|
13. PERKAWINAN SANG PERAWAN DENGAN YOSEF
![]() 5 September 1944
Betapa cantik Maria berdandan sebagai seorang mempelai, di antara para teman dan para guru-Nya yang bersukacita. Di sana juga ada Elisabet di antara mereka.
Ia berbalut linen putih salju, yang begitu halus dan lembut hingga tampak seperti sutera mahal. Ia mengenakan sekeliling pinggang-Nya yang ramping sebuah ikat pinggang yang dibuat dengan jarum ukir dari bahan emas dan perak, terdiri dari medali-medali besar yang dijalin bersama dengan rantai-rantai kecil - setiap medali merupakan suatu sulaman benang-benang emas pada perak tebal yang dipoles usia. Mungkin karena ikat pinggang itu terlalu panjang untuk-Nya, yang masih seorang gadis belia, tiga buah medali terakhir terjuntai di bagian depan dan jatuh di antara lipatan-lipatan pakaian yang amat lebar yang sangat panjang hingga membentuk semacam pancung. Pada kaki-Nya Ia mengenakan sandal kulit berwarna putih dengan gesper-gesper perak.
Sekeliling leher-Nya pakaian diikatkan dengan seutas rantai dari bunga-bunga mawar emas kecil dan benang-benang perak berpola renda, dengan meniru dalam ukuran yang lebih kecil desain ikat pinggang-Nya. Dengan melewati lubang-lubang besar pada leher baju yang longgar, rantai mengencangkan baju dan membentuk semacam jumbai-jumbai kecil. Leher Maria muncul dari lipatan kain putih dengan keanggunan sebuah batang yang dibungkus dalam sehelai kain mahal dan nampak bahkan terlebih langsing dan terlebih putih dari biasanya, batang sekuntum lily yang berujung pada sebuah wajah yang bak sebuah lily, yang bahkan terlebih pucat dari biasanya karena sukacita itu - dan terlebih murni. Wajah dari kurban yang paling murni.
Rambutnya tak lagi tergerai pada bahu-Nya; melainkan ditata dalam suatu simpul dari jalinan-jalinan rambut dengan gaya menarik, dan jepit-jepit rambut berpoles perak yang mahal, semuanya dibuat dengan sulaman benang-benang logam mulia berpola renda di bagian atas, guna menahan rambut pada posisinya. Kerudung bundaNya dikenakan di atas jalinan-jalinan rambut dan jatuh terjuntai dalam lipatan-lipatan yang indah di bawah plat tipis berharga yang melingkari dahi-Nya yang putih salju. Kerudung itu terjuntai pada sisi-sisi-Nya dan karena Maria tidak setinggi bundaNya, kerudung itu jatuh lebih rendah dari pinggul-Nya, sementara kerudung itu terjuntai hanya hingga pinggang Anna. Tangan-tangan-Nya tak mengenakan apa-apa, selain gelang-gelang pada pergelangan-pergelangan tangan-Nya. Pergelangan tangan-Nya begitu langsing hingga gelang-gelang berat milik bundaNya itu menutupi punggung tangan-Nya dan akan jatuh ke tanah jika Ia menggoyang-goyangkan tangan-Nya.
Teman-teman-Nya memandangi-Nya dan mengagumi-Nya. Mereka berceloteh gembira bagai burung-burung pipit mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mengungkapkan kekaguman mereka.
"Apakah perhiasan-perhiasan ini milik bundaMu?"
"Ini perhiasan-perhiasan antik, bukankah begitu?"
"Betapa indahnya, Sara, ikat pinggang ini!"
"Dan bagaimana dengan kerudung ini, Susan? Betapa halusnya. Lihatlah bunga-bunga lily yang ditenun di atasnya!"
"Biar aku lihat gelang-gelang-Mu, Maria. Apakah ini milik bundaMu?"
"Ya, ia mengenakannya. Tetapi gelang-gelang ini milik ibunda bapaKu."
"Oh! Lihat. Pada gelang-gelang ini ada meterai Salomo dijalin dengan cabang-cabang kecil tipis palma dan pepohonan zaitun dan di antara yang ini ada bunga-bunga lily dan mawar. Oh! Siapakah gerangan yang membuat karya yang begitu sempurna dan halus ini?"
"Ini milik Keluarga Daud," jelas Maria. "Para perempuan dalam keluarga telah mengenakannya selama berabad-abad ketika mereka menikah dan mewariskannya kepada ahli waris perempuan."
"Pasti! Kau-lah ahli warisnya…"
"Apakah mereka membawakan semuanya untuk-Mu dari Nazaret?"
"Tidak. Ketika bundaKu wafat, saudara-Ku membawa busana dan perlengkapan mempelai perempuan ke rumahnya demi mengamankannya. Sekarang ia telah membawanya kembali kepada-Ku."
"Di mana? Di mana? Tunjukkanlah kepada teman-teman-Mu ini."
Maria tidak tahu apa yang harus dilakukannya… Ia ingin bersikap baik, tetapi Ia tidak antusias untuk mengeluarkan semua barang-barang yang telah tertata rapi dalam tiga peti berat.
Para guru-Nya datang menolong: "Mempelai laki-laki akan segera tiba," jelas mereka. "Ini bukan waktunya untuk menimbulkan kekacauan. Biarkan Maria sendiri. Kalian melelahkan-Nya. Pergi dan bersiaplah."
Kerumunan yang berceloteh itu pergi dengan agak mendongkol hati. Maria sekarang bisa menikmati dalam damai kebersamaan dengan para guru-Nya yang menyampaikan kata-kata pujian dan berkat bagi-Nya.
Juga Elisabet telah datang mendekat. Dan sementara Maria, yang sangat tersentuh hatinya, menangis sebab Hana anak Fanuel telah menyebut-Nya "Nak" dan telah mencium-Nya dengan kasih keibuan yang tulus, Elisabet berkata kepada-Nya: "Maria, bundaMu tidak ada di sini, dan meski begitu ia hadir. Jiwanya bersukacita bersama jiwa-Mu. Lihat, semua yang Kau kenakan memberikan kepada-Mu belaiannya sekali lagi. Kau masih bisa menemukan di dalamnya aroma kecupan-kecupannya. Suatu hari, di masa yang silam, pada hari Kau datang ke Bait Allah, ia mengatakan kepadaku: "Aku telah mempersiapkan pakaian-pakaian-Nya dan busana serta perlengkapan perkawinan-Nya, sebab aku ingin menjadi orang yang menenun kain-kain linen-Nya dan membuat gaun-gaun pengantin-Nya, supaya aku tidak mangkir pada hari sukacita-Nya." Dan dengarlah. Pada hari-hari terakhir, ketika aku melayaninya, setiap sore ia ingin membelai pakaian-pakaian kecil pertama-Mu dan pakaian-pakaian yang sekarang Kau kenakan dan ia akan mengatakan: "Aku bisa mencium harum melati dari putri kecilku dan aku ingin Ia merasakan di sini kecupan mamaNya." Betapa banyak kecupan pada kerudung ini yang sekarang menudungi dahi-Mu! Ada lebih banyak kecupan dibandingkan benang-benang!... Dan ketika Kau akan mengenakan kain yang ditenun olehnya, pikirkanlah bahwa kain itu ditenun lebih oleh kasih keibuannya daripada oleh kumparan mesin tenun. Dan perhiasan-perhiasan ini… Juga dalam situasi-situasi sulit disimpan oleh bapaMu untuk-Mu, supaya Kau cantik di saat ini, sebagaimana pantas bagi seorang putri dari Keturunan Daud. Berbahagialah dan bergembiralah, Maria. Kau bukan seorang yatim piatu, sebab orang tuaMu bersamaMu dan suamiMu adalah seorang bapa dan seorang bunda bagi-Mu, demikianlah kesempurnaannya…"
"Ya, itu benar! Sudah pasti Aku tak dapat mengeluh. Dalam dua bulan ia telah kemari dua kali, dan hari ini ia telah datang untuk ketiga kalinya, menerjang hujan dan angin kencang, demi menerima perintah-perintah dari-Ku… Bayangkan: perintah dari-Ku yang adalah seorang perempuan miskin dan jauh lebih muda darinya! Dan ia tak menolak apapun dari-Ku. Ia bahkan tidak menunggu-Ku untuk meminta. Aku pikir seorang malaikat pastilah mengatakan kepadanya apa yang Aku inginkan, sebab ia memberitahu-Ku sebelum Aku dapat berbicara. Terakhir kali ia mengatakan: "Maria, aku pikir Kau lebih suka tinggal di rumah bapaMu. Sebab Kau adalah seorang anak perempuan ahli waris, Kau dapat melakukannya, jika itulah keinginan-Mu. Aku akan datang ke rumah-Mu. Akan tetapi, demi menggenapi upacara, Kau akan pergi selama seminggu ke rumah saudara laki-lakiku, Alfeus. Maria sudah sangat mengasihi-Mu. Dan dari sana prosesi akan dimulai yang akan menghantar-Mu ke rumah-Mu pada sore hari perkawinan." Bukankah ia sangat baik? Bahkan tak jadi masalah untuknya jika orang-orang mengatakan bahwa ia tidak punya rumah seperti yang Aku sukai… Aku akan menyukainya, sebab ia di sana dan ia begitu baik. Tentu saja… Aku lebih memilih rumah-Ku sendiri… karena kenangan-kenangan… Oh! Yosef begitu sangat baik!"
"Apa yang dikatakannya mengenai nazar-Mu? Kau belum menceritakannya kepadaku."
"Ia tak keberatan. Sebaliknya, ketika Aku mengatakan alasan-alasannya kepadanya, ia mengatakan: "Aku akan menggabungkan kurbanku dengan kurban-Mu."
"Ia adalah seorang pemuda yang kudus," kata Hana anak Fanuel.
SI "pemuda yang kudus" masuk sekarang ini dengan ditemani Zakharia.
Ia sungguh agung. Berbalut sepenuhnya dalam busana kuning emas ia tampak seperti seorang penguasa dari timur. Sebuah ikat pinggang nan indah menyangga kantongnya dan pisau belatinya. Kantongnya dari kulit kambing yang halus bersulam emas, pisau belatinya bersarung kulit kambing yang halus dengan hiasan-hiasan emas. Di atas kepalanya ia mengenakan serban, yakni sehelai kain biasa yang dikenakan seperti kerudung, sebagaimana masih lazim di kalangan suku tertentu di Afrika, seperti kaum Bedouin, dan ditahan oleh sebuah cincin berharga, seutas kawat tipis dari emas, di mana diikatkan beberapa berkas kecil murad. Ia mengenakan sebuah mantol baru, dengan jumbai-jumbai, dan ia mengenakannya dengan wibawa yang agung. Ia berbinar dalam sukacita. Dalam tangan-tangannya ia membawa berkas-berkas kecil murad yang berbunga.
"Damai bagi-Mu, mempelaiku!" Yosef menyalami-Nya. "Damai bagi semua." Ketika ia telah menerima tanggapan atas salamnya, ia mengatakan: "Aku melihat sukacita-Mu pada hari aku memberi-Mu sebuah ranting dari kebun-Mu. Aku pikir sebaiknya aku membawakan-Mu murad yang aku petik dekat grotto yang begitu Kau sukai. Aku ingin membawakan-Mu beberapa kuntum mawar yang sudah mulai mekar dekat rumah-Mu. Tetapi bunga-bunga mawar tidak bertahan lama. Sesudah perjalanan beberapa hari lamanya aku akan tiba di sini dengan hanya duri-durinya. Dan aku ingin mempersembahkan kepada-Mu, kekasihku, hanya bunga-bunga mawar dan menaburi jalan-Mu dengan bunga-bunga berbau harum lembut, agar kaki-Mu dapat beristirahat padanya tanpa menyentuh suatu pun yang kotor atau kasar."
"Oh! Terima kasih, kau begitu sangat baik! Tetapi apakah yang kau lakukan demi menjaganya tetap begitu segar?"
"Aku mengikatkan sebuah jambangan ke pelana dan aku memasukkan ke dalamnya ranting-ranting dengan kuncup-kuncup bunga. Selama perjalanan kuncup-kuncup itu mekar menjadi bunga-bunga. Inilah, Maria. Semoga dahi-Mu dihiasi dengan kemurnian, simbol seorang mempelai, yang, meski demikian, jauh lebih rendah dibandingkan kemurnian hati-Mu."
Elisabet dan para guru menghiasi Maria dengan sebuah karangan bunga kecil yang mereka bentuk dengan menempatkan pada cincin berharganya berkas-berkas murad putih kecil dan mereka menyelipkan mawar-mawar putih kecil yang mereka ambil dari sebuah jambangan yang diletakkan di atas sebuah peti kecil.
Maria tengah hendak mengambil mantol putih besar-Nya untuk dikenakan pada bahu-Nya, namun Yosef mendahului-Nya dan membantu-Nya melekatkannya pada puncak kedua bahu-Nya dengan dua gesper perak. Lalu para guru menata lipatan-lipatannya dengan penuh kasih.
Semuanya telah siap. Sementara mereka menunggu, aku tidak tahu apa, Yosef membawa Maria ke satu sisi dan mengatakan kepada-Nya: "Aku telah banyak merenungkan nazar-Mu beberapa hari belakangan ini. Aku katakan kepada-Mu bahwa aku akan ikut ambil bagian bersama-Mu. Tetapi semakin aku merenungkannya, semakin aku menyadari bahwa suatu kenaziran sementara tidaklah cukup, bahkan meski jika diperbaharui beberapa kali. Aku telah memahami-Mu, Maria. Aku masih belum layak akan sabda Terang, namun bisik-bisik mengenainya datang kepadaku. Dan itu membuatku membaca rahasia-Mu, paling tidak secara garis besarnya. Aku ini seorang laki-laki bodoh yang miskin, Maria. Seorang pekerja miskin. Aku tidak bisa membaca dan aku tidak punya harta. Akan tetapi aku menempatkan di kaki-Mu hartaku: kemurnian mutlakku, untuk selamanya, agar layak berada di sisi-Mu, Perawan Allah, "Dinda, pengantinku, kebun tertutup engkau, kebun tertutup dan mata air termeterai," seperti dikatakan Leluhur kita, yang mungkin menuliskan Kidung Agung ketika melihat-Mu… Aku akan menjadi penjaga kebun rempah-rempah ini di mana terdapat buah-buahan yang paling berharga dan dari mana suatu sumber air hidup membual dalam suatu gelombang yang lembut: kebaikan-Mu, oh mempelai, telah menaklukkan jiwaku dengan ketakberdosaan-Mu, o mempelai yang tercantik. Engkau lebih elok dari fajar, Engkau adalah matahari yang bersinar sebab hati-Mu bersinar, Engkau penuh kasih bagi AllahMu dan bagi dunia, kepada siapa Engkau rindu memberikan seorang Juruselamat dengan kurban-Mu sebagai seorang perempuan. Datanglah, mempelaiku terkasih" dan ia dengan lembut menggandeng tangan-Nya dan menghantar-Nya menuju pintu. Semua yang lain mengikuti mereka dan di luar teman-teman yang bersukacita, semuanya berbusana putih dan mengenakan kerudung, menggabungkan diri dengan mereka.
Mereka berjalan melintasi halaman-halaman dan serambi-serambi, di antara orang banyak yang menyaksikan mereka, hingga ke suatu tempat yang bukan Bait Allah, tetapi kelihatannya sebuah aula yang dipergunakan untuk upacara-upacara, karena ada lampu-lampu dan gulungan-gulungan perkamen seperti di sinagoga. Mereka berjalan sejauh sebuah podium tinggi, nyaris seperti sebuah meja, dan mereka menanti. Orang-orang lain berdiri teratur di belakang mereka. Para imam lainnya dan orang-orang yang ingin tahu berkumpul di belakang.
Imam Besar masuk dengan khidmad.
Ada bisik-bisik di antara orang banyak yang ingin tahu: "Apakah dia akan menikahkan mereka?"
"Ya, sebab Ia dari keturunan raja dan golongan imam. Sekuntum bunga dari Daud dan Harun, mempelai perempuan adalah seorang perawan dari Bait Allah. Mempelai laki-laki dari suku Daud."
Imam Besar mempersatukan tangan kanan mempelai perempuan dengan tangan kanan mempelai laki-laki dan ia memberkati mereka dengan khidmad: "Semoga Allah Abraham, Ishak dan Yakub bersamamu. Semoga Ia mempersatukan kalian dan melimpahkan berkat-Nya atas kalian, menganugerahi kalian damai-Nya dan banyak keturunan dengan umur panjang dan kematian yang bahagia dalam pelukan Abraham." Lalu ia undur diri sekhidmad ketika ia masuk.
Janji telah saling diucapkan. Maria adalah pasangan Yosef. (1)
Mereka semua keluar dan dengan teratur bergerak menuju sebuah aula di mana mereka memaklumkan perjanjian perkawinan di mana dinyatakan bahwa Maria, anak perempuan ahli waris dari Yoakim anak Daud dan Anna anak Harun memberikan kepada Yosef, sebagai mas kawin-Nya, rumah dan tanah-Nya, harta milik pribadi-Nya dan apa yang Ia warisi dari bapaNya.
Sekarang semuanya usai sudah.
Pasangan yang bertunangan itu keluar ke halaman dan mereka bergerak menuju pintu keluar dekat pemukiman para perempuan yang tinggal di Bait Allah. Sebuah kereta besar yang nyaman telah menanti mereka. Sebuah tenda dihamparkan di atas kereta sebagai naungan dan peti-peti berat milik Maria sudah dimuat di atas kereta.
Sesudah kata-kata, kecupan-kecupan dan airmata, berkat dan nasehat perpisahan, Maria masuk ke dalam kereta bersama Elisabet, sementara Yosef dan Zakharia duduk di depan. Mereka telah menanggalkan mantol-mantol terbaik mereka dan semuanya mengenakan mantol berwarna gelap.
Kereta berangkat dalam derap ribut seekor kuda besar berwarna gelap. Tembok-tembok Bait Allah dan lalu tembok-tembok kota tampak semakin menjauh dan ini dia pedesaan, baru, segar, berbunga dalam sinar matahari awal musim semi, dengan tanaman jagung beberapa inchi dari tanah, daun-daunnya yang kecil, yang tampak bagai zamrud, melambai-lambai dihembus angin sepoi-sepoi, yang menebarkan harum bunga-bunga persik dan apel, bunga semanggi dan daun-daun mint liar.
Maria menangis diam-diam, di balik kerudung-Nya, sesekali Ia menyibakkan tenda dan melihat ke Bait Allah yang jauh dan kota yang telah ditinggalkan-Nya...
Penglihatan berakhir demikian.
Yesus bersabda:
"Apakah yang dikatakan Kitab Kebijaksanaan, dalam memadahkan pujian-pujiannya? "Di dalam kebijaksanaan ada roh yang arif [= inteligen] dan kudus, tunggal, majemuk dan halus." Dan selanjutnya daftar karunia-karunianya, yang diakhiri dengan perkataan… "mahakuasa dan memelihara semuanya serta menyelami sekalian roh, yang arif, murni dan halus sekalipun." Kebijaksanaan begitu murni ia menyebar dan merembesi segala sesuatu. Ia adalah napas kuasa Allah, karenanya tak suatu pun yang tidak murni dapat menemukan jalan masuk ke dalamnya… gambaran kebaikan Allah. Meski ia sendiri dapat melakukan segalanya, dirinya tak berubah, ia menjadikan semuanya baru, ia masuk ke dalam jiwa-jiwa kudus, ia menjadikan mereka sahabat-sahabat Allah dan para Nabi."
Engkau telah melihat bagaimana Yosef, bukan melalui budaya manusia, melainkan melalui pengajaran adikodrati dapat membaca dalam kitab termeterai Perawan Immaculata dan bagaimana ia mendekati kebenaran-kebenaran nubuat melalui "penglihatan"-nya suatu misteri manusia luar biasa di mana yang lain hanya dapat melihat suatu keutamaan yang unggul. Sebab ia dipenuhi kebijaksanaan ini, yang adalah napas kuasa Allah dan pancaran definitif dari yang Mahakuasa, ia berlayar dengan roh yang aman mengarungi laut misteri rahmat ini yang adalah Maria. Ia menyelami kontak-kontak rohani Maria, yang, daripada dengan bibir, kedua roh saling berbicara satu sama lain dalam keheningan suci jiwa-jiwa mereka, di mana Allah saja yang dapat mendengar suara-suara dan mereka yang sangat dikasihi oleh Allah, sebab mereka adalah hamba-hamba-Nya yang setia dan dipenuhi oleh-Nya.
Kebijaksanaan orang Benar ini, yang terus bertambah melalui persatuan dan kedekatannya dengan Maria, Yang Penuh Rahmat, mempersiapkannya untuk menyelami rahasia-rahasia terdalam Allah dan memampukannya melindungi serta mempertahankannya dari perangkap manusia dan setan. Dan sementara itu kebijaksanaan meneguhkannya. Kebijaksanaan menjadikan orang benar ini seorang kudus, dan santo pelindung dari Mempelai dan dari Putra Allah.
Tanpa menghilangkan meterai Allah, ia, seorang laki-laki murni, yang sekarang meninggikan kemurniannya ke tingkat kegagahan malaikat, dapat membaca sabda dari api yang dituliskan Allah pada intan perawan, dan ia membaca apa yang tidak diulang oleh kebijaksanaannya, namun yang terlebih besar dari apa yang dibaca Musa pada loh-loh batu. Dan demi menghindari mata-mata profan mengintai ke dalam misteri ini, ia menempatkan dirinya sendiri, meterai di atas meterai, sebagai seorang malaikat agung dari api di ambang pintu Firdaus, di mana Bapa yang Kekal bersuka, "berjalan-jalan pada sore hari sejuk" dan berbicara kepada-Nya [= Maria] Yang adalah kekasihNya, Kebun Lily yang berbunga, Udara harum mewangi, Angin Sepoi-sepoi pagi yang segar, Bintang nan indah, Kesukaan Allah. Hawa yang baru di sana, di hadapannya, bukan tulang dari tulangnya, pun daging dari dagingnya, tetapi pendamping hidupnya, Tabut Allah yang hidup, Yang diterimanya agar dilindungi olehnya dan Yang harus ia kembalikan kepada Allah semurni seperti ketika ia menerima-Nya.
'Mempelai Allah' dituliskan pada halaman-halaman immaculata dari kitab mistik itu… Dan ketika pada saat pencobaan kecurigaan mendesiskan aniayanya, ia menderita sebagai seorang laki-laki dan sebagai seorang hamba Allah, seperti yang tidak pernah diderita laki-laki manapun, karena dakwaan sakrilegi. Tetapi ini akan menjadi pencobaan di masa mendatang. Sekarang, pada masa rahmat ini, ia melihat dan menempatkan dirinya dalam pelayanan paling sejati kepada Allah. Kemudian badai pencobaan akan datang, seperti yang dialami segenap para kudus, untuk diuji dan dijadikan koajutor [= pembantu] Allah.
Apakah yang kalian baca dalam Kitab Imamat? "Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang Tabir, ke depan Tutup Pendamaian yang di atas Tabut supaya jangan ia mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas Tutup Pendamaian. Beginilah caranya Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran. Ia harus mengenakan kemeja lenan yang kudus dan ia harus menutupi auratnya dengan celana lenan dan ia harus memakai ikat pinggang lenan."
Dan Yosef sungguh masuk ke dalam tempat kudus [= sanctuarium] Allah, kapan pun dan sejauh yang Allah kehendaki, di belakang Tabir yang menyembunyikan Tabut di atas mana Roh Allah melayang-layang dan ia mempersembahkan dirinya sendiri dan akan mempersembahkan Anak Domba, sebuah korban bakaran demi dosa dunia dan penebusan dosa dunia. Dan ia sungguh berbusanakan lenan, dengan mematiragakan kekuatan seksualitasnya demi melenyapkan kemampuan sensasinya, yang dulu, pada permulaan masa, sungguh menang, merusakkan hak-hak Allah atas manusia dan yang sekarang akan diremukkan dalam Putra, dalam Bunda dan dalam bapa asuh, guna menghantar manusia kembali kepada Rahmat dan memulihkan hak Allah atas manusia. Ia melakukan itu dengan kemurniannya yang abadi.
Bukankah Yosef tidak ada di Golgota? Apakah kalian pikir ia tidak ada di antara para penebus-serta [= co-redeemers]? Sesungguhnya Aku berkata kepada kalian bahwa ia adalah yang pertama dan karenanya ia besar di mata Allah. Besar karena kurbannya, kesabarannya, ketekunannya, imannya. Iman manakah yang terlebih besar dari ini yang percaya tanpa melihat mukjizat-mukjizat Mesias?
Terpujilah bapa asuhKu, suatu teladan bagi kalian akan apa yang paling kurang dari kalian: kemurnian, kesetiaan dan kasih sempurna. Terpujilah pembaca agung dari Kitab termeterai, yang dikaruniai Kebijaksanaan guna dapat memahami misteri-misteri Rahmat dan dipilih untuk melindungi Juruselamat dunia dari jerat perangkap segenap musuh."
(1) Di Israel, juga pada masa Bunda Maria, sebuah perkawinan meliputi dua tahap: pertunangan dan perkawinan. Upacara pertunangan, dengan mana perkawinan pada dasarnya ditetapkan, menyiratkan bahwa pasangan muda harus diberkati oleh seorang imam sementara mereka saling memegang tangan kanan pasangannya; sebuah perjanjian yang sah dibuat sehubungan dengan harta milik dan hak. Selama tahap pertama ini mereka tidak hidup bersama. Perkawinan merupakan penggenapan khidmad dari perjanjian dan pasangan mulai hidup bersama.
|
|
|