihlah suatu tempat di mana, sebab dibagi-bagi menurut ritus, kita bisa membentuk kelompok-kelompok, tiap-tiap kelompok cukup untuk memakan anak dombanya sendiri, dan memungkinkan kita mengatakan: 'Kami semua satu, dan orang dapat mendengarkan suara saudaranya.'"
Sebagian menyebut tempat ini, sebagian menyebut tempat itu. Namun kedua saudara perempuan Lazarus adalah pemenangnya. "Oh! Tuhan! Di sini! Kami akan mengirim pesan kepada saudara kami supaya dia datang. Kami punya banyak aula dan kamar di sini. Kita akan berkumpul bersama dan sesuai dengan ritus. Terimalah tawaran kami, Tuhan! Istana ini memiliki kamar-kamar yang muat untuk setidaknya duaratus orang yang dibagi menjadi kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari duapuluh orang. Tapi kita tidak sebegitu banyak. Buatlah kami bahagia, Tuhan! Lakukanlah demi Lazarus kami yang sangat sedih... dan sakit payah," dan kedua saudara perempuan itu mengakhirinya seraya menangis, "...kami pikir dia tidak akan bertahan hidup untuk makan Paskah berikutnya..."
"Bagaimana menurut kalian semua? Apakah menurutmu kita harus setuju dengan kedua saudari yang baik ini?" kata Yesus, yang melemparkan pertanyaan itu kepada semua orang.
"Aku akan mengatakan ya," kata Petrus.
"Dan aku juga," kata Iskariot dan banyak orang lagi bersamanya.
Mereka yang tidak berbicara, mengangguk setuju.
"Jadi, lakukanlah apa yang perlu. Dan kita akan pergi ke Bait Allah untuk membuktikan bahwa dia yang yakin bahwa dia menaati Yang Mahatinggi, tidak takut dan bukan seorang pengecut. Ayo kita pergi. Damai sejahtera-Ku untuk mereka yang tinggal."
Dan Yesus menuruni sisa anak-anak tangga, Dia melintasi aula dan keluar bersama para murid ke jalan yang penuh sesak dengan banyak orang.
|
|