5. KELAHIRAN PERAWAN MARIA
![]() 26 Agustus 1944
Aku melihat Anna keluar dari kebun. Ia bersandar pada lengan seorang sanak, yang mirip dengannya. Ia kelihatan jelas hamil beberapa bulan dan ia tampak lelah dan keletihannya tiada diringankan oleh kegerahan, sama seperti panas sekarang ini melelahkanku.
Meskipun kebun itu cukup teduh, tapi sangat panas dan tertutup. Udara seolah bisa diiris seperti adonan hangat yang lembut, sangat berat. Terik matahari turun dari langit biru yang tak berbelas kasihan dan ada debu-debu yang membuat atmosfir agak sedikit suram. Pastilah cuaca kering telah berlangsung cukup lama, sebab di mana tak ada irigasi, maka tanah sungguh habis nyaris menjadi debu putih yang sangat halus. Di udara terbuka, bayangan putih ini berwarna sedikit merah muda, sementara ia berwarna coklat merah gelap di bawah pepohonan, di mana tanahnya lembab. Begitu pula tanahnya lembab sepanjang petak-petak kecil, di mana sayur-mayur tumbuh, dan di sekelilingnya semak-semak mawar, melati dan bunga-bunga lain, hingga ke permulaan ladang-ladang, yang sekarang gundul dari panenan. Rerumputan padang, yang menandai batas hak milik, kering dan kurus. Hanya pada tepinya, di mana terdapat pagar dari tanaman hawthorn liar, yang sudah sepenuhnya bertahtahkan buah-buah kecilnya yang merah delima, rumputnya lebih hijau dan gemuk. Ada beberapa ekor domba di dekatnya dengan seorang gembala muda mencari padang rumput dan tempat berteduh.
Yoakim sedang bekerja di sekitar barisan-barisan pohon anggur dan pohon zaitun. Ada dua orang laki-laki bersamanya, membantunya bekerja. Meski seorang yang lanjut usia, Yoakim tangkas dan bekerja penuh semangat. Mereka sedang membuka saluran-saluran kecil di ujung sebuah ladang guna mengalirkan air ke tanam-tanaman yang kering, dan air ini mengalir dengan menggelegak di antara rerumputan dan tanah kering. Alirannya membentuk pusaran-pusaran yang sesaat menyerupai sebuah kristal kekuningan dan saat berikutnya hanyalah lingkaran-lingkaran tanah basah, sekeliling cabang-cabang anggur dan pohon-pohon zaitun yang sarat.
Sepanjang pergola yang teduh, di bawah mana lebah-lebah keemasan berdengung, rakus akan gula dari anggur-anggur keemasan, Anna berjalan tertatih ke arah Yoakim, yang bergegas menemuinya begitu ia melihatnya.
"Kau datang sejauh ini?"
"Rumah sepanas oven."
"Dan kau menderita karenanya."
"Satu-satunya penderitaan di saat-saat akhir ini adalah penderitaan seorang perempuan yang hamil. Penderitaan alami semuanya: manusia dan binatang. Jangan terlalu kepanasan, Yoakim."
"Air yang kita harapkan, begitu lama, dan selama tiga hari penuh ini tampak begitu dekat, masih belum datang dan negeri ini kering kerontang. Kita beruntung mempunyai sebuah sumber air yang begitu dekat dan begitu berlimpah airnya. Aku telah membuka saluran-saluran air. Itu sedikit melegakan tanam-tanaman yang daun-daunnya telah layu dan tertutup debu: sekedar cukup untuk mempertahankan mereka hidup. Andai saja hujan …" Yoakim, dengan kerinduan seperti semua petani, memandang ke langit, sementara Anna, yang letih, menyejukkan diri dengan sebuah kipas yang tampaknya terbuat dari daun palma kering yang dijalin dengan benang warna-warni guna membuatnya kuat.
Ia yang menyertai Anna menyela: "Di sana, dekat Hermon Besar, muncul awan-awan yang berarak cepat. Ada angin utara. Ia bisa menyegarkan dan mungkin mendatangkan hujan."
"Angin sepoi-sepoi telah bertiup selama tiga hari dan lalu menghilang ketika bulan muncul. Itu akan terjadi lagi," Yoakim berkecil hati.
"Marilah kita pulang. Bahkan di sini orang sulit bernapas, dan bagaimanapun juga aku pikir lebih baik kita pulang…," kata Anna, yang nampak merona lebih kekuningan dari biasanya, sebab pucat yang menghiasi wajahnya.
"Apakah kau sakit?"
"Tidak. Tapi aku dapat merasakan damai mendalam yang aku alami di Bait Allah ketika aku dianugerahi rahmat, dan yang aku rasakan sekali lagi ketika aku tahu bahwa aku hamil. Seperti suatu ekstase, tidur manis tubuh sementara jiwa bersukacita dan menenangkan diri dalam suatu damai yang tak ada padanannya secara jasmani. Aku mengasihi dan masih terus mengasihimu, Yoakim, dan apabila aku memasuki rumahmu dan aku berkata kepada diriku sendiri: "Aku adalah istri dari seorang yang benar," maka aku merasakan damai: dan aku merasakan yang sama setiap kali kasihmu yang menjamin itu memelihara Anna-mu ini. Akan tetapi damai ini berbeda. Mengertilah: aku pikir bahwa jiwa bapa kita Yakub dikuasai oleh damai yang serupa, seperti ketenangan yang diberikan oleh minyak yang menyebar dan menenangkan, setelah dia bermimpi akan malaikat-malaikat. Dan, mungkin lebih tepat, seperti damai sukacita Tobia setelah Rafael menampakkan diri kepada mereka. Apabila aku menenggelamkan diri dalam perasaan ini, maka ia semakin kuat sementara aku menikmatinya. Seolah aku naik menuju relung-relung biru di langit… Dan lagipula, aku tidak tahu alasannya, namun semenjak aku merasakan sukacita damai ini dalam diriku, aku memiliki sebuah nyanyian dalam hatiku: nyanyian Tobia tua. Aku pikir nyanyian itu dituliskan bagi saat ini… bagi sukacita … bagi tanah Israel yang menerimanya… bagi pendosa Yerusalem dan yang kini diampuni… Namun janganlah menertawakan luapan kegembiraan seorang ibu… tapi ketika aku mengatakan: "Bersyukurlah kepada Tuhan atas kekayaanmu dan berkatilah Allah segala abad, agar kiranya Ia membangun kembali Tabernakel-Nya dalam dirimu," aku pikir Ia Yang akan membangun kembali Tabernakel dari Allah yang benar di Yerusalem adalah yang Satu ini yang akan segera dilahirkan… Dan aku juga berpikir bahwa takdir anakku telah dinubuatkan dan bukan nasib dari Kota Suci, ketika nyanyian itu mengatakan: "Engkau akan bersinar dengan cahaya cemerlang: semua orang di dunia akan prostratio di hadapanmu: bangsa-bangsa akan datang membawa hadiah: mereka akan menyembah Tuhan dalam dirimu dan akan menganggap tanahmu suci, sebab dalam dirimu mereka menyerukan Nama Agung. Engkau akan berbahagia karena anak-anakmu, karena mereka semua akan diberkati dan mereka akan berkumpul dekat Tuhan. Diberkatilah mereka yang mengasihimu dan bersukacita dalam damaimu…" Dan akulah yang pertama bersukacita, ibundanya yang berbahagia…"
Anna berubah-ubah ronanya, ketika mengucapkan kata-kata ini dan ia menyala seperti sesuatu dibawa dari pucatnya cahaya bulan ke benderangnya api besar dan sebaliknya. Airmata manis, yang tak disadarinya, mengalir menuruni pipinya dan ia tersenyum dalam sukacitanya. Dan sementara itu ia mendekati rumah, berjalan di antara suaminya dan sanaknya, yang mendengarkan dan, sangat tersentuh hatinya, mereka terdiam.
Mereka bergegas sebab awan dihembus oleh suatu angin kencang, berarak melintas dan berkumpul di langit, sementara dataran menjadi gelap dan gemetar oleh peringatan akan datangnya badai. Ketika mereka tiba di ambang pintu rumah, kilatan murka halilintar yang pertama menyambar di langit dan bunyi gemuruh guntur yang pertama terdengar bagai gemuruh sebuah drum raksasa yang berpadu dengan arpeggio tetesan-tetesan pertama hujan pada dedaunan yang kering.
Mereka semua masuk ke dalam dan Anna undur diri, sementara Yoakim, berdiri di pintu, berbicara kepada para pekerja, yang sementara itu menggabungkan diri dengannya: pembicaraan mereka adalah tentang kerinduan akan air yang merupakan berkat bagi tanah yang kering kerontang. Akan tetapi kegirangan mereka berubah menjadi ketakutan karena sebuah badai yang sangat dahsyat datang mendekat disertai kilat dan awan-awan yang membawa hujan es.
"Jika awan itu pecah, ia akan melumatkan anggur dan zaitun bagai sebuah batu penggilingan. Betapa malangnya aku!"
Yoakim juga merasa cemas akan istrinya, yang telah tiba saatnya untuk melahirkan anaknya. Kerabatnya meyakinkannya bahwa Anna tidak menderita sama sekali. Tetapi ia gelisah, dan setiap kali sanaknya atau perempuan lain, di antaranya ibu Alfeus, keluar dari kamar Anna dan masuk kembali dengan air panas dan baskom-baskom serta kain-kain linen yang dikeringkan dekat perapian menyala di dapur yang besar itu, ia datang dan bertanya, akan tetapi ia tak tenang kendati mereka sudah berupaya menentramkan hatinya. Juga tak adanya jeritan Anna mengkhawatirkannya. Ia mengatakan: "Aku seorang laki-laki dan aku tidak pernah melihat seorang anak dilahirkan. Tapi aku ingat pernah mendengar bahwa tak adanya sakit beranak berarti fatal."
Hari semakin gelap dan sore didahului oleh badai sangat ganas dan hebat: ia mendatangkan hujan deras, angin,kilat, semuanya, terkecuali hujan es, yang jatuh di tempat lain.
Salah seorang pekerja memperhatikan keganasan angin ribut: "Tampak seolah Setan telah keluar dari Gehena bersama roh-roh jahatnya. Lihatlah awan-awan hitam itu! Kalian bisa mencium bau belerang di udara dan kalian bisa mendengar siulan dan desisan, dan suara-suara ratapan dan kutukan. Jika ini dia, dia murka malam ini!"
Pekerja yang lain tertawa dan mengejek: "Suatu mangsa besar pastilah lolos darinya, atau Mikhael telah menyambarnya dengan suatu halilintar baru dari Allah, hingga tanduk-tanduk serta ekornya terpotong dan terbakar."
Seorang perempuan lewat dan berteriak: "Yoakim! Ia lahir. Dan itu terjadi dengan cepat dan lancar!" dan ia pun menghilang dengan sebuah amphora dalam tangan-tangannya.
Sekonyong-konyong badai berhenti, sesudah satu halilintar terakhir yang begitu dahsyat hingga melemparkan ketiga laki-laki ke tembok; dan di depan rumah, di kebun, sebuah lubang hitam berasap tinggal sebagai kenangan! Sementara itu suatu tangisan, yang mirip rintihan lirih seekor anak tekukur yang untuk pertama kalinya tidak lagi menciap tapi berkukur, terdengar di balik pintu kamar Anna. Dan pada saat yang bersamaan sebuah pelangi raksasa membentangkan lengkungannya melintasi langit. Ia naik, atau tampak naik, dari puncak Hermon, yang dikecup mentari, nampak seperti batu pualam putih kemerah-mudaan yang paling halus: ia naik di langit September yang jernih dan menembusi atmosfir yang bersih dari segala ketidakmurnian, ia melintas di atas bukit-bukit Galilea dan dataran yang terhampar ke selatan, dan di atas sebuah gunung lainnya, dan tampak beristirahat di ujung lain horizon yang jauh, di mana ia menghilang dari pandangan di balik barisan pegunungan yang tinggi.
"Kita belum pernah melihat yang seperti ini!"
"Lihat, lihatlah!"
"Ia tampak menyelimuti seluruh tanah Israel dalam sebuah lingkaran. Dan lihatlah! telah ada sebuah bintang di langit sementara matahari masih belum terbenam. Betapa bintang yang luar biasa! Ia bersinar bagai suatu intan raksasa!..."
"Dan bulan, di sana, adalah bulan purnama, tiga hari lebih awal. Tetapi lihatlah bagaimana ia bersinar!"
Para perempuan datang sangat gembira dengan seorang bayi mungil montok dibedung dalam kain linen polos.
Itulah Maria, Bunda. Maria yang amat kecil mungil, yang bisa tidur dalam buaian seorang kanak-kanak, Maria, paling panjang, sepanjang satu lengan, dengan kepala mungil berwarna gading merah muda pucat. Bibirnya yang sangat mungil berwarna merah tua tidak lagi menangis namun dalam keadaan tindakan insting menyusu: bibir-bibir itu begitu mungil hingga orang tak dapat mengerti bagaimana bibir-bibir itu akan dapat menghisap puting susu. Hidung kecilnya yang indah berada di antara dua pipi mungil yang bulat, dan ketika mereka membuat-Nya membuka mata-Nya, dengan menggoda-Nya, mereka melihat dua bagian kecil langit, dua biji mata biru tanpa dosa yang terbuka namun tak dapat melihat, di antara bulumata tipis berwarna terang. Juga rambut-Nya pada kepala mungilnya yang bulat berwarna pirang kemerahmudaan, seperti warna madu tertentu yang nyaris putih.
Telinga-telinga-Nya bagai dua kerang kecil, transparan, sempurna. Tangan-tangan-Nya yang mungil… apakah gerangan dua benda kecil itu yang menggapai-gapai di udara dan berhenti dalam mulut-Nya? Tergenggam, seperti sekarang, tangan-tangan itu bagaikan dua kuncup mawar yang memisahkan bagian hijau dari kelopaknya dan memperlihatkan bagian selembut sutera di dalamnya. Apabila tangan-tangan itu terbuka, seperti sekarang, mereka bagaikan dua permata gading, terbuat dari gading merah muda dan batu pualam putih dengan lima buah batu akik merah pucat sebagai kuku-kukunya. Bagaimanakah tangan-tangan yang sangat mungil itu akan dapat mengeringkan begitu banyak airmata?
Dan kaki-kaki kecil-Nya? Di manakah gerangan? Untuk sementara ini keduanya hanya menendang-nendang, tersembunyi dalam bedung linen. Akan tetapi sekarang sang sanak duduk dan membukanya … Oh, kaki-kaki yang mungil! Panjangnya sekitar empat sentimeter. Masing-masing telapak adalah kerang karang, dengan ujungnya putih salju dan pembuluh darah berwarna biru. Jari-jari kaki-Nya adalah mahakarya pahatan Liliput : mereka, juga, dimahkotai dengan batu akik merah pucat berukuran kecil. Akan tetapi di manakah gerangan mereka akan mendapatkan sandal kecil, ketika kaki-kaki kecil bagai boneka itu akan melangkah untuk pertama kalinya, sandal yang cukup kecil agar pas dengan kaki yang begitu mungil? Dan bagaimanakah kaki-kaki kecil itu akan dapat menempuh perjalanan yang begitu jauh dan menanggung begitu banyak penderitaan di bawah salib?
Akan tetapi hal itu untuk sementara ini tidak diketahui, dan penonton tersenyum dan tertawa melihat tendangan-tendangan-Nya, melihat kaki-kaki-Nya yang indah bentuknya, melihat paha kecil-Nya yang montok yang memperlihatkan kerutan-kerutan dan lingkaran-lingkaran, melihat perut mungil-Nya, yang bagai piala terbalik, melihat dada mungil-Nya yang sempurna. Di bawah kulit dada-Nya, yang lembut seperti sutera terbaik, gerakan napas-Nya dapat terlihat dan degup jantung kecil-Nya dapat terdengar, apabila, seperti yang dilakukan bapaNya yang berbahagia itu sekarang, orang mengecupkan bibirnya di sana untuk menciumnya… Ini adalah hati mungil terindah yang pernah dikenal dunia: satu-satunya hati tak berdosa seorang manusia.
Dan punggung-Nya? Mereka sekarang membalikkan-Nya dan mereka dapat melihat lekukan ginjal-Nya dan lalu bahu montok dan tengkuk merah muda leher-Nya, yang begitu kuat hingga kepala mungil itu terangkat di atas lekukan tulang belakang yang mungil. Kepala itu tampak seperti kepala kecil seekor burung yang mengamati dunia baru yang dilihatnya. Ia, Yang Murni dan Suci, memprotes dengan sebuah tangisan lirih dipertontonkan begitu rupa di hadapan mata begitu banyak orang, Ia, Perawan Sepenuhnya, Kudus dan Tak Berdosa, Yang tak seorang laki-laki akan pernah melihat-Nya telanjang lagi, mengajukan protes.
Tutupilah, tutupilah kuntum bunga lily ini yang tiada akan pernah dibuka di dunia dan yang, masih tetap kuntum, akan menghasilkan BungaNya, yang bahkan terlebih indah dari DiriNya Sendiri. Hanya di Surga Lily dari Allah Tritunggal ini akan membuka semua helaian bunganya. Sebab di sana, tak ada setitik kesalahan pun yang enggan mencemarkan ketakberdosaannya. Sebab di sana Allah Tritunggal akan disambut, di hadapan seluruh Surga, Allah Tritunggal yang segera dalam beberapa tahun, tersembunyi dalam hati yang tak bercela, akan ada dalam diri-Nya: Bapa, Putra, Mempelai.
Ini Dia lagi, dalam balutan kain linen, dalam pelukan bapa duniawi-nya, yang mirip dengan-Nya. Bukan saat itu. Sekarang Ia masih seorang bayi mungil manusia. Yang aku maksud adalah Ia akan menjadi mirip dengannya ketika Ia telah tumbuh menjadi seorang perempuan dewasa. Ia tak memiliki sesuatu yang mirip dengan bunda-Nya. Ia memiliki warna kulit bapa-Nya dan mata dan pasti juga rambutnya. Rambut Yoakim sekarang putih, tapi ketika ia masih muda pastilah rambut itu berwarna terang, seperti yang dapat dikatakan orang dari alis matanya. Maria memiliki perawakan bapa-Nya, yang lebih sempurna dan lembut, sebagai seorang perempuan, tapi Perempuan yang istimewa itu. Maria juga memiliki senyum, tatapan mata, gerakan tubuh dan tinggi tubuh bapa-Nya. Merenungkan Yesus, sebagaimana aku melihat- Nya, aku dapati Anna mewariskan tinggi tubuhnya pada Cucunya dan warna gading tua pada kulit-Nya. Maria, sebaliknya, tidak memiliki keanggunan bunda-Nya: pohon palma yang tinggi dan luwes, namun Ia memiliki kelembutan bapaNya.
Juga para perempuan membicarakan badai dan keadaan bulan yang tak biasa, adanya bintang serta pelangi. Bersama Yoakim mereka memasuki kamar ibunda yang berbahagia dan menyerahkan bayinya.
Anna tersenyum teringat akan pemikiran-pemikirannya: "Ia adalah Bintang," katanya. "Tanda-Nya ada di Surga. Maria, busur perdamaian! Maria, Bintangku! Maria, bulan murni! Maria, mutiara kita!"
"Kau menamai-Nya Maria?"
"Ya. Maria, bintang dan mutiara dan terang dan damai…"
"Tapi itu juga berarti kepahitan… Apakah kau tidak khawatir mendatangkan kemalangan bagi-Nya?"
"Allah bersamanya. Ia milik Allah sebelum Ia ada. Allah akan membimbing-Nya sepanjang jalan Tuhan dan segala kepahitan akan berubah menjadi madu surgawi. Sekarang jadilah milik mamaMu… sebentar saja, sebelum menjadi sepenuhnya milik Allah."
Dan penglihatan berakhir dengan tidur pertama Anna, seorang ibunda, dan Maria, seorang bayi.
![]() 27 Agustus 1944
Yesus bersabda:
"Bangun dan bersegeralah, sahabat kecil-Ku. Aku rindu mengajakmu bersama-Ku dalam kontemplasi surgawi mengenai Keperawanan Maria. Kau akan keluar dari pengalaman ini dengan jiwamu sesegar seolah kau diciptakan pada saat itu oleh Bapa, Hawa kecil yang belum sadar akan daging. Kau akan keluar dengan jiwamu dipenuhi terang, sebab kau akan menceburkan diri ke dalam mahakarya Allah. Kau akan muncul dengan keseluruhan dirimu dipenuhi kasih, karena kau akan, telah memahami hingga tingkat mana Allah dapat mengasihi. Berbicara mengenai perkandungan Maria, Immaculata, berarti menembusi langit, terang dan kasih.
Mari dan bacalah kemuliaan Maria dalam Kitab Leluhur. "TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada. Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air. Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir; sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama. Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras, ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya; aku bermain-main di atas muka bumi-Nya …" Kalian mengenakan kata-kata ini pada Kebijaksanaan, namun demikian mereka berbicara mengenai Dia: Bunda yang cantik, Bunda yang kudus, Bunda Perawan dari Kebijaksanaan, yaitu Aku Sendiri, Yang sekarang berbicara kepadamu.
Aku menghendakimu menuliskan baris pertama dari madah itu di bagian atas buku yang berbicara mengenai Dia, agar Ia dikontemplasikan dan penghiburan serta sukacita Allah dapat dikenal; alasan bagi kesukaan tetap, sempurna dan intim dari Allah yang Satu dan Tritunggal ini, yang memerintah dan mengasihi kalian dan Yang menerima dari manusia begitu banyak alasan untuk bersedih; alasan mengapa Allah melestarikan umat manusia, bahkan meski, pada ujian pertama, manusia layak dibinasakan; alasan bagi pengampunan yang telah kalian terima.
Memiliki Maria yang mengasihi-Nya! Oh! Adalah sepadan menciptakan Manusia dan membiarkannya tetap hidup dan memutuskan untuk mengampuninya, demi memiliki Perawan Cantik, Perawan Kudus, Perawan Immaculata, Perawan Penuh Kasih, Putri Terkasih, Bunda Termurni, Mempelai Penuh Kasih! Allah telah memberi kalian begitu banyak dan akan memberi kalian bahkan terlebih banyak lagi demi memiliki Makhluk kesayangan-Nya, Matahari dari matahari-Nya, Bunga dari taman-Nya. Dan Allah terus memberi kalian begitu banyak karena Maria, atas permintaan-Nya, demi sukacita-Nya, sebab sukacita-Nya mengalir ke dalam sukacita Allah dan menambahinya dengan cahaya yang memenuhi terang, terang agung Firdaus dengan kilauan-kilauan cemerlang dan setiap kilauan adalah rahmat bagi alam semesta, bagi umat manusia, bagi jiwa-jiwa terberkati yang menanggapi dengan sorak kegirangan alleluia pada setiap pengadaan mukjizat ilahi, yang diciptakan oleh kehendak Tritunggal Terberkati demi melihat senyum cemerlang sukacita Sang Perawan.
Allah menghendaki menempatkan seorang raja di alam semesta yang telah Ia ciptakan dari ketiadaan. Seorang raja, yang menurut hakikat materia harus menjadi yang pertama di antara semua makhluk yang diciptakan dengan materia dan secara alamiah adalah materia. Seorang raja, yang menurut hakikat roh harus menjadi sedikit lebih rendah dari yang ilahi, dipersatukan dengan Rahmat seperti ia pada hari tak berdosanya yang pertama. Akan tetapi, Benak yang Mahamulia, Yang mengenal segala peristiwa yang paling jauh dalam abad-abad, secara berkesinambungan melihat apa yang dulu, sekarang dan akan datang; dan sementara Benak itu mengkontemplasikan masa lalu, dan mengamati masa sekarang, Ia menembus dalam dengan tinjauan-Nya ke masa depan yang paling jauh dan mengetahui dengan setiap detilnya bagaimana manusia terakhir akan mati. Tanpa ragu ataupun terputus Benak Yang Mahamulia selalu tahu bahwa raja yang diciptakan untuk menjadi setengah dewa di sisi-Nya di Surga, pewaris Bapa, akan tiba dalam keadaan dewasa dalam Kerajaan-Nya, setelah hidup dalam rumah ibunya - bumi [= tanah], dengan mana Ia dijadikan - semasa kanak-kanaknya, sebagai anak dari Bapa yang Kekal selama hari-harinya di dunia. Benak yang Mahamulia selalu tahu bahwa manusia itu akan harus berkomitment melawan kejahatan membunuh Rahmat yang ada dalam dirinya dan merampas dirinya sendiri dari Surga.
Jadi mengapakah Ia menciptakannya? Tentu saja banyak orang bertanya pada dirinya sendiri mengapa. Adakah kalian lebih memilih untuk tidak ada? Apakah hari ini tidak layak, dari dirinya sendiri, untuk dijalani, meski begitu menyedihkan dan hampa, dan menjadi keras oleh kejahatan-kejahatan kalian, agar kalian dapat mengenal dan mengagumi Keindahan tak terhingga yang telah ditaburkan tangan Allah di alam semesta?
Bagi siapakah gerangan Ia telah menciptakan bintang-bintang dan planet-planet yang beterbangan laksana halilintar dan anak-anak panah, melintasi kolong Surga, atau meluncur dengan agungnya dengan lesatan meteor-meteor mereka, dan yang meski demikian kelihatan lambat, memberi kalian terang dan musim-musim, selamanya tetap dan meski begitu senantiasa berubah. Mereka memberi kalian sebuah halaman baru untuk dibaca di langit, setiap malam, setiap bulan, setiap tahun, seolah mereka hendak mengatakan: "Lupakanlah keterbatasan kalian, tinggalkanlah media cetak kalian yang penuh ketidakjelasan, kebusukan, kekotoran, racun, kesalahan, sumpah serapah, materi yang merusak, dan naiklah, setidaknya dengan mata kalian, ke kebebasan tak terbatas cakrawala, buatlah jiwa kalian tampak cemerlang dengan memandang langit yang begitu jernih. Bangunlah suatu suplai cahaya untuk dibawa ke penjara kalian yang gelap. Bacalah kata yang kami tulis dengan memadahkan koor bintang-bintang kami, yang lebih harmonis dibandingkan dengan yang dilantunkan dari sebuah organ katedral. Kata yang kami tulis sementara bersinar, kata yang kami tulis sementara mencinta, sebab senantiasa ada dalam benak kami Dia Yang memberi kami sukacita menjadi ada. Dan kami mengasihi-Nya sebab Ia memberikan kepada kami keberadaan kami, kecemerlangan kami, gerak kami, kebebasan kami, keindahan kami di tengah biru langit yang lembut, di atas mana kami dapat melihat biru yang bahkan terlebih agung: Firdaus. Dan kami menggenapi bagian kedua dari perintah kasih-Nya, dengan mengasihi kalian, sesama semesta kami, mengasihi kalian dengan memberi kalian bimbingan dan terang, kehangatan dan keindahan. Bacalah kata yang kami sampaikan, kata yang untuknya kami menyelaraskan madah kami, kecemerlangan kami, senyum kami: Allah!"
Bagi siapakah gerangan Ia telah menciptakan laut biru, cermin langit, jalan menuju daratan, senyum perairan, suara ombak? Laut itu sendiri adalah sepatah kata yang bersama gemerisik sutera, bersama senyum para gadis yang gembira, bersama desahan orang-orang lanjut usia yang terkenang dan menangis, bersama ributnya kekerasan, bersama dentuman dan raungan senantiasa berbicara dan mengatakan: "Allah". Laut adalah untuk kalian, seperti halnya langit dan bintang-bintang. Dan bersama laut, danau-danau dan sungai-sungai, kolam-kolam dan arus-arus air, sumber-sumber mata air yang murni, semuanya demi memelihara hidup kalian, demi melegakan dahaga kalian, demi membasuh kalian: dan mereka melayani kalian melayani Pencipta mereka, tanpa menenggelamkan kalian, seperti yang pantas bagi kalian.
Bagi siapakah gerangan Ia telah menciptakan tak terbilang banyaknya spesies-spesies binatang, burung-burung berwarna nan indah, yang terbang berkicau, dan binatang-binatang lain yang seperti hamba-hamba, berlari, bekerja, memberi makan dan memelihara kalian dan menolong kalian, raja mereka?
Bagi siapakah Ia telah menciptakan tak terbilang banyaknya spesies-spesies tanaman dan bunga-bunga yang nampak bagai kupu-kupu, bagai intan permata dan burung-burung yang tak bergerak, dan spesies-spesies buah-buahan yang bagai mutiara atau kotak-kotak perhiasan dan sebuah permadani bagi kaki kalian serta pepohonan yang menjadi naungan bagi kepala kalian, sebuah relaksasi menyegarkan dan sukacita bagi benak kalian, bagi tangan dan kaki kalian, penglihatan kalian dan penciuman kalian?
Bagi siapakah Ia telah menciptakan mineral-mineral dalam perut-perut bumi dan garam-garam yang larut dalam sumber-sumber air yang dingin dan yang mendidih, yodium dan bromine, jika tidak agar dia menikmatinya, dia yang bukan Allah, tetapi putra Allah? Dia: manusia.
Sukacita Allah tiada kekurangan apapun: Allah tidak membutuhkan apapun. Ia tercukupi dalam DiriNya sendiri. Ia hanya perlu mengkontemplasikan DiriNya untuk bersukacita, untuk memelihara DiriNya, untuk hidup, untuk beristirahat. Seluruh ciptaan tiada menambahkan barang satu atom pun sukacita, keindahan, hidup dan kuasa tak terhingga Allah. Ia menciptakan segala sesuatu bagi makhluk yang Ia kehendaki tempatkan sebagai raja dalam karya yang dijadikan oleh-Nya: makhluk itu adalah manusia.
Adalah sepantasnya sementara hidup melihat karya Allah yang begitu rupa dan bersyukur atas kuasa-Nya yang memberi kalian kesempatan. Dan kalian harus bersyukur bahwa kalian hidup. Kalian harus bersyukur bahkan meski kalian harus menanti hingga Hari Kiamat untuk ditebus, sebab kalian pendusta, sombong, penuh nafsu birahi dan pembunuh dari Orangtua Pertama kalian dan kalian masih demikian secara individual. Walau demikian Allah memperkenankan kalian menikmati keindahan alam semesta, kebaikan alam semesta: dan Ia memperlakukan kalian seolah kalian adalah anak-anak yang baik, yang diajar dan diberi segala sesuatu supaya hidupnya dapat lebih berbahagia dan lebih senang. Apa yang kalian ketahui, kalian ketahui melalui terang Allah. Apa yang kalian temukan, kalian temukan lewat bimbingan Allah. Dalam Kebaikan. Pengetahuan dan penemuan-penemuan lain yang memiliki tanda kejahatan, berasal dari Kejahatan Tertinggi: Setan.
Benak yang Mahamulia, yang mengetahui segala sesuatu, sebelum manusia ada, tahu bahwa manusia akan menjadi seorang pencuri dan pembunuh dirinya sendiri. Dan sebab Kebaikan Kekal tak memiliki batasan-batasan dalam kebaikan, sebelum Kesalahan ada, Ia memikirkan sarana demi menghapus Kesalahan. Sarana itu: Aku, sang Sabda. Alat untuk menjadikan sarana sebagai suatu alat yang efisien: Maria. Dan sang Perawan diciptakan dalam benak mahatinggi Allah.
Segala sesuatu diciptakan bagi-Ku, Putra terkasih Bapa. Aku - Raja - haruslah memiliki di bawah kaki-kaki Kerajaan IlahiKu permadani-permadani dan batu-batu berharga yang tidak dimiliki istana kerajaan manapun, dan nyanyian-nyanyian dan suara-suara dan pelayan-pelayan dan menteri-menteri sekeliling-Ku seperti yang tidak pernah dimiliki penguasa manapun, dan bunga-bungaan dan intan permata, semua yang mulia, agung, kebaikan yang berasal dari pikiran seorang Allah.
Namun Aku harus menjadi Daging dan Roh. Daging demi menyelamatkan daging. Daging demi memuliakan daging, membawanya ke Surga jauh berabad-abad sebelum saatnya. Sebab daging yang didiami roh merupakan mahakarya Allah dan Surga diciptakan untuknya. Untuk menjadi daging Aku membutuhkan seorang Bunda. Untuk menjadi Allah adalah perlu bahwa BapaNya adalah Allah.
Maka Allah menciptakan MempelaiNya dan berkata kepada-Nya: "Marilah bersama-Ku. Di samping-Ku lihatlah apa yang sedang Aku perbuat bagi Putra kita. Lihatlah dan bersukalah, Perawan abadi, Dara abadi dan kiranya senyum-Mu memenuhi Surga ini dan memberikan kepada para malaikat nada awal mereka dan mengajari Firdaus keharmonisan surgawi. Aku memandang-Mu. Dan Aku melihat-Mu sebagaimana Engkau kelak, Perempuan Immaculata, Yang sekarang baru berupa roh: roh di mana Aku bersukacita. Aku memandang-Mu dan Aku memberikan kepada laut dan cakrawala birunya mata-Mu, kepada jagung suci warna rambut-Mu, putih kepada lily dan merah kepada mawar, seperti kulit sutera-Mu. Aku menjadikan mutiara-mutiara dari mengcopy gigi-gigi-Mu yang mungil, Aku menciptakan strawbery manis dengan melihat mulut-Mu dan Aku memberikan kepada burung bulbul nada suara-Mu dan kepada tekukur tangis-Mu. Dan dengan membaca pikiran-pikiran-Mu di masa mendatang dan mendengarkan denyut jantung-Mu, Aku memiliki motivasi pembimbing dalam mencipta. Marilah, sukacita-Ku, jadikan alam semesta sebagai mainanmu asal Kau menjadi cahaya yang menari-nari dalam pikiran-Ku; milikilah alam semesta demi senyum-Mu, kenakanlah mahkota dan kalung dari bintang-bintang; tempatkanlah bulan di bawah kaki-Mu yang lembut; jadikan Galatea sebagai syal bintang-Mu. Bintang-bintang dan planet-planet adalah untuk-Mu. Marilah dan nikmatilah melihat-lihat bebungaan yang akan menjadi kegirangan kanak-kanak bagi BayiMu dan bantal bagi Putra dari rahim-Mu. Marilah dan lihatlah domba dan anak domba, elang dan merpati diciptakan. Tetaplah di samping-Ku sementara Aku menciptakan relung-relung laut dan alur-alur sungai dan Aku meninggikan gunung-gemunung serta menghiasi mereka dengan salju dan hutan belantara. Tetaplah di sini sementara Aku menabur benih dan pepohonan dan pokok-pokok anggur, dan Aku menciptakan pohon zaitun bagi-Mu, Milik-Ku yang Damai, dan pokok anggur bagi-Mu, ranting Anggur-Ku yang akan menghasilkan Berkas anggur Ekaristik. Berlarilah, terbanglah, bersukacitalah, Cantik-Ku. Dan kiranya alam semesta yang diciptakan dari waktu ke waktu belajar dari-Mu untuk mengasihi-Ku, KekasihKu, dan kiranya ia menjadi semakin cantik karena senyum-Mu, Bunda PutraKu, Ratu Firdaus-Ku, Kekasih AllahMu". Dan lagi, melihat yang Salah dan mengagumi Yang Tanpa Salah: "Datanglah kepada-Ku, Engkau yang menghapus kepahitan akan ketidaktaatan manusia, perzinahan manusia dengan Setan dan kedurhakaan manusia. Aku akan membawa bersama-Mu pembalasan-Ku atas Setan."
Allah, Bapa Pencipta, telah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan sebuah hukum kasih yang begitu sempurna hingga kalian bahkan tak akan dapat lagi memahami kesempurnaannya. Dan kalian menjadi sesat dalam ketakjuban bagaimana jadinya species manusia, andai manusia tidak diajari oleh Setan bagaimana memperolehnya.
Perhatikanlah tanam-tanaman buah dan benih. Apakah mereka menghasilkan benih dan buah melalui perzinahan, melalui satu pembuahan dari seratus perkawinan? Tidak. Serbuk sari muncul dari bunga jantan dan digerakkan oleh suatu hukum meteorik dan magnetik yang komplex ia menuju ke ovarium bunga betina. Ovarium membuka, menerimanya dan menghasilkan buah. Ia tidak mencemari dirinya sendiri dan kemudian menolaknya, seperti yang kalian lakukan, guna menikmati sensasi yang sama keesokan harinya. Ia menghasilkan buah dan hingga tibanya musim baru, ia tidak dibuahi lagi dan apabila itu terjadi, itu hanya demi menghasilkan buah.
Perhatikanlah binatang-binatang. Semuanya. Pernahkah kalian melihat seekor binatang jantan dan betina saling menghampiri satu sama lain untuk sekedar berpelukan dan mengumbar hawa nafsu? Tidak. Dari dekat maupun jauh, mereka terbang, merayap, melompat ataupun berlari, mereka pergi, apabila saatnya tiba, untuk melakukan ritus perkawinan. Pun tidak pernah mereka menghindar dengan berhenti pada kenikmatan, akan tetapi mereka bertindak lebih jauh, ke konsekwensi serius dan suci akan adanya keturunan, satu-satunya alasan yang menjadikan manusia ada, setengah dewa menurut asalnya yang dari Rahmat yang telah Aku perlengkapi, untuk menerima sifat binatang dari tindakan itu, yang perlu sebab kalian telah turun satu tingkat ke binatang.
Kalian tidak bertindak seperti tanaman dan binatang. Kalian punya Setan sebagai guru kalian. Kalian menginginkannya sebagai guru kalian dan kalian masih menginginkannya. Dan perbuatan-perbuatan yang kalian lakukan adalah apa yang diharapkan dari guru yang kalian kehendaki itu. Andai kalian setia kepada Allah, kalian akan menikmati sukacita memiliki anak-anak, dengan suatu cara yang suci, tanpa sakit, tanpa melelahkan diri kalian dalam persetubuhan yang cabul dan memalukan, yang bahkan tak dikenal binatang, meski binatang tak memiliki akal budi dan jiwa rohani.
Bagi laki-laki dan perempuan, yang dirusakkan oleh Setan, Allah memutuskan untuk menentang Manusia yang dilahirkan dari seorang Perempuan, Yang telah begitu dimuliakan secara luar biasa oleh Allah ke tingkat yang begitu rupa hingga Perempuan itu menghasilkan keturunan tanpa mengenal laki-laki: sekuntum Bunga yang menghasilkan sekuntum Bunga, tanpa membutuhkan benih, melainkan melalui sebuah kecupan unik dari Matahari kepada piala tak bercela Lily-Maria.
Pembalasan Allah!
Desiskanlah, O Setan, kedengkianmu sementara Ia [= Maria] datang ke dunia! Kanak-kanak ini telah menderamu! Sebelum menjadi Pemberontak, Pembelot, Perusak, kau telah didera dan Ia [= Maria] adalah Penakluk-mu. Seribu tentara yang berkumpul tak berdaya melawan kuasamu, tangan-tangan manusia lumpuh di hadapan sisik-sisikmu, hai Yang Abadi, dan tak ada angin yang mampu menyingkirkan bau busuk napasmu. Dan meski demikian, tumit Kanak-kanak ini, yang begitu kemerahan hingga laksana bagian dalam sekuntum camellia merah, dan yang begitu halus dan lembut hingga sutera nampak kasar dibandingkannya, dan yang begitu kecil hingga dapat masuk ke dalam piala sekuntum tulip dan membuat bagi dirinya sebuah sepatu mungil dengan satin sayuran itu, tumit itu akan meremukkan kepalamu tanpa takut dan menurunkanmu ke liangmu. Dan seruan-Nya memaksamu untuk melarikan diri, meski kau tidak takut pada tentara. Dan napas-Nya memurnikan dunia dari bau busukmu. Kau ditaklukkan. Nama-Nya, tatapan mata-Nya, kemurnian-Nya adalah sebilah tombak, seberkas halilintar yang menembusimu dan melumpuhkanmu dan membelenggumu dalam liangmu di Neraka, hai Yang Terkutuk, yang merampas dari Allah sukacita menjadi Bapa dari semua manusia yang diciptakan!
Sia-sia kau merusak mereka, yang telah diciptakan tanpa dosa, menghantar mereka pada pengetahuan dan gagasan melalui kenikmatan nafsu birahi, mengenyahkan Allah, dalam diri makhluk terkasih-Nya, dari menjadi penolong bagi anak-anak seturut hukum, yang, andai mereka hormati, akan memelihara keseimbangan di bumi antara jenis kelamin dan suku, keseimbangan yang bisa mencegah peperangan-peperangan antar manusia serta bencana di antara keluarga-keluarga.
Dengan taat, mereka juga akan mengenal kasih. Tidak, hanya dengan taat mereka akan mengenal kasih dan memilikinya. Suatu kepemilikan yang lengkap dan damai atas karunia dari Allah ini, Yang dari adikodrati turun kepada yang lebih rendah, supaya daging juga dapat bersukacita dengan tulus, sebab ia dipersatukan dengan roh dan diciptakan oleh Dia Yang menciptakan roh.
Sekarang, manusia, apakah kasih kalian, apakah yang kalian kasihi? Entah percabulan yang tersamar sebagai cinta atau ketakutan tanpa akhir akan kehilangan cinta dari pasangan kalian melalui percabulannya atau percabulan orang lain. Kalian tidak pernah yakin memiliki hati suami atau istrimu, sejak nafsu birahi masuk ke dalam dunia. Dan kalian gemetar dan menangis dan menjadi terlalu tegang akibat cemburu, terkadang kalian membunuh demi membalaskan dendam suatu pengkhianatan, terkadang kalian putus asa, dan terkadang kalian tak bergairah atau bahkan menjadi gila.
Inilah apa yang telah kau lakukan, Setan, terhadap anak-anak Allah. Mereka yang telah kau rusak, sebenarnya akan dapat menikmati sukacita mempunyai anak-anak tanpa menderita sakit apapun dan akan mengalami sukacita dilahirkan tanpa takut mati. Tetapi sekarang kau dikalahkan dalam diri seorang Perempuan dan oleh seorang Perempuan. Mulai dari sekarang, barangsiapa mengasihi-Nya [= Maria] akan sekali lagi menjadi milik Allah, mengatasi pencobaan-pencobaannya, mampu melihat kemurnian-Nya yang immaculata. Mulai dari sekarang para ibu, meski tak dapat mengandung tanpa sakit, akan menemukan penghiburan dalam diri-Nya. Mulai dari sekarang Ia akan menjadi pembimbing para perempuan yang menikah dan Bunda dari mereka yang di ambang ajal, sehingga akan terasa manis meninggal dengan beristirahat pada dada itu yang merupakan perisai melawanmu, kau Yang Terkutuk, dan menghadapi murka Allah.
Maria [Valtorta], suara kecil, kau telah menyaksikan kelahiran Putra sang Perawan dan kenaikan sang Perawan ke Surga. Oleh karenanya engkau telah melihat bahwa mereka yang tanpa salah tak mengenal sakit melahirkan pula sakit sakaratulmaut. Akan tetapi jika Bunda Allah yang Paling Tak Berdosa dianugerahi kesempurnaan karunia-karunia surgawi, maka mereka semua yang dalam Orangtua Pertama tetap tak berdosa dan menjadi anak-anak Allah, akan melahirkan tanpa sakit beranak sebab itu pantas, mereka mengandung tanpa nafsu birahi, dan mereka akan meninggal tanpa gelisah.
Kemenangan mahamulia Allah atas dendam Setan adalah demi meningkatkan kesempurnaan makhluk terkasih ke suatu kesempurnaan super yang akan membatalkan sekurangnya dalam diri satu orang segala kenangan kemanusiaan, yang terkena racun Setan, sehingga Putra diturunkan bukan melalui pelukan murni seorang laki-laki, melainkan melalui pelukan ilahi yang membuat roh berubah warna dalam ekstase Api.
Keperawanan sang Perawan!...
Marilah! Renungkanlah keperawanan penuh makna ini yang menimbulkan kebingungan ekstatik dalam permenungannya! Apakah makna keperawanan malang dari seorang perempuan yang tak dinikahi laki-laki? Tak ada artinya. Apakah makna keperawanan dari seorang perempuan yang rindu menjadi seorang perawan demi menjadi milik Allah, tetapi perawan dalam tubuhnya saja dan tidak dalam rohnya, di mana dia membiarkan pikiran-pikiran asing masuk dan menghibur pikiran-pikiran birahi manusia? Itu adalah keperawanan munafik! Sangat sedikit maknanya. Apakah makna keperawanan dari seorang biarawati di balik dinding biara yang hidup hanya bagi Allah? Banyak sekali. Akan tetapi itu tidak pernah bisa disebut keperawanan sempurna apabila dibandingkan dengan keperawanan BundaKu.
Selalu ada suatu persatuan, juga dalam diri orang yang paling kudus sekalipun. Persatuan asal antara roh dan kesalahan. Persatuan yang hanya dapat dipisahkan oleh Baptis. Baptis memisahkannya, namun seperti halnya seorang perempuan dipisahkan dari suaminya karena kematian sang suami, hal itu tidak membuat keperawanan utuh seperti pada Orangtua Pertama sebelum Dosa. Sebuah bekas luka tinggal dan terasa sakit membuat orang mengingatnya, dan luka itu selalu siap untuk menjadi sebuah borok seperti penyakit tertentu yang secara periodik semakin memburuk karena virus. Dalam sang Perawan tak ada tanda persatuan yang dipisahkan dengan Kesalahan ini. Jiwa-Nya tampak indah dan utuh seperti ketika Bapa menciptakan-Nya, dengan menghimpun segala rahmat dalam diri-Nya.
Ia adalah sang Perawan. Ia Yang Satu. Ia Yang Sempurna. Yang Utuh. Diciptakan begitu rupa. Dilahirkan begitu rupa. Tetap begitu rupa. Dimahkotai begitu rupa. Kekal begitu rupa. Ia adalah sang Perawan. Ia adalah puncak dari yang tak terpahami, dari kemurnian, dari rahmat yang hilang dalam Jurang dari mana ia muncul: dalam Allah: Yang Tak Terpahami, Kemurnian, Rahmat yang paling sempurna.
Itulah pembalasan Allah yang Tritunggal dan yang Satu. Melawan makhluk-makhluk yang dicemarkan Ia meninggikan Bintang ini ke kesempurnaan. Melawan keingintahuan yang merusak Ia meninggikan Perawan Bersahaja ini, yang hanya puas dengan mengasihi Allah. Melawan pengetahuan si jahat, Perawan Tak Berdosa yang agung ini. Dalam Dia bukan hanya tak ada pengenalan akan kasih yang menyedihkan: bukan hanya tak ada tidak-mengenal kasih yang telah Allah berikan kepada orang-orang yang menikah. Jauh terlebih lagi. Dalam Dia ada ketiadaan pemicu, warisan Dosa. Dalam Dia hanya ada kebijaksanaan kasih ilahi yang sedingin es dan yang panas membara. Suatu api yang menguatkan daging dengan es, agar ia menjadi sebuah cermin transparan di altar di mana Allah menikahi seorang Perawan dan tidak merendahkan DiriNya sebab kesempurnaan-Nya memeluk kesempurnaan sang Perawan, yang, sebab menjadi seorang mempelai perempuan, lebih rendah hanya satu tingkat dari-Nya, tunduk kepada-Nya sebagai seorang Perempuan, namun tanpa salah seperti Ia adanya."
|
|