|
335. YESUS DI NAZARET BERSAMA SEPUPU-NYA DAN BERSAMA PETRUS DAN TOMAS.
20 November 1945
"Kau akan menempatkan di sini visiun yang kau lihat pada tanggal 11 September 1944."
Ismael Ben Fabi.
Yesus sekali lagi bersama murid-murid-Nya di jalan yang dari dataran Esdraelon menghantar ke Nazaret. Mereka pastilah bermalam di suatu tempat, karena hari masih pagi benar. Mereka berjalan beberapa lamanya dalam kebisuan. Yesus berada di depan mereka, sendirian, lalu Dia memanggil Petrus dan Simon dan berjalan bersama mereka. Akhirnya mereka semua dalam satu kelompok sampai mereka tiba di persimpangan jalan di mana jalan Nazaret menyatu dengan jalan yang mengarah ke utara.
Yesus memberi isyarat kepada mereka yang berbicara untuk diam dan berkata, "Sekarang kita akan berpisah. Aku akan pergi ke Nazaret bersama sepupu-Ku, bersama Petrus dan Tomas. Di bawah bimbingan Simon Zelot, di sepanjang jalan Tabor dan jalan karavan, kamu akan pergi ke Debaret, Tiberias, Magdala, Kapernaum, dan lalu menuju Meron. Kamu akan singgah di tempat Yakub untuk melihat apakah dia sudah bertobat dan kamu akan membawa berkat-Ku kepada Yudas dan Anna. Kamu akan tinggal di rumah-rumah di mana mereka menawarkan tumpangan dengan lebih mendesak. Kamu akan tinggal satu malam saja di setiap tempat, karena pada malam Sabat kita akan bertemu di jalan Safet. Aku akan melewatkan hari Sabat di Khorazim, di rumah si janda. Kunjungi dia dan beritahu dia. Dengan begitu kita akhirnya akan memberikan damai bagi jiwa Yudas, yang akan diyakinkan bahwa Yohanes tidak ada di tempat-tempat tumpangan itu..."
"Guru! Tapi aku mempercayainya!..."
"Tetapi selalu lebih baik untuk memastikan, supaya kau tidak merah muka di hadapan Kayafas dan Hanas, seperti Aku tidak merah muka di hadapanmu atau orang lain mana pun ketika Aku mengatakan bahwa Yohanes tidak lagi bersama kita. Aku akan membawa Tomas ke Nazaret, supaya dia juga dapat yakin sehubungan dengan tempat itu, sebab dia akan bisa melihat dengan matanya sendiri..."
"Tapi, Guru... aku! Apa peduliku? Aku hanya menyesal bahwa dia tidak lagi bersama kita. Dia mungkin menjadi seperti sebelumnya. Tetapi sejak kita mengenalnya, dia selalu lebih baik daripada banyak orang Farisi yang terkenal. Cukup bagiku untuk tahu bahwa dia tidak menyangkal Engkau dan tidak mendukakan Engkau dan lalu... apakah dia ada di bumi atau di pangkuan Abraham, aku tidak peduli. Percayalah padaku. Andai dia ada di rumahku... aku tidak akan memandang rendah padanya. Aku harap Engkau tidak berpikir bahwa dalam hati Tomas-Mu ada lebih dari sekadar rasa ingin tahu yang wajar, tetapi tidak ada kebencian, tidak lebih dari penyelidikan yang kurang lebih jujur, tidak ada kecenderungan untuk secara sukarela atau terpaksa atau niat untuk memata-matai, tidak ada keinginan untuk membahayakan..."
"Kau menyinggung aku! Kau menghina aku! Kau berbohong! Kau sudah melihat bahwa aku selalu bertindak dengan cara yang suci selama ini. Jadi mengapa kau katakan itu? Apa yang bisa kau katakan tentang aku? Katakan!" Yudas menjadi berang dan liar.
"Diamlah. Tomas akan menjawab kepada-Ku. Hanya kepada-Ku, sebab Aku berbicara kepadanya. Aku percaya perkataan Tomas. Tetapi itulah yang Aku inginkan, dan itu akan dilakukan, dan tidak seorang pun dari antaramu yang berhak untuk mencela perbuatan-Ku."
"Aku tidak mencela-Mu... Tapi sindirannya terarah padaku dan..."
"Kamu berduabelas. Mengapa perkataannya hanya terarah padamu, ketika Aku berbicara kepada semua orang?"
"Karena aku mencari Yohanes."
Yesus berkata, "Juga rekan-rekanmu yang lain melakukannya, dan murid-murid yang lain akan melakukannya, tetapi tidak seorang pun yang merasa tersinggung oleh perkataan Tomas. Tidaklah dosa menanyakan kabar sesama murid dengan cara yang jujur. Perkataan seperti yang baru saja diucapkan itu tidak menyakiti, ketika hati kita penuh kasih dan kejujuran dan tidak ada yang menusuknya atau membuatnya menjadi super sensitif karena penyesalan. Jadi, kenapa kau ingin menyanggahnya di hadapan rekan-rekanmu? Apa kau ingin dicurigai berbuat dosa? Amarah dan kesombongan adalah dua sahabat yang buruk, Yudas, yang membuat orang membabi-buta, dan orang yang membabi-buta melihat apa yang tidak ada, dan mengatakan apa yang seharusnya tidak dikatakan... sama seperti ketamakan dan nafsu menghantar orang pada tindakan-tindakan yang salah demi kepuasan... Singkirkan pelayan-pelayan jahat seperti itu... Dan ngomong-ngomong sebaiknya kau tahu bahwa berhari-hari selama kau pergi, selalu ada keharmonisan yang sangat baik di antara kami, juga ketaatan dan rasa hormat. Kami saling mengasihi satu sama lain, mengertikah kau?... Selamat tinggal, sahabat-sahabat-Ku terkasih. Pergi dan kasihilah satu sama lain. Apakah itu jelas bagimu? Kasihilah satu sama lain dan bertenggang-rasalah satu sama lain, bicara sedikit dan bertindak baik. Damai sertamu."
Ia memberkati mereka dan sementara mereka pergi ke kanan, Yesus melanjutkan perjalanan-Nya bersama kedua sepupu-Nya, Petrus dan Tomas.
Mereka melanjutkan perjalanan dalam keheningan total. Kemudian sekonyong-konyong Petrus meledak dalam perkataan yang menggelegar kepada dirinya sendiri, "Siapa yang tahu!" sebagai konsekuensi dari apa yang aku pikir permenungan yang lama. Yang lain menatap padanya...
Yesus segera menghindarkan pertanyaan yang mungkin muncul dengan mengatakan, "Apa kamu berdua senang pergi ke Nazaret bersama-Ku?" dan Dia melingkarkan tangan-Nya pada pundak Petrus dan Tomas.
"Dapatkah Kau meragukannya?" kata Petrus dalam luapan sukacitanya.
Tomas, dengan lebih tenang, dengan wajah montoknya bersinar penuh sukacita, menambahkan, "Tidak tahukah Kau bahwa berada dekat Bunda-Mu adalah sukacita begitu rupa hingga aku tidak bisa menemukan kata-kata untuk menjelaskannya kepada-Mu? Maria adalah cintaku. Aku bukan perawan, dan aku tidak menentang hidup berkeluarga dan aku sudah mengarahkan mataku pada beberapa gadis, tetapi aku belum yakin yang mana yang harus kupilih sebagai istriku. Tapi sekarang! Tidak... Cintaku adalah Maria. Cinta yang melampaui akal budi. Akal budi mati hanya dengan memikirkan-Nya! Cinta yang memenuhi jiwa dengan kebahagiaan. Aku membandingkan semua kebaikan yang aku lihat pada perempuan, juga pada perempuan-perempuan tersayang, seperti ibuku dan saudara kembarku, dengan apa yang aku lihat pada BundaMu, dan aku katakan pada diriku sendiri, "Semua kebenaran, rahmat dan keindahan ada dalam Diri-Nya. Jiwa-Nya yang mengasihi adalah hamparan bunga surgawi... Tampilan-Nya adalah puisi... Oh! di Israel kita tidak berani memikirkan malaikat dan dengan hormat dan takut kita menatap pada Kerubim di Tempat Mahakudus!... Betapa bodohnya kita! Karena kita tidak gemetar sepuluh kali lipat dengan hormat dan takut menatap pada-Nya! Karena aku yakin bahwa di mata Allah Dia melampaui semua keindahan malaikat..."
Yesus menatap rasul-Nya yang begitu mengasihi BundaNya hingga dia kelihatan nyaris jadi rohani, karena perasaannya kepada Maria mengubah dengan begitu rupa wajahnya yang baik hati itu. "Baik, kita akan bersama-Nya selama beberapa jam. Kita akan tinggal sampai lusa. Kemudian kita akan pergi ke Tiberias untuk melihat kedua anak itu dan naik perahu ke Kapernaum."
"Dan bagaimana dengan Betsaida?"
"Kita akan pergi ke sana dalam perjalanan balik, Simon, menjemput Marjiam untuk ziarah Paskah." ...
... Malam pada hari yang sama, di Nazareth, di rumah kecil yang damai, di mana Petrus dan Tomas sudah tidur. Bunda dan Putra bercakap-cakap dengan lembut.
"Semuanya berjalan baik, Bunda. Dan mereka sekarang ada dalam damai. Doa-Mu membantu para peziarah itu dan sekarang menenangkan duka mereka, bagai embun pada bunga-bunga yang kering."
"Aku ingin menenangkan duka-Mu, Nak! Berapa banyak pastilah Kau telah menderita! Lihat. Pelipis dan pipi-Mu telah menjadi cekung, dan kerutan tergalur di dahi-Mu seperti torehan sebilah pedang. Siapa yang menyakiti-Mu seperti itu, sayang-Ku?"
"Duka karena harus berduka, Bunda."
"Hanya itu, YesusKu? Apakah murid-murid-Mu menyedihkan-Mu?"
"Tidak, Bunda. Mereka sebaik orang-orang kudus."
"Mereka yang bersama-Mu... Tapi yang Aku maksudkan: semua orang..."
"Kau lihat bahwa aku membawa Tomas kemari untuk mengganjarinya, dan Aku sebenarnya juga ingin membawa mereka yang tidak kemari kali lalu. Tapi Aku harus mengutus mereka ke tempat lain, untuk mendahului..."
"Dan Yudas Keriot?"
"Yudas bersama mereka."
Maria memeluk PutraNya, dan mengistirahatkan kepala-Nya di bahu-Nya, menangis.
"Mengapa Kau menangis, Bunda?" tanya Yesus seraya membelai rambut-Nya.
Maria membisu dan menangis. Hanya setelah pertanyaan ketiga, Dia berbisik, "Karena Aku takut... Aku ingin dia meninggalkan-Mu... Adalah dosa, bukan, mengharapkan itu? Tapi Aku sangat takut padanya, karena Engkau..."
"Halnya akan berubah hanya jika dia menghilang sekarat... Tapi kenapa dia harus mati?"
"Aku tidak sebegitu jahat hingga mengharapkan itu... Dia punya seorang ibu juga! Dan jiwa... Jiwa, yang mungkin masih bisa diselamatkan. Tapi... oh! PutraKu! Apakah kematian mungkin bukan suatu hal yang baik untuknya?"
Yesus menghela napas dan berbisik, "Kematian akan menjadi hal yang baik bagi banyak orang..." Dia lalu bertanya dengan suara keras, "Apakah Kau mendengar kabar tentang Yohana tua? Bagaimana dengan ladang-ladangnya?..."
"Aku pergi menemuinya bersama Maria Alfeus dan Salome Simon sesudah badai hujan es. Tetapi karena gandumnya ditabur lambat, gandumnya belum tumbuh dan jadi tidak mengalami kerusakan. Maria kembali menengoknya tiga hari yang lalu. Dia mengatakan bahwa ladang-ladangnya sudah seperti karpet. Ladang-ladang terindah di daerah itu. Rahel sehat dan perempuan tua itu bahagia. Maria Alfeus juga bahagia sekarang sebab Simon mendukung-Mu. Kau pasti akan bertemu dengannya besok. Dia datang ke sini setiap hari. Dia baru saja pergi hari ini ketika Kau datang. Kau tahu? Tidak seorang pun yang tahu. Orang-orang akan membicarakannya jika tahu bahwa mereka ada di sini. Tetapi jika Engkau tidak benar-benar letih, ceritakanlah pada-Ku semuanya tentang perjalanan mereka…"
Dan Yesus menceritakan segalanya kepada Bunda-Nya, kecuali penderitaan-Nya di gua di Yiftah-El.
|
|
|