SABDA KETIGA
Tuhan-ku mengangkat kepala-Nya sedikit, seakan hendak membebaskan Mata-Nya dari darah yang masuk ke dalamnya supaya Ia dapat melihat sekali lagi dua orang yang sangat Ia kasihi. Sekarang mereka tinggal sebagai saksi-Nya: BundaNya dan Yohanes, saudara, sahabat, putra... yang, mungkin sebab ia yang paling muda dan paling murni di antara para Rasul, paling diidentifikasikan dengan Yesus.
Sesungguhnya Yohanes di kemudian hari akan menuliskan Injil Kasih Allah dan akan berbicara tentang Maria, Perempuan dalam kitab Kejadian: Bunda dari Putra Allah, yang "Penuh Rahmat", kolaborator sempurna, murid dan, sekaligus guru dari Yesus - Maria, Bunda kita yang terkasih dan termanis.
Yesus berkata kepada-Ku pada saat itu: "Pada hari ketika Aku berbicara di atas gunung tentang Sabda Bahagia, Bunda-Ku ada di depan-Ku, mendengarkan dengan penuh perhatian, belajar... 'Berbahagialah orang yang miskin dalam roh... Berbahagialah orang yang murni hatinya... Berbahagialah orang yang rendah hati dan bersahaja... Berbahagialah orang yang menderita dan menangis... Berbahagialah orang yang dibenci dan dianiaya karena Aku...' Dan Aku memikirkan mereka semua yang akan disebut Diberkati atau Berbahagia, dengan mengambil Maria sebagai teladan mereka."
Pada saat itu, Maria menghampiri Salib, di mana Tubuh itu, daging dari daging-Nya, dipakukan. Sadar bahwa saatnya tinggal sedikit lagi, Maria secara batin berkata kepada-Nya, "PutraKu dan TuhanKu, bawalah Aku bersama-Mu…!"
Yesus menatap pada-Nya dengan kelembutan dan duka yang tak terkatakan. Di sanalah Ia, Perempuan dalam kitab Kejadian, Perempuan dalam Perkawinan di Kana, Perempuan dalam kitab Wahyu, Perempuan yang telah ditakdirkan, dipilih dan dibentuk untuk menjadi BundaNya di dunia...
Tatapan Yesus itu menuntut dari semua orang suatu hormat mendalam dan cinta kasih sejati bagi Ia [=Maria] yang sekarang tengah mengalami dukacita sebagaimana dinubuatkan oleh Simeon di Bait Allah pada hari Yesus Dipersembahkan… Sebilah pedang menembusi jiwa-Nya!
Sesudah mendapatkan penglihatan akan saat itu, Tuhan kita berkata kepadaku, "BundaKu selalu ditakdirkan untuk menjadi Perempuan yang penderitaan-Nya akan membantu-Ku dalam penebusan manusia... kalian harus tahu bahwa pada hari Perkawinan di Kana, ketika Aku mengatakan pada-Nya bahwa saat-Ku belum tiba, Aku merujuk tepat pada saat ini. Saat ketika Aku akan pergi supaya Ia dapat melanjutkan Karya-Ku dalam Gereja yang dilahirkan dari Lambung-Ku.
Bapa menghendaki bahwa Ia menjadi Bunda dari "Buah" Kasih-Nya. Aku menghendaki bahwa Ia menjadi Bunda dari Sengsara-Ku dan Salib-Ku: Gereja-Ku. Bunda Gereja, dan Bunda dari mereka yang percaya dalam Nama-Ku dan menjadi Anak-anak Allah.
Setelah mengatakan 'Ya' pada Kehendak Bapa ketika Inkarnasi-Ku dikabarkan kepada-Nya, dan Ia Yang hidupnya tiada lain selain dari suatu 'Ya' pada Kehendak Ilahi, Perempuan ini sekarang akan menjadi penuai pertama dari buah, dari biji gandum yang telah mati. Dan untuk ini Ia akan harus menjadi setara dengan-Ku dalam kerahiman terhadap dunia.
Kau lihat, si kecil yang bukan apa-apa, sekarang sementara engkau merenungkan saat ini, engkau dapat melihat dan memahami dengan jauh lebih mudah, mengapa penderitaan manusia menjadi masuk akal apabila itu ditanggung demi kasih, dengan kerinduan untuk menggenapi Kehendak Ilahi. Dan adalah bahwa dukacita paling dahsyat itu, sedahsyat yang mungkin, tidak mengurangi sukacita dalam hati mereka yang memaniskan diri mereka sendiri dengan Kasih yang paling agung.
Kebahagiaan sejati terletak pada mengasihi Allah dan, sebagai konsekuensinya, mengasihi manusia, kasih yang adalah suatu penyerahan yang murah hati, yang mampu bahkan menyerahkan hidupnya sendiri demi menyenangkan Bapa.
Saat-Ku dan Saat-Nya telah tiba. Aku kembali kepada Bapa, tetapi Ia harus tinggal dan memohon, sebagaimana Aku memohon, agar saat-Ku jangan sampai hilang. Aku perlu mengatakan pada-Nya, Aku perlu mengingatkan-Nya bahwa Ia adalah Perempuan dalam kitab Kejadian. Bahwa meski hati kami tercabik-cabik duka, Aku harus pergi dan Ia harus tinggal, supaya hukuman Allah [atas ular] digenapi: 'Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.' (Kej 3:15)
Beritahu segenap anak-anak-Ku, agar hati mereka prostratio di hadapan meditasi ini sebab ini adalah satu dari saat-saat puncak dalam sejarah keselamatan manusia. Aku akan mempercayakan umat manusia pada Ia yang akan menjadi 'perantara' antara Diri-Ku dan manusia.
Saat dari Kejadian telah tiba; saat untuk menggenapi mukjizat yang dimulai di Kana. Ini adalah saat di mana Aku harus minta pada-Nya untuk mengadopsi Yohanes dan dalam Yohanes, Ia mengadopsi sebagai anak-anak-Nya, segenap anak-anak Allah, segenap saudara dan saudari-Ku. Jalan-Ku menjadi Jalan-Nya dan Ia harus minum hingga tetes terakhir dari piala penderitaan yang pahit. Ia menyerahkan diri pada PutraNya demi menggenapi Kehendak Ilahi dan Ia harus menjadi Bunda dari umat manusia. Umat manusia yang dikemudian hari, yang diwakili oleh Gereja-Ku, akan memadahkan pujian bagi-Nya dan kemuliaan-Nya akan bersinar, ketika Alam Semesta sujud di hadapan Ratu dari segala keutamaan.
Adalah perlu bahwa sekali lagi Hati-Nya Yang Tak Bernoda dibuka bagi Kehendak Ilahi dan Kasih ketaatan-Nya lebih kuat dari Dukacita kerendahan hati-Nya... Ia harus ingat bahwa Ia adalah Perempuan dari kemarin, hari ini dan esok: Perjanjian Lama, Injil dan Wahyu...
Adalah perlu bahwa Ia melahirkan kembali:
"Perempuan, lihatlah, anakmu... [Nak,] Lihatlah, Bundamu."
Sekali lagi, Santa Perawan Tersuci telah taat. Yohanes jatuh ke dalam pelukan-Nya, dengan menangis. Dan Ia kehabisan tenaga sebab dukacita, namun masih penuh wibawa, senantiasa seorang Bunda, mulia dalam kesahajaan-Nya, tiada membutuhkan polesan apapun untuk menyempurnakan kecantikan-Nya… Dengan tenang dan manis, Ia memeluk Yohanes.
Ia tahu bahwa sakit melahirkan telah sekali lagi datang untuk-Nya. Ia tahu bahwa kelahiran ini sangat jauh lebih menyakitkan dari yang satunya. Dalam peristiwa kelahiran yang pertama, kepada-Nya dipercayakan Putra Allah, Yang Kudus, seorang kanak-kanak yang semurni Diri-Nya sendiri. Kanak-kanak ini akan mendatangkan bagi-Nya sukacita, kebijaksanaan, tawa dan berkat bersama dengan tiap-tiap dari ciuman-Nya [Yesus].
Dalam peristiwa kelahiran yang lain ini, Ia akan menjadi Bunda dari segenap umat manusia. Banyak yang bukan hanya tidak hendak mengakui-Nya, melainkan mereka juga akan menghina-Nya. Yang lain, dalam menyerang Gereja PutraNya, akan menyebut-Nya "setan" ketika Ia [Maria] datang, lagi dan lagi, ke dunia guna mencari domba-domba yang hilang yang dikasihi sang Gembala.
Dalam peristiwa kelahiran yang pertama, tangan-Nya membuai seorang Kanak-kanak yang elok, yang tubuh-Nya yang segar, lembut menerima ciuman-ciuman sukacita dari seorang Bunda muda. Sekarang tangan-Nya akan menerima PutraNya, mati, dianiaya dan berlumuran darah demi menyelamatkan manusia yang malang. Karena dosa-dosa manusia, Ia dijadikan tak dikenali, seperti dinubuatkan Yesaya.
Menyadari semua ini dan melihat PutraNya dalam keadaan demikian, dalam sakrat maut, setelah mendengar-Nya, Ia taat dan setuju untuk mengadopsi, sebagai anak-anak-Nya, segenap manusia, bahkan para pelaku kejahatan, para pelacur, para atheis, para pembunuh , para pencuri, para penipu, mereka semua yang sejak dari sekarang dan sepanjang masa kehidupan berlangsung di dunia akan terus menghina, melawan dan menyangkal Allah.
Ia menerima semua mereka yang dari saat itu dan dari sekarang, dan dengan ini datanglah sakit melahirkan. Ia memberikan terang kepada Gereja PutraNya. Seperti suatu hari Roh Kudus menempatkan dalam rahim-Nya yang termurni Sabda untuk mendatangkan keselamatan bagi dunia, sekarang Putra menempatkan dalam Hati-Nya Yang Tak Brenoda segenap umat manuia, sehingga pendosa yang ingin diselamatkan dapat menemukan tempat pengungsian dalam Tempat Suci itu.
Tidak, bukan hal yang mudah apa yang dipercayakan Tuhan pada-Nya dan Ia mengetahuinya sebab Allah memenuhi-Nya dengan karunia-karunia. Lagi pula, Ia memberi-Nya karunia menjadi "Pemohon Yang Berdaya-Kuasa". Karunia itu, membutuhkan permohonan tetap, dulu dan, bahkan sekarang, merupakan kunci rahasia untuk membuka Hati Yesus.
Tuhan kita berkata kepadaku: "Ia tahu bahwa Ia akan harus memohon dengan sangat bagi masing-masing dari kalian dan kalian hendaknya belajar dari Maria… Sebagai seorang kanak-kanak, Aku mengikuti langkah-langkah-Nya, sehingga kelak Ia akan mengikuti langkah-Ku. Persatuan kami begitu akrab mesra, begitu sempurna, hingga Ia merasakan segala perasaan-perasaan-ku dan tahu semua pikiran-Ku sebab dalam Roh KudusKu, yang memenuhi-Nya, semua diketahui oleh-Nya. Demikianlah bagaimana Ia ada dalam Allah dan Allah dalam Dia. Itulah sebabnya mengapa hidup-Nya hening dan penuh doa.
Manusia sekarang, apabila menghadapi kesulitan-kesulitan hidup, berpikir, bimbang atau berargumentasi, dan bukannya berdoa. Seringkali dia terlalu banyak memikirkan masalah sebagai suatu pelarian pada yang imajiner, sementara doa sejati adalah selalu kembali pada realita.
Apabila BundaKu mendapati Diri-nya dalam situasi sulit, Ia tidak mulai memikirkannya atau merencanakannya melainkan sebaliknya Ia berdoa. Itulah sebabnya mengapa Ia dapat menyerahkan Diri-Nya secara total, sebab doa dan penyerahan diri secara akrab bersatu.
Permohonan Maria memiliki nilai dari pemberian yang Allah harapkan dari-Nya. Yang adalah pemberian yang paling besar, cara yang paling sempurna untuk memberi. Doa menjadi tidak benar, tidak murni, [dan] berhenti menjadi Kristiani apabila doa bukan merupakan suatu cara untuk memberikan diri sendiri."
Aku merenungkan Yesus kembali dan Mazmur 22:16-17 melintas di benak: "Kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kau letakkan aku. Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku…"
Ibu manakah, menghadapi sesuatu yang begitu keji seperti melihat PutraNya disalibkan, akan dapat tahan terhadap penderitaan yang sedemikian? Aku merenungkan Perawan Tersuci dan merasa iba yang begitu rupa hingga kasihku terhadap-Nya terus bertumbuh dalam intensitas, dalam hormat, dalam kekaguman. Aku berasumsi bahwa Roh-Nya, kendati dukacita yang sebegitu dahsyat, akan melabuhkan harapan dalam Yang Mahakuasa namun kemanusiaan-Nya menderita hebat akibat pencobaan yang sangat dahsyat itu.
Aku ingat akan sebuah meditasi dari "Jalan Salib" yang mendaraskan sebagian dari Kidung Agung: "Kucari jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia. Aku hendak bangun dan berkeliling di kota; di jalan-jalan dan di lapangan-lapangan kucari dia, jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia. Aku ditemui peronda-peronda kota. 'Apakah kamu melihat jantung hatiku?' Baru saja aku meninggalkan mereka, kutemui jantung hatiku."
Aku juga ingat Nabi Yeremia yang mengatakan: "... Acuh tak acuhkah kamu sekalian yang berlalu? Pandanglah dan lihatlah, apakah ada kesedihan seperti kesedihan yang ditimpakan TUHAN kepadaku..."
Bertahun-tahun sebelumnya ketika menyingkapkan kepadaku apa yang terjadi sepanjang Perayaan Ekaristi [Misa Kudus - Kesaksian Catalina], Yesus berkata bahwa tidak ada ibu yang pernah memberi makan anaknya dengan dagingnya sendiri dan bahwa Ia telah bertindak sebegitu ekstrim untuk Kasih, dengan memberikan kepada kita Tubuh dan Darah-Nya sebagai makanan.
Sekarang, sementara mengkontemplasikan Tubuh ini dari mana tergantung potongan-potongan kulit dan daging, aku memahami dengan tepat apa yang Ia ingin katakan kepada kita. Hatiku merasa sangat bersalah hingga ingin berhenti berdetak pada saat itu agar jangan menderita apa yang tengah aku derita. Bayangkan bagaimana perasaan Santa Perawan Tersuci pada saat itu!
Sekarang, ketika kita menyadari betapa jauh para perempuan sudah merendahkan diri mereka sendiri, menginjak-injak kemurnian mereka, menyerahkan diri mereka tanpa tahu malu pada tatapan cabul begitu banyak laki-laki…
Ketika kita melihat semua perempuan muda itu yang dengan bangganya mempertontonkan diri mereka dalam gambar-gambar telanjang sebab mereka bangga bahwa tubuh mereka, terkadang sempurna dalam keindahan, sudah dipilih untuk memamerkan diri mereka sebagai barang dagangan murahan atau seolah adalah daging segar yang digantung di cantelan di pasar-pasar...
Tidak pernahkah terpikir oleh kita, atau tidakkah kita ingin percaya bahwa tubuh itu adalah BAIT DAN KEDIAMAN ROH KUDUS...?
Kasih kita seharusnya lebih mengagumi kemurnian Maria. Bukannya [super] model ini atau itu yang menginspirasi anak-anak perempuan kita sebab daging adalah bagai bangkai, yang membusuk, dan bahkan kecantikan yang paling elok musnah pada akhirnya, dan mengubah dirinya menjadi debu.
Segenap dari kita para perempuan sepatutnya menempatkan Maria sebagai teladan dengan meniru kemurnian-Nya, gerakan-gerakan-Nya yang halus lembut dan otentik. Kita sepatutnya menyadari selalu bahwa adalah feminitas dan ketenangan itu yang memberikan Kemuliaan terlebih besar pada Ciptaan Allah dan tidak mendukakan Roh Kudus.
Sungguh disayangkan bahwa banyak perempuan, ketika menjadi makhluk yang digerakkan sekedar oleh insting dan keinginan murni bujuk rayu, menggunakan gerakan-gerakan yang begitu berlebihan hingga mereka menjadi vulgar, dan mereka [para perempuan] berakhir dengan melawan estetis itu sendiri yang seharusnya mereka cari.
Kita tidak dapat mengubah diri kita menjadi batu sandungan, sebab suatu hari kita akan memberikan pertanggungjawaban pada Allah bagi tiap-tiap laki-laki yang berdosa akibat ketidaksopanan kita. Ini sebab orang yang berdosa dengan melihat, tidak sebersalah dia yang mempertontonkan dirinya dan membangkitkan dosa.
Semoga Allah berbelas-kasihan terhadap kita, para perempuan yang tak memiliki minat untuk melihat Maria, Ia yang penuh Rahmat, sebagai kemungkinan teladan yang patut ditiru.
"Wahai kalian, bagi siapa Aku telah menyerahkan nyawa-Ku. Kalian sekarang telah mempunyai seorang Bunda kepada siapa kalian dapat berpaling untuk segala kebutuhan kalian. Aku telah mempersatukan kalian semua dengan ikatan paling kuat dengan memberikan kepada kalian BundaKu sendiri."
_†_†_ †_
Sumber: “From Sinai to Calvary”; Copyright © 2004 by The Great Crusade of Love and Mercy; Love and Mercy Publications; P.O. Box 1160, Hampstead, NC 28443 USA; www.loveandmercy.orgg
Dipersilakan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas untuk tujuan non-komersiil dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
|
|