Ida Peerdeman
Bungsu dari lima bersaudara anak keluarga Peerdeman ini dilahirkan di Alkmaar, Belanda, pada tanggal 13 August 1905. Saat dibaptis, ia diberi nama Isje Johanna, tetapi biasa dipanggil dan dikenal sebagai Ida saja. Menjelang Perang Dunia I, keluarga Peerdeman pindah ke Amsterdam. Ida baru berusia delapan tahun ketika ibunya (35 tahun) meninggal dunia bersama bayi yang dilahirkannya. Gesina (16 tahun), si sulung, harus berjuang keras untuk mengurus rumah tangga dan menjadi ibu bagi ketiga saudari dan saudaranya, Pieter; teristimewa karena ayahnya, seorang salesman tekstil harus sering bepergian menjelajah negeri.
Sudah semasa gadis kecil Ida biasa pergi ke Gereja Dominikan setiap akhir pekan untuk menerima Sakramen Tobat dari Pater J. Frehe O.P, yang menjadi pembimbing rohaninya selama 50 tahun dari tahun 1917 sampai beliau meninggal dunia pada tahun 1967. Hari Sabtu, 13 Oktober 1917 adalah hari terakhir Bunda Maria menampakkan diri di Fatima. Pada hari itu juga, sesuatu yang luar biasa terjadi dalam perjalanan pulangnya dari pengakuan dosa. Di ujung jalan ia melihat suatu lingkupan cahaya dan seorang perempuan bersinar cemerlang di dalamnya, wajahnya seperti seorang perempuan Yahudi yang sangat cantik jelita. Ida mengenalinya sebagai Maria. Dengan kedua tangan sedikit terentang, tatapan lembut dan sukacita, dan tanpa mengatakan sepatah kata pun, Bunda Maria berdiri dalam lingkupan cahaya. Belum pernah sebelumnya Ida melihat sesuatu yang sebegitu indah menakjubkan. Hal yang sama terjadi dua kali lagi dalam dua Sabtu berikutnya.
Ketika usianya sekitar delapanbelas sembilanbelas tahun, Ida kerap menderita gangguan setan yang berupaya mencelakakannya: seolah hendak menenggelamkannya ke dalam kanal, berupaya menabrakkannya ke trem yang tengah melintas, membuat lampu rumah berayun-ayun dan bel ribut berdering, bahkan merasukinya. Segenap keluarga Peerdeman bersatu dan saling mendukung dalam menghadapi situasi ini, "Tertawalah, anak-anak," demikian mereka biasa saling berkata, "sebab jika kita tidak tertawa, setan-setan yang akan tertawa - dan kita tak hendak memberikan kesenangan yang demikian kepada mereka."
Pada tahun 1940, Ida mulai mendapatkan "penglihatan-penglihatan perang" sehubungan dengan Perang Dunia II yang segera menjadi kenyataan. Dan ketika perang masih belum berakhir, pada tanggal 25 Maret 1945, pada Hari Raya Kabar Sukacita, Bunda Maria menampakkan diri kepada Ida yang saat itu sedang berada di ruang keluarga bersama P Frehe dan ketiga saudarinya. Mereka sedang asyik berbincang ketika sekonyong-konyong Ida melihat sesuatu di kamar sebelah. Di sana dilihatnya suatu cahaya yang mengagumkan dan segala isi ruangan bagaikan lenyap dalam semacam kedalaman tanpa batas. Ia melihat sesosok bayangan surgawi muncul dari dalam cahaya itu, seorang Perempuan berbaju putih yang mulai berbicara kepadanya. P Frehe pun menyuruhnya bertanya, "Dengar, tanyakan siapa dia." Ida bertanya, "Apakah engkau Maria?" Sosok bercahaya itu menjawab, "Mereka akan menyebutku 'Sang Perempuan', 'Bunda'."
Sebagian pesan disampaikan Bunda Maria kepada Ida di rumah dengan cara yang serupa dan tak terduga. Bunda berbicara secara perlahan sekali, dan Ida mengulangi perkataannya, kata demi kata sementara saudarinya, Truus (Gertrude), menuliskannya. Setelah penglihatan selesai, Ida akan menambahkan beberapa detail mengenai apa yang telah dilihatnya. Ida senantiasa berjuang untuk dengan sungguh-sungguh memastikan bahwa semua pesan ditulis dan seturut ketaatan disampaikan tepat seperti yang dikatakan kepadanya oleh Bunda Segala Bangsa. "Dan sekarang aku katakan kepadamu, nak. Pastikan penyebarluasannya" (17 Februari 1952). Ida bekerja siang malam hingga akhir hayat demi menunaikan pesan Bunda Maria; tanpa kenal lelah menanggapi pertanyaan dan surat-surat yang datang dari seluruh penjuru dunia. "Pergilah dengan semangat yang bernyala-nyala dan berkobar-kobar melakukan karya penebusan dan damai ini, dan engkau akan melihat mukjizat" (1 April 1951).
"Engkau, nak, akan harus bekerjasama tanpa takut ataupun gentar. Secara rohani dan jasmani engkau akan menderita" (1 April 1951). Ida menderita kanker payudara, mengalami masalah jantung yang serius dan di tahun-tahun akhir hidupnya kembali mengalami gangguan-gangguan setan.
"Jadikan hidupmu sebagai kurban" (4 April 1954).
Pada malam 4 April 1992, setan datang dengan langkah-langkah berat dan berdebum masuk ke dalam kamar Ida. Ida tidak melihatnya, sebab setan berdiri dalam gelap; tetapi Ida mendengar suaranya yang lantang dan mengerikan, "Aku pastikan tak akan ada kemajuan apapun untukmu dan uskupmu. Dan terang yang kau lihat adalah aku dan bukan yang lain (Bunda Maria)". Ida menjawab, "Pasti dia! Bunda selalu datang dalam terang. Anehnya kamu hanya datang ketika hari gelap, dan kamu selalu dalam gelap!" Ida mendaraskan doa yang diajarkan Bunda Maria dengan lantang. Pada saat itu setan berteriak, "Aku pastikan bahwa kau tidak akan pernah dapat melihat terang itu lagi!" Setelah berkata demikian, setan melemparkan sebuah batu kecil ke mata Ida, yang menyebabkan sakit yang luar biasa. Lalu setan pun lenyap. Mata Ida merah padam dan membengkak hingga sama sekali tertutup. Setelah dibasuh dengan air Lourdes dan dibubuhi obat dari dokter mata barulah sekitar sepuluh hari kemudian Ida dapat melihat kembali.
Pada pagi hari 15 Desember 1995, Ida ditemukan terbanting dari tempat tidurnya ke atas lantai; wajahnya memar dan berlumuran darah. Sekonyong-konyong Ida merasakan suatu tangan yang kuat di punggunggnya, menekan wajahnya mencium lantai. Akibatnya sungguh parah, hingga sesudah delapan minggu luka memar masih tampak di wajah Ida.
Pada tanggal 1 Januari Ida mendengar Bunda Maria mengatakan, "Inilah tahun terakhirmu. Aku akan segera membawamu kepada Putraku. Tugasmu telah ditunaikan! Teruslah mendengarkan suara!"
Setelah pada tanggal 31 Mei 1996 Gereja menyetujui devosi umum kepada Bunda Segala Bangsa, kesehatan Ida menurun drastis. Pada tanggal 12 Juni 1996 Ida menyambut Sakramen Terakhir dan fajar hari tanggal 17 Juni 1996 jiwanya yang kudus kembali ke tangan Pencipta-nya. Usianya 90 tahun.
Sumber: 1. "The Lady of All Nations Official Website" © 2009 Stichting Vrouwe van alle Volkeren; www.de-vrouwe.net; atas ijin Sr. Maria Columba; 2. "Ceramah Pater Paul Maria Sigl"; www.de-vrouwe.info
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
|