345. YESUS MENUBUATKAN SENGSARA-NYA UNTUK PERTAMA KALINYA.
PETRUS DICELA.             


30 November 1945  

Yesus tentunya sudah meninggalkan kota Kaisarea Filipi saat fajar, karena kota itu sekarang berada jauh di belakang dengan pegunungannya, dan Yesus sekali lagi berada di dataran menuju Danau Merom, dari mana Dia akan pergi ke Danau Genesaret. Para rasul-Nya bersama dengan-Nya, juga semua murid yang ikut ke Kaisarea. Namun tidak seorang pun yang terkejut melihat banyaknya caravan di jalan, karena lebih banyak caravan orang-orang Israel atau para proselit yang pergi ke Yerusalem dari segala penjuru Diaspora, sebab mereka ingin tinggal beberapa waktu lamanya di Kota Suci untuk mendengarkan para rabbi dan menghirup udara Bait Allah untuk waktu yang lebih lama.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan bergegas. Matahari yang sudah tinggi di langit tidak menyusahkan mereka, karena sinar matahari musim semi dengan lembut menghangatkan daun-daun baru pepohonan yang tengah berbunga dan membuat bunga-bungaan mekar di mana-mana. Dataran sebelum danau bagaikan karpet berbunga, dan para peziarah yang memandang ke perbukitan sekelilingnya melihatnya bertaburan bunga-bunga putih, kemerahan, merah muda, atau bahkan nyaris merah dari berbagai pohon buah-buahan; atau saat lewat dekat rumah-rumah petani atau bengkel di pinggir jalan, mereka menikmati pemandangan semak-semak mawar yang sarat dengan bunga di taman, di sepanjang pagar tanam-tanaman, atau di tembok-tembok rumah.

"Kebun-kebun Yohana pasti penuh dengan bunga," kata Simon Zelot.

"Juga kebun di Nazaret pastilah kelihatan seperti keranjang penuh bunga-bungaan. Maria adalah lebah manis yang berpindah dari satu semak mawar ke semak mawar lainnya, lalu ke bunga-bunga melati, yang akan segera mekar, ke bunga-bunga lily, yang sudah kuncup, dan Dia akan memetik ranting pohon almond, seperti yang biasa Dia lakukan, tidak, Dia mungkin memetik ranting pohon pir atau ranting pohon delima, untuk ditempatkannya dalam amphora di kamarnya yang kecil. Ketika kami masih anak-anak, setiap tahun kami biasa bertanya kepada-Nya, 'Mengapa Engkau selalu menempatkan ranting berbunga di sana dan bukannya bunga-bunga mawar?' Dan Dia menjawab, 'Karena pada kelopak-kelopaknya Aku bisa melihat perintah tertulis, yang datang kepada-Ku dari Allah dan Aku mencium harum murni udara surgawi.' Apa kau ingat, Yudas?" Yakobus Alfeus bertanya kepada saudaranya.

"Ya, aku ingat. Dan aku ingat bahwa ketika aku dewasa, aku biasa menantikan musim semi dengan antusias, supaya aku bisa melihat Maria berjalan-jalan di kebun-Nya, di bawah pepohonan-Nya, yang bunga-bunganya bagaikan awan, atau di antara semak-semak bunga mawar. Aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih indah daripada dara abadi yang lewat dengan gemulai di antara bunga-bunga-Nya sementara burung-burung merpati terbang sekelilingnya..."

"Oh! Mari kita segera pergi kepada-Nya, Tuhan! Supaya aku bisa melihat semua itu juga!" mohon Tomas.

"Yang perlu kita lakukan adalah mempercepat langkah kita dan mengurangi istirahat pada malam hari, untuk tiba di Nazaret pada waktu yang tepat," jawab Yesus.

"Apakah Engkau akan benar-benar membawaku ke sana, Tuhan?"

"Ya, Tomas. Kita semua akan pergi ke Betsaida dan kemudian ke Kapernaum, di mana kita akan berpisah. Kita akan melanjutkan perjalanan ke Tiberias dengan perahu dan lalu ke Nazaret. Jadi, kecuali kamu orang-orang Yudea, kita semua akan bisa mendapatkan pakaian yang lebih tipis, karena musim dingin sudah berakhir."

"Ya. Dan kita akan pergi dan mengatakan kepada Sang Merpati: 'Bangunlah, bergegaslah, kekasihku, dan datanglah, karena musim dingin telah berakhir, hujan telah usai dan berlalu, bunga-bungaan muncul di bumi… Bangunlah, temanku, dan marilah, merpatiku bersembunyi di celah-celah batu, tunjukkan wajahmu, biarkan aku mendengar suaramu.'"

"Bagus sekali, Yohanes! Kau terdengar seperti seorang kekasih yang menyanyikan lagu untuk gadisnya!" kata Petrus.

"Memang. Aku dipenuhi cinta untuk Maria. Aku tidak akan pernah melihat perempuan lain membangkitkan cintaku. Hanya Maria, yang kucintai dengan sepenuh hatiku."

"Aku mengatakan hal yang sama sebulan yang lalu, ya kan, Tuhan?" kata Tomas.

"Aku pikir kita semua dipenuhi cinta untuk-Nya. Cinta surgawi yang begitu mulia!... Sebab hanya Donna [= Lady, Bunda; Madonna = My Lady, Bunda Maria] yang bisa menginspirasi. Dan jiwa kita mencintai jiwa-Nya sepenuhnya, pikiran kita mencintai dan mengagumi inteligensi-Nya, mata kita kagum dan bersuka dalam rahmat-Nya yang murni, yang memberikan sukacita tanpa kekhawatiran sedikit pun, seperti ketika seorang memandang bunga... Maria, Keindahan di bumi, dan, menurutku, Keindahan di Surga..." kata Matius.

"Itu benar! Kita semua melihat dalam diri Maria apa yang termanis dalam diri perempuan: gadis yang paling murni, dan ibu yang paling manis. Dan kita tidak tahu apakah kita lebih mencintai-Nya karena rahmat yang pertama atau yang terakhir..." kata Filipus.

"Kita mencintai-Nya karena Dia adalah 'Maria.' Begitulah!" komentar Petrus.

Yesus mendengarkan mereka dan Dia berkata, "Kamu semua sudah berbicara dengan sangat baik. Simon Petrus benar: orang mencintai Maria karena Dia adalah 'Maria'. Dalam perjalanan kita ke Kaisarea, aku memberitahumu bahwa hanya mereka yang menggabungkan iman yang sempurna dengan kasih yang sempurna yang akan berhasil memahami makna sebenarnya dari perkataan: 'Yesus, Kristus, Sabda, Putra Allah dan Putra Manusia.' Tetapi sekarang Aku bisa  memberitahumu bahwa ada nama lain yang penuh makna. Dan itu adalah nama BundaKu. Hanya mereka yang menggabungkan iman yang sempurna dengan kasih yang sempurna yang akan berhasil memahami makna sebenarnya dari nama 'Maria', dari Bunda Putra Allah. Dan makna yang sebenarnya akan mulai tampak jelas kepada orang-orang yang beriman sejati dan penuh kasih di saat aniaya yang mengerikan, ketika Sang Bunda dianiaya bersama Putranya, ketika Dia menebus-serta bersama Sang Penebus, di mata seluruh dunia dan untuk selama-lamanya."

"Bilamanakah itu?" tanya Bartolomeus, saat mereka berhenti di tepi sungai besar di mana banyak murid minum.

"Mari kita berhenti di sini dan makan roti kita. Ini tengah hari. Kita akan tiba di Danau Merom sore hari dan kita akan bisa mendapatkan perahu dan mempersingkat perjalanan kita," jawab Yesus mengelak.

Mereka semua duduk di rerumputan yang lembut di tepi sungai, di bawah sinar matahari yang hangat, dan Yohanes berkata, "Sungguh sayang membuat rusak bunga-bunga kecil ini, yang begitu lembut. Mereka tampak bagai serpihan langit, yang jatuh di sini, di padang rumput ini." Ada ratusan dan ratusan bunga myosotis di sana.

"Mereka akan tumbuh lebih indah esok hari. Mereka sudah mekar untuk mengubah bumi menjadi ruang makan bagi Tuhan-nya," kata saudaranya Yakobus untuk menghiburnya.

Yesus mempersembahkan dan memberkati makanan dan mereka semua makan dengan gembira. Semua murid, bagai bunga matahari, mengarahkan pandangannya pada Yesus, Yang duduk di tengah barisan para rasul-Nya.

Santap siang segera berakhir, yang dijadikan nikmat oleh damai tenang dan air yang jernih. Sebab Yesus tetap duduk, tak ada seorang pun yang bergerak. Para murid bergerak sedikit mendekat dan mendengarkan apa yang Yesus katakan kepada para rasul yang mengajukan pertanyaan kepada-Nya tentang apa yang Dia katakan sebelumnya tentang Bunda-Nya.

"Ya. Karena sungguh akan merupakan hal yang besar untuk menjadi BundaKu menurut daging. Kau harus merenungkan bahwa Hana istri Elkana diingat sebagai ibu Samuel. Dan Samuel hanya seorang nabi. Namun demikian, ibunya dikenang karena melahirkannya. Dengan demikian, Maria akan diingat dengan pujian terbesar, karena memberikan Yesus, Sang Juruselamat, kepada dunia. Tetapi itu akan menjadi terlalu sedikit, dibandingkan dengan apa yang Allah tuntut dari-Nya untuk memenuhi ukuran yang diperlukan bagi penebusan dunia. Maria tidak akan mengecewakan keinginan Allah. Dia tidak pernah mengecewakan Allah. Dia telah memberikan dan akan memberikan diri-Nya sepenuhnya baik dalam hal tuntutan kasih total maupun kurban total itu. Dan ketika Dia telah menggenapi kurban termulia itu, bersama-Ku dan demi Aku, dan demi dunia, maka orang-orang beriman sejati dan penuh kasih akan memahami makna sebenarnya dari Nama-Nya. Dan untuk selamanya di masa mendatang, setiap orang beriman sejati dan penuh kasih akan dianugerahi pengetahuan untuk mengetahuinya. Nama dari Bunda Agung, Perawat Tersuci, Yang akan memelihara semua anak Kristus dengan airmata-Nya, demi membesarkan mereka untuk Hidup di Surga."

"Airmata, Tuhan? Haruskah BundaMu menangis?" tanya Iskariot.

"Setiap ibu menangis. Dan BundaKu akan menangis lebih dari yang lain."

"Kenapa? Terkadang aku membuat ibuku menangis, sebab aku tidak selalu menjadi anak yang baik. Tapi Engkau! Engkau tidak pernah mendukakan BundaMu."

"Tidak. Aku tidak mendukakan-Nya sebagai PutraNya. Tetapi Aku akan sangat mendukakan-Nya sebagai Penebus. Ada dua hal yang akan membuat BundaKu mencurahkan airmata yang tiada akhir: Aku, demi menyelamatkan Umat Manusia; Umat Manusia dengan dosanya yang terus-menerus. Setiap orang yang pernah hidup, sekarang hidup, atau akan hidup, menyebabkan airmata Maria tercurah."

"Kenapa?" tanya Yakobus Zebedeus, yang jelas-jelas tercengang.

"Karena setiap orang membuat-Ku menderita demi menebusnya."

"Tetapi bagaimana Engkau bisa mengatakan itu sehubungan dengan mereka yang sudah mati atau belum lahir? Mereka yang hidup, ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi, orang-orang Saduki bisa membuat-Mu menderita melalui dakwaan-dakwaan mereka terhadap-Mu, kecemburuan mereka, kejahatan mereka. Tapi tidak lebih dari itu," kata Bartolomeus dengan mantap.

"Yohanes Pembaptis juga dibunuh... dan dia bukan satu-satunya nabi yang dibunuh oleh Israel, atau satu-satunya imam dari Kehendak kekal, yang dibunuh karena dia tidak disukai oleh orang-orang yang tidak taat kepada Allah."

"Tetapi Engkau lebih besar daripada seorang nabi, daripada Pembaptis sendiri, Perintis Jalan-Mu. Engkau adalah Sabda Allah. Tangan Israel tidak akan terangkat melawan Engkau," kata Yudas Tadeus.

"Menurutmu begitu, saudaraku? Kau salah," jawab Yesus.

"Tidak. Tidak mungkin! Itu tidak mungkin terjadi! Allah tidak akan membiarkannya! Itu akan menjadi penghinaan abadi terhadap KristusNya!" Yudas Tadeus begitu bersemangat hingga dia berdiri.

Yesus juga berdiri dan menatap wajahnya yang pucat dan matanya yang tulus. Yesus berkata perlahan, "Meski begitu, itu akan terjadi," dan Dia menurunkan lengan kanan-Nya, yang tadinya terangkat, seolah-olah Dia bersumpah.

Mereka semua berdiri dan berdesakan sekeliling-Nya: suatu lingkaran wajah-wajah tak percaya yang sedih; suara-suara bisikan terdengar, "Tentu saja... jika memang begitu... Tadeus benar."

"Apa yang terjadi pada Pembaptis itu salah. Tapi hal itu meninggikan Pembaptis, seorang pahlawan hingga titik akhir. Jika, sebaliknya, hal itu terjadi pada Kristus, itu akan meredupkan kemashyuran-Nya."

"Kristus bisa dianiaya, tetapi tidak bisa dihina."

"Urapan Allah ada pada-Nya."

"Siapa yang akan terus percaya kepada-Mu, jika mereka melihat-Mu tak berdaya di bawah kuasa manusia?"

"Kami tidak akan membiarkan itu."

Yakobus Alfeus adalah satu-satunya yang tidak berkomentar. Saudaranya mencelanya, "Apa kau tak hendak mengatakan apa-apa? Apa kau tak bereaksi? Apa kau tidak dengar? Belalah Kristus dari Diri-Nya sendiri!"

Yakobus tidak menjawab, tetapi dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan minggir ke samping sambil menangis.

"Dia bodoh!" ucap saudaranya.

"Mungkin tidak sebodoh yang kau pikirkan," jawab Ermasteus. Dan dia melanjutkan, "Kemarin, ketika menjelaskan nubuat, Guru berbicara tentang tubuh yang sudah membusuk yang dipulihkan seutuhnya dan tubuh yang akan bangkit dari kematian oleh dirinya sendiri. Aku pikir bahwa orang tidak dapat bangkit kembali, kecuali jika dia mati terlebih dahulu."

"Tetapi orang bisa mati secara wajar, atau mati karena usia lanjut. Dan bahkan itu akan terlalu berlebihan bagi Kristus!" balas Tadeus, dan banyak yang lain mengatakan bahwa dia benar.

"Ya, tetapi jika demikian halnya, itu tidak akan menjadi tanda yang diberikan kepada angkatan ini, yang jauh lebih tua dari-Nya," kata Simon Zelot.

"Tentu saja tidak. Tapi Dia tidak perlu berbicara tentang Diri-Nya sendiri," jawab sengit Tadeus yang keras kepala dalam kasih dan hormatnya.

"Tidak seorang pun, selain Putra Allah, yang bisa bangkit oleh dirinya sendiri dari kematian, karena tidak seorang pun kecuali Putra Allah yang bisa dilahirkan seperti Dia kala itu dilahirkan. Aku berpegang pada itu, sebab aku melihat kemuliaan kelahiran-Nya," kata Ishak sebagai saksi yang sepenuhnya percaya diri.

Yesus mendengarkan mereka, dengan menatap masing-masing yang berbicara, dengan tangan-Nya terlipat di dada-Nya. Dia sekarang membuat isyarat bahwa Dia ingin berbicara dan Dia berkata, "Putra Manusia akan diserahkan ke dalam kuasa manusia karena Dia adalah Putra Allah, tetapi Dia juga Penebus manusia. Dan tidak ada penebusan tanpa penderitaan. Tubuh, daging dan darah-Ku akan menderita, demi menebus dosa-dosa daging dan darah. Aku akan menderita secara moral demi menebus dosa-dosa niat dan nafsu. Dan Aku akan menderita secara rohani demi dosa-dosa jiwa. Penderitaan-Ku akan total. Oleh karena itu pada waktu yang ditetapkan Aku akan ditangkap di Yerusalem dan setelah menderita hebat di tangan-tangan para Penatua dan Imam Besar, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, Aku akan dijatuhi hukuman mati yang hina. Dan Allah akan membiarkan mereka melakukannya, karena memang harus demikian, karena Aku adalah Anak Domba Yang akan menebus dosa-dosa seluruh dunia. Dan dalam sengsara terdalam, di mana BundaKu dan segelintir orang akan berbagi dengan-Ku, Aku akan mati di tiang gantungan, dan tiga hari kemudian, secara eksklusif melalui kehendak ilahi-Ku sendiri, Aku akan bangkit kembali ke kehidupan mulia yang kekal sebagai Manusia dan sekali lagi Aku akan menjadi Allah di Surga bersama Bapa dan Roh. Tapi pertama-tama Aku harus menderita semua kehinaan dan Hati-Ku akan ditembusi oleh Dusta dan Kebencian."

Suatu paduan suara seruan gempar menyebar melalui udara musim semi yang hangat dan harum.

Petrus, yang juga gentar dan gempar, meraih lengan Yesus dan menarik-Nya ke samping dan berbisik di telinga-Nya, "Oh! Tuhan! Jangan katakan itu. Itu tidak benar. Lihat? Mereka sesat. Kau kehilangan hormat dari mereka. Bagaimanapun juga Engkau jangan membiarkan itu terjadi; bagaimanapun hal macam itu tidak akan pernah terjadi. Jadi mengapa membicarakannya sebagai sesuatu yang nyata? Engkau harus naik semakin tinggi di mata manusia, jika Engkau ingin mengokohkan otoritas-Mu, dan akhirnya menyudahinya dengan mengerjakan satu mukjizat terakhir, misalnya menghancurkan para musuh-Mu. Tetapi Engkau jangan pernah merendahkan Diri-Mu ke tingkat seorang kriminal yang dihukum." Dan Petrus kelihatan seperti seorang guru atau seorang ayah yang berduka yang dengan baik hati mencela seorang anak yang sudah mengatakan sesuatu yang konyol.

Yesus, yang sedikit membungkuk untuk mendengarkan bisikan Petrus, menegakkan diri kembali dan dengan wajah yang keras dan mata yang bernyala-nyala karena amarah, Dia berteriak supaya semua orang bisa mendengar-Nya dan mengambil pelajaran: "Enyah dari-Ku, sebab kau sekarang adalah Setan yang menasihati-Ku untuk tidak menaati BapaKu! Tapi, itulah sebabnya mengapa Aku datang! Bukan untuk dihormati! Dengan menasihati-Ku untuk menjadi sombong, tidak taat, dan bersikap kejam, kau mendorong-Ku untuk melakukan hal-hal yang jahat. Enyah! Kau menggoncangkan-Ku! Tidak mengertikah kau bahwa kebesaran tidak terletak pada kehormatan, tetapi dalam pengorbanan dan bahwa tidak penting dianggap sebagai cacing oleh manusia, jika Allah menganggap kita malaikat? Kau, orang bodoh, tidak memahami baik kebesaran Allah maupun pemikiran-Nya, dan kau melihat, menilai, merasakan, dan berbicara menurut apa yang murni manusiawi."

Petrus yang malang hancur oleh celaan yang keras itu dan merasa teramat malu dia minggir dan menangis... Namun airmatanya bukan airmata sukacita seperti beberapa hari yang lalu. Dia menangis sejadi-jadinya karena dia sadar bahwa dia sudah berdosa dan sudah mendukakan orang yang dia kasihi. Dan Yesus membiarkannya menangis. Yesus melepas sandal-Nya, menarik ke atas dan mengikat jubah-Nya, dan mengarungi sungai.

Yang lain-lainnya mengikuti Dia dalam bisu. Tak ada yang yang berani mengatakan sepatah kata pun. Petrus yang malang adalah yang terakhir dalam kelompok itu dan sia-sia saja Ishak dan Zelot berusaha menghiburnya.

Andreas berbalik beberapa kali untuk melihat padanya dan kemudian membisikkan sesuatu kepada Yohanes, yang benar-benar tertekan. Namun Yohanes menggelengkan kepalanya tanda  menolak. Andreas lalu mengambil keputusan. Dia berlari mengejar dan mencapai Yesus. Dia memanggil-Nya dengan suara rendah yang gemetar, "Guru! Guru!..."

Yesus membiarkannya memanggil beberapa kali. Akhirnya Dia berbalik dan dengan wajah yang keras Dia bertanya, "Apa yang kau inginkan?"

"Guru, saudaraku tertekan... dia menangis..."

"Dia pantas mendapatkannya."

"Itu benar, Guru. Tapi dia manusia... Orang bisa berbuat salah saat berbicara."

"Sebenarnya apa yang dia katakan hari ini sangat salah," jawab Yesus. Namun Dia tidak sebegitu keras sekarang dan secercah senyum melembutkan mata ilahi-Nya.

Andreas berbesar hati kembali dan menggandakan upayanya demi saudaranya. "Tapi Engkau adil dan Engkau tahu bahwa dia bersalah karena kasihnya kepada-Mu..."

"Kasih harus menjadi terang, bukan kegelapan. Dia mengubahnya menjadi kegelapan dan membalut jiwanya dengan itu."

"Itu benar, Tuhan. Tapi perban bisa dilepas jika orang menghendakinya. Bukan roh itu sendiri yang dalam kegelapan. Perban di bagian luar; roh di bagian dalam, inti yang hidup... Bagian dalam dari saudaraku baik."

"Baiklah, biarkan dia melepaskan perban yang dia kenakan."

"Dia pasti akan melakukannya, Tuhan! Dia sudah sedang melakukannya. Jika Kau berbalik Kau akan melihat bagaimana suram wajahnya oleh airmata, yang tidak Kau hiburkan. Mengapakah Kau begitu keras kepadanya?"

"Karena adalah kewajibannya untuk menjadi 'yang pertama,' karena Aku memberinya kehormatan untuk itu. Dia yang menerima banyak, harus memberi banyak..."

"Oh! Tuhan! Ya, benar sekali. Tetapi tidak ingatkah Kau akan Maria saudari Lazarus? Atau Yohanes dari En-Dor? Atau Aglae? Atau si Cantik dari Khorazim? Atau Lewi? Kau memberikan segalanya pada mereka... dan mereka hanya menunjukkan kepada-Mu niat mereka untuk ditebus... Tuhan!... Kau sudah mendengar permohonanku atas nama si Cantik dari Khorazim dan Aglae... Tidak maukah Kau mendengarkan permohonanku atas nama Simon-Mu dan Simonku, yang bersalah karena kasihnya kepada-Mu?"

Yesus menatap rasul-Nya yang lembut yang sudah menjadi berani dan gigih demi saudaranya, seperti dia dengan diam-diam gigih memperjuangkan si Cantik dari Khorazim dan Aglae, dan wajah Yesus bersinar cerah, "Pergi dan panggillah saudaramu," kata-Nya, "dan bawalah dia kemari."

"Oh! Terima kasih, Tuhan-ku! Aku akan segera pergi..." dan dia berlari secepat burung layang-layang.

"Ayo, Simon. Guru tidak lagi marah padamu. Datanglah, karena Dia ingin memberitahumu."

"Tidak. Aku malu... Baru beberapa saat yang lalu Dia mencelaku dengan keras... Dia ingin mencelaku lagi..."

"Betapa sedikit kau mengenal-Nya! Ayo! Apa kau pikir aku akan membawamu kepada-Nya untuk membuatmu menderita lagi? Aku tidak akan bersikeras jika aku tidak yakin bahwa sukacita besar menantimu di sana. Ayo."

"Tapi, apa yang harus kukatakan kepada-Nya?" Petrus bertanya, sementara berangkat dengan agak enggan. Dia ditahan oleh kodrat manusiawinya, tetapi sekaligus didorong oleh jiwanya yang tidak tahan tanpa teladan dan kasih Yesus. "Apa yang harus kukatakan kepada-Nya?" dia terus bertanya.

"Tidak ada! Tunjukkan pada-Nya wajahmu dan itu sudah cukup," kata saudaranya menyemangati.

Semua murid, ketika dua bersaudara itu mendahului mereka, melihat dengan tersenyum, sebab mereka mengerti apa yang sedang terjadi.

Keduanya tiba di tempat Yesus. Namun, di saat-saat terakhir Petrus berhenti. Andreas tidak membuang-buang waktu. Dengan satu dorongan kuat, seperti yang biasa dia lakukan ketika menolak perahunya ke danau, dia menyorongnya ke depan. Yesus berhenti… Petrus mengangkat mukanya… Yesus menundukkan muka-Nya… Mereka saling menatap… Dua butir besar airmata mengalir turun di pipi Petrus yang memerah…

"Kemarilah, bocah besar-Ku yang gegabah, supaya Aku bisa berlaku sebagai seorang bapa dan menghapus air matamu," kata Yesus, dan Dia mengangkat tangan-Nya di mana bekas luka akibat batu di Giscala masih terlihat dan dengan jari-jari-Nya Dia menyeka kedua butir airmata.

"Oh! Tuhan! Sudahkah Engkau mengampuniku?" tanya Petrus dengan suara gemetar, sembari menggenggam tangan Yesus dan menatap kepada-Nya dengan mata memohon yang penuh kasih, bagai anjing setia yang ingin dimaafkan oleh tuannya yang marah.

"Aku tidak pernah mengutukmu..."

"Tapi sebelumnya..."

"Aku mengasihimu. Adalah kasih untuk tidak membiarkan penyimpangan sentimen dan kebijaksanaan berakar dalam dirimu. Kau harus menjadi yang pertama dalam segala hal, Simon Petrus."

"Jadi... jadi, Kau masih mengasihiku? Kau masih ingin aku bersama-Mu? Bukan karena aku ingin menjadi yang pertama, Kau tahu. Aku senang bahkan menjadi yang terakhir, asalkan aku bersama-Mu, melayani-Mu... dan aku mati untuk melayani-Mu, Tuhan, Allah-ku!"

Yesus melingkarkan tangan-Nya pada pundak Petrus dan menariknya dekat pada Diri-Nya.

Dan Petrus, yang sudah sepanjang waktu itu memegang tangan Yesus yang satunya, menghujani tangan itu dengan ciuman... Dia bahagia dan berbisik, "Betapa aku sangat  menderita!... Terima kasih, Yesus."

"Lebih baik kau berterima kasih kepada saudaramu. Dan di masa mendatang pastikan kau memikul bebanmu dengan keadilan dan kegagah-beranian. Mari kita menunggu yang lainnya. Dimana mereka?"

Mereka tetap berdiri di tempat untuk membiarkan Guru bebas berbicara kepada rasul-Nya yang merasa bersalah. Yesus memberi isyarat kepada mereka untuk mendekat. Bersama mereka ada sekelompok kecil petani yang sudah meninggalkan pekerjaan di ladang untuk datang dan berbicara kepada para murid.

Yesus, yang masih menempatkan tangan-Nya pada pundak Petrus, berkata, "Sesudah apa yang terjadi, kamu mengerti sekarang bahwa melayani-Ku adalah masalah yang serius. Aku mencela dia. Tetapi celaan-Ku berlaku bagi kamu semua. Karena pikiran yang sama ada di sebagian besar hatimu, entah sudah sepenuhnya berkembang atau masih berupa sebersit gagasan. Dengan demikian Aku telah menghancurkannya untukmu, dan dia yang masih memeliharanya membuktikan bahwa dia tidak memahami Doktrin-Ku, Misi-Ku ataupun Pribadi-Ku.

Aku datang untuk menjadi Jalan, Kebenaran dan Hidup. Aku memberimu Kebenaran melalui ajaran-Ku. Aku menandai jalan, Aku menunjukkannya dan meratakannya untukmu melalui pengorbanan-Ku. Tetapi Aku memberikan Hidup kepadamu melalui Kematian-Ku. Dan ingatlah bahwa siapa pun yang menjawab panggilan-Ku dan mengikuti Aku untuk bekerja sama dalam penebusan dunia harus siap mati untuk memberikan Hidup kepada orang-orang lain. Jadi, siapa pun yang ingin mengikuti Aku harus siap untuk menyangkal dirinya, dirinya yang lama dengan nafsu, kecenderungan, adat istiadat, tradisi dan pemikirannya, dan mengikuti Aku dengan dirinya yang baru.

Biarlah setiap orang memikul salibnya, seperti Aku akan memikul salib-Ku. Dia harus menerimanya bahkan meski itu tampaknya terlalu hina baginya. Dia harus membiarkan beban salibnya meremukkan manusiawinya sendiri demi membebaskan rohaninya sendiri, yang tidak dipenuhi oleh kengerian salib. Sebaliknya salib adalah penopang dan objek penghormatan karena roh tahu dan ingat. Dan biarkan dia mengikuti Aku dengan salibnya. Dan pada akhir hidupnya akankah kematian yang hina menantikannya, seperti kematian itu menantikan Aku?

Tidak masalah. Dia tidak boleh bersedih atas itu, sebaliknya biarlah dia bersukacita, karena kehinaan di bumi akan berubah menjadi kemuliaan besar di Surga, sementara adalah tidak terhormat bertindak pengecut di hadapan kegagah-beranian rohani.

Kamu selalu menyatakan bahwa kamu siap untuk mengikuti Aku dan menghadapi kematian bersama-Ku. Jadi, ikutlah Aku, dan Aku akan menghantarmu ke Kerajaan melalui jalan yang sulit tapi kudus mulia, di mana pada akhirnya kamu akan mencapai Hidup kekal selamanya. Itulah 'hidup.' Sebaliknya, mengikuti cara dunia dan daging adalah 'mati.' Jadi, dia yang ingin menyelamatkan hidupnya di bumi akan kehilangan hidupnya, sementara dia yang kehilangan hidupnya di bumi demi Aku dan demi Injil-Ku, akan menyelamatkan hidupnya. Tetapi ingatlah: apalah gunanya bagi manusia menaklukkan seluruh dunia, jika dia kehilangan jiwanya?

Dan sangat berhati-hatilah, baik sekarang maupun di masa mendatang, janganlah malu akan perkataan-Ku dan perbuatan-Ku. Melakukan itu akan berarti 'mati' juga. Karena dia yang malu terhadap Aku dan sabda-Ku di antara angkatan yang bodoh, berzinah, dan berdosa ini, yang tentangnya Aku berbicara kepadamu kali lalu, dan dengan harapan mendapatkan perlindungan dan keuntungan menyanjungnya dengan menyangkal Aku dan Doktrin-Ku dan melemparkan sabda-Ku ke mulut najis babi dan anjing - yang balasannya adalah kotoran dan bukan uang - akan diadili oleh Putra Manusia, ketika Dia datang dalam kemuliaan BapaNya bersama para malaikat dan orang-orang kudus untuk mengadili dunia. Maka Aku akan malu terhadap para pezina itu, terhadap para pengecut dan lintah darat itu dan akan mengusir mereka dari Kerajaan, karena di Yerusalem surgawi tidak ada tempat bagi para pezina, pengecut, penghujat dan pencuri. Dan dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa beberapa dari mereka yang sekarang ada di antara para murid dan para murid perempuan tidak akan mengalami kematian sebelum melihat Kerajaan Allah didirikan dan Rajanya dimahkotai dan diurapi."

Mereka melanjutkan perjalanan kembali sambil asyik bercakap-cakap sementara matahari perlahan-lahan terbenam di langit...
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 5                 Daftar Istilah                    Halaman Utama