50. YESUS DI BETSAIDA DI RUMAH PETRUS.
IA BERTEMU FILIPUS DAN NATANAEL
15 Oktober 1944
[…] Kemudian (pukul 09.30) aku harus menggambarkan yang ini.
Yohanes mengetuk pintu rumah di mana Yesus menjadi tamu. Seorang perempuan muncul di pintu dan ketika dia tahu siapa yang datang, dia memanggil Yesus.
Mereka saling menyapa dengan salam damai. Lalu Yesus mengatakan: "Kau datang awal, Yohanes."
"Aku datang untuk memberitahu-Mu bahwa Petrus meminta-Mu untuk singgah di Betsaida. Dia telah berbicara kepada banyak orang mengenai Engkau… Kami tidak pergi menangkap ikan semalam. Kami berdoa sebaik yang kami dapat, dan kami merelakan laba... sebab Sabat belum berakhir. Dan pagi ini, kami pergi menyusuri jalan-jalan untuk berbicara mengenai Engkau. Ada banyak orang yang ingin mendengar-Mu... Maukah Kau datang, Guru?"
"Aku akan datang, meski Aku harus pergi ke Nazaret sebelum pergi ke Yerusalem."
"Petrus akan membawa-Mu dari ke Betsaida ke Tiberias dengan perahunya. Itu bahkan akan lebih cepat untuk-Mu."
"Kalau begitu, mari kita pergi."
Yesus mengambil mantol dan tas kain-Nya. Tetapi Yohanes segera membebaskan-Nya dari yang terakhir. Dan mereka berangkat, sesudah berpamitan kepada nyonya rumah.
Penglihatan menunjukkan mereka keluar dari desa dan memulai perjalanan mereka ke Betsaida. Tetapi aku tidak mendengar apa yang mereka percakapkan, sesungguhnya penglihatan ini diinterupsi dan dimulai kembali ketika mereka memasuki Betsaida. Aku mengerti bahwa itu adalah sebuah kota sebab aku melihat Petrus, Andreas dan Yakobus, bersama istri-istri mereka, menantikan Yesus di pintu masuk kota.
"Damai sertamu. Aku di sini."
"Kami berterima kasih kepada-Mu, Guru, atas nama mereka yang menantikan-Mu. Hari ini bukan hari Sabat, tapi maukah Engkau menyampaikan sabda-Mu kepada mereka yang menanti untuk mendengarkan-Mu?"
"Ya, Petrus, Aku mau. Di rumahmu." Petrus dipenuhi sukacita: "Kalau begitu, mari. Ini istriku dan ini ibunda Yohanes dan ini teman-teman mereka. Tapi ada orang-orang lain lagi yang menantikan-Mu: sanak-saudara dan teman-teman kami."
"Katakan kepada mereka bahwa Aku akan berbicara kepada mereka sore ini, sebelum Aku pergi."
Aku lupa menyebutkan bahwa mereka meninggalkan Kapernaum pada saat matahari terbenam dan tiba di Betsaida keesokan paginya.
"Guru… aku mohon: tinggallah satu malam di rumahku. Perjalanan ke Yerusalem adalah perjalanan yang panjang, bahkan meki aku akan mempercepatnya bagi-Mu, dengan membawa-Mu ke Tiberias dengan perahu. Rumahku miskin, tapi ada kejujuran dan ramah-tamah. Tinggallah bersama kami malam ini."
Yesus memandang Petrus dan semua orang lainnya yang menanti. Ia menatap mereka dengan rasa ingin tahu. Ia lalu tersenyum dan mengatakan: "Ya, Aku akan tinggal."
Itu membangkitkan sukacita yang terlebih besar lagi pada Petrus.
Orang-orang memandang keluar dari pintu rumah mereka dan saling melemparkan tatapan penuh arti satu sama lain. Seorang laki-laki memanggil Yakobus dengan namanya dan berbicara kepadanya dengan suara pelan, dengan menunjuk Yesus. Yakobus mengangguk tanda setuju dan laki-laki itu pergi dan berbicara kepada orang-orang lain yang berdiri di persimpangan jalan.
Mereka masuk ke rumah Petrus. Ada dapur besar penuh asap. Di pojok, ada jala, tali-temali, keranjang ikan. Di tengah ada sebuah perapian panjang yang rendah, tapi tak ada api. Melalui dua buah pintu yang berseberangan, orang dapat melihat jalanan di satu sisi, dan kebun sayur-mayur dan buah-buahan dengan sebuah pohon ara dan tanaman anggur di sisi yang lain. Di balik jalanan deburan danau yang berwarna biru langit dapat terlihat, dan di balik kebun sayur-mayur dan buah-buahan ada tembok yang rendah dan gelap dari sebuah rumah lain.
"Aku berikan kepada-Mu apa yang aku miliki, Guru, dan sebaik yang aku tahu bagaimana…"
"Kau tak dapat memberikan lebih lagi atau lebih baik, sebab kau memberikannya dengan kasih."
Mereka memberi Yesus air untuk menyegarkan Diri dan lalu roti dan buah-buah zaitun. Yesus mengambil sesuap hanya demi menyenangkan mereka, lalu Ia berterima kasih kepada mereka, dan tidak makan apa-apa lagi.
Beberapa anak melihat ke dalam penuh rasa ingin tahu dari kebun sayur-mayur dan buah-buahan dan dari jalanan. Aku tidak tahu apakah mereka anak-anak Petrus. Aku hanya tahu bahwa Petrus merengut kepada para pengganggu itu supaya mereka menjauh. Yesus tersenyum dan berkata: "Biarkan mereka."
"Guru, apakah Kau mau beristirahat? Kamarku di sini dan kamar Andreas di sana. Silakan pilih. Kami tidak akan berisik sementara Engkau beristirahat."
"Apakah kau punya serambi atas?"
"Ya, dan pohon-pohon anggur, meski masih nyaris belum berbuah, memberikan sedikit naungan."
"Kalau begitu bawalah Aku ke sana. Aku lebih suka beristirahat di sana. Aku akan merenung dan berdoa."
"Seperti kehendak-Mu. Mari."
Sebuah tangga kecil berdiri di kebun sayur-mayur dan buah-buahan menuju atap, yang adalah sebuah serambi dikelilingi oleh sebuah tembok yang rendah. Juga di sana, ada jala dan tali-temali. Akan tetapi betapa banyak sinar terang matahari, dan betapa indah pemandangan danau yang biru!
Yesus duduk pada sebuah bangku tanpa sandaran, dengan menyandarkan punggung-Nya pada tembok kecil. Petrus sibuk dengan sebuah layar, yang ia bentangkan di atas dan pada sisi pohon anggur untuk membuat naungan terhadap terik matahari. Ada angin sepoi-sepoi dan ketenangan. Yesus kelihatan senang.
"Aku pergi, Guru."
"Pergilah. Pergilah bersama Yohanes dan katakan kepada orang banyak bahwa Aku akan berbicara di sini pada waktu matahari terbenam."
Yesus tinggal sendirian dan lama berdoa. Terkecuali dua pasang merpati yang datang dan pergi dari sarang mereka, dan cicit burung-burung pipit, tak ada suara atau pun makhluk hidup dekat Yesus yang berdoa. Waktu berlalu dengan damai dan tenang.
Kemudian Yesus berdiri, Ia berjalan sekeliling serambi, memandang danau, tersenyum pada beberapa anak yang sedang bermain di jalanan dan mereka tersenyum balik pada-Nya, Ia melihat sepanjang jalan, ke sebuah lapangan kecil sekitar seratus yard dari rumah Petrus. Yesus turun ke bawah. Ia melongok ke dalam dapur: "Perempuan, Aku pergi berjalan-jalan di pantai."
Ia pergi keluar dan berjalan menuju pantai, dekat anak-anak. Ia bertanya kepada mereka: "Apa yang sedang kalian lakukan?"
"Kami ingin bermain perang-perangan. Tapi dia tidak mau, jadi kami bermain menangkap ikan." Anak laki-laki yang tak mau bermain perang-perangan adalah sorang anak kecil yang rapuh dengan wajah yang paling terang. Mungkin dia sadar bahwa, sebab ia rapuh, ia akan mendapatkan pukulan dalam "perang" dan jadi dia mau yang damai saja.
Yesus menggunakan kesempatan itu untuk berbicara kepada anak-anak: "Dia benar. Perang adalah suatu hukuman dari Allah untuk manusia demi kebaikan mereka, dan itu merupakan suatu tanda bahwa manusia bukan lagi putra sejati Allah. Ketika Yang Mahatinggi menciptakan dunia, Ia menciptakan semuanya: matahari, lautan, bintang-bintang, sungai-sungai, tanam-tanaman, binatang-bintang, tetapi Ia tidak menciptakan senjata. Ia menciptakan manusia dan memberinya mata agar ia dapat memberikan tatapan kasih, dan mulut untuk mengucapkan kata-kata kasih, dan telinga untuk mendengar perkataan yang demikian, dan tangan untuk memberikan pertolongan dan untuk membelai, dan kaki untuk berlari cepat menolong sesama yang membutuhkan, dan hati yang dapat mengsihi. Ia memberi manusia inteligensi, kemampuan berbicara, cinta kasih dan perasaan. Tapi Ia tidak memberi manusia kedengkian. Mengapa? Sebab manusia, yang adalah ciptaan Allah, seharusnya menjadi kasih sebagaimana Allah adalah Kasih. Jika manusia tetap tinggal menjadi ciptaan Allah, ia akan harus tinggal dalam kasih, dan keluarga manusia tidak akan mengenal baik perang ataupun kematian."
"Tapi dia tidak mau bermain perang-perangan, sebab ia selalu kalah."
(Tebakanku benar.)
Yesus tersenyum dan mengatakan: "Tidak sepatutnya kita mencela apa yang mencelakakan kita hanya karena itu mencelakakan kita. Sepatutnyalah kita mencela apabila itu mencelakakan semua orang. Jika seorang mengatakan: 'Aku tidak mau itu sebab aku akan kalah,' maka orang itu egois. Sebaliknya, seorang anak Allah yang baik akan mengatakan: 'Saudara-saudara, aku tahu bahwa aku akan menang, tapi aku katakan kepada kalian: jangan biarkan itu terjadi sebab kalian akan menderita kekalahan.' Oh! orang itu sudah memahami hukum utama! Siapa yang dapat memberitahu-Ku manakah hukum yang utama?"
Kesebelas mulut mengatakannya serentak: "Kasihilah Tuhan Allah-mu dengan segenap kekuatanmu, dan sesamamu seperti dirimu sendiri."
"Oh! Kalian anak-anak yang pintar. Apakah kalian semua pergi ke sekolah?"
"Ya."
"Siapakah yang paling pintar?"
"Dia." Dialah anak kecil rapuh yang tak mau main perang-perangan."
"Siapa namamu?"
"Yoel."
"Nama yang bagus! Artinya: '… biarlah yang lemah berkata: "Aku kuat." Tapi kuat dalam hal apa? Dalam Hukum Allah yang benar, untuk menjadi seorang di antara mereka yang di Lembah Penentuan akan dihakimi-Nya sebagai para kudus-Nya. Tapi penghakiman itu sudah dekat. Bukan di Lembah Penentuan, melainkan di atas Gunung Penebusan. Di sana, matahari dan bulan akan menjadi gelap oleh rasa takut, bintang-bintang akan gemetar dan mencucurkan airmata belas-kasihan, dan anak-anak Terang akan dihakimi dan dipisahkan dari anak-anak Kegelapan. Dan seluruh Israel akan tahu bahwa Allah-nya telah datang. Berbahagialah mereka yang mengenali-Nya. Madu, susu dan air segar akan turun ke dalam hati mereka dan duri-duri akan berubah menjadi bunga-bunga mawar abadi. Siapakah di antara kalian yang ingin menjadi seorang di antara mereka yang akan dihakimi sebagai para kudus Allah?"
"Aku! Aku! Aku!"
"Jadi, apakah kalian akan mengasihi Mesias?"
"Ya! Ya! Engkau! Engkau! Engkau-lah yang kami kasihi. Kami tahu siapa Engkau! Simon dan Yakobus telah mengatakannya kepada kami, dan ibu kami mengatakannya kepada kami. Ajaklah kami bersama-Mu!"
"Ya, Aku akan mengajak kalian jika kalian baik. Tak ada lagi kata-kata buruk, tak ada lagi kesombongan, pertengkaran, tak membantah orangtua. Berdoa, belajar, bekerja, taat. Dan Aku akan mengasihi kalian dan tinggal bersama kalian." Anak-anak semuanya mengelilingi Yesus. Mereka tampak bagai sebuah daun mahkota warna-warni sekeliling sebuah putik panjang berwarna biru tua.
Seorang laki-laki setengah baya menghampiri kelompok itu, dengan penuh rasa ingin tahu. Yesus berbalik untuk membelai seorang anak yang menarik-narik mantol-Nya dan melihat orang itu. Ia menatapnya, dengan tajam. Laki-laki itu tersipu dan menyapa-Nya, namun tidak mengatakan apapun.
"Mari! Ikutlah Aku!"
"Ya, Guru."
Yesus memberkati anak-anak dan berjalan di samping Filipus, (Yesus memanggilnya dengan namanya). Ia pulang ke rumah. Mereka duduk di kebun kecil sayur-mayur dan buah-buahan.
"Apakah kau ingin menjadi murid-Ku?"
"Ya, … tapi aku tak berani berharap banyak."
"Aku telah memanggilmu."
"Jadi, aku adalah murid-Mu. Ini aku."
"Apakah kau tahu tentang Aku?"
"Andreas berbicara kepadaku tentang Engkau. Dia mengatakan kepadaku: 'Ia yang kau nanti-nantikan telah datang.' Andreas tahu bahwa aku sangat merindukan Mesias."
"Pengharapanmu tidak sia-sia. Ia ada di hadapanmu."
"Guru-ku dan Allah-ku!"
"Kau adalah seorang Israel yang berkehendak baik. Itulah sebabnya mengapa Aku menyatakan DiriKu kepadamu. Seorang sahabatmu yang lain sedang menunggu, ia adalah seorang Israel yang tulus hati, juga. Pergi dan katakan kepadanya: 'Kami telah menemukan Yesus dari Nazaret, putra Yosef dari Keturunan Daud, Dia Yang telah dibicarakan Musa dan para Nabi.' Pergilah."
Yesus tetap sendirian hingga Filipus kembali bersama Natanael-Bartolomeus.
"Inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya. Damai sertamu, Natanael."
"Bagaimana Engkau mengenal aku?"
"Sebelum Filipus datang untuk memanggilmu, Aku melihatmu di bawah pohon ara."
"Guru, Engkau Putra Allah. Engkau Raja orang Israel!"
"Karena Aku katakan Aku melihatmu, sementara kau bermeditasi di bawah pohon ara, maka kau percaya? Kau akan melihat hal-hal yang lebih besar daripada itu. Sungguh Aku berkata kepadamu bahwa Surga terbuka dan karena imanmu kau akan melihat malaikat-malaikat turun dan naik di atas Putra Manusia: yakni di atas-Ku, Yang sedang berbicara kepadamu."
"Guru! Aku tidak layak akan anugerah yang begitu rupa!"
"Percayalah kepada-Ku dan kau akan layak mendapatkan Surga. Maukah kau percaya?"
"Ya, Guru."
Penglihatan diinterupsi... dan mulai kembali di serambi penuh orang banyak; sementara orang-orang lainnya ada di kebun sayur-mayur dan buah-buahan milik Petrus. Yesus mulai berbicara.
"Damai bagi manusia yang berkehendak baik. Damai dan berkat bagi rumah mereka, istri mereka, anak-anak mereka. Kiranya rahmat dan terang Allah berkuasa dalam rumah kalian dan dalam hati mereka yang tinggal di dalamnya.
Kalian ingin mendengarkan Aku. Sabda sekarang berbicara. Ia berbicara dengan sukacita kepada mereka yang jujur, dengan duka kepada mereka yang tidak jujur, dengan gembira kepada mereka yang kudus dan murni, dengan kerahiman kepada para pendosa. Sabda tidak menyangkal DiriNya. Ia datang untuk menyebarluas bagai sebuah sungai yang mengalir untuk mengairi tanah-tanah yang membutuhkan air, menyegarkannya dan sekaligus menyuburkannya dengan humus.
Kalian ingin tahu apa yang diperlukan untuk menjadi murid-murid dari Sabda Allah, dari Mesias, Sabda Bapa, Yang telah datang untuk mengumpulkan Israel, agar ia dapat mendengar sekali lagi sabda dari Sepuluh Perintah Allah yang kudus dan kekal dan dapat disucikan oleh sabda dan dengan demikian dimurnikan bagi saat Penebusan dan Kerajaan, sejauh manusia dapat dimurnikan oleh dirinya sendiri.
Sekarang, Aku berkata kepada yang tuli, yang buta, yang bisu, para penderita kusta, yang lumpuh, yang mati: 'Bangkitlah, kalian disembuhkan, bangkitlah, berjalanlah, kiranya sungai terang, sabda, suara terbuka bagi kalian, supaya kalian bisa melihat dan mendengar Aku dan berbicara mengenai Aku.' Tetapi daripada kepada tubuh kalian, Aku berbicara kepada jiwa kalian. Orang-orang yang berkehendak baik, datanglah kepada-Ku tanpa takut. Jika jiwa kalian terluka, Aku akan merawatnya: jika sakit, Aku akan menyembuhkannya; jika mati, Aku akan membangkitkannya. Apa yang Aku minta hanyalah kehendak baik kalian.
Apakah yang Aku minta ini sulit? Tidak. Tidak sulit. Aku tidak membebankan ke atas kalian ratusan perintah para rabbi. Aku berkata kepada kalian: taatilah Sepuluh Perintah Allah. Hukum itu satu dan kekal. Berabad-abad telah berlalu sejak hukum diberikan, indah, murni, segar, bagai seorang bayi yang baru dilahirkan, bagai sekuntum mawar yang baru mekar pada tangkainya. Sederhana, teratur, mudah ditaati. Sepanjang berabad-abad kesalahan-kesalahan dan kecondongan-kecondongan [= trends] telah merumitkannya dengan banyak hukum-hukum kecil, dengan beban-beban dan larangan-larangan, dengan terlalu banyak ketentuan yang menyakitkan. Aku membawakan sekali lagi Hukum itu kepada kalian sebagaimana diberikan oleh Yang Mahatinggi. Tapi, demi kepentingan kalian sendiri, Aku meminta kalian untuk menerimanya dengan hati yang tulus, seperti Israel sejati di masa yang silam.
Kalian bersungut-sungut, lebih dalam hati kalian daripada dengan bibir kalian, itulah kesalahan orang-orang dari golongan atas, lebih dari kesalahan orang-orang dari golongan sederhana. Aku tahu. Kitab Ulangan menyatakan apa yang harus dilakukan, tak ada hal lain yang lebih perlu. Akan tetapi janganlah menghakimi mereka yang bertindak atas nama orang-orang lain, bukan atas nama mereka sendiri. Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah. Dan di atas segalanya, berupayalah dan jadilah sempurna dalam kedua hukum yang utama. Apabila kalian mengasihi Allah dengan segenap jiwamu, kalian tidak akan berdosa, sebab dosa menyakiti Allah. Barangsiapa mengasihi, tidak hendak menyakiti. Apabila kalian mengasihi sesamamu, seperti kalian mengasihi diri sendiri, kalian akan menjadi anak-anak yang menaruh hormat kepada orangtua kalian, suami yang setia kepada istri, pedagang yang jujur dalam perniagaan, tanpa kekerasan terhadap para musuhmu, benar dalam memberikan kesaksian, tanpa iri terhadap mereka yang kaya, tanpa nafsu cabul terhadap istri orang lain. Dan sebagaimana kalian tidak ingin melakukan kepada orang lain apa yang tidak ingin dilakukan orang terhadapmu, kalian tidak akan mencuri, atau membunuh, atau memfitnah, atau memasuki sarang orang lain seperti burung cuckoo.
Tidak, Aku berkata kepada kalian: 'Laksanakanlah hingga tahap sempurna ketaatanmu pada kedua hukum kasih: kasihilah juga para musuhmu.'
Betapa Yang Mahatinggi akan mengasihi kalian, sebab Ia begitu mengasihi manusia. Meski manusia menjadi musuh-Nya oleh sebab dosa asal, dan oleh sebab dosa-dosa pribadinya, Ia mengirimkan Penebus kepada manusia, Anak Domba Yang adalah PutraNya, yakni Aku, Yang sedang berbicara kepada kalian, Mesias yang dijanjikan untuk menebus kalian dari segala dosa kalian, jika kalian mau belajar mengasihi seperti Ia mengasihi.
Kasih. Kiranya kasihmu menjadi sebuah tangga yang dengannya, seperti para malaikat, engkau akan naik ke Surga, sebagaimana dilihat Yakub, ketika kalian mendengar Bapa berbicara kepada setiap dan semua orang: 'Aku akan menjadi pelindungmu kemana pun engkau pergi, dan Aku akan membawamu kembali ke tempat ini; ke Surga, Kerajaan Abadi.' Damai sertamu."
Orang banyak melontarkan kata-kata persetujuan dengan emosional dan perlahan pergi. Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes, Filipus dan Bartolomeus tinggal.
"Apakah Engkau pergi besok, Guru?"
"Besok, saat fajar, jika kau tak keberatan."
"Aku sedih Engkau pergi. Tapi aku tak masalah mengenai saat keberangkatan. Sebaliknya, itu pas denganku."
"Apakah kau akan pergi menangkap ikan?"
"Ya, sore ini, ketika bulan terbit."
"Kau bertindak benar, Simon, tidak pergi mencari ikan semalam. Hari Sabat belum berakhir. Nehemia dalam reformasinya menghendaki hari Sabat dihormati di Yudea. Bahkan sekarang terlalu banyak orang yang bekerja pada hari Sabat di tempat-tempat pemerasan anggur, mengumpulkan kayu, anggur dan buah-buahan dan berjual beli ikan dan anak-anak domba. Kalian punya enam hari untuk melakukannya. Sabat adalah milik Tuhan. Hanya satu hal yang boleh kalian lakukan pada hari Sabat: kalian boleh melakukan perbuatan baik kepada sesamamu. Tapi segala macam keuntungan haruslah dikesampingkan dari pertolongan yang demikian. Barangsiapa melanggar Sabat untuk mendapatkan keuntungan akan dihukum oleh Allah. Dia mendapatkan keuntungan? Dia akan kehilangan keuntungannya itu sepanjang enam hari lainnya. Dia tidak mendapat keuntungan? Dia sudah meletihkan tubuhnya dengan sia-sia, sebab ia tidak memberinya istirahat sebagaimana ditentukan sang Inteligensi untuk itu, dan dengan demikian dia mengesalkan jiwanya dengan bekerja sia-sia, dan itu hingga ke tahap kutukan. Hari Tuhan, sebaliknya, hendaknya dilewatkan dengan hati kalian berstu dengan Allah dalam doa kasih yang manis. Kalian harus setia dalam segala hal."
"Tetapi… ahli-ahli Taurat dan para alim ulama , yang begitu keras terhadap kami... tidak bekerja pada hari-hari Sabat, mereka bahkan tidak mau memberikan sepotong roti kepada sesama mereka, demi menghindari kelelahan dalam memberikannya, tapi mereka menjalankan riba juga pada hari Sabat. Sebab itu bukanlah suatu pekerjaan jasmani, apakah sah menjalankan riba pada hari Sabat?"
"Tidak. Tidak pernah. Entah pada hari Sabat maupun hari apapun. Barangsiapa menjalankan riba adalah orang yang tidak jujur dan kejam."
"Jadi, para ahli Taurat dan kaum Farisi…"
"Simon: jangan menghakimi. Jangan."
"Tapi aku punya mata yang melihat…"
"Apakah hanya ada kejahatan yang dapat dilihat, Simon?"
"Tidak, Guru."
"Baik, jadi, mengapa melihat perbuatan-perbuatan jahat?"
"Engkau benar, Guru."
"Baiklah, besok pagi dini hari, Aku akan berangkat bersama Yohanes."
"Guru...."
"Ya, Simon, ada apa?"
"Guru… apakah Engkau akan pergi ke Yerusalem?"
"Kau tahu itu."
"Juga aku akan pergi saat Paskah … dan juga Andreas dan Yakobus."
"Jadi?... Apakah kau bermaksud untuk ikut bersama-Ku? Dan usaha ikanmu? Dan laba? Kau katakan kepada-Ku bahwa kau suka punya uang, dan Aku akan pergi untuk jangka waktu yang lama. Aku akan pergi ke BundaKu dulu. Dan Aku akan pergi ke sana juga dalam perjalanan baliknya. Aku akan berhenti di sana untuk berkhotbah. Bagaimana kau dapat? …"
Petrus bingung, tak dapat memutuskan... lalu ia mengambil keputusan: "Aku pikir… aku kan datang. Aku lebih memilih-Mu daripada uang!"
"Aku juga ikut!"
"Dan aku juga."
"Kita akan pergi juga, ya kan, Filipus?"
"Ayo, kalau begitu, kalian akan membantu-Ku."
"Oh!..." Petrus lebih dari bersukacita dengan gagasan membantu Yesus. "Bagaimanakah kami dapat melakukannya?"
"Akan Aku beritahukan kepada kalian. Untuk melakukan yang baik, yang perlu kalian lakukan hanyalah melakukan apa yang Aku katakan kepada kalian. Barangsiapa taat akan selalu melakukan yang baik. Sekarang kita akan berdoa dan lalu masing-masing dari kita akan pergi dan melakukan tugasnya."
"Apakah yang akan Kau lakukan, Guru?"
"Aku akan terus berdoa. Aku adalah Terang dunia , tapi aku juga adalah Anak manusia. Oleh karenanya, Aku harus menimba dari Terang, untuk menjadi Manusia Yang menebus manusia. Marilah kita berdoa." Yesus mendaraskan sebuah mazmur yang dimulai dengan: 'Orang yang beristirahat dalam pertolongan Yang Mahatinggi, akan tinggal dalam perlindungan Allah di Surga. Ia akan berkata kepada TUHAN: "Engkau perlindunganku dan naunganku. Dia Allah-ku, aku berharap pada-Nya. Ia melepaskanku dari jerat penangkap burung dan dari penyakit sampar yang busuk"' dst. Aku menemukannya dalam kitab keempat. Mazmur kedua pada kitab keempat, aku pikir nomer 90, (jika aku membaca nomer Romawinya dengan benar).
Penglihatan pun berakhir demikian.
|
|