|
312. AWAL TAHUN KETIGA DI NAZARET, SEMENTARA BERSIAP UNTUK KEBERANGKATAN.
29 Oktober 1945
Yohanes, Yakobus, Matius dan Andreas sudah tiba di Nazaret dan sementara menantikan Petrus, mereka berjalan-jalan sekitar kebun sayur-mayur dan buah-buahan, bermain dengan Marjiam atau bercakap-cakap di antara mereka sendiri. Aku tidak melihat orang lain, seakan Yesus tidak berada di rumah dan Maria sedang sibuk. Karena ada asap mengepul dari cerobong oven batu, aku akan mengatakan bahwa Maria ada di sana sedang memanggang roti.
Keempat rasul senang berada di rumah Sang Guru dan mereka memperlihatkan kegembiraan mereka. Marjiam berkata kepada mereka tiga kali, "Jangan tertawa seperti itu!" Peringatan ketiganya menarik perhatian Matius, yang bertanya, "Kenapa, Nak? Apa tidak boleh kami bahagia berada di sini? Kau sudah menikmati tempat ini, eh? Kami menikmatinya sekarang" dan dia mengelus pipinya penuh sayang. Marjiam menatap padanya dengan sangat serius, tapi dia tidak menjawab.
Yesus datang bersama sepupu-Nya, Yudas dan Yakobus, yang menyapa teman-temannya dengan penuh kasih sayang: mereka telah terpisahkan selama berhari-hari. Maria Alfeus, dengan wajah merah belepotan tepung, melongok dari oven batu dan tersenyum kepada anak-anaknya.
Yang terakhir datang adalah Zelot, yang berkata, "Aku sudah melakukan semuanya, Guru. Simon akan segera datang."
"Simon yang mana? Saudaraku atau Simon anak Yunus?"
"Saudaramu, Yakobus. Dia akan datang bersama seluruh keluarga untuk menyalamimu."
Sesungguhnya beberapa menit kemudian, ketukan di pintu dan celoteh yang ribut mengumumkan kedatangan keluarga Simon Alfeus, yang pertama masuk dengan menggandeng tangan seorang anak laki-laki berusia sekitar delapan tahun; di belakangnya ada Salome, dengan dikelilingi kelompok anak-anaknya. Maria Alfeus berlari keluar dari oven batu dan mencium cucu-cucunya dan dia sangat bahagia melihat mereka di sana.
"Jadi, Engkau akan pergi lagi?" tanya Simon sementara anak-anaknya berteman dengan Marjiam yang, menurutku, hanya akrab dengan Alfeus, bocah yang telah disembuhkan.
"Ya. Sudah waktunya."
"Cuacanya masih basah."
"Tidak masalah. Musim semi semakin dekat dari hari ke hari."
"Apakah Engkau akan pergi ke Kapernaum?"
"Aku pasti akan pergi ke sana juga. Tapi tidak langsung. Aku sekarang akan berkeliling Galilea dan sekitarnya."
"Aku akan datang menemui-Mu jika aku dengar bahwa Engkau ada di Kapernaum. Dan aku akan membawa BundaMu dan juga ibuku kepada-Mu."
"Aku akan berterima kasih kepadamu. Untuk saat ini, jangan abaikan Dia. Dia akan sendirian. Bawalah anak-anakmu kemari. Mereka tidak akan menjadi rusak di sini, kau bisa yakin akan hal itu..."
Simon memerah wajahnya mendengar sindiran Yesus atas pikirannya di masa lalu dan karena tatapan ekspresif yang dilontarkan oleh istrinya kepadanya, yang seakan berkata, "Kau dengar itu? Itu tepat untukmu." Tetapi Simon mengalihkan topik pembicaraan dengan mengatakan, "Di mana BundaMu?"
"Dia sedang memanggang roti. Dia akan segera kemari..."
Namun, anak-anak Simon tidak menunggu lebih lama lagi dan mereka pergi ke oven batu mengikuti nenek mereka. Dan seorang gadis kecil, tidak lebih tinggi dari Alfeus, anak laki-laki yang telah disembuhkan itu, seketika itu juga keluar seraya mengatakan, "Maria menangis. Kenapa? Eh! Yesus? Kenapa BundaMu menangis?"
"Apakah Dia menangis? Oh! Biarkan aku pergi kepada-Nya," kata Salome penuh peduli.
Dan Yesus menjelaskan, "Dia menangis karena Aku akan pergi… Tetapi kau akan datang dan menemani-Nya, ya kan? Dia akan mengajarimu bagaimana menyulam dan kau akan membuat-Nya bahagia. Maukah kau berjanji kepada-Ku?"
"Aku akan datang juga, sekarang ayahku membolehkanku datang," kata Alfeus sementara melahap roti panas yang baru saja diberikan kepadanya.
Namun meski roti itu sangat panas hingga dia nyaris tak bisa memegangnya dengan jari-jarinya, aku pikir roti itu sedingin es dibandingkan panas yang dirasakan Simon Alfeus, yang memerah malu karena perkataan anak kecilnya. Kendati saat itu pagi musim dingin yang cukup dingin, dengan angin utara sepoi-sepoi yang menyerakkan awan gemawan di langit dan membuat kulit orang serasa tertusuk-tusuk, Simon mengucurkan keringat deras, seolah-olah saat itu musim panas...
Namun Yesus berpura-pura tidak memperhatikannya dan para rasul berpura-pura tertarik pada apa yang dikatakan anak-anak Simon, dan dengan demikian kejadian itu berakhir, dan Simon dapat menguatkan diri dan bertanya kepada Yesus mengapa semua rasul tidak ada di sana.
"Simon Yunus akan segera tiba. Yang lain-lainnya akan bergabung dengan-Ku pada saat yang tepat. Semuanya sudah disiapkan."
"Mereka semua?"
"Ya."
"Juga Yudas Keriot?"
"Ya..."
"Yesus, ikutlah denganku sebentar," mohon Simon, sepupu-Nya. Dan begitu mereka sudah menjauh, di ujung kebun sayur-mayur dan buah-buahan, Simon bertanya, "Tapi apakah Engkau benar-benar tahu siapa Yudas anak Simon?"
"Dia seorang Israel. Tidak lebih, tidak kurang."
"Oh! Engkau tidak akan mengatakan kepadaku..." dia nyaris heboh dan meninggikan suaranya.
Namun Yesus menenangkannya, menyelanya, dan menumpangkan tangan ke atas bahunya, seraya berkata, "Dia adalah gagasan-gagasan yang berlaku saat ini dan mereka yang mendekatinya, sudah menjadikannya demikian. Karena, misalnya, jika dia sudah menemukan suatu jiwa yang lurus dan pikiran yang berinteligensi dalam diri setiap orang di sini (dan Dia menekankan kata-katanya), maka dia tidak akan terdorong untuk berdosa. Tetapi dia tidak menemukannya. Sebaliknya, dia menemukan elemen yang sepenuhnya manusiawi yang kepadanya dia mengadaptasikan dengan cara paling nyaman ego manusianya sendiri, yang memimpikan dan berlaku atas-Ku dan melihat dalam Diri-Ku sang raja Israel, dalam arti kata manusiawi, seperti kau memimpikannya dan ingin kau lihat dalam Diri-Ku, dan untuk Siapa kau akan merasa terdorong untuk bekerja, dan saudaramu Yusuf bersamamu, juga Lewi, kepala sinagoga di Nazaret, dan Matatias dan Simon dan Matias dan Benyamin, dan Yakub dan, dengan pengecualian tiga atau empat orang, semua orang di Nazaret. Dan bukan hanya di Nazaret... Dia sulit menyempurnakan dirinya, sebab kamu semua berkontribusi dalam penyimpangannya. Dia adalah yang paling lemah dari antara para rasul-Ku. Tapi untuk saat ini, dia hanyalah rasul yang lemah. Dorongan hatinya baik, niatnya jujur dan dia mengasihi-Ku. Dia mengasihi-Ku dengan cara yang licik, tetapi masih tetap kasih. Kau tidak menolongnya untuk memisahkan kualitas-kualitas yang baik ini dari yang buruk yang membentuk egonya, sebaliknya kau memperparahnya dengan menambahkan ketidakpercayaan dan keterbatasan manusiawimu sendiri... Tapi, marilah kita pulang. Mereka yang lain sudah di sana mendahului kita..."
Simon mengikuti-Nya dan terlihat sedikit dipermalukan. Mereka hampir di ambang pintu ketika dia menahan Yesus dan berkata, "Saudara-ku, apakah Engkau marah kepadaku?"
"Tidak. Tetapi Aku berusaha menyempurnakanmu seperti yang Aku lakukan kepada semua murid lainnya. Tidakkah kau katakan bahwa kau ingin menjadi seorang murid?"
"Ya, Yesus. Tetapi dulu Engkau tidak berbicara demikian, tidak bahkan ketika Engkau menegur... Engkau dulu lebih lemah lembut..."
"Dan apakah gunanya? Aku dulu lebih lemah lembut. Aku seperti itu selama dua tahun... Semua orang di sini sudah terlepas karena kesabaran dan kelemah-lembutan-Ku atau sudah menajamkan cakar mereka... Kamu semua sudah memanfaatkan kasih-Ku, untuk menyakiti-Ku. Bukankah begitu?..."
"Ya. Itu benar. Jadi, apakah Engkau tidak lagi baik?"
"Aku akan adil. Dan meskipun demikian, Aku akan menjadi seperti yang tidak pantas kamu dapatkan, kamu orang-orang Israel, yang tidak akan mengakui Aku sebagai Mesias yang dijanjikan."
Mereka masuk ke dalam ruangan kecil yang penuh sesak dengan orang, hingga para rasul harus pindah ke dapur dan ke bengkel Yosef, kecuali kedua putra Alfeus, yang tinggal bersama ibu dan saudari ipar mereka. Dalam kelompok terakhir ini bergabung Maria, Yang masuk dengan menggandeng tangan Alfeus kecil. Wajah Maria memperlihatkan tanda-tanda jelas bahwa Dia baru saja menangis.
Ketika Maria hendak menjawab Simon, yang meyakinkan-Nya bahwa dia akan datang mengunjungi-Nya setiap hari, sebuah kereta bergerak maju di sepanjang jalanan kecil dengan dentang lonceng kuda yang begitu nyaring sehingga menarik perhatian anak-anak Alfeus dan pintu terbuka pada saat yang sama mereka mendengar ketukan di luar. Wajah riang Simon Petrus muncul: dia masih duduk di kereta, mengetuk pintu dengan gagang cambuk... Di sampingnya, malu-malu tapi tersenyum, ada Porphirea, duduk di atas peti-peti dan kotak-kotak, bak di atas singgasana.
Marjiam berlari keluar dan naik kereta untuk menyambut ibu angkatnya. Yang lain-lain juga keluar, termasuk Yesus.
"Guru, aku datang. Aku membawa istriku, dengan kereta ini, sebab dia tidak nyaman berjalan jauh. Maria, semoga Tuhan serta-Mu. Dan sertamu, Maria Alfeus." Dia melihat ke semua orang sementara turun dari kereta dan membantu istrinya turun, dan menyapa mereka semua.
Mereka ingin membantunya menurunkan muatan kereta. Namun dengan tegas dia berkeberatan. "Nanti, nanti," katanya, dan tanpa basa-basi, dia pergi ke pintu besar bengkel Yosef dan membukanya lebar-lebar, berusaha memasukkan kereta ke dalamnya. Tapi tentu saja keretanya tidak bisa masuk. Namun manuver itu membantu mengalihkan perhatian para tamu dan membuat mereka mengerti bahwa mereka tidak diinginkan... Dan sesungguhnya Simon Alfeus berpamitan bersama seluruh keluarganya...
"Oh! sekarang sesudah kita sendirian, mari kita mengurus urusan kita..." kata Simon anak Yunus, mendorong keledai, yang membuat kebisingan sebab lonceng-loncengnya yang gemontang itu, begitu rupa hingga Yakobus Zebedeus tidak bisa menahan tawa dan bertanya, "Di mana kamu mendapatkannya, lonceng kuda yang seperti itu?"
Namun Petrus sibuk memungut peti-peti dari kereta dan mengoperkannya kepada Yohanes dan Andreas, yang siap merasakan beratnya peti dan lalu terkejut sebab peti-peti itu ringan, dan mereka mengatakannya...
"Larilah ke kebun sayur-mayur dan buah-buahan dan jangan bertingkah seperti burung pipit yang ketakutan," perintah Petrus, seraya turun dari kereta dengan sebuah peti kecil yang sangat berat, dan ditempatkannya di pojok ruangan kecil itu.
"Dan sekarang keledai dan keretanya. Keledai dan keretanya? Ya... Itulah masalahnya!... Tapi kita harus memasukkan semuanya ke dalam..."
"Lewat kebun sayur-mayur dan buah-buahan, Simon," kata Maria dengan suara pelan. "Ada celah di pagar, di ujung. Kau tidak bisa melihatnya, karena tertutup dahan-dahan... Tetapi ada di sana. Ikuti jalan di sepanjang rumah, antara rumah dan kebun sayur-mayur tetangga kita, dan Aku akan datang dan menunjukkan di mana jalannya... Siapa yang akan menyingkirkan semak duri yang menyelimutinya?"
"Aku... aku..." Mereka semua berlari ke ujung kebun sayur-mayur dan buah-buahan sementara Petrus pergi dengan keretanya yang bising dan Maria Alfeus menutup pintu... Dengan sabit mereka membersihkan pagar pedesaan dan menyiapkan sebuah jalan lintasan melalui mana keledai dan kereta masuk.
"Oh! Bagus! Dan sekarang mari kita copoti semua ini. Lonceng-lonceng ini membuatku tuli!" dan Petrus cepat-cepat memotong tali-temali yang mengikatkan lonceng-lonceng ke tali pakaian kuda.
"Jadi, mengapa sebelumnya kau membiarkannya terpasang?" tanya Andreas.
"Supaya semua orang di Nazaret bisa mendengarku datang. Dan itu berhasil... Sekarang Aku melepaskannya, supaya tidak seorang pun di Nazaret bisa mendengar kita pergi. Dan itulah sebabnya mengapa Aku memuati kereta dengan peti-peti kosong... Kita akan pergi dengan peti-peti yang penuh dan tak seorang pun, jika ada yang melihat kita, akan terkejut melihat seorang perempuan duduk di sampingku di atas peti-peti. Teman kita, yang pergi jauh dari kita saat ini, membanggakan bahwa dia memiliki akal sehat yang bagus. Tapi aku juga memilikinya, ketika aku mau..."
"Maafkan, saudaraku. Apa perlunya semua ini?" tanya Andreas yang sudah memberi minum keledai dan membawanya ke gudang kayu pedesaan dekat oven batu.
"Apa perlunya? Apakah kau tidak tahu?... Guru, apakah mereka belum tahu?"
"Belum, Simon. Aku menunggumu. Masuklah ke dalam bengkel, kamu semua. Para perempuan biarkan di tempat mereka berada. Kau melakukan hal yang benar dengan melakukan apa yang sudah kau lakukan, Simon anak Yunus."
Mereka masuk ke dalam bengkel, sementara Porphirea bersama si bocah dan kedua Maria tetap di rumah.
"Aku menghendakimu di sini, karena kamu harus membantu-Ku mengantar Yohanes dan Sintikhe pergi, sangat jauh. Aku memutuskannya saat hari raya Pondok Daun. Kamu sudah melihat dengan jelas bahwa tidak mungkin membiarkan mereka bersama kita, juga kita tidak bisa menahan mereka di sini tanpa membahayakan kedamaian mereka. Seperti biasa, Lazarus dari Betania membantu-Ku dalam rencana ini. Mereka sudah diberitahu. Simon Petrus diberitahu beberapa hari yang lalu. Kepadamu diberitahukan sekarang. Kita akan meninggalkan Nazaret malam ini, bahkan meski saat itu hujan atau berangin dan bukannya terang bulan pada kuartal pertama. Kita seharusnya sudah pergi. Tapi Aku kira Simon Yunus pastilah mengalami kesulitan dalam mendapatkan transportasi..."
"Memang benar! Aku hampir putus asa. Tapi akhirnya aku mendapatkannya dari seorang Yunani culas di Tiberias... Dan itu akan berguna..."
"Ya, itu akan sangat berguna, terutama untuk Yohanes En-Dor."
"Di mana dia? Aku belum melihatnya," tanya Petrus.
"Di kamarnya, bersama Sintikhe."
"Dan... bagaimana dia menerimanya?" tanya Petrus lagi.
"Dengan sangat bersedih hati. Juga si perempuan..."
"Dan Engkau juga, Guru. Dahi-Mu berkerut, kerutan yang tidak ada di sana sebelumnya, dan mata-Mu sedih dan serius," kata Yohanes.
"Itu benar. Aku sangat berduka... Tapi mari kita berbicara tentang apa yang harus kita lakukan. Dengarkan Aku baik -baik, karena kita harus berpisah. Kita akan berangkat malam ini, setengah perjalanan melalui jaga pertama. Kita akan pergi seperti orang-orang yang melarikan diri... karena mereka bersalah. Tetapi kita tidak akan pergi untuk melakukan sesuatu yang salah, pun kita juga tidak melarikan diri karena kita telah melakukannya. Kita akan pergi untuk mencegah orang-orang lain menyakiti mereka yang tidak cukup kuat untuk menanggungnya. Jadi kita berangkat... Kita akan pergi melalui Seforis... Setengah perjalanan, kita akan berhenti di sebuah rumah dan kemudian pergi saat fajar. Itu adalah rumah dengan banyak serambi untuk hewan. Ada para gembala di sana yang adalah teman-teman Ishak. Aku mengenal mereka. Mereka akan memberi-Ku tumpangan tanpa bertanya apa pun. Kemudian kita harus tiba di Yiftah-El pada malam hari dan beristirahat di sana. Apakah menurutmu keledainya akan bisa melakukannya?"
"Tentu saja. Si Yunani licik itu membuatku membayarnya, tapi dia memberiku hewan yang bagus dan kuat."
"Sangat baik. Keesokan paginya kita akan pergi ke Ptolemais, dan kita akan berpisah di sana. Di bawah tuntunan Petrus, yang adalah kepala, dan yang harus kamu taati tanpa syarat, kamu akan pergi ke Tirus melalui laut. Kamu akan mendapatkan sebuah kapal di sana yang berlayar ke Antiokhia. Kamu akan naik ke kapal dan memberikan surat kepada pemilik kapal. Surat itu dari Lazarus anak Teofilus. Kamu akan dipercaya sebagai pelayannya, dihantar ke tanahnya di Antiokhia, atau lebih tepatnya ke tamannya di Antigonea. Dan kamu harus bersikap seperti itu di hadapan semua orang. Berhati-hatilah, serius, bijak dan diam. Ketika kamu tiba di Antiokhia, segera pergi ke Filipus, pengurus rumah tangga Lazarus, dan berikan kepadanya surat ini..."
"Guru, dia mengenalku," kata Zelot.
"Sungguh baik."
"Tapi bagaimana dia bisa percaya bahwa aku adalah seorang pelayan?"
"Dalam hal Filipus, itu tidak perlu. Dia tahu bahwa dia harus menerima dan memberikan tumpangan kepada dua sahabat Lazarus dan membantu mereka dalam segala hal. Itu tertulis dalam surat. Kau harus membawa mereka ke sana. Tidak ada lagi lainnya. Dia menyebutmu, 'teman-teman terkasihnya dari Palestina.' Dan itulah kamu yang dipersatukan oleh iman dan oleh perbuatan yang kamu lakukan. Kamu akan beristirahat di sana sampai kapal berlayar kembali ke Tirus sesudah proses bongkar muat selesai. Dari Tirus kamu akan pergi dengan perahu ke Ptolemais dan bergabung dengan-Ku di Akhzib..."
"Mengapa Engkau tidak ikut bersama kami, Tuhan?" tanya Yohanes sambil mendesah.
"Karena Aku tinggal untuk berdoa bagimu, dan teristimewa bagi kedua orang malang itu. Aku tinggal untuk berdoa. Dan tahun ketiga dari kehidupan publik-Ku dimulai, yang dimulai dengan kepergian yang sangat menyedihkan; seperti yang pertama dan kedua. Tahun yang dimulai dengan doa dan penitensi berat, seperti yang pertama... Karena tahun ini memiliki kesulitan-kesulitan penuh derita dari tahun pertama, dan bahkan lebih lagi. Pada waktu itu Aku mempersiapkan pertobatan dunia. Sekarang Aku mempersiapkan tindakan yang lebih luas dan lebih berkuasa. Tetapi dengarkan Aku baik-baik dan camkanlah bahwa jika pada tahun pertama Aku adalah Manusia-Guru, Manusia Bijak Yang mengundang kepada Kebijaksanaan dengan kemanusiaan sempurna dan kesempurnaan intelektual, dan pada tahun kedua Aku adalah Juruselamat dan Sahabat, Guru yang Maharahim Yang lewat dengan menerima, mengampuni, berbelas kasihan, memikul; pada tahun ketiga Aku akan menjadi Allah Penebus dan Raja, Manusia Benar. Karena itu, jangan heran jika kamu melihat aspek-aspek baru dalam diri-Ku dan jika dalam Anak Domba kamu melihat kilasan-kilasan Kekuatan. Bagaimanakah Israel menjawab kepada undangan kasih-Ku, kepada tangan-tangan-Ku yang terbuka seraya berkata, "Datanglah: Aku mengasihi dan mengampuni"? Israel menjawab dengan kebebalan dan kekerasan hati yang terus tumbuh, dengan kepalsuan dan tipu daya. Biarlah demikian. Aku memanggil setiap golongan di Israel, dengan menundukkan kepala-Ku sampai ke tanah. Mereka meludah pada Kekudusan yang merendahkan dirinya. Aku mengundang mereka untuk menjadi kudus. Mereka menjawab dengan menjadi setan. Aku melakukan tugas-Ku dalam segala hal. Mereka menyebut tugas-Ku sebagai 'dosa'. Aku membisu. Mereka menyebut kebisuan-Ku sebagai bukti kesalahan. Aku berkata-kata. Mereka menyebut perkataan-Ku sebagai hujat. Cukup sudah itu sekarang! Mereka tidak memberi-Ku damai. Mereka tidak memberi-Ku sukacita. Dan sukacita-Ku ada dalam membesarkan Rahmat yang baru lahir dalam hidup roh. Mereka mengintainya, dan Aku harus mengoyakkan mereka dari dada-Ku, mengakibatkan pada mereka dan Diriku sendiri dukacita orangtua dan anak-anak yang saling dipisahkan satu sama lain, demi menyelamatkan mereka dari Israel yang berpikiran jahat. Mereka, para penguasa di Israel, yang menyebut diri mereka sebagai 'yang menguduskan' dan membanggakan diri sebagai demikian, mencegah-Ku, ingin mencegah-Ku menyelamatkan jiwa-jiwa dan menikmati sukacita dalam mereka yang telah Aku selamatkan. Ada pada-Ku sekarang selama berbulan-bulan, Lewi, seorang pemungut cukai, sebagai sahabat dan dalam pelayanan bagi-Ku, dan dunia dapat melihat apakah Matius adalah aib atau teladan. Tapi tuduhan itu terus berlaku. Dan itu akan berlaku juga bagi Maria saudari Lazarus dan bagi semua orang lain yang Aku selamatkan. Cukuplah itu! Aku akan pergi di jalan-Ku, yang lebih dan lebih lagi sulit dan basah oleh airmata... Aku pergi... Tidak satu pun dari airmata-Ku akan jatuh sia-sia, tetapi berseru kepada BapaKu... Aku pergi... Biarlah mereka yang mengasihi-Ku mengikuti-Ku dan menjadi gagah, karena saat yang dahsyat akan datang. Aku tidak akan berhenti. Tidak akan ada yang menghentikan-Ku. Pula mereka tidak akan berhenti... Tapi celakalah mereka! Celakalah mereka! Celakalah mereka yang karenanya Kasih menjadi Keadilan!... Tanda zaman baru adalah Keadilan keras bagi semua orang yang berdegil dalam dosa mereka melawan sabda Tuhan dan tindakan Sabda Tuhan!..."
Yesus tampak bagai seorang malaikat agung penghukum. Mata-Nya begitu cemerlang hingga aku akan mengatakan bahwa mata-Nya bagaikan nyala api... Bahkan suara-Nya seolah memiliki nada melengking perunggu dan perak yang menghantam dengan dahsyat.
Kedelapan rasul menjadi pucat pasi dan nyaris mengkeret karena ketakutan. Yesus menatap pada mereka... dengan penuh belas kasihan dan kasih. Dia berkata, "Aku tidak berbicara tentangmu, sahabat-sahabat-Ku. Ancaman ini bukan untukmu. Kamu adalah rasul-rasul-Ku dan Aku memilihmu." Suara-Nya menjadi lemah lembut dan dalam. Dia mengakhiri, "Mari kita masuk ke dalam rumah. Mari kita buat dua orang murid yang dianiaya itu merasa bahwa kita mengasihi mereka lebih dari diri kita sendiri, dan Aku ingin mengingatkanmu bahwa mereka percaya mereka pergi untuk mempersiapkan jalan-Ku di Antiokhia. Ayo..."
|
|
|