36. KELUARGA KUDUS DI MESIR

ivy
lily dari lembah
convolvuli

25 Januari 1944

Penglihatan manis mengenai Keluarga Kudus. Tempatnya di Mesir. Aku tak ragu sebab aku melihat padang gurun dan sebuah piramid.

Aku melihat sebuah rumah mungil dengan satu lantai, yang sepermukaan dengan tanah, seluruhnya berwarna putih. Sebuah rumah sederhana dari orang-orang yang sangat sederhana. Tembok-temboknya baru diplester dan dilabur putih. Ada dua buah pintu, satu dekat yang lain, yang menghantar masuk ke dalam dua ruangan yang ada dalam rumah, yang sementara ini, tidak aku masuki. Rumah kecil itu berada di tengah sebidang kecil tanah berpasir, dikelilingi sebuah pagar tonggak yang ditancapkan ke dalam tanah, suatu perlindungan yang sangat rapuh terhadap pencuri; hanya dapat sebagai perlindungan terhadap kucing-kucing dan anjing-anjing tersesat. Di lain pihak, siapakah yang akan berniat mencuri di mana sudah jelas nyata bahwa tak ada bahkan bayangan akan kekayaan?

Sebidang tanah kecil itu, yang dikelilingi pagar tonggak, telah dengan sabar diusahakan sebagai sebuah kebun kecil, kendati tanahnya kering dan gersang. Guna membuat pagar sedikit lebih tebal dan lebih rapat, mereka menanam tanam-tanaman menjalar yang tampaknya convolvuli biasa, hanya pada satu sisi ada semak-semak melati yang tengah mekar dan semak-semak mawar biasa. Di kebun sayur-mayur dan buah-buahan aku melihat beberapa sayur-mayur yang sangat sederhana di tengah di bawah sebuah pohon tinggi yang tak aku kenali dan yang memberi keteduhan pada tanah yang gersang dan pada rumah mungil. Seekor kambing berwarna hitam putih terikat pada pohon itu dan ia makan daun-daunan dari beberapa ranting yang dilemparkan ke atas tanah.

Dan di dekatnya, di atas sebuah tikar di atas tanah ada Kanak-kanak Yesus. Aku pikir Ia pastilah berumur dua tahun, atau dua setengah tahun paling tua. Ia sedang bermain dengan beberapa potong kayu pahatan kecil, yang kelihatan seperti domba-domba kecil atau kuda-kuda kecil, dan dengan beberapa serutan kayu bersih, yang tidak seikal rambut ikal keemasan-Nya. Dengan tangan-tangan mungil-Nya yang montok Ia berusaha menempatkan kalung-kalung kayu itu ke leher binatang-binatang kecil-Nya. Ia tenang dan tersenyum. Sangat menawan. Kepala mungil-Nya berhiaskan helai-helai rambut ikal keemasan yang sangat lebat, kulit-Nya bersih dan sedikit kemerahan, mata-Nya hidup dan bersinar, berwarna biru tua. Ekspresinya tentu saja, berbeda, tetapi aku mengenali warna mata Yesus-ku: dua bola safir berwarna gelap nan indah. Ia mengenakan semacam baju putih panjang yang pastilah jubah-Nya, berlengan lengan pendek. Sekarang ini Ia tak mengenakan apa-apa pada kaki-Nya. Sandal-sandal mungil-Nya ada di atas tikar dan, juga, digunakan sebagai mainan oleh Kanak-kanak, Yang menempatkan binatang-binatang kecil-Nya di atas tikar, dan lalu menarik sandal lewat tali pengikatnya seolah itu adalah sebuah kereta kecil. Sandal itu sangat sederhana: terdiri dari tapak sandal dan dua tali pengikat, yang satu berasal dari ujung dan yang lain berasal dari tumit tapak sandal. Tali yang berasal dari ujung lalu membelah pada titik tertentu dan satu panjangnya melewati lubang pada tali dari tumit, dan lalu melingkar dan diikatkan dengan panjangnya yang lain, dan dengan demikian membentuk semacam cincin di pergelangan kaki.

Agak sedikit jauh, juga duduk di bawah naungan pohon itu, ada Bunda Maria. Ia sedang menenun menggunakan alat tenun desa dan mengamati Kanak-kanak. Aku dapat melihat tangan-tangan-Nya yang putih ramping bergerak maju mundur menggerakkan kumparan di atas jalinan benang-benang sementara kaki-Nya, mengenakan sandal, menggerakkan pedal. Ia mengenakan sehelai gaun berwarna bunga-bunga mallow: lembayung kemerahan seperti batu nilam. Kepala-Nya tanpa kerudung, dan jadi aku dapat melihat bahwa rambut-Nya dibelah dua, membentuk dua jalinan kelabang sederhana yang bertemu di leher-Nya. Lengan baju-Nya panjang dan agak sempit. Ia tiada mengenakan perhiasan lain terkecuali kecantikan-Nya dan ekspresi-Nya yang termanis. Rona wajah-Nya, warna rambut dan mata-Nya, raut wajah-Nya selalu sama setiap kali aku melihat-Nya. Ia tampak sangat belia sekarang. Ia kelihatan berumur sekitar duapuluh tahun.

Suatu saat kemudian Ia bangkit, dan membungkuk di atas Kanak-kanak, memakaikan sandal-Nya kembali dan mengikatnya dengan cermat. Ia lalu membelai-Nya dan mencium kepala mungil-Nya dan mata-Nya yang indah. Kanak-kanak berceloteh dan Ia menjawab. Tapi aku tidak mengerti perkataannya. Ia lalu kembali ke alat tenun-Nya; Ia menutup kain dan jalinan-jalinan benang dengan sehelai kain, mengambil bangku tanpa sandaran tempat duduk-Nya dan membawanya masuk ke dalam rumah. Kanak-kanak mengikuti-Nya dengan mata-Nya tanpa rewel ketika Ia meninggalkan-Nya sendirian.

Jelas pekerjaan-Nya sudah selesai, dan hari menjelang sore. Sesungguhnya, matahari tengah terbenam di atas pasir yang tandus, dan sebuah api besar menyerbu langit luas di balik piramid nan jauh.

Maria kembali. Ia menggandeng tangan Yesus dan mengangkat-Nya dari tikar-Nya. Kanak-kanak taat tanpa meronta sama sekali. Sementara BundaNya memberesi mainan-mainan dan tikar-Nya dan membawanya masuk ke dalam rumah, Ia berjalan tertatih di atas kaki-kaki mungil-Nya yang berbentuk indah menuju si kambing kecil dan melingkarkan tangan-Nya sekeliling leher si kambing. Si kambing kecil mengembik dan menggosok-gosokkan kepalanya pada bahu Yesus.  

Maria kembali. Sekarang Ia mengenakan sehelai kerudung panjang di atas kepala-Nya dan membawa sebuah amphora dalam tangan-Nya. Ia menggandeng tangan Yesus, dan mereka berdua mulai berjalan, mengitari rumah kecil itu menuju sisi yang lain.

Aku mengikuti mereka sembari mengagumi keanggunan penglihatan. Bunda Maria menyelaraskan langkah-Nya dengan langkah Kanak-kanak, dan Kanak-kanak tertatih-tatih berjalan di sisi BundaNya. Aku dapat melihat tumit-Nya yang kemerahan bergerak naik turun, dengan langkah-langkah khas kanak-kanak, di atas pasir di jalanan kecil. Aku perhatikan bahwa jubah kecil-Nya tidak terjuntai sampai ke kaki-Nya, melainkan hanya separuh  betis-Nya. Jubah itu sangat bersih dan sederhana dan diikatkan erat pada pinggang-Nya dengan seutas tali putih.

Aku melihat bahwa di bagian depan rumah pagar tanam-tanamanya terputus oleh sebuah gerbang desa, yang dibuka oleh Maria untuk keluar ke arah jalanan. Sebuah jalanan yang buruk di ujung kota atau desa, atau apapun istilahnya, di mana jalanan berakhir dengan sebuah wilayah yang di sini terdiri dari pasir dan beberapa rumah lainnya, semiskin rumah ini, dengan beberapa kebun kecil sayur-mayur dan buah-buahan.

Aku tidak melihat siapa pun. Maria memandang ke arah pusat kota bukan ke arah pedesaan, seolah Ia sedang menantikan seseorang; Ia kemudian bergerak menuju sebuah kolam atau sumur, entah apapun itu, yang berjarak sepuluh meter lebih ke atas, dan di mana beberapa batang pohon palma membentuk sebuah naungan melingkar. Di sana tanaman obat-obatan berwarna hijau dapat terlihat tumbuh di atas tanah.

Sekarang aku dapat melihat seorang laki-laki datang menyusuri jalan; ia tidak terlalu tinggi, namun tegap. Aku mengenali Yosef, yang tersenyum. Ia tampak lebih muda dari ketika aku melihatnya dalam penglihatan mengenai Firdaus. Ia berumur empatpuluh tahun paling tua. Rambut dan jenggotnya lebat dan hitam, kulitnya agak kecoklatan, matanya berwarna gelap. Sebentuk wajah jujur yang menyenangkan, yang membangkitkan kepercayaan.

Ketika ia melihat Yesus dan Maria, ia mempercepat langkahnya. Pada bahu kirinya ada semacam gergaji dan semacam alat ketam, dan di tangannya ia membawa perkakas-perkakas lain pertukangan, tidak persis seperti yang kita gunakan sekarang, tapi hampir serupa. Kemungkinan ia pulang sesudah bekerja di rumah seseorang. Ia mengenakan sehelai jubah berwarna antara coklat kemerahan dan coklat tua; jubah itu tidak terlalu panjang - terjuntai sedikit di atas pergelangan kakinya - dan lengannya pendek. Aku pikir ia mengenakan ikat pinggang kulit pada pinggangnya. Jubah yang tepat bagi seorang pekerja. Pada kakinya ia mengenakan sandal yang diikatkan pada pergelangan kakinya. Maria tersenyum dan Kanak-kanak melontarkan seruan sukacita dan Ia mengulurkan salah satu tangannya yang bebas. Ketika ketiganya bertemu, Yosef membungkuk dan menawarkan kepada Kanak-kanak buah yang, melihat warna dan bentuknya, aku pikir adalah sebuah apel. Ia lalu mengulurkan tangannya dan Kanak-kanak meninggalkan BundaNya, dan bergayut pada pelukan Yosef, meringkukkan kepala mungil-Nya ke dalam rongga leher Yosef; ia mencium-Nya, dan dicium oleh-Nya. Suatu pemandangan penuh kasih mesra.

Aku lupa mengatakan bahwa Maria telah segera mengambil alih perkakas kerja Yosef, demi membiarkannya bebas memeluk Kanak-kanak.

Kemudian Yosef, yang membungkuk agar sama tinggi dengan Yesus, berdiri, mengambil perkakasnya dengan tangan kirinya dan mendekapkan erat Yesus kecil pada dadanya yang tegap dengan tangan kanannya. Dan ia bergerak menuju rumah, sementara Maria pergi ke sumber mata air untuk mengisi amphora-Nya.

Sesudah memasuki halaman rumah, Yosef menurunkan Kanak-kanak, membawa masuk alat tenun Maria ke dalam rumah, dan lalu ia memerah susu kambing. Yesus mengamati segala aktivitas ini dengan seksama dan teristimewa saat mengandangkan si kambing kecil dalam sebuah kandang kecil di salah satu sisi rumah.

Sekarang mulai gelap. Aku dapat melihat merahnya matahari tenggelam berubah menjadi lembayung di atas pasir yang tampak gemetar karena terik matahari. Piramid terlihat lebih gelap.

Yosef masuk ke dalam rumah, ke dalam sebuah ruangan yang pastilah bengkelnya, dapur dan sekaligus ruang makan. Kamar yang lain jelas kamar tidur. Akan tetapi aku tidak masuk ke sana. Api dinyalakan di sebuah perapian yang rendah. Ada sebuah bangku tukang kayu, sebuah meja kecil, beberapa bangku tanpa sandaran, beberapa rak dengan dua lampu minyak dan beberapa peralatan memasak. Di sebuah pojok, ada alat tenun Maria. Semuanya sangat bersih dan tertata rapi. Sebuah pemukiman miskin, namun sangat bersih.

Dan ini adalah komentar yang ingin aku sampaikan: dalam semua penglihatan mengenai kehidupan manusiawi Yesus aku perhatikan bahwa baik Ia maupun Maria, juga Yosef dan Yohanes, selalu rapi dan bersih baik pakaian maupun tubuh mereka. Mereka mengenakan pakaian-pakaian yang biasa dan sederhana, namun pakaian-pakaian itu begitu bersih hingga mereka tampak seperti orang-orang terpandang.

Maria kembali dengan amphora dan pintu ditutup karena hari cepat menjadi gelap. Ruangan diterangi oleh sebuah lampu yang dinyalakan Yosef dan ditempatkan di atas bangkunya, di mana ia sekarang mulai mengerjakan beberapa bilah papan kecil, sementara Maria menyiapkan makan malam. Juga perapian menerangi ruangan. Yesus, dengan tangan-tangan mungil-Nya bertumpu pada bangku dan kepala mungil-Nya mendongak ke atas, mengamati apa yang sedang dilakukan Yosef. Mereka lalu duduk di sekeliling meja sesudah mendaraskan doa-doa mereka.

Jelas mereka tidak memberkati diri mereka dengan tanda salib, tetapi mereka berdoa. Yosef yang mendaraskan doa-doa, dan Maria menjawab. Aku sama sekali tidak mengerti apa-apa. Pastilah itu sebuah mazmur. Tetapi didaraskan dalam bahasa yang sanma sekali tidak aku mengerti.

Mereka lalu duduk sekeliling meja. Lampu sekarang ditempatkan di atas meja. Maria memangku Yesus di atas pangkuan-Nya, dan memberi-Nya minum sebagian dari susu kambing, ke dalam mana Maria mencelupkan potongan-potongan kecil roti yang Ia potong dari seketul roti bundar. Pinggiran roti, pula bagian dalam roti, berwarna sangat gelap, kelihatan seperti roti gandum hitam atau roti yang terbuat dari barley [= sejenis gandum yang dipakai untuk membuat bir]. Melihat dari warnanya, jelas mengandung banyak sekam. Sementara itu, Yosef makan roti dan keju, sedikit keju dengan banyak roti. Lalu Maria mendudukkan Yesus di atas sebuah bangku kecil tanpa sandaran dekat-Nya, dan membawa sayuran yang telah dimasak ke atas meja - tampaknya direbus dan disajikan seperti yang kita lakukan sekarang - dan Maria juga menyantap sedikit sayur sesudah Yosef menyantapnya. Yesus melahap apel-Nya dengan gembira, dan Ia tersenyum mempertontonkan gigi-gigi putih-Nya yang mungil. Makan malam mereka diakhiri dengan beberapa buah zaitun atau kurma. Aku tak dapat mengatakannya dengan tepat karena buah-buah itu kelihatan terlalu lembut jika itu adalah zaitun dan terlalu keras jika itu adalah kurma. Tidak ada anggur. Makan malam orang-orang miskin.

Akan tetapi ada damai yang begitu besar dalam ruangan ini yang bahkan tak dapat diberikan kepadaku oleh pemandangan akan istana kerajaan yang paling khidmad sekalipun. Dan betapa keharmonisan yang berlimpah!

Yesus tidak berbicara sore ini. Ia tidak menjelaskan penglihatan. Ia telah mengajariku dengan karunia penglihatan-Nya dan itu cukuplah sudah. Kiranya Ia senantiasa diberkati.




26 Januari 1944

Yesus bersabda:

"Hal-hal yang kau lihat mengajarkan kepadamu dan kepada yang lainnya satu pelajaran. Yakni pelajaran mengenai kerendahan hati, penyerahan diri dan keharmonisan yang selaras. Suatu pelajaran yang diberikan sebagai teladan bagi segenap keluarga-keluarga Kristiani, dan khususnya bagi keluarga-keluarga Kristiani di abad yang teristimewa menyedihkan ini.

Kau telah melihat sebuah rumah miskin. Dan yang terlebih menyedihkan, sebuah rumah miskin di suatu negeri yang asing.

Banyak orang, hanya karena mereka adalah orang-orang Katolik yang cukup baik, yang berdoa dan menyambut-Ku dalam Ekaristi Kudus, dan mereka berdoa dan menyambut-Ku demi kepentingan "mereka", bukan demi kepentingan jiwa mereka dan demi kemuliaan Allah - sebab hanya sedikit mereka yang berdoa yang tidak cinta diri - banyak orang akan berpura-pura memiliki hidup yang sejahtera, bahagia, berlimpah secara materiil, terlindungi baik bahkan dari kesusahan yang paling ringan. Yosef dan Maria memiliki-Ku, Allah Yang Sejati, sebagai Putra mereka, dan meski demikian mereka bahkan tidak memiliki sedikit saja kesenangan menjadi miskin di negeri mereka sendiri, di mana mereka dikenal, di mana setidaknya ada rumah mungil mereka "sendiri" dan masalah tempat tinggal tidak menambah beban pikiran pada masalah mereka yang banyak, di negeri di mana, sebab mereka dikenal, lebih mudah bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan dan menyelenggarakan kebutuhan-kebutuhan hidup mereka. Mereka adalah dua pengungsi justru sebab mereka memiliki-Ku. Iklim yang berbeda, negeri yang asing, begitu menyedihkan dibandingkan dengan pedesaan Galilea yang manis, bahasa yang asing, kebiasaan-kebiasaan yang berbeda, tinggal di antara orang-orang yang tidak mengenal mereka, dan yang pada umumnya mencurigai para pengungsi dan orang-orang yang tidak mereka kenal. Mereka dijauhkan dari perabotan yang nyaman dan tersayang di rumah mungil "mereka", dari begitu banyak barang sederhana dan yang dibutuhkan yang mereka miliki di sana, dan yang kelihatannya tidak begitu penting, sementara di sini, di tengah kekosongan yang melingkupi mereka, tampak bahkan begitu indah bagai barang-barang mewah yang menjadikan rumah-rumah orang kaya begitu mempesona. Dan mereka merasakan nostalgia baik atas negeri mereka dan rumah mereka, mereka khawatir akan barang-barang sederhana yang mereka tinggalkan, akan kebun kecil sayur-mayur dan buah-buahan di mana mungkin tak seorang pun merawat pohon-pohon anggur dan pohon-pohon ara mereka, dan tanam-tanaman lain yang berguna. Dan mereka harus menyelenggarakan setiap hari makanan, pakaian, api, dan untuk-Ku, seorang Kanak-kanak, Yang tak dapat mereka beri makan dengan makanan yang sama seperti yang mereka santap sendiri. Dan hati mereka sedih: sebab rindu akan kampung halaman, akan ketidakpastian masa mendatang, dan kurangnya kepercayaan orang yang enggan, terutama pada awalnya, untuk menerima tawaran kerja dari dua orang yang tak dikenal.

Dan meski begitu, seperti telah kau lihat sendiri, rumah itu diliputi ketenangan, senyum, keharmonisan, dan kesepakatan bersama yang mereka upayakan demi menjadikannya lebih indah, bahkan termasuk kebun kecil sayur-mayur dan buah-buahan, agar lebih serupa dengan kebun yang lebih menyenangkan yang harus mereka tinggalkan. Mereka hanya memiliki satu pikiran: agar tanah dapat lebih ramah dan lebih menyenangkan untuk-Ku , sebab Aku berasal dari Allah. Adalah kasih dari orang-orang percaya dan sanak-keluarga yang menyatakan dirinya dalam berbagai macam cara: dari kambing kecil yang mereka beli dengan banyak kerja lembur, hingga mainan-mainan kecil yang diukirkan pada sisa-sisa kayu, hingga buah yang dibeli hanya untuk-Ku seorang, sementara mereka sendiri tidak melahap makanan.

O bapaKu terkasih di dunia, betapa engkau dikasihi oleh Allah, oleh Allah Bapa di Surga Mahatinggi, oleh Allah Putra, Yang menjadi Juruselamat di dunia!

Di rumah itu tak ada cepat naik darah, tak ada rasa dongkol, tak ada wajah cemberut, pula tak ada saling menyalahkan satu sama lain, dan sama sekali tidak terhadap Allah Yang tidak melimpahi mereka dengan kekayaan materiil. Yosef tidak menyalahkan Maria sebagai penyebab dari penderitaannya, pula Maria tidak menyalahkan Yosef sebab tak mampu menyediakan barang-barang duniawi lebih banyak. Mereka saling mengasihi dengan suatu cara yang kudus, itu saja. Karenanya mereka tiada khawatir akan kenyamanan diri mereka sendiri, melainkan hanya kenyamanan pasangan mereka. Kasih sejati tidak egois. Dan kasih sejati selalu murni, bahkan meski tidak sempurna dalam kemurnian sebagaimana kasih dari pasangan yang perawan. Kemurnian digabungkan dengan cinta kasih menghasilkan sederetan keutamaan-keutamaan lain dan karenanya dua orang yang saling mengasihi dengan murni akan menjadi sempurna.

Kasih antara Maria dan Yosef sempurna. Oleh karenanya kasih itu menjadi suatu pendorong kepada setiap keutamaan lain dan teristimewa cinta kasih kepada Allah, diberkati setiap saat, kendati kehendak kudus-Nya menyakitkan bagi daging dan hati, diberkati sebab, di atas daging dan di atas hati, roh lebih hidup dan lebih kuat dalam diri kedua orang kudus itu, dan mereka memuliakan Tuhan dengan puji syukur sebab mereka telah dipilih sebagai para pelindung dari Putra Kekal-Nya.

Di rumah itu mereka berdoa. Kalian berdoa terlalu sedikit di rumah-rumah kalian sekarang ini. Matahari terbit dan terbenam, kalian memulai pekerjaan kalian, dan kalian duduk di sekeliling meja tanpa memikirkan Tuhan, Yang telah memperkenankan kalian menyaksikan suatu hari yang baru, dan lalu hidup dan menyaksikan suatu malam yang baru, Yang telah memberkati pekerjaan kalian dan telah menjadikannya sebagai sarana bagi kalian untuk membeli makanan, api, pakaian, rumah yang begitu penting bagi hidup manusiawi kalian. Apapun yang berasal dari Allah Yang Baik adalah "baik". Bahkan meski itu sangat sederhana dan amat sedikit, kasih memberinya rasa dan tubuh, kasih yang memperkenankan kalian melihat ke dalam Pencipta Kekal, Bapa Yang mengasihi kalian.

Di rumah itu ada kesederhanaan dan tetap akan ada bahkan meski ada uang berlimpah. Mereka makan untuk hidup. Mereka tidak makan demi memuaskan kerakusan mereka, dengan ketiadapuasan orang-orang rakus dan hasrat para pelahap yang mengenyangkan diri mereka sendiri hingga tahap menjadi sakit dan menghamburkan kekayaan demi makanan mahal, tanpa memikirkan sedikit pun mereka yang tanpa atau hanya punya sedikit makanan, tanpa memikirkan bahwa andai mereka hidup sederhana, banyak orang dapat dilegakan dari derita kelaparan.  

Di rumah itu mereka mencintai pekerjaan dan mereka akan tetap mencintainya bahkan meski ada uang berlimpah, sebab orang yang bekerja mentaati perintah Allah dan membebaskan dirinya dari sifat buruk, yang seperti ivy yang liat mencengkeram dan mencekik orang-orang malas, yang bagai batu-batu karang yang tak tergoyahkan. Makanan itu baik, istirahat itu menenangkan, hati merasa bahagia, apabila kalian telah bekerja dengan baik dan kalian menikmati waktu istirahat antara satu pekerjaan dengan pekerjaan berikutnya. Di rumah-rumah ataupun dalam benak-benak mereka yang suka bekerja, tak dapat muncul berbagai macam sifat buruk. Dan, apabila berbagai macam sifat buruk tidak ada, kasih, penghargaan, saling menghormati akan berkembang dan anak-anak kecil tumbuh dalam suasana yang murni dan dengan demikian mereka menjadi asal-muasal dari keluarga-keluarga kudus di masa mendatang.

Kerendahan hati berkuasa dalam rumah itu. Betapa suatu pelajran kerendahan hati bagi mereka yang sombong. Maria, dari sudut pandang manusia, mempunyai beribu alasan untuk dibanggakan dan dipuja oleh pasangan-Nya. Banyak perempuan sombong hanya karena mereka mengenyam pendidikan yang sedikit lebih baik, atau karena berasal dari keturunan yang lebih bangsawan, atau dari keluarga yang lebih kaya dibandingkan suami mereka. Maria adalah Mempelai dan Bunda Allah, dan kendati demikian ia melayani - dan tiada berharap dilayani - pasangan-Nya, dan Ia penuh kasih kepadanya. Yosef adalah kepala keluarganya, dinilai Allah sungguh layak menjadi kepala dari sebuah keluarga, sekaligus dipercaya oleh Allah dengan tugas melindungi Inkarnasi Sabda dan Mempelai Roh Yang Kekal.

Dan meski begitu ia antusias untuk membebaskan Maria dari pekerjaan-Nya, dan ia mengerjakan tugas-tugas yang paling remeh dalam rumah agar Maria tidak capai, bukan hanya, melainkan kapan pun ia dapat melakukan yang terbaik demi menyenangkan-Nya dan menjadikan rumah-Nya lebih nyaman dan kebun kecil-Nya lebih indah.

Dalam rumah itu tata tertib dihormati: adikodrati, moral, materiil. Allah adalah Kepala Tertinggi dan Ia disembah dan dikasihi: tata tertib adikodrati. Yosef adalah kepala keluarga dan ia dikasihi, dihormati dan ditaati: tata tertib moral. Rumah itu adalah pemberian Allah, juga pakaian-pakaian, dan segala perabotan. Penyelenggaraan Allah dimaklumkan dalam segala hal, dari Allah Yang menyediakan wool bagi domba, bulu-bulu bagi burung, rerumputan bagi padang-padang rumput, jerami bagi hewan-hewan, biji-bijian dan dahan-dahan bagi burung-burung, Yang menenun pakaian bagi bunga lily dari lembah. Rumah, pakaian, perabotan diterima dengan syukur, dengan memberkati tangan ilahi yang menyediakannya bagi mereka, dengan memeliharanya penuh hormat sebagai pemberian dari Allah, tanpa ada humor buruk sebab barang-barang itu sangat sederhana, tanpa penyalahgunaan, tanpa melecehkan Penyelenggaraan Ilahi: tata tertib materiil.  

Kau tidak mengerti perkataan yang saling mereka ucapkan dalam dialek Nazaret, pun kau tidak mengerti kalimat-kalimat doanya. Akan tetapi apa yang kau lihat adalah suatu pelajaran besar. Renungkanlah itu, kalian semua yang sekarang menderita begitu banyak sebab kalian gagal dalam begitu banyak hal terhadap Allah, juga dalam hal-hal di mana Pasangan yang kudus itu tidak pernah gagal, Pasangan yang adalah Bunda dan bapaKu. Dan kau, bersukacitalah mengenangkan Yesus kecil, tersenyum merenungkan langkah-langkah kecil-Nya sebagai seorang kanak-kanak. Dalam waktu dekat kau akan melihat-Nya berjalan di bawah Salib. Dan lalu itu akan menjadi penglihatan penuh airmata."
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 1                     Daftar Istilah                      Halaman Utama