133. YESUS MENINGGALKAN "AIR JERNIH" DAN MENUJU BETANIA
18 Maret 1945
Tidak ada peziarah di Air jernih. Terasa janggal melihat tempat itu tanpa ada seorang pun singgah di sana untuk bermalam atau mengambil makanan mereka di lantai pengirikan atau di bawah naungan. Semuanya bersih dan rapi hari ini, tanpa satu jejak pun yang biasa ditinggalkan oleh orang banyak.
Para murid melewatkan waktu mereka dengan melakukan pekerjaan tangan, sebagian membuat anyam-anyaman untuk menangkap ikan, sebagian menggali tanah guna membuat saluran-saluran untuk air hujan dan dengan demikian mencegah air menggenangi lantai pengirikan. Yesus berdiri di tengah padang rumput meremukkan roti untuk burung-burung pipit. Tak ada satu jiwa pun sejauh mata memandang, kendati hari yang cerah.
Andreas, yang kembali dari suatu tugas, pergi menghampiri Yesus dan berkata: "Damai serta-Mu, Guru."
"Dan sertamu, Andreas. Datanglah ke sini bersama-Ku sejenak. Kau dapat tinggal di sini dekat burung-burung kecil ini. Kau seperti mereka. Lihat? Ketika mereka tahu bahwa yang datang mendekati mereka mengasihi mereka, mereka tidak lagi takut. Lihat bagaimana percaya, aman dan bahagianya mereka. Sebelumnya, mereka nyaris dekat kaki-Ku. Sekarang sesudah kau ke sini mereka waspada… Tapi lihat… Ada seekor burung pipit yang lebih berani yang datang mendekat. Dia sudah tahu bahwa tidak ada bahaya. Dan yang lain mengikutinya. Lihat bagaimana mereka makan sampai puas? Tidakkah sama seperti kita, anak-anak Bapa? Ia memuaskan kita dengan kasih-Nya. Dan ketika kita yakin bahwa kita dikasihi dan diminta untuk menjadi sahabat-Nya, mengapakah kita harus takut kepada-Nya atau kepada diri kita sendiri? Persahabatan-Nya haruslah menjadikan kita berani juga terhadap manusia. Percayalah pada-Ku, hanya seorang penjahat yang harus takut terhadap sesamanya. Bukan seorang benar sepertimu."
Wajah Andreas memerah tapi dia tidak mengatakan apa-apa.
Yesus menariknya dekat Diri-Nya dan dengan tersenyum berkata kepadanya: "Kau dan Simon harusnya dimasukkan ke dalam satu wadah peleburan untuk dilebur dan dibentuk kembali. Maka kalian berdua akan menjadi sempurna. Dan meski begitu… Jika Aku katakan kepadamu bahwa kendati kau begitu berbeda sekarang, kau akan identik sempurna dengan Petrus di akhir misimu, apakah kau akan percaya kepada-Ku?"
"Jika Engkau mengatakannya, maka itu pasti. Aku bahkan tidak akan bertanya bagaimana itu mungkin terjadi. Sebab segala yang Engkau katakan adalah benar. Dan aku akan bahagia menjadi seperti saudaraku Simon, sebab dia seorang benar dan membuat-Mu bahagia. Simon itu pintar! Dan aku sangat senang bahwa dia pintar. Dia juga berani dan kuat. Tapi yang lain-lainnya juga!..."
"Dan apakah kau tidak?"
"Oh! Aku… Engkau adalah satu-satunya yang dapat puas denganku…"
"Dan Aku adalah satu-satunya yang menyadari bahwa kau bekerja tanpa suara tapi lebih giat dari yang lainnya. Sebab di antara keduabelas murid, ada sebagian yang berbicara sebanyak mereka bekerja. Ada sebagian yang lebih banyak berbicara daripada bekerja, dan ada sebagian yang tidak berbuat apa-apa selain bekerja. Suatu pekerjaan yang sederhana, aktif dan tidak diperhatikan... Yang lain mungkin berpikir bahwa mereka tidak melakukan apa-apa. Tapi Ia Yang melihat, tahu. Ada perbedaan-perbedaan yang seperti itu sebab kalian belum sempurna. Dan akan selalu ada perbedaan-perbedaan yang seperti itu di antara para murid di masa mendatang, juga di antara mereka yang akan datang sesudah kalian, hingga malaikat menggelegar: 'Waktunya sudah habis.' Akan selalu ada pelayan-pelayan Kristus yang sama-sama dapat bekerja dan menarik perhatian mata dunia kepada diri mereka sendiri: mereka adalah tuan-tuan. Dan sayangnya, akan ada juga mereka yang bukan apa-apa selain dari suara dan gerakan lahiriah, gembala-gembala palsu dengan sikap sandiwara… Imam-imam? Bukan, mereka adalah para mimer [= aktor pantomim]. Tidak lebih. Gerakan tidak membuat seorang menjadi imam, begitu pula jubah. Bukan pula pengetahuan duniawi ataupun hubungan duniawi dengan para penguasa membuat seorang menjadi imam. Melainkan jiwanya. Begitu luhur jiwa hingga seharusnya mengalahkan daging. Imam-Ku sepenuhnya rohani… Begitulah Aku memimpikannya. Akan seperti itulah para imam-Ku yang kudus. Roh tak mempunyai baik suara ataupun sikap seorang pemain panggung. Adalah insubstantial [= tidak dijadikan dari substansi yang riil] sebab jiwa adalah rohani dan karenanya tidak dapat mengenakan pepla atau topeng. Inilah jiwa: roh, api, terang, kasih. Jiwa berbicara kepada roh. Jiwa berbicara dengan kemurnian mata, gerakan, perkataan, perbuatan. Manusia melihat. Dan manusia melihat sesama makhluk. Tapi apakah yang dilihat manusia di luar dan melampaui daging? Sesuatu yang membuatnya memperlambat langkah-langkah tergesanya, yang membuatnya merenung dan menyimpulkan, 'Orang ini, yang seperti aku, hanya memiliki penampilan seorang manusia. Tapi, Ia memiliki jiwa seorang malaikat.' Jika dia adalah seorang yang tidak percaya, dia menyimpulkan: 'Karena dia, aku percaya bahwa ada Allah dan Surga." Dan jika dia adalah seorang yang penuh hawa nafsu, dia berkata: 'Makhluk sesamaku ini punya mata surgawi. Aku akan mengendalikan sensualitasku agar janganlah aku mencemarkannya.' Dan jika dia adalah seorang kikir, dia memutuskan: 'Karena teladan dari orang ini yang tidak terikat pada harta, aku akan berhenti menjadi seorang kikir.' Dan jika dia adalah seorang pemarah atau seorang yang kejam, di depan seorang yang lemah-lembut, dia akan menjadi lebih diam dan tenang. Itulah apa yang akan dapat dilakukan seorang imam yang kudus. Dan, percayalah pada-Ku, di antara para imam yang kudus akan selalu ada sebagian yang siap mati demi kasih kepada Allah dan kepada sesama, dan mereka akan melakukannya dengan diam-diam, sesudah mengamalkan kesempurnaan sepanjang hidup mereka yang juga dengan sangat diam-diam, supaya dunia bahkan tidak akan memperhatikan mereka. Akan tetapi jika seluruh dunia tidak menjadi sama sekali kotor dan menyembah berhala, maka itu karena jasa pahlawan-pahlawan bisu nan aktif setia. Dan senyum mereka akan seperti senyummu: murni dan malu-malu. Sebab akan selalu ada Andreas-Andreas. Mereka akan ada melalui rahmat Allah dan demi kebaikan dunia!"
"Aku pikir aku tidak layak akan perkataan yang seperti itu… Aku tidak melakukan apapun untuk menggerakan mereka…"
"Kau membantu-Ku menarik suatu jiwa kepada Allah. Dan ini adalah yang kedua yang telah kau hantar kepada Terang."
"Oh! Mengapakah perempuan itu berbicara! Dia sudah berjanji…"
"Tak ada yang mengatakan. Tapi Aku tahu. Ketika rekan-rekanmu yang letih beristirahat, ada tiga orang yang tidak tidur di Air Jernih. Sang rasul dari kasih aktif yang bisu demi saudara-saudaranya yang berdosa. Makhluk itu didorong oleh jiwa perempuan itu menuju keselamatan. Dan Sang Juruselamat Yang berdoa dan berjaga, Yang menanti dan berharap… harapan-Ku: bahwa suatu jiwa dapat menemukan keselamatan… Terima kasih, Andreas. Teruslah seperti itu dan diberkatilah kau untuk itu."
"Oh! Guru!... Janganlah katakan apapun pada yang lainnya. Apabila aku sendirian bersama seseorang, berbicara kepada seorang perempuan kusta di pantai yang terpencil, atau berbicara di sini kepada seorang perempuan yang wajahnya tidak aku lihat, aku masih dapat melakukan hal-hal yang sangat kecil. Tetapi jika yang lain, dan terutama Simon, tahu mengenainya dan mereka ingin ikut… maka aku tak akan dapat melalukan apa-apa sama sekali. Engkau pun janganlah ikut… Aku malu berbicara di hadapan-Mu."
"Aku tidak akan ikut. Yesus tidak akan ikut. Tapi roh Allah selalu bersamamu. Marilah kita pulang. Mereka memanggil kita untuk bersantap."
Dan semuanya pun berakhir antara Yesus dan murid-Nya yang lemah-lembut.
Mereka masih makan dan mereka sudah menyalakan lampu, sebab malam tiba dengan sangat cepat dan karena angin yang dingin menggigit disarankan agar pintu ditutup, ketika seseorang mengetuk pintu dan suara riang Yohanes terdengar.
"Selamat datang!"
"Kalian cepat!"
"Ada berita apa?"
"Banyak sekali bawaan kalian!"
Mereka semua berbicara serantak, seraya membantu ketiganya menurunkan tas-tas kain yang sangat berat yang mereka bawa di punggung mereka.
"Pelan-pelan!"
"Marilah kita mengucapkan salam kepada Guru!"
"Sebentar!"
Ada kegairahan akrab yang ceria sebab sukacita berkumpul bersama semua.
"Aku menyalami kalian, sahabat-sahabat-Ku. Allah memberi kalian cuaca yang baik."
"Ya, Guru. Tapi bukan berita yang baik. Aku kira begitu," kata Iskariot.
"Ada apa? Apa yang terjadi?..." Keingintahuan mereka bangkit.
"Biarkan mereka makan minum dulu," kata Yesus.
"Tidak, Guru. Kami berikan dulu kepada-Mu dan yang lainnya apa yang ada pada kami. Dan hal pertama… Yohanes, berikanlah suratnya."
"Ada pada Simon. Aku takut merusakkannya dalam tas kainku."
Zelot, yang sejauh ini meronta menghadapi Tomas yang ingin melayaninya dengan air sejuk untuk kakinya yang letih, maju ke depan dengan berkata: "Aku menyimpannya di sini, dalam dompet pinggangku." Dan ia membuka sebuah kantong dalam ikat pinggang kulitnya yang lebar berwarna merah dan mengeluarkan sebuah gulungan yang sekarang sudah menjadi gepeng.
"Dari BundaMu. Ketika kami dekat Betania, kami bertemu Yonatan yang hendak pergi ke rumah Lazarus dengan surat ini dan banyak barang lainnya. Yonatan hendak pergi ke Yerusalem sebab Khuza hendak menata rumahnya… Herodes mungkin akan pergi ke Tiberias… dan Khuza tidak ingin istrinya tinggal bersama Herodias," jelas Iskariot sementara Yesus mengurai simpul gulungan dan membukanya.
Para rasul berbisik ketika Yesus membaca perkataan BundaNya dengan tersenyum bahagia.
"Dengarkan." Ia lalu berkata. "Ada juga sesuatu untuk orang-orang Galilea. BundaKu menulis:
![]() 'Kepada Yesus, Putra dan TuhanKu yang lemah-lembut, damai dan berkat. Yonatan, hamba Tuhan, telah membawakan-Ku hadiah-hadiah dari Yohana, yang memohon Juruselamat-nya untuk memberkatinya, suaminya dan seluruh isi rumahnya. Yonatan memberitahu-Ku bahwa dia diperintahkan oleh Khuza untuk pergi ke Yerusalem guna membuka rumahnya di Sion. Aku memberkati Tuhan untuk itu, sebab dengan demikian Aku dapat menyampaikan perkataan dan berkat-Ku untuk-Mu. Juga Maria Alfeus dan Salome menitipkan kasih dan berkat mereka untuk putra-putra mereka. Dan sebab Yonatan luar biasa baik, ada juga salam dari istri Petrus untuk suaminya yang jauh dan juga sanak Filipus dan Natanael mengirimkan salam mereka. Semua perempuan kalian, o semua laki-laki terkasih yang jauh, telah bekerja dengan jarum jahit, alat tenun, atau di kebun sayur-mayur dan buah-buahan dan mengirimkan kepada kalian pakaian-pakaian untuk bulan-bulan musim dingin, dan madu manis, sembari mengingatkan kalian untuk menyeduhnya dengan air panas pada senja hari yang lembab. Jaga diri kalian baik-baik. Itulah apa yang dikatakan para ibu dan istri kalian kepada-Ku dan sekarang Aku sampaikan kepada kalian. Juga PutraKu. Kami bukannya berkurban sia-sia, percayalah pada kami. Nikmatilah hadiah-hadiah sederhana yang kami, para murid dari para murid Kristus, sampaikan kepada para hamba Tuhan, dan beri kami saja sukacita mendengar kabar bahwa kalian semua dalam keadaan baik.
Sekarang, PutraKu terkasih, Aku pikir bahwa hampir setahun Engkau bukan milik-Ku sepenuhnya. Dan tampaknya Aku telah kembali ke masa ketika Aku tahu bahwa Engkau sudah di sini, sebab Aku merasakan detak jantung kecil-Mu dalam rahim-Ku, tapi juga dapat Aku katakan bahwa Engkau belum di sini, sebab Engkau terpisah dari-Ku oleh suatu penghalang yang merintangi-Ku untuk membelai tubuh-Mu yang terkasih dan Aku hanya dapat menyembah roh-Mu, ya PutraKu terkasih dan AllahKu yang mengagumkan. Juga sekarang Aku tahu bahwa Engkau di sini dan bahwa jantung-Mu berdetak bersama jantung-Ku, tiada pernah terpisah dari-Ku bahkan meski kita tidak bersama, namun Aku tak dapat membelai, mendengar, melayani dan menyembah-Mu, Juruselamat Allah dan pelayannya yang malang.
Yohana ingin Aku pergi dan tinggal bersamanya, supaya Aku tidak sendirian sepanjang Pesta Terang. Tapi Aku lebih suka tinggal di sini bersama Maria, dan menyalakan lampu-lampu, untuk-Mu dan untuk-Ku. Tapi andai Aku adalah ratu teragung di dunia dan Aku dapat menyalakan seribu atau sepuluh ribu lampu, Aku akan masih dalam kegelapan sebab Engkau tidak di sini. Sebaliknya Aku ada dalam terang cemerlang dalam grotto gelap itu, ketika Aku mendekapkan-Mu ke hati-Ku, TerangKu dan Terang dunia. Ini akan menjadi kali pertama Aku berkata kepada DiriKu sendiri: 'AnakKu setahun lebih tua hari ini' dan AnakKu tidak bersama-Ku. Dan ini akan lebih menyedihkan dari ulang tahun pertama-Mu di Matarea. Tetapi Engkau tengah menunaikan misi-Mu dan Aku misi-Ku. Dan kita berdua melakukan kehendak Bapa dan kita melakukannya demi kemuliaan Allah. Itu akan menghapus semua airmata.
Nak, Aku tahu apa yang Engkau lakukan dari apa yang dikabarkan kepada-Ku. Seperti gelombang-gelombang laut membawa suara samudera luas hingga jauh ke teluk terpencil, demikianlah gema dari karya kudus-Mu demi kemuliaan Allah sampai di rumah kecil kita yang tenang dan BundaMu bersukacita dan gemetar, sebab jika semuanya itu berbicara mengenai Engkau, tidak semua orang mengekspresikan perasaan hati yang sama. Teman-teman dan orang-orang yang telah Engkau tolong, datang kepada-Ku dan berkata: "Terpujilah buah rahim-Mu", dan juga para musuh-Mu datang untuk menusuk hati-Ku dengan berkata: "Terkutuklah Ia". Tapi Aku berdoa bagi mereka yang terakhir ini sebab mereka adalah orang-orang tidak bahagia yang malang, bahkan lebih malang dari orang-orang kafir yang datang dan bertanya: "Di manakah si pesulap, yang ilahi?" dan mereka tidak sadar bahwa, meski salah, mereka memaklumkan suatu kebenaran agung, sebab Engkau sungguh adalah imam dan agung, seturut makna kuno dari perkataan itu dan Engkau Ilahi, YesusKu. Dan Aku mengirim mereka kepada-Mu dengan mengatakan: "Ia ada di Betania." Sebab Aku tahu bahwa Aku harus mengatakan demikian, hingga Engkau memberi-Ku instruksi yang berbeda. Dan Aku berdoa bagi mereka yang datang mencari kesembuhan untuk apa yang akan mati agar mereka dapat menemukan keselamatan untuk jiwa abadi mereka.
Janganlah khawatir akan dukacita-Ku. Semuanya itu dikompensasi dengan sukacita besar dari perkataan mereka yang tubuh dan jiwanya telah disembuhkan. Tapi Maria lebih berduka daripada Aku; Aku bukan satu-satunya yang perlu diberitahu. Yusuf Alfeus ingin Engkau tahu bahwa dalam salah satu perjalanan bisnisnya baru-baru ini ke Yerusalem, dia dihentikan dan diancam oleh karena Engkau. Mereka adalah orang-orang dari Dewan Agung. Aku pikir dia pastilah telah disebutkan oleh seorang dari orang-orang besar di sini. Jika tidak, siapakah yang akan tahu bahwa Yusuf adalah kepala keluarga dan saudara-Mu? Aku mengatakan ini kepada-Mu, sebab sebagai seorang perempuan aku harus taat. Tapi apa yang menjadi kepedulian-Ku Aku sampaikan kepada-Mu: Aku ingin berada dekat-Mu, untuk menghibur-Mu. Tapi Aku serahkan pada-Mu untuk memutuskan, sebab Engkau adalah Kebijaksanaan Bapa, jangan pedulikan airmata-Ku. Saudara-Mu Simon sudah hendak datang menemui-Mu sesudah insiden itu. Dan dia ingin Aku pergi bersamanya. Tapi dia ditahan oleh cuaca buruk dan terlebih lagi oleh kekhawatiran bahwa dia mungkin tidak akan dapat menemukan-Mu, sebab dikatakan kepada kami, sebagai ancaman, bahwa Engkau tak dapat tinggal di mana Engkau berada.
Nak! PutraKu yang menawan dan kudus! Aku terus mengangkat kedua tangan-Ku, seperti yang dilakukan Musa di puncak bukit, berdoa untuk-Mu dalam pertempuran-Mu melawan para musuh Allah dan musuh-Mu, YesusKu, Yang tidak dikasihi dunia. Lea istri Ishak meninggal di sini. Dan Aku sungguh sedih sebab dia selalu adalah seorang sahabat bagi-Ku. Tapi dukacita terbesar-Ku adalah bahwa Engkau jauh dan tidak dikasihi orang. Aku memberkati-Mu, AnakKu, dan seperti Aku memberi-Mu damai dan berkat, Aku mohon pada-Mu untuk memberikan damai dan berkat-Mu untuk Bunda.'
"Orang-orang kurang ajar itu bahkan sampai ke rumah itu!" seru Petrus.
Dan Yudas Tadeus berseru: "Yusuf… bisa saja menyimpan berita itu untuk dirinya sendiri. Tapi… aku yakin dia antusias membuat orang-orang lain tahu!"
"Lolongan hyena tidak menakutkan orang-orang hidup," kata Filipus.
"Masalahnya adalah bahwa mereka itu bukan hyena, mereka itu macan. Mereka mencari mangsa yang hidup," kata Iskariot, yang lalu berkata kepada Zelot: "Katakan kepada mereka apa yang telah kita ketahui."
"Ya, Guru. Ketakutan Yudas beralasan. Kami pergi menemui Yusuf Arimatea dan Lazarus, dan kami pergi ke sana sebagai sahabat-sahabat dekat-Mu. Kemudian Yudas dan aku, seolah kami adalah sahabat-sahabat lama, pergi menemui beberapa temannya di Sion… Dan… Yusuf dan Lazarus meminta-Mu untuk pergi dari sini segera selama hari-hari perayaan ini. Janganlah menolak, Guru. Ini demi kebaikan-Mu sendiri. Lalu teman-teman Yudas mengatakan: 'Berhati-hatilah, mereka telah memutuskan untuk datang dan menangkap-Nya supaya mereka dapat mendakwa-Nya, dalam hari-hari perayaan ini ketika tidak ada orang. Biarkan Ia undur diri beberapa waktu lamanya dan dengan demikian mengecewakan ular-ular itu. Kematian Doras telah membangkitkan racun mereka dan ketakutan mereka. Sebab mereka takut di samping penuh dengki. Dan ketakutan membuat mereka melihat apa yang tidak ada dan kedengkian membuat mereka berdusta.'"
"Mereka tahu segalanya tentang kita! Situasi yang mengerikan! Dan mereka menyelewengkan dan membesar-besarkan semuanya! Dan ketika mereka pikir bahwa tidak ada cukup bukti untuk mengutuk kita, maka mereka mulai mencari-cari. Mereka membuatku merasa muak dan patah semangat. Aku merasa seperti ingin pergi ke pembuangan, seperti ke … Aku tidak tahu… sangat jauh. Jauh dari Israel yang tak lain adalah dosa…" Iskariot bersedih hati.
"Yudas, Yudas! Seorang perempuan yang hendak melahirkan seorang anak ke dunia harus mengandungnya selama sembilan bulan. Apakah kau ingin lebih cepat dalam menyampaikan kepada dunia pengetahuan akan Allah? Bukan sembilan, tapi beribu-ribu bulan akan dibutuhkan. Dan seperti dalam setiap bulan rembulan bertambah bulat dan lalu menyusut menampakkan kepada kita suatu bulan baru, lalu sebagai bulan purnama, lalu sebagai bulan sabit, demikianlah di dunia akan selalu ada pertumbuhan, tahap-tahap agama yang penuh dan menurun. Tapi bahkan ketika agama tampaknya mati, dia itu hidup, tepat sepeti bulan masih ada di sana juga ketika dia tampaknya menghilang. Dan mereka yang telah bekerja pada agama ini akan mendapatkan ganjaran penuh bahkan meski hanya segelintir kecil jiwa orang-orang beriman yang akan tersisa di bumi. Semangat! Jangan mudah kegirangan dalam kemenangan, ataupun mudah bersedih dalam kekalahan."
"Tapi… marilah kita pergi. Kami masih belum cukup kuat. Dan kami merasa bahwa di depan Mahkamah Agama kami akan takut. Setidaknya, aku takut. Aku tidak tahu mengenai yang lain… Tapi aku pikir tidaklah bijak untuk mencobanya. Hati kami tidak seperti hati ketiga pemuda di istana Nebukadnezar."
"Ya, Guru. Itu lebih baik."
"Itu bijaksana."
"Yudas benar."
"Engkau lihat bahwa juga Bunda dan sanak saudara-Mu…"
"Dan Lazarus dan Yusuf."
"Kita jangan sampai membiarkan mereka datang sama sekali."
Yesus merentangkan kedua tangan-Nya dan berkata: "Terjadilah seperti yang kalian kehendaki. Tapi kelak kita akan kembali ke sini. Kalian telah melihat betapa banyak orang yang datang. Aku tidak akan memaksa jiwa kalian ataupun mengujinya. Sesungguhnya, Aku merasa bahwa mereka belum siap… Tapi marilah kita lihat pekerjaan para perempuan kita."
Akan tetapi sementara semua orang dengan mata berbinar dan suara gembira menarik dari tas-tas kain bungkusan-bungkusan yang berisi pakaian, sandal, dan bahan-bahan makanan yang dikirimkan oleh para ibu dan para istri, dan mereka semua berusaha untuk mendapatkan perhatian Yesus dalam mengagumi begitu banyak barang, Ia tetap sedih dan bermenung diri. Ia membaca surat BundaNya lagi dan lagi. Dengan membawa bersama-Nya sebuah lampu kecil, Ia undur diri ke pojok yang paling jauh dari meja di mana pakaian-pakaian, buah-buah apel, botol-botol kecil madu, dan keju-keju kecil berada; dengan menutup mata-Nya dengan satu tangan-Nya, Ia tampak sedang bermeditasi. Tapi Ia menderita.
"Lihat, Guru, betapa jubah dan mantol bertudung yang sangat indah yang telah dibuat istriku, perempuan malang itu, untukku. Aku bertanya-tanya berapa lama dia mengerjakannya, sebab dia tidak secakap BundaMu," kata Petrus, yang meluap dalam kegembiraan sementara memeluk hartanya.
"Indah, ya, indah. Dia seorang istri yang cakap," kata Yesus lembut. Tapi pikiran-Nya jauh dari barang-barang yang diperlihatkan kepada-Nya.
"Ibu kita sudah menjahitkan dua jubah untuk kita dengan kain tenun yang tebal. Ibu yang malang! Apakah kau menyukainya, Yesus? Sungguh bagus, ya kan?" kata Yakobus Zebedeus.
"Sungguh bagus, Yakobus. Cocok untukmu."
"Lihat. Aku berani bertaruh bahwa ikat-ikat pinggang ini dibuat oleh BundaMu. Hanya Ia yang dapat menyulam seperti itu. Dan aku katakan bahwa kerudung ganda ini yang untuk melindungi kita dari terik matahari juga dibuat oleh Maria. Seperti punya-Mu. Jubahnya tidak. Tentunya ibu yang menenunnya. Ibu yang malang! Sesudah banyak mencucurkan airmata musim panas yang lalu, dia tak dapat melihat dengan jelas dan kerap mematahkan benang. Sayang!" Dan Yudas Alfeus mengecup jubah tebal berwarna merah tua itu.
"Engkau tidak gembira, Guru," kata Bartolomeus pada akhirnya. "Engkau bahkan tidak melihat barang-barang yang dikirimkan untuk-Mu."
"Ia tidak mungkin gembira," kata Simon Zelot.
"Aku sedang berpikir… Baiklah… Bungkus kembali barang-barang itu. Beresi semuanya. Bukan saatnya untuk ditangkap dan kita tidak akan ditangkap. Tengah malam, dalam sinar rembulan, kita akan pergi menuju Doco dan lalu ke Betania."
"Kenapa ke Doco?"
"Sebab ada seorang perempuan yang di ambang ajal di sana, yang menanti disembuhkan oleh-Ku."
"Apakah kita tidak akan singgah di tempat bendahara?"
"Tidak, Andreas. Kita tidak akan singgah di mana pun. Jadi tak seorang pun akan harus berkata bohong dengan mengatakan bahwa mereka tidak tahu di mana kita. Jika kalian antusias untuk tidak dianiaya, Aku antusias untuk tidak menyebabkan masalah buat Lazarus."
Tapi Lazarus menantikan-Mu."
"Dan kita akan pergi kepadanya. Atau lebih baik… Simon, maukah kau memberi-Ku tumpangan di rumah pelayan tuamu?"
"Dengan senang hati, Guru. Engkau tahu semuanya, sekarang. Oleh karenanya, aku dapat berkata kepada-Mu, atas nama Lazarus, atas namaku sendiri dan atas nama dia yang tinggal di rumah itu: rumah itu milik-Mu."
"Marilah kita pergi. Bergegaslah, supaya kita dapat tiba di Betania sebelum Sabat."
Dan sementara mereka semua berpencar dengan lampu-lampu untuk melakukan apa yang perlu untuk keberangkatan yang mendadak itu, Yesus tinggal seorang diri.
Andreas kembali masuk, ia menghampiri Yesus dan bertanya: "Bagaimana dengan perempuan itu? Aku sedih meninggalkannya sekarang pada saat dia hendak datang… Adalah bijak… Engkau lihat itu…"
"Pergi dan katakan kepadanya bahwa kita akan kembali sesudah beberapa waktu dan bahwa sementara itu dia hendaknya ingat akan perkataanmu…"
"Perkataan-Mu, Tuhan. Aku hanya mengulang perkataan-Mu."
"Pergilah. Cepat. Dan jangan biarkan seorang pun melihatmu. Sungguh dalam dunia orang-orang jahat ini, mereka yang tidak berdosa harus kelihatan seperti orang-orang jahat…"
Semuanya pun berakhir dengan kebenaran besar ini.
|
|