10. KIDUNG MARIA MEMOHON KEDATANGAN KRISTUS


2 September 1944

Baru kemarin malam, hari Jumat, aku mulai melihat. Aku tidak melihat apa-apa terkecuali Maria yang masih sangat muda, kira-kira paling tua duabelas tahun usia-Nya, wajah-Nya tidak lagi bulat, seperti khas anak-anak, tetapi telah memperlihatkan garis-garis bentuk mendatang dari seorang perempuan berwajah oval sempurna. Juga rambut-Nya tak lagi tergerai lepas pada leher-Nya dalam keriting-keriting yang lembut, melainkan dijalin dan dua kepang tebal terjuntai dari pundak-Nya hingga ke pinggang-Nya. Rambut-Nya berwarna emas sangat pucat, begitu terang hingga tampak seperti bercampur perak. Wajah-Nya lebih meditatif dan matang, meski adalah wajah seorang gadis muda, seorang gadis yang cantik dan murni, sepenuhnya terbalut dalam gaun putih. Ia sedang menjahit di sebuah kamar yang sangat sempit, yang juga sepenuhnya putih, dan melalui jendela yang terbuka lebar orang bisa melihat bagian tengah Bait Allah yang mengesankan, anak-anak tangga pada halaman-halaman dan serambi-serambi. Di atas tembok yang mengelilingi Bait Allah juga dapat terlihat kota dengan jalan-jalan, rumah-rumah dan kebun-kebunnya, dan dan pada latar belakangnya puncak punggung Gunung Zaitun nan hijau.

Maria sedang menjahit dan menyanyi dengan suara pelan. Aku tidak tahu apakah itu sebuah nyanyian suci atau bukan. Nanyiannya berbunyi:

"Bagai sebuah bintang di air jernih
suatu terang bersinar dalam hati-Ku.
Ia ada bersama-Ku sejak masa kecil-Ku
dan ia membimbing-Ku lembut penuh kasih.

Dalam kedalaman hati-Ku ada sebuah nyanyian.
Dari manakah asalnya?
Manusia, kalian tidak tahu.
Asalnya dari tempat di mana Yang Kudus bersemayam.

Aku memandang bintang-Ku yang terang
dan Aku tiada menginginkan yang lain,
bahkan tidak yang termanis dan tersayang,
terkecuali terang manis ini yang sepenuhnya milik-Ku.

Engkau membawa-Ku turun dari Langit di atas,
oh bintang-Ku, ke dalam rahim seorang bunda,
sekarang Kau tinggal dalam Aku, namun di balik tabir
Aku melihat wajah mulia-Mu, Bapa.

Bilamanakah Kau akan menganugerahi hamba-Mu kehormatan
untuk menjadi pelayan hina sang Juruselamat?
utuslah kepada kami Mesias dari Surga,
terimalah, Bapa Yang Kudus, persembahan Maria."

Maria sekarang diam. Ia tersenyum dan menghela napas, lalu Ia berlutut dalam doa. Wajah mungil-Nya bercahaya terang. Ia menatap ke atas, ke langit musim panas yang biru cerah dan wajah-Nya tampak terpesona dan lalu memancarkan segala kecemerlangannya ke udara. Atau tepatnya, tampak seolah dari dalam DiriNya suatu matahari yang tersembunyi memancarkan sinar-sinarnya dan menyalakan wajah-Nya, meronakan daging-Nya yang putih salju dengan warna merah muda. Dan terang dari wajah-Nya memancar ke dunia dan matahari yang menyinari dunia: suatu berkat dan suatu janji akan berlimpah kebaikan.

Sementara Maria bangkit sesudah doa-Nya, dengan kecemerlangan ekstatik masih ada pada wajah-Nya, Hana anak Fanuel yang telah lanjut usia memasuki kamar. Ia berdiri terpaku, takjub atau setidaknya tercengang atas sikap dan penampilan Maria.

Kemudian ia memanggil-Nya: "Maria!" dan si Gadis berbalik dengan seulas senyum, yang berbeda namun masih begitu cantik dan mengatakan: "Damai bagimu, Hana."

"Apakah kamu sedang berdoa? Apakah doa-doa-Mu tidak pernah cukup untuk-Mu?"

"Doa-doa-Ku akan cukup. Tetapi Aku berbicara kepada Allah. Hana, engkau tak dapat membayangkan betapa dekat Aku merasakan-Nya. Lebih dari dekat, dalam hati-Ku. Semoga Allah mengampuni-Ku karena kesombongan-Ku. Tetapi Aku tidak merasa kesepian. Lihat? Di sana, di Rumah yang dari emas dan salju itu, di balik Tabir ganda, adalah Tempat Mahakudus. Tak seorang pun pernah diijinkan melihat Pendamaian, di mana kemuliaan Tuhan bersemayam, terkecuali Imam Besar. Akan tetapi jiwaku yang menyembah tidak perlu memandang pada Tabir bersulam itu, yang bergetar oleh nyanyian-nyanyian para perawan dan kaum Lewi dan yang diharumi dengan dupa berharga, seolah Aku hendak menembusi kainnya dan melihat Loh Hukum Allah bercahaya melaluinya. Aku sungguh melihatnya! Janganlah mengira bahwa Aku tidak melihatnya dengan mata yang menyembah seperti setiap anak Israel. Janganlah berpikir bahwa kesombongan membutakan-Ku dengan membuat-Ku berpikir akan apa yang sekarang hendak kukatakan kepadamu. Aku memandangnya dan tak ada hamba sederhana di antara umat Allah yang memandang dengan terlebih rendah hati pada Rumah Tuhan dibandingkan Aku, sebab Aku yakin bahwa Aku adalah yang paling kecil dari semua. Akan tetapi apakah yang Aku lihat? Sebuah Tabir. Apakah yang Aku pikir ada di balik Tabir? Sebuah Tabernakel. Apakah yang ada di dalamnya? Apabila Aku mendengarkan hati-Ku, Aku melihat Allah bercahaya dalam kemuliaan kasih-Nya dan Ia mengatakan kepada-Ku: "Aku mengasihi-Mu" dan Aku menjawab-Nya: "Aku mengasihi-Mu" dan Aku mati dan Aku diciptakan kembali di setiap detak jantung-Ku dalam kecupan timbal balik ini… Aku ada di antara kalian, para guru dan para teman-Ku terkasih. Namun suatu lingkaran api mengasingkan-Ku dari kalian. Dalam lingkaran ini, Allah dan DiriKu sendiri. Dan Aku melihat kalian melalui Api Allah itu dan karenanya Aku mengasihimu… tetapi Aku tak dapat mengasihimu menurut daging, pun tiada pernah dapat Aku mengasihi seorang pun menurut daging. Aku hanya dapat mengasihi-Nya Yang mengasihi-Ku, menurut roh. Inilah panggilan-Ku. Hukum sekulir Israel menghendaki setiap gadis untuk menjadi seorang istri, dan setiap istri menjadi seorang ibu. Akan tetapi, sementara mentaati Hukum, Aku harus mentaati Suara yang berbisik kepada-Ku: "Aku menginginkan-Mu"; Aku seorang perawan dan Aku akan tetap seorang perawan, bagaimana Aku bisa? Kehadiran tak kasat mata yang manis ini yang bersama-Ku akan menolong-Ku, sebab ini adalah Keinginan-Nya. Aku tidak takut. Aku tak lagi memiliki bapa dan bundaKu… dan hanya Allah saja yang tahu betapa kasih-Ku bagi manusia yang menjadi milik-Ku terbakar dalam sakit itu. Sekarang Aku hanya memiliki Allah. Karena itu Aku mentaati-Nya tanpa ragu... Aku akan melakukannya juga tanpa memikirkan bapa dan bundaKu, sebab Aku telah diajar oleh sang Suara bahwa barangsiapa hendak mengikuti-Nya, harus mentaati-Nya melampaui bapa dan bunda. Para orangtua adalah pengawal penuh kasih yang mengawasi hati anak-anak mereka, yang hendak mereka hantar menuju kebahagiaan seturut rencana mereka… dan orang tua tidak menyadari rencana-rencana lain yang menghantar pada kebahagiaan tanpa batas… Aku akan meninggalkan bagi mereka pakaian-pakaian dan mantol-mantol-Ku, demi mengikuti Suara yang berkata kepada-Ku: "Datanglah, MempelaiKu terkasih." Aku akan meninggalkan bagi mereka segalanya, dan mutiara-mutiara air mata-Ku, sebab Aku akan menangis harus tidak taat kepada mereka, dan insting darah-Ku, sebab Aku akan menantang bahkan kematian demi mengikuti Suara yang memanggil-Ku, akan mengatakan kepada mereka bahwa ada suatu yang terlebih agung dan terlebih manis dari kasih seorang bapa dan bunda dan bahwa itu adalah Suara Allah. Tetapi sekarang, dengan kehendak-Nya, aku bebas dari ikatan kasih anak ini. Bukan, bukan suatu ikatan. Orangtua-Ku adalah dua orang benar dan Allah pastilah berbicara kepada mereka seperti Ia berbicara kepada-Ku. Mereka akan mengikuti keadilan dan kebenaran. Apabila Aku memikirkan mereka, Aku membayangkan mereka ada dalam pengharapan bisu di antara para Patriark dan Aku bergegas dengan kurban-Ku demi kedatangan Mesias guna membukakan bagi mereka pintu-pintu Surga. Aku pembimbing DiriKu sendiri di dunia, atau tepatnya, Allah membimbing hamba-Nya yang hina dengan memberikan perintah-perintah-Nya kepada-Ku, dan Aku menggenapi-Nya sebab adalah suatu sukacita bagi-Ku untuk taat. Apabila saatnya tiba, Aku akan menyingkapkan rahasia-Ku kepada mempelai-Ku… dan ia akan menerimanya."

"Tetapi Maria… dengan kata-kata bagaimana Kau akan dapat membujuknya? Kau akan memiliki kasih seorang laki-laki, Hukum dan hidup yang menentang-Mu."

"Aku memiliki Allah bersama-Ku… Allah akan menerangi hati sang mempelai… hidup akan kehilangan daya tarik inderawi dan menjadi sekuntum bunga murni dengan harum cinta kasih. Hukum… Hana, janganlah katakan Aku seorang penghujat. Aku pikir Hukum akan segera diubah. Oleh siapakah gerangan, menurutmu, jika Hukum itu ilahi? Oleh Satu-satunya Yang dapat mengubahnya. Oleh Allah. Aku katakan bahwa waktunya lebih cepat dari yang kalian perkirakan. Sebab ketika Aku sedang membaca Kitab Daniel, sebuah terang agung datang kepada-Ku dari kedalaman hati-Ku dan Aku memahami makna dari perkataan penuh teka-teki itu. Tujuhpuluh minggu akan diperpendek karena doa-doa orang-orang benar. Apakah ini berarti bahwa jumlah tahun akan diubah? Tidak. Suatu nubuat tidak pernah salah. Akan tetapi ukuran dari waktu nubuat adalah menurut peredaran bulan, bukan matahari. Sebab itu Aku katakan: "Sudah dekat waktunya bilamana sang Bayi yang dilahirkan dari seorang Perawan akan terdengan menangis." Oh! Sejak Terang yang mengasihi-Ku mengatakan kepada-Ku begitu banyak hal, Aku berharap Ia akan mengatakan kepada-Ku di manakah Bunda yang berbahagia itu berada, yang akan melahirkan Putra Allah dan Mesias umat-Nya! Dengan bertelanjang kaki Aku akan menjelajahi seluruh dunia, dingin ataupun es, debu ataupun terik, binatang buas ataupun lapar, tidak akan menghalangi-Ku mendatangi sang Bunda dan Aku akan mengatakan kepada-Nya: "Mohon perkenankan hamba-Mu dan hamba dari para hamba Kristus untuk tinggal di bawah atap rumah-Mu. Aku akan menggiling batu kilangan-Mu dan tempat pemerasan anggur-Mu, pekerjakan Aku sebagai seorang budak untuk mengerjakan kilangan-Mu dan menggembalakan kawanan ternak-Mu, suruhlah Aku mencuci kain popok Kanak-kanakMu... Aku akan bekerja di dapur-Mu, di pembakaran roti-Mu, di manapun Kau kehendaki… tetapi terimalah Aku. Agar Aku dapat memandang-Nya! Dan mendengarkan suara-Nya! Dan mendapatkan tatapan mata-Nya!" Dan jika sang Bunda tidak menghendaki-Ku, Aku akan tinggal di ambang pintu-Nya seperti seorang pengemis, dalam cuaca dingin maupun panas, hanya demi mendengarkan suara Kanak-Kanak Mesias dan gema tawa-Nya, dan melihat-Nya berjalan lewat… Dan mungkin suatu hari Ia akan menawarikan sepotong roti kepada-Ku… Oh! Bahkan andai Aku sekarat karena kelaparan dan Aku tak sadarkan diri karena puasa yang hebat, Aku tidak akan memakan roti itu. Aku akan mendekapkannya dekat hati-Ku seperti sekantung mutiara berharga dan aku akan mengecupnya demi mencium harum tangan Kristus dan Aku tiada akan pernah lapar atau kedinginan, sebab sentuhannya akan memberi-Ku ekstase dan panas, ekstase dan makanan…"

"Engkau sepatutnya menjadi Bunda Kristus, sebab Kau begitu sangat mengasihi-Nya! Karena itukah mengapa Kau ingin tetap perawan?"

"Oh! Tidak. Aku debu dan abu. Aku tiada berani mengangkat mata-Ku menatap Kemuliaan. Itulah sebabnya mengapa, daripada melihat Tabir ganda, di mana Aku tahu tinggal Kehadiran Yahweh yang tak kasat mata, Aku lebih suka melihat ke dalam hati-Ku. Di sana, ada Allah Sinai yang dahsyat. Di sini, dalam DiriKu, Aku melihat Bapa kita, sebentuk Wajah penuh kasih yang tersenyum dan memberkati-Ku, sebab Aku kecil seperti seekor burung kecil, yang ditopang angin tanpa angin merasakan beratnya dan Aku lemah seperti batang sekuntum lily di lembah, yang hanya bisa berbunga dan berbau harum dan yang tiada dapat memberikan daya lain kepada angin selain dari keharumannya dan kemanisannya yang murni. Allah, angin-Ku yang penuh kasih! Bukan karena itu. Melainkan karena Putra dari Allah dan dari seorang Perawan, Yang Mahakudus, hanya dapat menyukai apa yang di Surga Ia pilih sebagai BundaNya dan apa yang di bumi berbicara kepada-Nya mengenai Bapa SurgawiNya: Kemurnian. Jika Hukum merenungkan itu, jika para rabbi, yang telah merumitkan Hukum dengan segala dalih ajaran mereka, mengarahkan pikiran mereka pada wawasan yang lebih tinggi dan menujukannya pada hal-hal adikodrati, dengan meninggalkan urusan-urusan yang manusiawi dan yang menguntungkan yang membuat mereka melupakan Akhir yang mulia, mereka seharusnya, di atas segalanya, menjadikan Kemurnian sebagai subyek utama ajaran mereka, supaya Raja Israel dapat menemukannya bilamana Ia datang. Dengan ranting-ranting zaitun Yang Damai, dengan daun-daun Palma sang Pemenang, menebarkan bunga-bunga lily, bunga-bunga lily, bunga-bunga lily… Betapa banyak Darah Juruselamat yang akan harus ditumpahkan demi menebus kita! Betapa sungguh teramat banyak! Dari ribuan luka-luka yang dilihat Yesaya pada Manusia Sengsara, suatu aliran Darah menetes, bagai embun dari sebuah bejana berpori. Semoga Darah Ilahi ini tidak jatuh di mana ada pencemaran dan hujat, melainkan ke dalam piala-piala kemurnian yang harum yang menerimanya dan mengumpulkannya dengan tujuan menyebarkannya di antara jiwa-jiwa yang sakit dan kusta dan di antara mereka yang mati terhadap Allah. Berikanlah bunga-bunga lily untuk menghapus dengan helai-helai bunganya yang murni keringat dan air mata Kristus! Berikanlah bunga-bunga lily bagi kerinduan-Nya yang mendalam akan Kemartiran! Oh! Di manakah gerangan Lily itu akan berada, yang akan mengandung-Mu? Di manakah gerangan Lily yang akan melegakan dahaga-Mu yang dahsyat, yang akan menjadi merah bersama Darah-Mu, yang akan mati sebab duka melihat-Mu meregang nyawa, dan yang akan menumpahkan airmata di atas Tubuh-Mu yang kehabisan darah? Oh! Kristus! Kristus! Kerinduan-Ku!..."

Maria sekarang diam, menangis dan dikuasai duka.

Hana juga diam beberapa saat dan lalu dengan suara jelas seorang perempuan tua yang sangat tersentuh hatinya, ia bertanya: "Adakah sesuatu yang lain yang hendak Kau ajarkan kepadaku, Maria"

Maria tersadar. Ia pasti berpikir, dalam kerendahan hati-Nya, bahwa guru-Nya tengah menegur-Nya dan Ia berseru: "Oh! Ampunilah Aku! Engkaulah guru-Ku. Aku ini bukan apa-apa. Tetapi suara ini berasal dari hati-Ku. Aku akan mawas diri, untuk tidak membicarakannya. Tapi seperti sebuah sungai yang di bawah amuk air mematahkan tanggulnya, suara itu sekarang telah menguasai-Ku dan meluap. Sudi jangan pedulikan perkataan-Ku dan hukumlah kelancangan-Ku. Perkataan penuh misteri sepatutnya tinggal dalam kedalaman hati orang, yang ditolong Allah dalam kebaikan-Nya. Aku tahu. Tetapi Kehadiran Tak Kasat Mata ini begitu manis hingga Aku dipenuhi sukacita… Hana, sudi ampunilah hamba kecilmu!"

Hana memeluk-Nya sementara air mata berkilau pada wajah tua keriputnya yang gemetar. Butir-butir air mata itu mengalir sepanjang kulit keriputnya, bagai air sepanjang tanah yang tak rata yang menjadi suatu rawa yang gemetar. Guru tua itu tidak teertawa, sebaliknya tangisnya membangkitkan hormat mendalam.

Maria didekap dalam pelukannya, wajah mungil-Nya menempel pada dada guru-Nya. Dan semuanya berakhir demikian.




Yesus bersabda:

"Maria ingat Allah. Ia memimpikan Allah. Ia pikir Ia bermimpi. Ia hanya melihat kembali apa yang telah Ia lihat dalam semarak Surga Allah, pada saat Ia diciptakan untuk dipersatukan dengan tubuh yang mengandung di dunia. Ia berbagi dengan Allah satu dari sifat khas Allah, meski dalam tingkat yang lebih rendah, seperti yang memang pantas. Yakni sifat khas mengingat, melihat dan mengetahui terlebih dahulu, yang merupakan sifat dari yang kuasa dan inteligensi sempurna yang tak dirusakkan oleh Kesalahan.

Manusia diciptakan sesuai citra dan keserupaan dengan Allah. Salah satu dari keserupaan itu adalah kemampuan, bagi jiwa, untuk mengingat, melihat dan mengetahui terlebih dahulu. Ini menjelaskan kemampuan untuk mengetahui masa depan. Kemampuan ini terkadang datang secara langsung, oleh kehendak Allah, terkadang merupakan suatu daya permenungan, yang terbit bagai matahari di pagi hari, menerangi suatu titik pada horison abad-abad, yang telah kelihatan dalam penglihatan Allah.

Misteri-misteri yang demikian terlalu dalam untuk dapat sepenuhnya dipahami olehmu. Tetapi pikirkanlah.

Dapatkah Inteligensi Tertinggi, Benak yang tahu segalanya, Penglihat yang melihat segalanya, memberi kalian sesuatu yang berbeda dari DiriNya, sesudah menciptakan kalian melalui suatu tindakan dari kehendak-Nya dan suatu napas dari kasih-Nya yang tak terhingga, dan sesudah menjadikan kalian anak-anakNya baik karena asal kalian maupun tujuan kalian? Ia memberikannya kepada kalian dalam  suatu bagian yang teramat kecil, sebab makhluk tak dapat menampung Pencipta. Akan tetapi bagian itu sempurna dan utuh, meski teramat kecil.

Betapa harta inteligensi yang Allah berikan kepada manusia, Adam! Kejatuhan [= dalam dosa] merusakkannya, tetapi kurban-Ku memulihkannya kembali dan membuka semarak Inteligensi, kekayaannya, pengetahuannya bagi kalian. Betapa mulia pikiran manusia yang dipersatukan dengan Allah melalui rahmat-Nya, berbagi dengan Allah kemampuan pengetahuan!... Pikiran manusia dipersatukan dengan Allah melalui rahmat.

Tidak ada cara lain. Mereka yang penuh ingin tahu mencari rahasia-rahasia di luar manusia hendaknya ingat itu. Semua pengetahuan yang tidak berasal dari suatu jiwa yang dalam rahmat - dan tidak dalam rahmat bararangsiapa yang melawan Hukum Allah, yang sangat jelas dalam perintah-perintahnya - pengetahuan yang demikian berasal dari Setan. Pengetahuan macam itu jarang selaras dengan kebenaran apabila menyangkut masalah manusia, dan tidak pernah selaras dengan kebenaran sehubungan dengan masalah di luar manusia. Setan sesungguhnya adalah bapa segala dusta dan hanya dapat menghantar pada jalan dusta. Tak ada cara lain untuk mengetahui kebenaran, terkecuali melalui Ia yang berasal dari Allah, Yang bersabda dan berbicara atau memperingatkan, seperti seorang bapa mengingatkan anak dari kaum keluarganya dan berkata kepadanya: "Tidakkah kau ingat ketika kau biasa melakukan ini bersama-Ku, kau melihatnya, adakah kau mendengar yang lain? Tidakkah kau ingat ketika Aku biasa mengecupmu untuk mengucapkan selamat tinggal? Ingatkah kau ketika kau melihat-Ku untuk pertama kali dan kau mengagumi terang cahaya pada Wajah-Ku yang menyinari jiwamu yang perawan, yang, baru saja diciptakan oleh-Ku masih murni dan bebas dari kejahatan yang kelak merusakkanmu? Ingatkah kau ketika kau mengerti untuk pertama kali, dalam degupan kasih, apakah Kasih itu? Yang adalah misteri Diri dan Tindakan Kami?" Dan apa yang tak dapat dicapai oleh kemampuan terbatas seorang manusia yang ada dalam keadaan rahmat, diajarkan dan dijelaskan oleh Roh pengetahuan.

Akan tetapi untuk memiliki Roh, Rahmat dibutuhkan. Untuk memiliki Kebenaran dan Pengetahuan, Rahmat diperlukan. Untuk memiliki Bapa, Rahmat itu perlu. Rahmat adalah sebuah kemah di mana ketiga Pribadi tinggal, adalah sebuah Pendamaian di mana Bapa yang Kekal bersemayam dan berbicara, bukan dari dalam awan, melainkan dengan meyingkapkan wajah-Nya kepada anak-anak-Nya yang setia. Para kudus dan orang-orang benar ingat akan Allah. Mereka ingat akan perkataan yang mereka dengar dalam Benak Yang Mencipta dan yang oleh Kebaikan Tertinggi dihidupkan kembali dalam hati mereka guna menaikkan mereka bagai rajawali pada kontemplasi akan Kebenaran dan pada pengetahuan akan Waktu.

Maria penuh Rahmat. Rahmat Tritunggal ada dalam DiriNya. Rahmat Tritunggal mempersiapkan-Nya bagai seorang Mempelai perempuan untuk Perkawinan, bagai sebuah Ranjang Pengantin untuk Keturunan, bagai suatu Pribadi Ilahi untuk Keibuan dan misi-Nya. Maria menutup siklus para Nabi Perempuan dari Perjanjian Lama dan membuka periode "para jurubicara Allah" dari Perjanjian Baru.

Tabut Sejati dari Sabda Allah, memandang ke dalam hati Maria yang tak bernoda, Ia [= Maria] menemukan perkataan dari pengetahuan abadi, yang dituliskan oleh jari Allah di sana, dan Ia ingat, seperti para kudus ingat, bahwa Ia telah mendengarnya ketika jiwa-Nya yang abadi tengah diciptakan oleh Allah Bapa, Pencipta segala makhluk hidup ... Dan jika Ia tidak ingat keseluruhan dari misi-Nya di masa mendatang, alasannya adalah karena Allah membiarkan adanya kekosongan-kekosongan dalam setiap kesempurnaan manusia, seturut Hukum kebijaksanaan ilahi, demi kebaikan dan sebagai suatu ganjaran bagi makhluk-makhluk ciptaan.

Maria, Hawa kedua, harus menunaikan bagian yang patut bagi-Nya dalam menjadi Bunda Kristus, dengan keinginan baik yang sejati, yang Allah tuntut juga dari KristusNya demi menjadikan-Nya seorang Penebus.

Roh Maria ada di Surga. Moril-Nya dan jasmani-Nya ada di dunia dan mereka harus berjalan di dunia dan dalam daging demi mencapai roh dan menggabungkannya dengan Roh dalam suatu pelukan yang menghasilkan buah."




Catatan dariku. Sepanjang hari kemarin aku pikir aku akan melihat berita wafat orangtua-Nya disampaikan kepada Maria oleh Zakharia, aku tidak tahu mengapa. Aku juga berpikir, dengan caraku, bahwa Yesus akan membicarakan masalah "ingatan akan Allah oleh para kudus." Pagi ini, ketika penglihatan dimulai, aku berkata dalam hati: "Ini dia, mereka sekarang akan mengatakan kepada-Nya bahwa Ia telah menjadi yatim piatu" dan hatiku sudah gemetar sebab aku akan mengalami kesedihanku sendiri hari-hari belakangan ini. Namun sebaliknya sama sekali tak ada sesuatu pun dari apa yang aku pikir akan aku lihat atau dengar. Bahkan tidak satu kata pun karena kesalahan. Aku sangat senang karenanya sebab ini meneguhkan bahwa tak ada suatu pun dari diriku sendiri dalam karya ini, bahkan tidak satu anjuran tulus pun sehubungan dengan satu situasi. Semuanya berasal dari suatu sumber yang berbeda. Ketakutanku yang terus-menerus lenyap… hingga kali berikutnya sebab aku selalu takut tertipu dan menipu.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 1                     Daftar Istilah                      Halaman Utama