24. PEMBAPTIS DISUNAT



4 April 1944

Aku melihat rumah bersukacita. Hari itu adalah hari penyunatan.

Maria telah memastikan bahwa segala sesuatunya baik dan teratur rapi. Ruang-ruang terang dengan cahaya, pakaian-pakaian terbaik, perabotan-perabotan terindah tampak mengkilap di mana-mana. Ada banyak orang. Maria bergerak lincah di antara berbagai kelompok yang berbeda. Ia sangat cantik dalam balutan gaun putih-Nya yang terindah.

Elisabet, yang dihormati semua orang sebagai nyonya rumah, menikmati dengan sangat bahagia pestanya. Si kanak-kanak terbaring dalam pangkuannya kenyang minum susu.

Sekarang saat penyunatan.

"Kita akan menamainya Zakharia. Engkau sudah tua.Sungguh tepat jika anak ini dinamai menurut namamu," kata para laki-laki.

"Sama sekali tidak!" seru Elisabet. "Namanya adalah Yohanes. Namanya haruslah menjadi kesaksian akan kuasa Allah."

"Tetapi pernahkah ada Yohanes dalam sanak saudara kita?"

"Tak mengapa, namanya haruslah Yohanes."

"Bagaimana pendapatmu, Zakharia? Engkau menghendaki namamu, bukankah begitu?"

Zakharia menggelengkan kepalanya tanda menolak. Ia mengambil batu tulisnya dan menulis: "Namanya adalah Yohanes." Dan segera sesudah ia selesai menulis, ia menambahkan, dengan lidahnya yang sekarang bebas: "sebab Allah telah menganugerahkan suatu rahmat besar kepadaku, bapanya, dan kepada bundanya, dan kepada hamba-Nya yang baru ini yang akan melewatkan masa hidupnya demi kemuliaan Allah, dan yang akan disebut agung untuk selamanya di dunia dan di hadapan Allah, sebab ia akan memberikan jiwa-jiwa yang bertobat kepada Allah Yang Mahatinggi. Malaikat mengatakannya demikian, dan aku tidak percaya. Tetapi sekarang aku percaya, dan Terang sekarang ada dalam aku. Terang ada di antara kita, namun kalian tidak melihatnya. Adalah takdir-Nya untuk tidak terlihat, sebab jiwa-jiwa manusia terbebani dan malas, tetapi putraku akan melihat-Nya, dan akan berbicara mengenai-Nya, dan akan memalingkan jiwa-jiwa orang benar di Israel kepada-Nya. Oh! Diberkatilah mereka yang percaya pada Dia [= Terang] dan yang akan selalu percaya pada Sabda Allah. Dan terpujilah Engkau, o Allah Yang Kekal, Allah Israel, sebab Engkau telah melawat dan menebus umatMu, dan Engkau telah membangkitkan bagi kami seorang Juruselamat yang berkuasa dalam keturunan hamba-Mu Daud. Seperti yang Engkau janjikan melalui mulut para Nabi yang kudus sejak purbakala, bahwa Engkau akan menyelamatkan kami dari musuh-musuh kami, dan dari tangan semua orang yang membenci kami, untuk menunjukkan rahmat-Mu kepada nenek moyang kami, dan dengan demikian ingat akan perjanjian-Mu yang kudus. Inilah sumpah yang Engkau ucapkan kepada Abraham, bapa leluhur kami; bahwa Engkau akan mengaruniai kami, kebebasan dari ketakutan, pembebasan dari tangan-tangan para musuh kami, demi melayani-Mu di Surga dan berkembang pesat di hadirat-Mu sepanjang hidup kami" dan ia melanjutkannya hingga akhir.

Mereka yang hadir sangatlah tercengang akan nama, mukjizat, dan perkataan Zakharia.

Elisabet, yang saat kata-kata pertama Zakharia telah melontarkan seruan sukacita, sekarang menangis, dengan memeluk Maria, Yang membelainya dengan bahagia.

Aku tidak melihat penyunatan. Aku hanya melihat mereka membawa kembali Yohanes, yang tengah menjerit-jerit sekuat tenaga. Bahkan dada bundanya tak dapat menenangkannya. Ia menendang-nendang bagai seekor anak kuda jantan kecil. Kemudian Maria menggendongnya, dan meninabobokannya, dan barulah ia menjadi tenang, dan terbaring dalam damai.

"Sekarang lihatlah!" kata Sara. "Ia menjadi tenang hanya ketika Maria yang menggendongnya!"

Orang-orang mulai pergi sedikit demi sedikit. Dalam ruangan sekarang hanya ada Maria, yang menggendong bayi dalam buaian-Nya, dan Elisabet yang sangat berbahagia.

Zakharia masuk, dan menutup pintu. Ia menatap Maria dengan matanya berlinang airmata. Ia ingin berbicara. Lalu ia diam. Ia maju. Ia berlutut di hadapan Maria. "Berkatilah hamba Allah yang malang ini," katanya kepada-Nya. "Berkatilah dia, karena Kau dapat melakukannya, sebab Engkau membawa-Nya dalam rahim-Mu. Sabda Allah disampaikan kepadaku ketika aku mengakui kesalahanku dan aku percaya akan segala sesuatu yang telah dikatakan kepadaku. Aku melihat-Mu, dan takdir-Mu yang bahagia. Aku menyembah Allah Yakub yang ada dalam diri-Mu. Engkau adalah Bait-ku yang pertama, di mana sekali lagi sebagai seorang imam, aku dapat berdoa kepada 'Bapa Yang Kekal' kembali. Engkau terberkati, sebab Engkau memperolehkan rahmat bagi dunia dan sekarang Engkau mendatangkan Juruselamat baginya. Ampunilah hamba-Mu ini jika ia tidak melihat kemuliaan-Mu sebelumnya. Ketika Engkau datang kemari, Engkau mendatangkan bagi kami segala rahmat, sebab kemana pun Engkau pergi, o yang Penuh Rahmat, Allah mengadakan mukjizat-mukjizat-Nya, dan kuduslah tembok-tembok yang Engkau masuki, menjadi kuduslah telinga-telinga yang mendengarkan suara-Mu, dan kuduslah daging yang Engkau sentuh. Kuduslah jiwa-jiwa, sebab Engkau menganugerahkan rahmat-rahmat, Bunda Yang Mahatinggi, Perawan dari para Nabi, yang dinantikan untuk mendatangkan Juruselamat bagi umat Allah."

Maria tersenyum, penuh kerendahan hati dan Ia berkata: "Terpujilah Tuhan. Bagi Dia saja. Dari Dia, bukan dari-Ku, berasal setiap rahmat. Dan Ia menganugerahkannya kepadamu, agar engkau dapat mengasihi-Nya, dan agar rahmat itu dapat membantumu meraih kesempurnaan di tahun-tahun mendatang supaya engkau layak akan Kerajaan-Nya yang akan dibuka oleh PutraKu bagi para Patriark [= bapa bangsa], bagi para Nabi, bagi orang-orang benar Tuhan. Dan sebab engkau sekarang dapat berdoa d hadapan Yang Kudus, doakanlah hamba perempuan dari Yang Mahatinggi ini, sebab menjadi Bunda dari Putra Allah adalah kebahagiaan surgawi, menjadi Bunda dari sang Penebus pastilah suatu takdir dukacita yang paling mendalam. Doakanlah Aku, sebab Aku merasa beban dukacita-Ku bertambah dari waktu ke waktu. Dan Aku harus menanggungnya sepanjang hidup-Ku. Dan bahkan meski Aku tidak melihatnya secara rinci, Aku merasa bahwa itu akan menjadi lebih berat dibandingkan seluruh dunia ditempatkan ke atas bahu-Ku yang seorang perempuan, dan Aku harus mempersembahkannya ke Surga. Aku, Aku sendiri, perempuan yang malang! AnakKu! PutraKu! Ah! Putramu tidak lagi menangis jika aku meninabobokannya. Tetapi akankah Aku bisa meninabobokan PutraKu, demi menenangkan sakit-Nya?... Berdoalah bagi-Ku, imam Allah. Hati-Ku gemetar bagai sekuntum bunga dalam badai. Aku memandang manusia, dan Aku mengasihi mereka. Namun Aku melihat Musuh muncul di balik wajah mereka, yang menjadikan mereka musuh-musuh Allah, dan musuh PutraKu Yesus ..."

Dan penglihatan berakhir dengan pucat-pasinya Maria, dan airmata-Nya, yang membuat mata-Nya berkilau cemerlang.




Maria berkata:

"Allah mengampuni dia yang mengakui dosanya, bertobat dan mengakukannya dengan rendah hati dan tulus; Ia tidak saja mengampuni, Ia memberikan ganjaran. Oh! Betapa baiknya TuhanKu kepada mereka yang rendah hati dan tulus! Kepada mereka yang percaya kepada-Nya, dan mengandalkan-Nya!

Bersihkanlah jiwa kalian dari apa yang membebaninya dan jadikan kosong. Persiapkanlah jiwa kalian untuk menerima Terang. Seperti terang dalam kegelapan, Ia adalah pembimbing dan penghibur yang kudus.

Oh persahabatan suci dengan Allah, kebahagiaan umat beriman-Nya, kekayaan yang tak terdandingi oleh apapun juga, barangsiapa memilikimu tiada pernah sendirian, dan tiada pernah merasakan pahitnya keputusasaan. Oh persahabatan suci, kau tidak mengenyahkan dukacita, sebab dukacita adalah takdir seorang Allah yang berinkarnasi dan dengan demikian dapat menjadi takdir manusia. Akan tetapi kau menjadikan dukacita ini manis dalam kepahitannya, dan kau mencampurkan dengannya terang dan belaian yang meringankan salib dengan suatu sentuhan surgawi.

Dan apabila Karunia Ilahi menganugerahi kalian rahmat, pergunakanlah karunia yang kalian terima itu untuk memuliakan Allah. Janganlah seperti orang-orang bodoh yang mengubah sesuatu yang baik menjadi suatu senjata yang mencelakakan, atau seperti orang-orang boros yang mengubah kekayaan mereka menjadi kemalangan.

Kalian memberi-Ku terlalu banyak dukacita, anak-anak-Ku, di balik wajah-wajah di mana Aku melihat Musuh muncul, yakni, dia yang maju menyerang YesusKu. Terlalu banyak dukacita! Aku ingin menjadi Sumber Rahmat bagi semua orang. Tetapi terlalu banyak dari antara kalian yang tidak menghendaki Rahmat. Kalian memohon 'rahmat', tetapi dengan jiwa yang tanpa Rahmat. Bagaimanakah Rahmat dapat menolong kalian jika kalian adalah para musuh-Nya?

Misteri agung Jumat Agung telah menjelang. Misteri ini dikenangkan dan dirayakan di gereja-gereja. Namun adalah penting untuk merayakan dan mengenangkannya dalam hati kalian, dan menepuk-nepuk dada kalian seperti mereka yang tengah turun dari Golgota dan mengatakan: 'Sesungguhnya, Orang ini adalah Putra Allah, Juruselamat', dan mengatakan: 'Yesus, demi Nama-Mu, selamatkanlah kami', dan mengatakan: 'Bapa, ampunilah kami', dan pada akhirnya mengatakan: 'Aku tidak layak, akan tetapi jika Engkau mengampuni aku dan datang kepadaku, jiwaku akan disembuhkan, dan aku tak lagi ingin berbuat dosa, sebab aku tak lagi ingin menjadi jahat dan membenci-Mu.'

Berdoalah, anak-anak, menggunakan perkataan PutraKu. Katakanlah kepada Bapa bagi para musuh kalian: 'Bapa, ampunilah mereka.' Berserulah kepada Bapa Yang telah menarik kembali kemarahan atas kesalahan-kesalahan kalian: 'Bapa, Bapa, mengapakah Engkau meninggalkan aku? Aku seorang pendosa. Tetapi jika Engkau meninggalkanku, aku akan binasa. Kembalilah, Bapa Yang Kudus, agar aku dapat diselamatkan.' Percayakanlah kebaikan kekal kalian, roh kalian, kepada Satu-satunya Yang dapat menjaganya tak cedera oleh setan: 'Bapa, ke dalam tangan-Mu kuserahkan rohku.' Oh! Andai dengan kerendahan hati dan kasih kalian menyerahkan roh kalian kepada Allah, Ia akan membimbingnya seperti seorang bapa membimbing anaknya yang kecil, pula Ia tidak akan membiarkan apapun mencederai roh kalian.

Yesus, dalam sakrat maut-Nya, berdoa demi mengajarkan kepada kalian bagaimana berdoa. Aku mengingatkan kalian mengenainya dalam hari-hari Sengsara-Nya ini.

Dan kau, Maria, karena kau melihat sukacita-Ku sebagai seorang Bunda dan kau tenggelam dalam sukacita karenanya, renungkanlah dan ingatlah bahwa Aku memiliki Allah melalui suatu dukacita yang senantiasa semakin meningkat. Ia turun ke dalam diri-Ku bersama dengan Benih Allah dan seperti sebuah pohon raksasa ia telah tumbuh hingga menyentuh Surga dengan puncaknya, dan neraka dengan akar-akarnya, ketika Aku menyambut dalam pangkuan-Ku jasad tak bernyawa Daging dari dagingKu, dan Aku melihat dan menghitung siksa aniaya-Nya, dan Aku menyentuh Hati-Nya yang tercabik yang melahap habis dukacita-Ku tepat hingga tetes terakhir."
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 1                     Daftar Istilah                      Halaman Utama