Dogma Baru:
Maria Co-redemptrix, Mediatrix, dan Advocata
Selain penyebarluasan gelar Maria yang baru "Bunda Segala Bangsa" dan sebuah doa baru, devosi juga meliputi pembangunan sebuah gereja internasional di Amsterdam dan pemakluman secara dogmatis peran Maria dalam rancangan penebusan Allah sebagai Co-redemptrix, Mediatrix dan Advocata.
Istilah Co-redemptrix tidak pernah bermaksud menyingkirkan keunikan dan keuniversalitasan Pengantaraan Kristus, melainkan menunjuk padanya dan malahan menunjukkan kekuatannya.
Istilah 'Co-redemptrix' telah lama ada dalam Gereja. Gagasannya dapat kita temukan di kalangan para Bapa Gereja, para kudus dan para paus. Edith Stein, Maximilian Kolbe, Padre Pio, Beata Teresa dari Calcutta, Sr Lucia dari Fatima dan Beato Paus Yohanes Paulus II adalah beberapa di antara mereka yang dengan lantang menyerukannya pada masa kita. Menarik bahwa adalah para Uskup Belanda yang pada tahun 1943, ketika mempercayakan masyarakat Belanda ke dalam perlindungan Maria, menggaribawahi gelar 'Co-redemptrix' dan secara teologis menjabarkannya. Mereka menekankan bahwa hanya Kristus satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia (bdk 1 Tim 2:5). Semua yang dianugerahkan Maria, berasal dari-Nya. Maria adalah Mediatrix dan bendahara rahmat Putranya. Maria menjadi perantara bagi kita kepada Putranya. Maria adalah juga Co-redemptrix sebab ia adalah alat dalam karya penebusan-Nya dan ikut ambil bagian di dalamnya (bdk Luk 1:38).
Peran Maria, kata Yohanes Paulus II, berasal dari trinitas Allah Sendiri, "yang menghendaki mengadakan dan menggenapi misteri agung sejarah keselamatan melalui sarana kerjasama yang bertanggung-jawab dan setia dari hamba rendah hati dari Nazaret" (13 Oktober 2002). Dengan ini Maria adalah gambaran Gereja. Dalam kerjasama ini suatu dimensi istimewa penebusan yang berdampak langsung pada kita menjadi kelihatan, yakni keikutsertaan kita sendiri dalam penebusan, dan tanggapan kita atasnya.
Mgr J. M. Punt, Uskup Haarlem mengungkapkannya sebagai berikut: "Pada intinya setiap manusia dipanggil untuk bekerjasama dalam penebusan melalui Kristus, guna - seperti ditulis St Paulus - 'menggenapkan dalam daging kita sendiri apa yang kurang pada penderitaan Kristus'. Segala doa, penderitaan dan karya kita mengandung penebusan sejauh manusia dipersatukan dengan Kristus, dalam iman dan hidup (bdk Salvifici Doloris #25, Paus Yohanes Paulus II). Maria menempati suatu kedudukan unik di sini: keibuan ilahinya mempersatukannya dalam suatu cara yang luhur mulia dengan Dia, dari saat sebelum kelahiran-Nya hingga sesudah wafat-Nya. Dikandung tanpa dosa, Maria diciptakan dalam kepenuhan dan kebebasan asli seperti yang dimaksudkan Allah bagi umat manusia. Itulah sebabnya mengapa ia dapat memberikan tanggapan dalam penyerahan total yang bebas kepada kasih Allah dan penebusan atas nama umat manusia. Sebagai 'Sekutu Penebus' Maria ditetapkan untuk berjalan bersama Kristus, berkanjang hingga Salib (bdk Yohanes 19:26-27).
Dukacita Maria melebur bersama dukacita Putranya. Kurbannya dengan kurban-Nya (bdk Lumen Gentium 58). Tak terpisahkan saat itu, tak terpisahkan sekarang. Oleh karenanya, seperti diajarkan Gereja, Maria telah diangkat ke surga dengan jiwa dan badannya. Sebab itu Maria juga dimuliakan. Persatuan mendalam ini dan keikutsertaannya dalam sengsara mendasari peran kepengantaraan keibuannya yang universal."
Keempat dogma Maria sebelumnya berfokus pada kehidupan Maria dan diangkatnya Maria ke surga. Dogma kelima hendak merumuskan peran universalnya dalam rancangan penebusan Allah sekarang. "Diangkat ke surga," demikian dimaklumkan Konsili Vatican, "ia tidak meninggalkan peran yang membawa keselamatan itu, melainkan dengan aneka perantaraannya ia terus-menerus memperolehkan bagi kita kurnia-kurnia yang menghantar kepada keselamatan kekal" (bdk Lumen Gentium #62).
Penebusan serta ini, peran kepengantaraan Maria ini bukanlah rekaan manusia, melainkan rancangan ilahi, yang sungguh dikehendaki oleh Bapa, Putra dan Roh Kudus. Dengan secara khidmad memaklumkan dogma ini, Gereja memberikan persetujuannya pada Penebusan dan memuliakan Allah Sendiri dalam sepenuhnya mengenali rancangan keselamatan-Nya. Pemakluman khidmad ini memungkinkan Maria untuk sepenuhnya menyingkapkan keunggulan gelarnya dan keibuannya yang universal dan untuk menganugerahkan 'rahmat, penebusan dan damai' atas umat manusia dan dunia. Inilah jalan menuju "Kana" baru, memungkinkan Maria untuk menyentuh hati Putranya dan mendatangkan suatu curahan unik Roh Kudus dalam masa dramatik kita. Inilah pintu gerbang menuju suatu evangelisasi baru dan menuju ekumenisme sejati dalam Millenium Ketiga.
DOGMA MARIA YANG KELIMA?
Bunda Maria mengatakan bahwa dogma Maria ini akan merupakan yang "terakhir dan terbesar" (15 Agustus 1951). "Katakanlah kepada teolog-teologmu bahwa mereka dapat menemukan semuanya di dalam buku-buku mereka … Aku tidak memberikan doktrin baru" (4 April 1954). "Gereja akan mendapat banyak pertentangan karena dogma baru ini" (15 Agustus 1951).
"Apabila dogma, dogma terakhir dalam sejarah Maria, telah dimaklumkan, Bunda Segala Bangsa akan memberikan damai, damai sejati bagi dunia" (31 Mei 1954).
Hingga kini, masih terjadi pertentangan dalam tubuh Gereja: di satu pihak, banyak yang menginginkan dogma ini segera dimaklumkan secara resmi oleh Gereja sebagai dogma Maria yang kelima, tetapi di lain pihak, ada banyak juga yang berpendapat sebaliknya. Di antaranya, Kardinal Joseph Ratzinger - sekarang Paus Benediktus XVI - menyatakan bahwa kerjasama Maria dalam rencana penebusan "telah dikemukakan lebih baik di dalam gelar-gelar lainnya, karena istilah 'Co-redemptix' letaknya terlalu jauh dari bahasa Kitab Suci dan dengan demikian dapat menimbulkan salah pengertian."
Sumber: 1. "The Lady of All Nations Official Website" © 2009 Stichting Vrouwe van alle Volkeren; www.de-vrouwe.net; atas ijin Sr. Maria Columba; 2. "Ceramah Pater Paul Maria Sigl"; www.de-vrouwe.info
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
|