St Kristoforus, si "Pembawa Kristus"
oleh: P. William P. Saunders *
Saya baru saja kembali dari melancong ke Jerman Selatan, Austria dan Italia Utara. Saya memperhatikan di gereja-gereja terdapat patung St Kristoforus yang kelihatannya amat populer di sana. Saya tidak suka mengatakannya, tapi saya pikir Kristoforus bukan lagi seorang santo. Mohon penjelasan.
~ seorang pembaca di Annandale
Ya, Kristoforus masih seorang santo. Menurut tradisi, ia wafat di Lycia di pantai selatan Asia Kecil sekitar tahun 251. Ada beragam legenda seputar hidupnya. Yang paling populer adalah bahwa ia seorang yang agak buruk rupa, bertubuh raksana, putera seorang raja kafir yang menikah dengan seorang perempuan Kristen yang berdoa kepada Bunda Maria memohon anugerah seorang anak. Semula ia bernama “Offerus”; ia membopong orang menyeberangi sungai sebagai mata pencahariannya. (Sumber lain mengatakan bahwa ia bernama “Reprobus” sebelum dibaptis, dan kemudian mengganti namanya).
Offerus bertobat dari kekafiran melalui pengajaran seorang pertapa bernama “Babylas”. Kristoforus yakin bahwa Tuhan kita adalah yang paling berkuasa dari semua penguasa, paling kuat dari semua manusia terkuat, dan yang bahkan ditakuti Setan.
Lagi, menurut legenda, suatu hari salah seorang yang minta diseberangkan sungai adalah seorang kanak-kanak kecil. Sementara Kristoforus memanggulnya, kanak-kanak itu semakin bertambah berat, hingga Kristoforus takut kalau-kalau mereka akan tenggelam. Kanak-kanak itu kemudian memaklumkan diri sebagai Yesus; beratnya beban diakibatkan beban dunia yang Ia panggul di atas pundak-Nya.
Menurut Martirologi Romawi, Kristoforus menerima mahkota kemartiran pada masa penganiayaan oleh Kaisar Decius dengan anak-anak panah dibidikkan ke tubuhnya yang sebelumnya lolos dari aniaya api.
Nama Kristoforus berarti “Pembawa Kristus”. Ia adalah santo pelindung mereka yang bepergian, teristimewa mereka yang mengendarai mobil. Popularitasnya semakin meningkat pada Abad Pertengahan. Namun demikian, bukti menegaskan adanya devosi yang tersebar luas bahkan sebelum masa ini. St Remigius dari Rheims dimakamkan pada tahun 532 dalam sebuah gereja yang dipersembahkan kepada St Kristoforus; Paus St Gregorius Agung (wafat tahun 604) menyebutkan dalam surat-suratnya adanya sebuah biara yang dipersembahkan kepada St Kristoforus; dan Brevir Mozarabic dan Missale St Isidore dari Seville (wafat tahun 636) memiliki sebuah ofisi khusus yang dipersembahkan kepadanya.
St Kristoforus teristimewa dihormati di Jerman Selatan, Austria dan Italia Utara (yang adalah bagian dari Kekaisaran Austria hingga sesudah Perang Dunia I) sebab ia termasuk seorang dari “Empatbelas Penolong Kudus,” yakni sekelompok santa dan santo yang dimohon bantuan doanya sejak abad keduabelas di wilayah-wilayah tersebut dan yang dihormati pada tanggal 8 Agustus. Keempatbelas Penolong Kudus itu adalah: St Dionisius dari Paris (sakit kepala dan rabies), St Erasmus atau Elmo (sakit perut dan kram), St Blasius (penyakit-penyakit tenggorokan), St Barbara (kilat, api, ledakan, kematian yang tiba-tiba dan tanpa persiapan), St Margareta (godaan nafsu dan kehamilan), St Katarina dari Alexandria (filsuf dan murid, serta tukang roda), St Georgius (para prajurit), St Achatius dan St Eustace (pemburu), St Pantaleon (tuberculosis), St Giles (epilepsi, sakit jiwa, dan kemandulan), St Cyriac (kerasukan setan), St Vitus (epilepsi), dan St Kristoforus (mereka yang bepergian). Kaum Dominikan Jerman menganjurkan penghormatan ini, teristimewa di Gereja St Blasius di Regensburg (± 1320).
Di samping itu, medali St Kristoforus dan patung serta medali mobil St Kristoforus masih dibuat dan digunakan oleh umat beriman hingga sekarang. Pesta St Kristoforus masih tetap dirayakan pada tanggal 25 Juli, dan teks Misa demi menghormati St Kristoforus dapat ditemukan dalam Misalle Romawi edisi 1962 yang masih berlaku untuk Misa Tridentine.
Kebingungan atau keraguan mengenai apakah St Kristoforus masih seorang santo, muncul ketika Paus Paulus VI merevisi Kalender Liturgi di mana dicantumkan pesta-pesta para kudus yang dirayakan dalam Misa. Mempertimbangkan semakin bertambah banyaknya perayaan-perayaan dari abad ke abad, Konsili Vatican Kedua dalam “Konstitusi Liturgi Suci” menganjurkan, “Agar pesta para kudus jangan diutamakan terhadap hari-hari raya yang nmerupakan kenangan misteri-misteri keselamatan sendiri, hendaknya banyak di antaranya diserahkan perayaannya kepada masing-masing Gereja khusus atau bangsa atau tarekat religius. Hendaknya yang dirayakan oleh seluruh Gereja hanyalah pesta-pesta yang mengenangkan para kudus yang sungguh-sungguh penting bagi Gereja semesta” (No. 111). Dengan dasar pemikiran ini, suatu komisi khusus - Consilium - memeriksa kalender dan menghapus nama-nama para kudus yang dasar historisnya lebih berdasar pada tradisi daripada berdasar sejarah yang dapat dibuktikan, mengganti pesta-pesta tersebut dengan peringatan kematian atau kemartiran seorang kudus apabila mungkin, dan menambahkan peringatan para kudus yang dikanonisasi belakangan ini dan memdatangkan pengaruh pada Gereja universal. Di samping itu, konferensi waligereja dapat menambahkan ke dalam kalender universal, para kudus yang dipandang penting bagi umat beriman di negara mereka sendiri. Tidaklah mungkin Gereja “membatalkan kanonisasi” St Kristoforus atau siapapun juga, meski kurangnya bukti historis seputar hidup mereka. St Kristoforus masih tetap pantas mendapatkan devosi kita dan kita mohon bantuan doanya; masing-masing kita hendaknya mencamkan bahwa ia juga disebut sebagai “Pembawa Kristus”.
* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Christendom's Notre Dame Graduate School in Alexandria.
sumber : “Straight Answers: St. Christopher the 'Christ Bearer'” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2005 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”
|