ADAKAH NILAI DALAM PENDERITAAN?
oleh: P. Mike Manning, SVD
Kita semua pernah menderita. Terkadang penderitaan berasal dari kesalahan dan pilihan kita sendiri. Kita tidak menyalakan lampu ketika memasuki ruangan dan karena itu kita terjatuh dan kaki kita patah. Kita terlalu banyak merokok dan sekarang menderita emphysema parah. Terkadang kita menderita perlawanan ketika kita mendisiplinkan anak-anak kita atau menghadapi seorang rekan kerja yang melakukan kesalahan.
Kadang kala kita menderita sebagai kurban yang tak bersalah. Sementara kita bertambah tua tubuh kita menimbulkan banyak kesakitan pada kita. Seorang sopir yang mabuk mungkin membuat kita cacat. Kita mungkin terserang kanker kendati telah melakukan diet sehat dan berolahraga secara benar.
Ya, kita semua pernah menderita entah kita memilihnya atau tidak.
Kristus masuk ke dalam dunia penderitaan kita. Dalam kerinduan-Nya untuk menunjukkan kasih-Nya kepada kita, Ia ingin memastikan bahwa Ia adalah bagian dari hidup kita. Ia ingin terhubung dengan kita dalam segala hal. Ia bersama kita ketika kita menderita.
Penderitaan Kristus juga adalah jalan ke keselamatan kita. Kristus menderita dan wafat. Dan dengan ini Ia membayar harga agar dosa-dosa kita dapat diampuni dan kita dapat mencapai surga dan kehidupan kekal bersama Allah.
Dalam suatu cara yang mengagumkan, kita percaya bahwa kita dapat mempersatukan penderitaan kita dengan penderitaan Kristus. Dalam suatu cara yang melampaui waktu, penderitaan-penderitaan kita sekarang, baik penderitaan yang kita pilih maupun yang tidak kita pilih, dipersatukan dengan penderitaan Yesus. Penderitaan kita menjadi bagian dari penderitaan Kristus demi keselamatan segenap umat manusia dan dunia.
Ini berarti bahwa ketika kalian menderita dan bertanya-tanya adakah penderitaanmu bernilai, iman kita mengatakan bahwa kita dapat mempersatukan penderitaan kita dengan penderitaan salvific Kristus. Penderitaan kita menjadi bagian dari penderitaan Kristus bagi keselamatan segenap umat manusia di dunia.
St Paulus memberi kita suatu pemahaman mengenai ini ketika ia menulis surat kepada jemaat di Kolose, “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat” (1:24). Ini berarti bahwa Kristus mengandalkan kita untuk ambil bagian dalam penderitaan dan salib-Nya. Ia menghargai penderitaan kita. Ini berarti bahwa apabila kita terbaring di tempat tidur dan sendirian dengan penyakit kita, kita melakukan sesuatu yang berdaya kuasa bersama Allah. Penderitaan kita mendatangkan keselamatan bagi manusia. Kita menggenapkan penderitaaan Yesus. Penderitaan kita memiliki nilai yang berdaya kuasa.
Sementara kita melihat nilai positif dalam penderitaan kita, haruslah kita berhati-hati untuk tidak jatuh ke dalam praktek mengenakan penderitaan atas diri kita sendiri semata-mata demi penderitaan belaka. Kita membaca sebagian umat Kristen yang mencelakai tubuh mereka; mereka mencambuk dan mendera diri. Saya pikir ini kurang tepat. Kita dapat mengenakan cukup penderitaan atas diri kita hanya dengan berupaya sekuat tenaga untuk mengamalkan hidup Kristiani dan menanggung segala aniaya yang timbul karenanya.
Penderitaan kita bukannya tanpa arti. Kita dapat mempersatukan penderitaan kita dengan penderitaan Kristus dan menjadi bagian dari keselamatan dunia.
* Father Mike Manning, SVD is the host of "The Power of Love," a weekly television show on TBN that is produced by Wordnet Productions.
sumber : “Is there any value in suffering?”; http://frmikesdailythoughts.blogspot.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
|