219. PENGAJARAN DI ASKELON.
15 Juli 1945
Para rasul tiba di gerbang kota dalam kelompok-kelompok kecil secara berturut-turut, sesuai perintah Yesus. Sang Guru belum ada di sana. Tetapi Ia tiba segera, muncul dari sebuah jalanan kecil yang terhampar sepanjang tembok.
"Guru pastilah mendapatkan peruntungan baik," kata Matius. "Lihat bagaimana Ia tersenyum."
Mereka bertemu dan lalu semuanya pergi keluar gerbang dan menempuh jalan utama kembali, sebuah jalan yang dipinggirnya terdapat stan-stan kebun pedesaan.
Yesus bertanya kepada mereka: "Baik? Bagaimana yang terjadi denganmu? Bagaimana kamu melakukannya?"
"Sangat buruk," Iskariot dan Bartolomeus menjawab serempak.
"Kenapa? Apa yang terjadi?"
"Mereka nyaris merajam kami. Kami harus melarikan diri. Marilah kita pergi dari tempat kaum barbar ini. Marilah kita kembali ke tempat orang-orang yang mengasihi kita. Aku tidak akan berbicara lagi di sini. Sebetulnya aku tidak berniat untuk berbicara. Lalu aku membiarkan diriku diyakinkan dalam keputusanku tetapi Engkau tidak menghentikanku. Meski Engkau tahu bagaimana halnya…" Iskariot marah.
"Tapi, apa yang terjadi denganmu?"
"Eh! Aku menggabungkan diri dengan Matius, Yakobus dan Andreas. Kami pergi ke Alun-alun Pengadilan, sebab itu adalah tempat pertemuan orang-orang terpandang yang punya banyak waktu untuk mendengarkan mereka yang berbicara. Kami memutuskan bahwa Matius yang sebaiknya berbicara, sebab dia yang paling pantas berbicara kepada para pemungut cukai dan para klien mereka. Dan dia mulai dengan berbicara kepada dua orang laki-laki yang sedang bertengkar atas kepemilikan sebuah ladang menyangkut suatu warisan yang rumit: 'Janganlah saling membenci satu sama lain untuk apa yang dapat binasa dan untuk apa yang tak dapat kamu bawa bersamamu dalam kehidupan selanjutnya. Tetapi kasihilah satu sama lain supaya kamu dapat menikmati kebaikan abadi yang dapat kamu peroleh dengan mengendalikan hasrat nafsu jahatmu, tanpa berkelahi lagi, dan dengan demikian memenangkan dan memiliki Yang Baik.' Itulah apa yang kau katakan, betul begitu?
Dan ketika dua atau tiga orang menghampiri kami, dia melanjutkan: 'Dengarkanlah Kebenaran yang tengah mengajar dunia, supaya dunia dapat memiliki damai. Kau dapat lihat bahwa dunia menderita sebab dunia menikmati suatu keterikatan berlebihan untuk hal-hal yang dapat binasa. Dunia bukanlah segalanya. Ada juga Surga, dan di Surga ada Allah, seperti di dunia sekarang ada MesiasNya, Yang mengutus kami untuk memberitahukan kepadamu bahwa saat Kerahiman sudah tiba dan bahwa tidak ada seorang berdosa pun yang dapat berkata: "Aku tidak akan didengar", sebab dia yang sungguh bertobat akan diampuni, didengarkan, dikasihi dan diundang ke Kerajaan Allah.'
Banyak orang sudah berkumpul berhimpun dan sebaian mendengarkan dengan penuh hormat, sementara sebagian mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan dengan demikian mengganggu Matius. Aku tidak pernah menjawab siapa pun, guna menghindari interupsi. Aku berbicara dan lalu aku akan menjawab semua pertanyaan di akhir khotbah. Biarkan mereka menanamkan dalam benak apa yang ingin kami sampaikan kepada mereka dan diam. Tetapi Matius ingin menjawab segera!... Dan mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan juga kepada kami. Tetapi ada juga sebagian orang yang mengejek dengan berkata: 'Ada seorang gila lainnya! Dia pasti datang dari liang Israel. Mereka seperti rumput liar orang-orang Yahudi itu, mereka menyebar kemana-kemana! Mereka mengatakan omong-kosong yang tak berkesudahan! Mereka punya Allah sebagai sahabat mereka. Dengarkan mereka! Allah ada di ujung pedang mereka dan di ujung lidah mereka yang tajam. Dengar, dengarkan. Sekarang mereka mendatangkan kebimbangan mengenai MesiasNya. Seorang gila lainnya yang akan menyiksa kita seperti yang selalu terjadi di masa lalu. Biar wabah menjangkiti-Nya dan bangsa-Nya!'
Lalu aku kehilangan kendali diri. Aku menarik mundur Matius, sementara ia hendak lanjut berbicara, dengan tersenyum seolah mereka menghormatinya, dan aku mulai berbicara, dengan mengambil Yeremia sebagai titik awalku: 'Lihat, bagaimana air bangkit mengamuk dari Utara dan menjadi suatu sungai deras yang membanjir… Mendengar gemuruh air, kamu akan kehilangan kekuatanmu; kesombonganmu, hatimu, kuasamu, perasaanmu, semuanya akan hancur. Sebab penghukuman Allah bagimu, bangsa yang jahat, akan mendatangkan gemuruh air bah, sementara akan ada bala tentara duniawi dan laskar surgawi untuk menghukum kedegilanmu, menyerangmu melalui perintah para Pemimpin Umat Allah. Dan kamu, sisa-sisa pulau dosa dan pintu Neraka, akan dimusnahkan! Kamu sudah menjadi sombong sebab Herodes sudah membangun kembali rumah-rumahmu? Tetapi kamu akan dicukur hingga kamu menjadi gundul tak berdaya dan kamu akan dihantam oleh segala macam penghukuman di kota-kota dan desa-desamu, di lembah-lembah dan dataran-dataranmu. Nubuat masih belum berakhir…' dan aku ingin melanjutkan, tetapi mereka menyerbu kami dan hanya karena sebuah caravan-yang-dikirim-dari-surga yang sedang lewat sepanjang salah satu jalanan, kami berhasil mendapatkan perlindungan, sementara batu-batu sudah melayang. Batu-batu itu menghantam unta-unta dan para penunggangnya; ada huru-hara dan kami bergegas melarikan diri. Sesudahnya kami tinggal diam-diam di sebuah halaman kecil pedesaan. Ah! Aku tidak akan pernah datang kembali ke sini lagi…"
"Maafkan aku, tapi kau menghina mereka! Itu salahmu! Sekarang kami mengerti mengapa mereka begitu memusuhi kami ketika mereka datang untuk mengusir kami pergi!" seru Natanael. Dan dia melanjutkan: "Dengarkan, Guru. Kami, yakni Simon anak Yohanes, Filipus dan aku sudah pergi ke menara yang menghadap ke laut. Ada beberapa pelaut dan pemilik kapal di sana, yang memuat barang-barang ke Siprus, Yunani dan tempat-tempat yang lebih jauh lainnya. Dan mereka mengutuki matahari, debu dan kerja keras mereka, takdir Filistin mereka yang menyiratkan bahwa mereka adalah budak-budak dari orang-orang yang menindas, sementara mereka dapat menjadi raja. Dan mereka mengutuki para Nabi, Bait Allah dan kita semua. Aku ingin pergi, tetapi Simon menolak dengan berkata: 'Tidak, sebaliknya, kita perlu mendatangi orang-orang berdosa ini. Guru akan melakukan itu, dan kita harus melakukannya juga.'
'Jadi, kau dapat berbicara kepada mereka,' kata Filipus dan aku. 'Dan jika aku tidak tahu apa yang harus dikatakan?' kata Simon. 'Maka kami akan membantumu,' jawab kami.
Simon lalu, dengan tersenyum, pergi menghampiri dua orang laki-laki yang sedang duduk bermandikan keringat di atas sebuah buntalan raksasa yang tidak dapat mereka naikkan ke atas kapal, dan dia berkata: 'Berat ya?'
'Tidak seberat kenyataan bahwa kami letih. Dan kami harus menyelesaikan muatan ini, sebab itulah apa yang dikehendaki si pemilik. Dia ingin berlayar sementara laut tenang, sebab sore ini laut akan bergelora dan dia harus sudah melewati batu karang itu agar terhindar dari bahaya.'
'Batu karang di lautan?'
'Ya, di sana, di mana airnya berbuih, tempat yang bahaya.'
'Arusnya, eh? Tentu saja! Angin selatan bertiup sekeliling tanjung dan bertabrakan dengan arus di sana…'
'Apa kau seorang pelaut?'
'Seorang nelayan, seorang nelayan air tawar. Tapi air selalu air dan angin selalu angin. Aku sendiri nyaris tenggelam dalam air lebih dari sekali dan tangkapanku masuk kembali ke dalam danau. Bisnis kami bagus tapi dapat juga tidak menyenangkan. Tidak ada tempat yang sepenuhnya buruk dan tidak ada bangsa yang sepenuhnya kejam. Dengan sedikit kehendak baik adalah selalu mungkin untuk sampai pada suatu kesepakatan dan orang akan mendapati bahwa ada orang-orang baik di mana-mana. Ayolah! Aku akan membantumu' dan Simon memanggil Filipus dengan berkata: 'Ayo, kau akan menangkap muatannya di sana, aku akan menangkapnya di sini dan orang-orang baik ini akan menghantar kita ke sana, ke kapal, dan ke bawah ke palka.'
Orang-orang Filistin agak enggan, tetapi lalu mengijinkan mereka membantu. Sesudah menempatkan buntalan di tempatnya, dan buntalan-buntalan lain, yang ada di jembatan juga, Simon mulai memuji kapal, sebab dia hanya tahu itu, dan dia memuji lautan, kota yang sangat indah seperti terlihat dari pantai dan dia menunjukkan minat pada navigasi dan pada kota-kota asing.
Dan mereka semua mengelilinginya, berterima kasih padanya dan memujinya… Hingga seorang bertanya padanya: 'Tapi, dari manakah kau? Dari daerah Nil?'
'Bukan, dari Laut Galilea. Tetapi seperti bisa kamu lihat aku bukanlah seekor macan.'
"Itu benar. Apa kau menginginkan pekerjaan?'
'Ya.'
'Aku akan membawamu serta, jika kau mau. Aku dapat lihat bahwa kau seorang pelaut yang handal,' kata pemilik kapal.
'Aku sebaliknya yang akan membawamu serta.'
'Aku? Tetapi, tidakkah kau katakan padaku bahwa kau menginginkan pekerjaan?'
'Itu benar. Pekerjaanku adalah membawa manusia kepada Mesias Allah. Kau adalah manusia. Jadi kau adalah pekerjaan bagiku.'
"Tapi aku seorang Filistin!'
"Dan apa itu artinya?'
'Artinya bahwa kamu membenci kami, bahwa kamu telah menganiaya kami sejak dari dahulu kala. Para pemimpinmu selalu mengatakan demikian…'
"Para nabi, eh? Tetapi sekarang para Nabi adalah suara yang tidak lagi berseru. Sekarang hanya ada Yesus kudus yang agung, Ia tidak berteriak, melainkan memanggil orang dengan suara yang bersahabat. Ia tidak mengutuk, Ia memberkati. Ia tidak mendatangkan kemalangan, melainkan mengenyahkannya. Ia tidak membenci dan tidak ingin siapa pun membenci. Sebaliknya Ia mengasihi semua orang dan Ia ingin kita mengasihi juga musuh-musuh kita. Dalam kerajaan-Nya tidak akan ada lagi para pemenang dan para pecundang, orang-orang bebas dan budak-budak, teman dan musuh. Tidak akan ada lagi perbedaan-perbedaan begitu rupa yang menyakitkan, yang merupakan konsekuensi dari kejahatan manusia; melainkan hanya akan ada para pengikut-Nya, yakni orang-orang yang hidup dalam kasih, dalam kemerdekaan, dalam kemenangan atas segalanya yang merupakan beban atau penderitaan. Aku mohon padamu. Sudi percayalah pada perkataanku dan rindukanlah Ia. Nubuat-nubuat dituliskan. Tetapi Ia lebih besar dari para Nabi dan nubuat-nubuat dihapuskan bagi mereka yang mengasihi-Nya. Lihat kotamu yang indah ini? Kamu akan mendapatkan yang jauh terlebih indah di Surga, jika kamu maju sejauh mengasihi Tuhan kita Yesus, Kristus dari Allah.' Itulah apa yang dikatakan Simon dan dia sederhana dan sekaligus terinspirasi dan semua orang mendengarkannya dengan seksama dan dengan hormat. Ya, dengan hormat.
Kemudian beberapa warga muncul dari sebuah jalanan dengan berteriak-teriak, dan mereka bersenjatakan pentung dan batu-batu dan mereka melihat kami dan mereka mengenali dari pakaian kami bahwa kami adalah orang-orang asing, dan sekarang aku mengerti, mereka mengenali bahwa kami dari bangsamu, Yudas, dan mereka pikir bahwa kita semua sama sepertimu. Andai mereka yang di kapal tidak melindungi kami, kami pastilah sudah tertimpa masalah! Mereka menurunkan sebuah sekoci dan membawa kami pergi melalui laut dan mereka membiarkan kami mendarat dekat kebun di mana kita berada siang tadi dan dari sana kami datang kemari bersama dengan orang-orang yang menanam bunga-bungaan untuk orang-orang kaya negeri ini. Tetapi, Yudas, kau sudah merusakkan semuanya! Itukah cara menganiaya orang?'
"Itu kebenaran."
"Tetapi harus digunakan dengan bijaksana. Petrus tidak mengatakan dusta, tetapi dia tahu apa yang harus dikatakan," kecam Natanael.
"Oh! aku! Aku berusaha untuk menempatkan diri di posisi Guru, dan aku pikir: 'Ia akan sangat baik. Dan aku juga…'" kata Petrus rendah hati.
"Aku suka sikap yang kuat. Itu lebih rajawi."
"Gagasanmu biasanya! Kau salah, Yudas. Guru telah berupaya untuk mengoreksi gagasanmu itu selama setahun ini. Tapi kau tidak akan menyerah pada koreksi. Kau bersikukuh dalam kesalahanmu seperti orang-orang Filistin yang kau serang itu,' kata Simon Zelot mencela.
"Kapankah Ia pernah mengoreksiku untuk itu? Bagaimanapun setiap orang punya caranya sendiri dan mempergunakannya."
Zelot mulai dengan perkataan itu dan menatap pada Yesus, Yang diam dan Yang menanggapi dengan sekilas senyum mengerti pada tatapan Simon yang mengingatkan.
"Itu bukan alasan yang baik," kata Yakobus Alfeus dengan tenang dan melanjutkan: "Kita di sini untuk mengoreksi diri kita sendiri sebelum mengoreksi yang lainnya. Guru telah menjadi Guru utama kita. Dan Ia tidak akan menjadi Guru kita andai Ia tidak menghendaki kita mengubah kebiasaan dan pikiran kita."
"Ia adalah Guru dalam kebijaksanaan…"
"Benar? Ya," kata Tadeus serius.
"Betapa meributkan hal-hal sepele! Baiklah, Ia demikian."
"Dan Ia adalah Guru kita dalam segala hal lainnya, bukan hanya dalam kebjaksanaan. Pengajaran-Nya berlaku bagi semua yang ada dalam diri kita. Ia sempurna, kita tidak sempurna. Oleh karenanya, marilah kita berjuang untuk menjadi sempurna," nasehat lembut Yakobus Alfeus.
"Aku tidak berpikir bahwa aku sudah melakukan kesalahan. Kesalahan terletak pada bangsa terkutuk itu. Mereka semuanya jahat."
"Tidak. Kau tidak dapat berkata begitu," ledak Tomas. "Yohanes pergi ke kalangan kelas terendah: para nelayan yang tengah membawa hasil tangkapan mereka ke pasar. Dan lihatlah kantong basah ini. Penuh dengan ikan-ikan pilihan. Mereka merelakan keuntungan mereka untuk diberikan kepada kami. Mereka khawatir kalau-kalau hasil tangkapan pagi sudah menjadi tidak segar sore hari, jadi mereka pergi kembali ke laut dan mereka ingin kami pergi bersama mereka. Kami seolah berada di Danau Galilea dan aku bisa meyakinkanmu bahwa jika tempat itu mengingatkan kita tentangnya, jika juga perahu-perahu yang penuh dengan wajah-wajah antusias itu mengingatkan kita, Yohanes jauh terlebih lagi mengingatkan kita. Dia kelihatan seperti Yesus yang lain. Perkataan yang mengalir dari bibirnya yang tersenyum adalah semanis madu dan wajahnya bercahaya bagai matahari yang lain. Betapa ia mirip dengan-Mu, Guru! Aku tersentuh. Kami berada di laut selama tiga jam, menantikan jaring-jaring, yang dibentangkan di antara pengapung-pengapung, agar menjadi penuh ikan dan itu adalah tiga jam penuh kebahagian. Kemudian mereka ingin bertemu dengan-Mu. Tetapi Yohanes mengatakan: 'Kita akan bertemu di Kapernaum' seolah dia tengah mengatakan: 'Kita akan bertemu di alun-alun desamu.' Dan meski demikian mereka berjanji untuk datang dan mereka memperhatikan waktunya. Dan kami harus berdebat untuk tidak dibebani dengan terlalu banyak ikan. Mereka memberikan kepada kami ikan-ikan terbaik. Marilah kita pergi dan memasaknya. Kita akan berpesta malam ini, untuk mengompensasi puasa kemarin."
"Tetapi apakah yang kau katakan kepada mereka?" tanya Iskariot yang tidak puas.
"Tidak ada yang istimewa. Aku berbicara tentang Yesus," jawab Yohanes.
"Tetapi cara kau dapat berbicara tentang-Nya! Juga Yohanes mengutip para Nabi. Tetapi dia memutar-balikkannya," jelas Tomas.
"Memutar-balikkan?" tanya Iskariot tercengang.
"Ya. Kau mengutip kekerasan dari para Nabi, dia mengutip kemanisan. Sebab, bagaimanapun, kekerasan mereka adalah kasih, kasih yang keras dan eksklusif, jika kau mau mengatakannya, tetapi tetaplah kasih bagi jiwa-jiwa agar mereka mau setia kepada Allah. Aku tidak tahu apakah kau pernah merenungkan itu, sebab kau dididik di antara ahli-ahli Taurat. Aku pernah, meski aku seorang pandai emas. Juga emas ditempa dan dilebur dalam wadah peleburan, guna menjadikannya lebih indah. Bukan karena dengki: melainkan demi cinta. Demikianlah bagaimana para Nabi menangani jiwa-jiwa. Aku memahaminya, mungkin sebab aku seorang pandai emas. Dia mengutip nubuat Zakharia sehubungan dengan Hadrakh dan Damsyik dan ketika dia sampai pada kalimat: 'Melihat ini Askelon akan menjadi ketakutan, dan Gaza akan dikuasai kegentaran, begitu pula Ekron, sebab harapannya sudah kandas. Raja akan binasa dari Gaza,' dia mulai menjelaskan bagaimana semua itu terjadi sebab manusia sudah meninggalkan Allah, dan berbicara mengenai kedatangan Mesias, Yang adalah pengampunan penuh kasih, dia menjanjikan bahwa dari suatu kerajaan yang miskin, sebab demikianlah anak-anak dunia yang merindukan negeri mereka, mereka yang mengikuti Doktrin Mesias akan berhasil dalam mencapai suatu kerajaan kaya tak terbatas yang abadi di Surga. Menceritakannya, bukan apa-apa, tetapi mendengarkannya! Aku pikir aku sedang mendengarkan musik dan bahwa aku sedang dibawa pergi oleh malaikat-malaikat. Dan demikianlah para Nabi, yang memberimu pentung, memberi kami ikan yang lezat."
Yudas malu dan tinggal diam.
"Dan bagaimana denganmu?" sang Guru bertanya kepada kedua sepupu-Nya dan Zelot.
"Kami pergi menuju galangan kapal, di mana buruh-buruh dempul bekerja. Kami juga memilih pergi ke kalangan orang-orang miskin. Tetapi ada juga beberapa orang Filistin kaya yang mengawasi kapal-kapal mereka dibangun. Kami tidak tahu siapa di antara kami yang harus berbicara, jadi kami membuang undi, seperti yang dilakukan anak-anak. Yudas mengacungkan tujuh jari, Simon dua dan aku empat. Jadi Yudas yang harus berbicara. Dan ia melakukannya," jelas Yakobus Alfeus.
"Apakah yang kau katakan?" mereka semua bertanya.
"Aku secara terbuka memperkenalkan diri siapakah aku, dengan mengatakan bahwa aku meminta mereka dalam keramah-tamahan mereka untuk sudi berbaik hati mendengarkan perkataan dari seorang peziarah yang menganggap mereka sebagai saudara, sebab memiliki asal-usul yang sama dan akhir yang sama, dan pengharapan, yang meski tidak umum adalah penuh kasih, untuk membawa mereka ke rumah Bapa dan menyebut mereka sebagai 'saudara' untuk selama-lamanya, dalam sukacita besar di Surga.
Lalu aku katakan: 'Zefanya, Nabi kita mengatakan: "Daerah tepi laut akan menjadi tempat bagi gembala-gembala… mereka akan menghantar kawanan ke sana untuk merumput; di antara rumah-rumah Askelon mereka akan berbaring pada malam hari"' dan aku menjelaskan gagasanku dengan mengatakan: 'Gembala Utama telah datang di antaramu. Dia tidak bersenjatakan anak-anak panah, melainkan kasih. Dia merentangkan kedua tangan-Nya kepadamu dan dan menunjukkan padang rumput-Nya yang kudus. Dia mengingat masa silam hanya untuk berbelas-kasihan kepada manusia atas perbuatan jahat yang mereka lakukan dan sudah mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri melalui kebencian, seperti anak-anak bodoh, sementara mereka dapat melegakan begitu banyak penderitaan dengan saling mengasihi satu sama lain, sebab mereka adalah saudara.
'Tanah ini' aku katakan 'akan menjadi tempat bagi gembala-gembala kudus, para hamba dari Gembala Utama ,yang sudah menyadari bahwa mereka akan memiliki padang-padang rumput tersubur mereka di sini dan kawanan terbaik mereka; dan hati mereka, dalam tahun-tahun sisa hidup mereka, akan dapat beristirahat dengan memikirkan hatimu dan hati anak-anakmu, dengan terlebih akrab mesra dibandingkan rumah-rumah yang paling bersahabat, sebab Yesus Tuhan Kita, akan menjadi Guru mereka.' Mereka memahamiku. Mereka mengajukan padaku pertanyaan-pertanyaan, bukan, mereka mengajukan kepada kami semua pertanyaan-pertanyaan. Dan Simon menceritakan kepada mereka mengenai kesembuhannya, saudaraku berbicara kepada mereka mengenai kebaikan-Mu terhadap mereka yang miskin. Dan inilah buktinya. Kantong uang yang gemuk ini untuk orang-orang miskin yang akan kita temukan dalam perjalanan kita. Para Nabi juga tidak mencelakakan kami…"
Yudas tidak mengatakan sepatah kata pun.
"Baiklah," kata Yesus menghibur, "Yudas akan melakukannya dengan lebih baik lain kali. Tadinya dia berpikir bahwa dia melakukan yang benar dengan melakukan apa yang dia lakukan itu. Dan sebab dia bertindak untuk suatu tujuan yang jujur, dia tidak berbuat dosa. Dan Aku sama puasnya terhadapnya. Tidaklah mudah menjadi seorang rasul. Tetapi orang belajar. Aku menyesali satu hal saja. Bahwa Aku tidak memiliki uang ini sebelumnya dan bahwa Aku tidak bertemu denganmu tadi. Aku membutuhkannya untuk sebuah keluarga yang menyedihkan."
"Kita dapat kembali. Masih awal… Tetapi, maafkan aku, Guru. Bagaimana dengan-Mu? Apakah yang Engkau lakukan? Tidak ada? Tidakkah Engkau menginjili?"
"Aku? Aku berjalan-jalan. Lewat keheningan-Ku Aku katakan kepada seorang pelacur: 'Tinggalkan jalan hidupmu yang penuh dosa.' Aku bertemu seorang anak laki-laki, agak sedikit nakal, dan Aku menginjilinya dan kami bertukar hadiah. Aku memberinya gesper yang dipasangkan Maria Salome pada jubahku di Betania, dan dia memberi-Ku hasil karyanya ini" dan Yesus mengeluarkan dari jubah-Nya boneka karikatur itu. Mereka semua melihatnya dan tertawa. "Lalu Aku pergi melihat-lihat karpet-karpet yang indah yang dibuat seorang di Askelon untuk dijual di Mesir dan di tempat-tempat lain… dan Aku menghibur seorang gadis kecil tanpa ayah dan Aku menyembuhkan ibunya. Dan hanya itu."
"Dan Engkau pikir itu hal yang kecil?"
"Ya. Sebab ada juga kebutuhan akan uang, tapi Aku tidak mempunyainya."
"Tapi marilah kita kembali… kita tidak akan menyusahkan siapa pun," kata Tomas.
"Dan bagaimana dengan ikan-ikanmu?" kata Yakobus Zebedeus bergurau.
"Ikan? Yah. Kau yang… bertanggung-jawab, pergilah ke pak tua yang memberi kita tumpangan dan mulailah mempersiapkannya. Kami akan pergi ke kota."
"Ya," kata Yesus. "Tapi Aku akan menunjukkan kepadamu rumah itu dari kejauhan. Akan ada banyak orang. Aku tidak akan ikut, sebab mereka akan menahan-Ku. Aku tidak ingin mengecewakan tuan rumah kita yang menantikan kita dengan menolak undangannya. Kekasaran adalah selalu bertentangan dengan cinta kasih."
Iskariot menundukkan kepalanya terlebih dalam dan wajahnya merah padam, demikianlah perubahan rona wajahnya, mengingat betapa sering dia sudah melakukan kesalahan itu.
Yesus kembali berbicara: "Kamu akan masuk ke dalam rumah itu dan mencari si gadis kecil, dia adalah satu-satunya gadis di sana, jadi kamu tak mungkin keliru. Kamu akan memberikan kantong uang ini dan katakan padanya: 'Allah mengirimkan ini untukmu sebab kau percaya. Ini untukmu, mamamu dan adik-adikmu.' Itu saja. Dan kembalilah segera. Ayo, kita pergi."
Dan kelompok terpecah sementara Yesus pergi ke kota bersama Yohanes, Tomas dan kedua sepupu-Nya, sementara yang lainnya pergi menuju rumah si Filistin pemilik stan kebun.
|
|