208. PERGI KE RUMAH ELIZA DI BET-ZUR.   


4 Juli 1945

"Kita hampir pasti akan menemukan mereka jika kita kembali ke jalanan Hebron sebentar. Pergilah berpasang-pasangan mencari mereka di jalan-jalan setapak gunung. Dari sini ke Kolam-kolam Salomo dan dari sana ke Bet-Zur. Kami akan mengikutimu. Ini adalah daerah tempat mereka menggembala," kata Tuhan kepada Keduabelas dan aku mengerti bahwa Ia sedang membicarakan para gembala.

Para rasul bersiap untuk pergi, masing-masing bersama teman favoritnya dan hanya pasangan tak terpisahkan Yohanes dan Andreas yang tidak bersama-sama sebab mereka berdua pergi kepada Iskariot dengan berkata: "Aku pergi bersamamu" dan Yudas menjawab: "Ya, ayo, Andreas. Lebih baik begitu, Yohanes. Kau dan aku sudah mengenal para gembala. Jadi lebih baik jika kau pergi bersama seorang lain."

"Jadi, ayo bersamaku, bocah," kata Petrus meninggalkan Yakobus Zebedeus, yang tanpa protes pergi bersama Tomas, sementara Zelot menggabungkan diri dengan Yudas Tadeus, Yakobus Alfeus pergi bersama Matius, dan dua sahabat yang tak terpisahkan Filipus dan Bartolomeus tetap bersama. Si bocah tetap bersama Yesus dan para Maria.

Jalanan teduh dan nyaman terhampar di antara pegunungan yang sepenuhnya hijau berselimutkan hutan-hutan dan padang-padang rumput. Mereka bertemu rombongan yang sedang menuju padang-padang penggembalaan dalam terang samar fajar.

Mendengar suara lonceng-lonceng ternak Yesus berhenti berbicara dan memandang berkeliling, Ia lalu bertanya pada para gembala apakah Elia, si gembala Betlehem, ada di daerah itu. Aku mengerti bahwa sekarang Elia disebut 'si orang Betlehem'. Bahkan meski para gembala lain berasal dari Betlehem, dia karena suatu alasan atau karena olok-olok disebut 'si orang Betlehem.' Tetapi tak seorang pun tahu di mana dia berada. Mereka menjawab dengan menghentikan kawanan mereka dan berhenti memainkan seruling desa mereka.

Hampir setiap pemuda punya satu dari seruling-seruling bambu kuno itu, yang membuat Marjiam melonjak-lonjak kegirangan, hingga seorang tua yang baik memberikan seruling milik keponakannya dengan berkata: "Dia akan membuat yang lain untuknya sendiri", dan Marjiam pergi dengan gembira dengan alat musik itu diselempangkan pada punggungnya, bahkan meski dia tidak tahu bagaimana memainkannya, setidaknya untuk sementara itu.

"Aku sungguh ingin bertemu mereka!" seru Maria.

"Kita pasti akan menemukan mereka. Pada musim ini mereka selalu ada dekat Hebron."

Si bocah tertarik pada para gembala itu yang melihat Kanak-kanak Yesus dan dia mengajukan banyak pertanyaan pada Maria dan Ia menjawab semuanya dengan sabar dan lemah-lembut.

"Tetapi kenapa orang-orang itu menghukum mereka? Mereka tidak melakukan suatu pun selain dari yang baik!" tanya si bocah sesudah mendengarkan kisah kemalangan mereka.

"Sebab sangat sering manusia melakukan kesalahan-kesalahan, dengan menuduh orang-orang tak bersalah melakukan perbuatan-perbuatan jahat yang sesungguhnya dilakukan oleh orang lain. Tetapi sebab mereka baik dan mengampuni, Yesus sangat mengasihi mereka. Kita harus selalu dapat mengampuni."

"Tetapi semua anak-anak yang dibantai, bagaimana mereka dapat telah mengampuni Herodes?"

"Mereka adalah para Martir kecil, Marjiam, dan martir adalah seorang kudus. Mereka tidak hanya mengampuni para pembantai mereka, melainkan juga mengasihi para pembantai mereka, sebab orang-orang itu membukakan Surga bagi mereka."

"Tetapi apakah mereka di Surga?"

"Tidak, sekarang belum. Tetapi mereka ada di Limbo di mana mereka menjadi sukacita bagi para Patriark dan orang-orang benar."

"Kenapa?"

"Sebab ketika mereka tiba dengan jiwa mereka merah oleh darah, mereka berkata: 'Inilah kami, kami adalah bentara-bentara Kristus sang Juruselamat. Bersukacitalah, kamu yang menanti, sebab Ia sudah di dunia.' Dan semua orang mengasihi mereka sebab mereka adalah para pembawa kabar gembira ini."

"Ayahku mengatakan padaku bahwa juga Sabda Yesus adalah kabar gembira. Jadi, ketika ayahku pergi ke Limbo sesudah mengulanginya di dunia, dan aku juga pergi ke sana, akankah kami dikasihi juga?"

"Kau tidak akan pergi ke Limbo, kecil-Ku sayang."

"Kenapa?"

"Sebab Yesus akan sudah kembali ke Surga dan akan sudah membukanya dan semua orang baik akan pergi langsung ke Surga ketika mereka mati."

"Aku akan menjadi baik, aku janji. Dan Simon anak Yohanes? Dia juga, eh? Sebab aku tidak ingin menjadi seorang anak yatim piatu untuk kedua kalinya."

"Dia akan ada di sana juga, kau dapat pastikan itu, tetapi tidak ada yatim piatu di Surga. Kita punya Allah. Dan Allah adalah segalanya. Kita juga bukan yatim piatu di sini. Sebab Bapa selalu bersama kita."

"Tetapi Yesus dalam doa yang indah itu, yang Engkau ajarkan kepadaku pada waktu siang dan ibuku pada waktu malam, mengatakan: 'Bapa kami Yang ada di Surga.' Kita masih belum di Surga. Karenanya, bagaimana kita dapat bersama-Nya?"

"Sebab Allah ada di mana-mana, nak. Ia menjaga bayi yang dilahirkan dan orang lanjut usia yang di ambang ajal. Anak yang dilahirkan pada saat ini, di tempat yang paling jauh di dunia, memiliki kasih dan mata Allah bersamanya dan akan memilikinya hingga dia mati."

"Bahkan meski dia sejahat Doras?"

"Ya."

"Tetapi dapatkah Allah, Yang begitu baik, mengasihi Doras yang begitu jahat dan membuat bapa tuaku menangis?"

"Dia memandang padanya dengan jijik dan sedih. Tetapi jika dia bertobat, Ia akan mengatakan padanya apa yang dikatakan bapa dalam perumpamaan kepada anaknya yang bertobat. Kau sepatutnya berdoa agar dia mau bertobat dan…"

"Oh! tidak, Bunda! Aku akan berdoa supaya dia mati!!!" kata si bocah serta-merta. Meski perkataannya tidak terlalu… seperti malaikat, kespontanannya begitu tulus hingga tak seorang pun dapat menahan tawa.

Maria lalu kembali ke keseriusan manisnya sebagai seorang Guru: "Tidak, sayang-Ku. Kau jangan lakukan itu pada seorang pendosa. Allah tidak akan mendengarkanmu dan akan menatapmu dengan keras juga. Kita sepatutnya mengharapkan kesejahteraan terbaik bagi sesama kita, bahkan meski sesama kita itu sangat jahat. Hidup itu adalah suatu yang indah sebab memberikan kesempatan pada manusia untuk mendapatkan ganjaran di mata Allah."

"Tapi jika orang jahat, orang mendapatkan dosa."

"Kita berdoa supaya dia dapat menjadi baik."

Si bocah termenung… tetapi dia tidak suka pelajaran luhur ini dan dia menyimpulkan: "Doras tidak akan menjadi baik bahkan meski aku berdoa untuknya. Dia terlalu jahat. Bahkan andai semua martir bayi dari Betlehem berdoa bersamaku, dia tidak akan menjadi baik. Engkau tidak tahu… Engkau tidak tahu bahwa suatu hari dia memukul bapa tuaku dengan sebatang besi, sebab mendapatinya duduk pada waktu jam kerja? Bapa tua tidak dapat berdiri sebab dia tidak enak badan… dan orang itu memukulnya dan membiarkannya setengah mati, dan lalu menendang mukanya… Aku melihatnya sebab aku bersembunyi di balik pagar tanam-tanaman… Aku pergi ke sana sebab tak seorang pun membawakanku roti selama dua hari dan aku kelaparan… Aku harus melarikan diri supaya orang itu tidak mendengarku, sebab aku menangis melihat bapaku seperti itu, dengan darah pada jenggotnya, tergeletak di tanah, seperti sudah mati… Aku menangis ketika aku pergi minta roti… tetapi roti itu masih ada di sini… dan berasa darah dan airmata dari bapaku dan aku, dan dari semua mereka yang dianiaya dan yang tak dapat mengasihi mereka yang menyiksa mereka. Aku ingin memukul Doras supaya dia dapat tahu bagaimana rasanya suatu pukulan, dan aku akan membiarkannya tanpa roti, supaya dia dapat belajar seperti apa rasanya kelaparan, aku ingin membuatnya bekerja di bawah terik matahari, di lumpur, di bawah ancaman seorang pengawas, tanpa makanan, supaya dia dapat tahu apa yang diberikannya pada orang-orang malang… Aku tak dapat mengasihinya sebab… sebab dia membunuh bapa suciku, dan aku… andai aku tak mendapatkan Engkau, kepada siapakah aku harus pergi?"

Si bocah, dalam suatu serangan duka, berteriak dan menangis, gemetar, kalut, meninju udara dengan kepalan-kepalan tangannya, sebab dia tidak dapat meninju si mandor budak. Para perempuan terperanjat dan trenyuh dan mereka berupaya menenangkannya. Tetapi dia sungguh dihantam duka hebat dan tidak mendengar apa pun. Dia berteriak: "Aku tidak bisa, aku tidak bisa mengasihi dan mengampuni dia. Aku membencinya, aku membencinya atas nama semua orang, aku membencinya, aku membencinya!..." Dia dalam keadaan yang mengenaskan dan mengerikan. Ini adalah reaksi dari suatu makhluk yang sudah menderita terlalu banyak.

Dan Yesus berkata: "Itu adalah kejahatan Doras yang paling serius: membuat seorang anak tak berdosa membenci…"

Ia lalu merengkuh si bocah dalam pelukan-Nya dan berbicara kepadanya: "Dengarkan, Marjiam. Apa kau ingin suatu hari nanti pergi bersama mamamu, ayahmu, adik laki-lakimu dan juga bapa tua?"

"Ya…"

"Jadi kau tidak boleh membenci siapa pun. Orang yang membenci tidak pergi ke Surga. Kau tak dapat berdoa untuk Doras sekarang? Baik, tidak usah berdoa, tetapi jangan membenci. Tahukah kau apa yang harus kau lakukan? Kau jangan pernah menoleh ke belakang memikirkan masa lalu…"

"Tetapi bapa tuaku yang menderita bukanlah masa lalu…"

"Itu benar. Tetapi lihat, Marjiam, coba dan berdoalah seperti ini: 'Bapa kami Yang di Surga, sudi perhatikan apa yang menjadi keinginanku …' Kau akan lihat bahwa Bapa akan mendengarkanmu dengan cara terbaik yang mungkin. Bahkan andai kau membunuh Doras, apa yang akan kau dapat? Kau akan kehilangan kasih Allah, Surga, penyertaan ayah dan ibumu dan kau tidak akan meringankan permasalahan bapa tua yang kau kasihi. Kau terlalu kecil untuk dapat melakukannya. Tetapi Allah dapat. Katakanlah pada-Nya. Katakan pada-Nya: 'Engkau tahu betapa aku sangat mengasihi bapa tuaku dan betapa aku mengsihi mereka semua yang menderita. Maukah Engkau mengurus masalah ini, sebab Engkau dapat melakukan segalanya.' Apa? Tidakkah kau ingin mewartakan Injil? Tetapi Injil mengajarkan kasih dan pengampunan! Bagaimana kau dapat mengatakan pada orang: 'Janganlah membenci. Ampunilah' jika kau sendiri tidak dapat mengasihi dan mengampuni? Serahkanlah segalanya pada Allah Yang baik dan kau akan lihat bagaimana baiknya Ia dapat mengurus segala permasalahan. Maukah kau melakukan itu?"     

"Ya, aku mau, sebab aku mengasihi-Mu."

Yesus mencium si bocah dan menurunkannya.

Insiden berakhir begitu pula perjalanan mereka. Ada tiga kolam besar digali di gunung berbatu itu, suatu pekerjaan yang sungguh mengagumkan. Permukaan air yang sangat jernih berkilau-kilau pula air terjun yang dari kolam pertama jatuh ke dalam kolam kedua yang lebih besar dan lalu ke dalam kolam ketiga, yang sungguh merupakan sebuah danau kecil. Pipa-pipa menyalurkan air hingga ke kota-kota yang jauh. Keseluruhan gunung, dari sumber mataair ke kolam-kolam dan dari kolam-kolam ke tanah sungguh teramat indah dan subur, syukur atas kelembaban tanah di daerah ini, dan bunga-bungaan yang lebih beragam, bersama tanam-tanaman ramuan dengan harum langka, menjadikan sisi hijau gunung suatu pemandangan yang sungguh sedap dipandang dan mempesona. Membuat orang berpikir bahwa manusialah yang sudah menanam bunga-bungaan taman di sini bersama tanam-tanaman ramuan yang harum, yang, di bawah panas matahari, menebarkan di udara aroma kayu manis, kapur barus, cengkeh, lavender dan harum-haruman lainnya yang manis, wangi, kuat dan tajam, dalam suatu campuran mengagumkan dari wangi-wangian terbaik dunia. Akan aku katakan bahwa itu adalah suatu perpaduan harmonis wangi-wangian sebab sungguh merupakan suatu sajak tanam-tanaman ramuan dan bunga-bungaan dalam warna dan keharuman.  

Semua rasul duduk di bawah naungan sebatang pohon yang diselimuti bunga-bunga putih besar, yang namanya aku tidak tahu. Bunga-bunga itu berbentuk lonceng gantung yang sangat besar, berwarna putih enamel, yang terayun-ayun oleh hembusan angin yang paling lembut, menebarkan harumnya di setiap ayunan. Aku tidak tahu nama pohon ini. Bunga-bunganya mengingatkanku akan suatu semak yang tumbuh di Calabria, yang oleh penduduk setempat disebut "bottaro", tetapi batangnya sangat berbeda, sebab yang ini adalah pohon yang tinggi, dengan batang yang kokoh, dan bukan semak. Yesus memanggil mereka dan mereka bergegas mendatangi-Nya.

"Kami nyaris langsung menemukan Yusuf, dia sedang dalam perjalanan pulang dari pasar. Mereka semua akan berada di Bet-Zur sore ini. Kita berkumpul bersama, dengan saling berteriak satu sama lain, dan kita tetap tinggal di sini di bawah naungan yang sejuk," jelas Petrus.

"Betapa tempat yang sangat indah! Seperti sebuah taman! Kami tadi memperbincangkan apakah taman ini alami atau buatan, dan sebagian bersikeras ini alami, sebagian bukan," kata Tomas.

"Tanah Yudea punya keajaiban-keajaiban yang begitu rupa," kata Iskariot, yang jelas terlihat condong untuk menyombongkan diri dalam segala hal, termasuk dalam hal bunga-bungaan dan tanam-tanaman ramuan.     

"Ya, tapi… aku pikir kebun Yohana di Tiberias apabila dibiarkan terbengkalai dan menjadi liar, juga Galilea akan punya keajaiban bunga-bunga mawar yang mengagumkan di tengah reruntuhan," jawab pedas Yakobus Zebedeus.   

"Kau tidak salah. Ini adalah daerah di mana taman-taman Salomo berada, dan taman-taman itu termashyur, seperti istana-istananya, ke seluruh dunia pada masa itu. Mungkin di sinilah dia memimpikan Kidung Agung, dan dia menganggap berasal dari Kota Suci segala bunga-bungaan indah yang dia tumbuhkan di sini," kata Yesus.

"Jadi aku benar!" seru Tadeus.

"Ya, kau benar. Tahukah Engkau, Guru? Dia mengutip Pengkhotbah, dengan menggabungkan gagasan taman-taman hingga gagasan kolam-kolam dan dia mengakhirinya dengan mengatakan: 'Tetapi dia menyadari bahwa semuanya adalah kesia-siaan dan tiada suatu pun yang kekal di bawah matahari, terkecuali Sabda Yesus-ku'" kata Yakobus, saudaranya.

"Aku berterima kasih. Tetapi marilah kita berterima kasih juga kepada Salomo, entah bunga-bunga aslinya adalah miliknya atau bukan. Kolam-kolam yang memberi hidup pada tanam-tanaman ramuan dan manusia jelas miliknya. Mungkin dia diberkati untuk itu. Sekarang marilah kita pergi ke semak besar mawar yang saling terjalin itu, yang sudah membentuk suatu terowongan bunga dari pohon ke pohon. Kita akan berhenti di sana. Kita hampir separuh perjalanan…"   

… Dan mereka menempuh perjalanan kembali sekitar pukul sembilan, ketika pepohonan membentuk bayang-bayang panjang di daerah ini, yang dengan sangat baik diolah di setiap bagiannya. Orang akan mendapat kesan sedang berjalan melintasi suatu kebun botani sebab segala jenis pepohonan ada di sana: pohon-pohon hutan, pohon-pohon buah-buahan dan pohon-pohon hias. Ada orang-orang yang sedang mengerjakan tanah di mana-mana tetapi mereka tidak memperlihatkan kepedulian pada kelompok yang sedang lewat itu. Sebaliknya, kelompok itu bukanlah yang satu-satunya. Rombongan-rombongan orang Israel lainnya sedang dalam perjalanan pulang dari perayaan Paskah. Jalanannya cukup bagus meski merupakan jalanan setapak sepanjang pegunungan, dan pemandangan alam yang terus berganti membebaskan para pengelana dari perjalanan yang membosankan. Anak-anak sungai dan aliran-aliran air yang deras membentuk koma-koma cair perak dan menuliskan kata-kata yang lalu mereka madahkan dalam banyak kelok-kelok persimpangan mereka, yang mengalir melintasi hutan-hutan atau bersembunyi di bawah gua-gua dari mana mereka lalu muncul kembali dengan terlebih indah. Mereka tampak seolah bermain-main dengan tumbuh-tumbuhan dan bebatuan bak anak-anak yang riang gembira.

Juga Marjiam, yang sudah ceria kembali, bermain dan berusaha melantunkan musik dengan serulingnya untuk menirukan burung-burung. Tetapi suara yang dihasilkannya bukanlah lagu merdu, melainkan ratapan yang memekakkan telinga, yang tampaknya sangat menjengkelkan bagi para anggota kelompok yang lebih sulit, yakni bagi Bartolomeus, sebab usianya, dan bagi Yudas Keriot, sebab banyak alasan. Tak seorang pun mengeluh secara terang-terangan dan si bocah terus meniup serulingnya seraya menari-nari. Hanya dua kali dia menunjuk pada sebuah desa yang terletak di hutan dan bertanya: "Apakah itu desaku?" dan wajahnya menjadi pucat. Tetapi Simon, yang mengawasinya dekat dengan dirinya, menjawab: "Desamu sangat jauh dari sini. Ayo, kita lihat apakah kita dapat memetik bunga indah itu dan memberikannya pada Maria" dan dengan demikian mengalihkan pikirannya dari kesedihan.

Matahari mulai tenggelam ketika Bet-Zur tampak di atas bukitnya dan nyaris pada saat yang sama di jalan kecil yang mereka lalui untuk menuju ke sana, mereka melihat kawanan ternak dan para gembala yang berlari menyongsong mereka. Ketika Elia melihat bahwa Maria juga ada di sana, dia mengangkat kedua tangannya dalam suatu gerak terkejut dan tetap terpaku demikian, tidak mempercayai matanya sendiri.

"Damai sertamu, Elia. Ini Aku. Kami menjanjikannya padamu, tetapi tidaklah memungkinkan untuk bertemu di Yerusalem… Tak mengapa. Kita bertemu sekarang," kata Maria lemah-lembut.

"Oh! Bunda, Bunda!..." Elia tidak tahu harus berkata apa. Akhirnya dia menemukan kata-kata: "Baik, aku sedang merayakan Paskah sekarang. Sama saja, atau malahan lebih baik."

"Tentu saja, Elia. Penjualan kita bagus. Kita dapat menyembelih seekor anak domba kecil. Oh! Sudi jadilah tamu di meja kami yang miskin," mohon Lewi dan Yusuf.

"Kami lelah sore ini. Besok. Dengarkanlah. Apa kau tahu Eliza, istri Abraham anak Samuel?"

"Ya. Dia tinggal di rumahnya di Bet-Zur. Tetapi Abraham sudah meninggal dan putra-putranya meninggal tahun lalu. Yang sulung meninggal karena suatu penyakit dalam beberapa jam saja, dan tak seorang pun tahu apa penyebab kematiannya. Yang lainnya menderita kematian yang perlahan dan tak suatu pun dapat menghentikan kemerosotan kondisinya. Kami memberikan pada Eliza susu kambing muda, sebab dokter mengatakan itu baik bagi si sakit. Dia minum banyak, sebab semua gembala membawakannya pada Eliza, sebab ibu yang malang itu telah menyuruh orang-orang untuk mencari barangsiapa yang punya kambing muda yang menghasilkan susu untuk pertama kalinya dalam kawanan. Namun sia-sia saja. Ketika kami kembali ke sana pemuda itu tidak mau makan. Ketika kami kembali ke Adar, dia sudah meninggal dua bulan sebelumnya."

"Sahabat-Ku yang malang! Dia begitu sayang pada-Ku di Bait Allah… dan dia agaknya bersanak dengan-Ku melalui leluhur kami… Dia baik… Dia pergi untuk menikah dengan Abraham, kepada siapa dia sudah dipertunangkan sejak kanak-kanak, dua tahun sebelum Aku dan Aku ingat ketika dia datang untuk mempersembahkan anak sulungnya kepada Tuhan. Dia meminta-Ku datang, bukan hanya Aku saja, tetapi kemudian dia ingin hanya Aku sendirian saja bersamanya untuk beberapa waktu… Dan sekarang dia sendirian… Oh! Aku harus bergegas menghiburnya! Kamu tinggal di sini. Aku akan pergi bersama Elia dan Aku akan masuk seorang diri. Kesedihan perlu dihormati…"         

"Bahkan Aku juga tidak, Bunda?"

"Tentu saja, selalu. Tetapi yang lain-lainnya… Bahkan kau juga tidak, kecil-Ku. Akan terlalu menyedihkan bagimu. Ayo, Yesus!"

"Tunggulah kami di alun-alun desa. Carilah naungan untuk bermalam. Selamat tinggal," kata Yesus.

Dan hanya dengan disertai Elia, Yesus dan Maria pergi hingga tiba di sebuah rumah besar, yang sama sekali tertutup dan sunyi. Si gembala mengetuk pintu dengan tongkatnya. Seorang pelayan perempuan melongok keluar dari sebuah jendela kecil menanyakan siapa yang mengetuk. Maria maju menghampiri dengan berkata: "Maria anak Yoakim bersama PutraNya, dari Nazaret. Katakanlah pada nyonyamu."

"Percuma saja. Dia tidak ingin menemui siapa pun. Dia menangis terus."

"Cobalah."

"Tidak. Aku tahu bagaimana dia mengusirku jika aku berusaha mengalihkan pikirannya dari kesedihan. Dia tidak menghendaki siapa pun, dia tidak akan menemui siapa pun atau berbicara kepada siapa pun. Dia berbicara hanya pada kenangan putra-putranya."

"Pergilah, perempuan. Aku memerintahmu untuk pergi. Katakan padanya: 'Maria kecil dari Nazaret ada di sini, dia yang adalah putrimu di Bait Allah…' Kau akan lihat bahwa dia akan mau menemui-Ku."

Perempuan itu pergi dengan menggelengkan kepalanya. Maria menjelaskan kepada PutraNya dan kepada si gembala: "Eliza jauh lebih tua dari-Ku. Dia menantikan di Bait Allah tunangannya kembali dari Mesir ke mana dia telah pergi untuk suatu urusan warisan dan jadi dia tinggal di sana hingga umur yang tak lazim. Dia hampir sepuluh tahun lebih tua dari-Ku. Para guru biasa mempercayakan gadis-gadis kecil dalam bimbingan murid-murid dewasa… dan dia adalah rekan-guru-Ku. Dia baik dan… Inilah dia."

Sesungguhnya si pelayan yang sama sekali tercengang bergegas membukakan pintu lebar-lebar: "Mari masuk, mari masuk!" katanya. Dan lalu dalam suara lirih: "Semoga Engkau diberkati sebab telah membuatnya keluar dari kamar itu."

Elia undur diri dan Maria masuk bersama PutraNya.

"Tetapi pemuda ini, sungguh… Ya ampun! Ia sebaya dengan Lewi…"

"Biarkan Ia masuk. Ia adalah PutraKu dan akan menghiburnya lebih baik dari yang dapat Aku lakukan."

Perempuan itu angkat bahu dan mendahului mereka melintasi aula panjang dari sebuah rumah yang indah namun muram. Semuanya bersih, tetapi semuanya tampak mati…

Seorang perempuan yang tinggi perawakannya, dengan berjalan terbungkuk dalam balutan gaun berwana gelap, bergerak maju dalam temaram cahaya aula.

"Eliza! Sayang! Aku Maria!" kata Maria sembari berlari menyongsong dan memeluknya.

"Maria? Engkau… Aku pikir Engkau sudah meninggal juga. Dikabarkan padaku… kapan? Aku tidak tahu… Kepalaku kosong… Dikabarkan padaku bahwa Engkau tewas bersama banyak ibu lainnya sesudah kedatangan para Majus. Tetapi siapa yang memberitahuku bahwa Engkau adalah Bunda Juruselamat?"

"Para gembala mungkin…"

"Oh! para gembala!" Perempuan itu meledak dalam tangis pilu. "Jangan sebut nama itu. Mengingatkanku akan pengharapan terakhir bagi nyawa Lewi… Dan begitulah… ya… seorang gembala mengatakan padaku mengenai Juruselamat dan aku membunuh putraku dengan membawanya ke tempat di mana mereka katakan Mesias berada, dekat Yordan. Tapi tak ada seorang pun di sana… dan putraku tiba kembali pada waktunya untuk mati… Kelelahan, kedinginan… Aku membunuhnya… Tetapi aku tidak berniat untuk menjadi seorang pembunuh. Dikatakan padaku bahwa Ia, Mesias, menyembuhkan penyakit-penyakit… dan itulah sebabnya mengapa aku melakukannya… Sekarang pueraku mendakwaku sudah membunuhnya…"

"Tidak, Eliza. Adalah kau yang berpikir demikian. Dengarkan. Sebaliknyalah Aku pikir bahwa putramu telah menggandeng tangan-Ku dengan berkata: 'Datanglah pada ibuku terkasih. Bawalah Juruselamat kepadanya. Aku lebih bahagia di sini dari andai aku di dunia. Tetapi dia mendengarkan hanya tangisnya, dan dia tidak dapat mendengar perkataan-perkataan yang aku bisikkan kepadanya bersama ciumanku, ibu yang malang, dia seperti seorang perempuan yang kerasukan setan yang menginginkannya menyerah pada keputusasaan, sebab setan ingin kami terpecah-belah. Apabila sebaliknya dia berserah diri dan percaya bahwa Allah melakukan segalanya untuk suatu tujuan baik, kami akan bersatu, bersama ayah dan saudaraku. Yesus dapat melakukannya.' Dan Aku datang… bersama-Nya… Tidakkah kau ingin bertemu dengan-Nya?..." Maria berbicara dengan memeluk manusia malang itu sepanjang waktu, dengan mencium rambut abu-abunya dengan kelemah-lembutan yang tak terkira.

"Oh! andai itu benar! Tetapi, mengapa Daniel tidak datang kepada-Mu, untuk mengatakan pada-Mu untuk datang lebih cepat?... Tetapi siapakah yang mengatakan padaku beberapa waktu yang lalu bahwa Engkau tewas? Aku tidak ingat… Aku tidak ingat… Itu merupakan suatu alasan lain mengapa mungkin aku menunggu terlalu lama untuk pergi kepada Mesias. Tetapi mereka mengatakan bahwa Ia, Engkau, semua orang telah tewas di Betlehem…"

"Tak usah dipikirkan siapa yang mengatakannya. Kemarilah, lihat, PutraKu di sini. Datanglah kepada-Nya. Buatlah anak-anakmu dan Maria-mu bahagia. Tahukah kau bahwa kami menderita melihatmu seperti ini?" Dan Ia membimbingnya menghampiri Yesus Yang berdiri di suatu sudut gelap dan baru sekarang maju mendekat, di bawah sebuah lampu yang telah ditempatkan si pelayan perempuan di atas sebuah peti yang tinggi.

Ibu yang malang itu mengangkat kepalanya… dan sekarang aku melihat bahwa dia adalah Eliza yang juga berada di Kalvari bersama para perempuan saleh. Yesus merentangkan kedua tangan-Nya dalam suatu gerak undangan penuh kasih. Makhluk malang itu ragu sejenak, lalu dia mempercayakan tangannya sendiri pada tangan-Nya dan akhirnya, sekonyong-konyong, dia melemparkan dirinya ke dada Yesus, dengan mengerang: "Katakan padaku, katakan padaku bahwa aku tidak bersalah atas kematian Lewi! Katakan padaku bahwa mereka tidak hilang selamanya! Katakan padaku bahwa aku akan segera bersama mereka!..."    

"Ya, Aku akan mengatakannya. Mereka sekarang bersorak gembira sebab kau ada dalam pelukan-Ku. Aku akan segera pergi kepada mereka, dan apakah yang harus Aku katakan pada mereka? Bahwa kau tidak berserah diri pada Tuhan? Haruskah Aku katakan itu pada mereka? Para perempuan Israel, para perempuan Daud, yang begitu kuat, yang begitu bijaksana, akan dianggap dusta karenamu? Tidak. Kau menderita, sebab kau menderita seorang diri. Kesedihanmu dan kamu. Kamu dan kesedihanmu. Orang tak dapat tahan seperti itu. Tak lagi adakah dalam benakmu perkataan-perkataan pengharapan dari mereka yang direnggut oleh kematian dari kita? 'Aku bermaksud membangkitkanmu dari kubur-kuburmu dan memimpinmu kembali ke tanah Israel. Dan kamu akan mengetahui bahwa Aku-lah Tuhan pada saat Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkanmu dari kubur-kuburmu. Ketika Aku menempatkan Roh-Ku ke dalammu, kamu akan hidup.' Tanah Israel, bagi orang-orang benar yang tidur dalam Tuhan, adalah Kerajaan Allah. Aku akan membukanya dan memberikannya kepada mereka yang menantikan."

"Juga pada Daniel-ku? Dan pada Lewi-ku?... Dia begitu takut akan kematian!... Dia tidak dapat tahan akan gagasan terpisah jauh dari ibunya. Itulah sebabnya mengapa aku ingin mati dan dikuburkan di sisinya…"

"Tetapi mereka tidak di sana dengan bagian mereka yang hidup. Hanya yang mati yang ada di sana dan mereka tidak dapat mendengarmu. Anak-anakmu ada di tempat pengharapan…"

"Tetapi apakah itu sungguh ada? Oh! Janganlah terguncang karena aku. Ingatanku telah berubah menjadi airmata! Kepalaku penuh dengan hiruk-pikuk tangis dan kertak-kematian putra-putraku. Kertak-kematian itu! Kertak-kematian itu. Yang telah melumerkan otakku. Aku hanya punya kertak-kematian itu di sini…"

"Dan Aku akan menempatkan perkataan hidup di sana untukmu. Aku akan menaburkan Hidup, sebab Aku adalah Hidup, di mana ada pikuk kematian. Ingatlah Yudas Makabe yang agung yang menginginkan suatu kurban dipersembahkan bagi orang-orang yang mati, yang dengan tepat berpikir bahwa mereka ditakdirkan untuk bangkit kembali dan bahwa adalah perlu untuk mempercepat kedamaian mereka melalui sarana kurban yang sesuai. Andai Yudas Makabe tidak yakin akan kebangkitan mereka, akankah dia berdoa dan menyuruh orang banyak berdoa bagi orang-orang yang mati? Seperti ada tertulis, dia ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh, seperti tentunya anak-anakmu juga… Lihat, kau mengatakan ya? Jadi, janganlah berputus asa. Melainkan berdoalah dengan saleh bagi orang-orang terkasihmu yang sudah meninggal, supaya dosa-dosa mereka dihapuskan sebelum Aku pergi kepada mereka. Lalu, tanpa menunggu barang sekejap pun, mereka akan ikut ke Surga bersama-Ku. Sebab Aku adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup dan Aku memimpin, dan Aku mengatakan Kebenaran dan Aku memberikan Hidup kepada mereka yang percaya akan Kebenaran-Ku dan mengikuti-Ku. Katakan pada-Ku. Apakah putra-putramu percaya akan kedatangan Mesias?"

"Tentu, Tuhan-ku. Aku mengajari mereka untuk mempercayainya."

"Dan apakah Lewi percaya bahwa jika Aku mau maka Aku dapat menyembuhkannya?"

"Ya, Tuhan-ku. Kami berhadap pada-Mu… tetapi sia-sia… dan dia mati patah semangat sesudah begitu banyak berharap…" Perempuan itu kembali menangis dengan lebih tenang namun lebih pilu dalan ketenangannya dari apabila dia kacau.

"Jangan katakan bahwa itu sia-sia. Dia yang percaya pada-Ku, bahkan meski dia mati, akan hidup untuk selamanya… Malam semakin larut, perempuan. Aku akan menggabungkan diri dengan para rasul-Ku. Aku meninggalkan BundaKu bersamamu…"

"Oh! Maukah Engkau tinggal juga!... Aku takut apabila Engkau pergi, siksaanku akan mulai kembali… Badai baru saja mulai tenang begitu mendengar perkataan-Mu…"

"Janganlah takut! Ada Maria bersamamu. Aku akan datang kembali besok. Aku harus menyampaikan sesuatu kepada para gembala. Dapatkah Aku menyuruh mereka untuk pergi ke rumahmu?..."

"Oh! Ya. Mereka biasa datang juga tahun lalu untuk putraku… Di belakang rumah ada sebuah kebun buah-buahan dan halaman desa. Mereka dapat pergi ke sana seperti yang biasa mereka lakukan waktu itu, untuk menjaga kawanan bersama…"

"Baik. Aku akan datang. Jadilah baik. Ingatlah bahwa di Bait Allah Maria dipercayakan padamu. Aku mempercayakan-Nya padamu juga malam ini."

"Ya, janganlah khawatir. Aku akan mengurus-Nya… Aku akan memastikan makan malam-Nya, istirahat-Nya… Sudah berapa lama aku tidak pernah memikirkan hal-hal ini! Maria, maukah Engkau tidur di kamarku, seperti yang dilakukan Lewi ketika dia sakit? Aku tidur di tempat tidur putraku, Engkau di tempat tidurku. Dan aku akan merasa seolah aku mendengar napas ringannya lagi… Dia selalu menggenggam tanganku…"

"Ya, Eliza. Tetapi sebelumnya kita akan memperbincangkan banyak hal."

"Tidak. Engkau lelah. Engkau harus tidur."

"Kau juga…"

"Oh! aku! Aku sudah tidak tidur selama berbulan-bulan… Aku menangis… dan menangis… Aku tak dapat melakukan suatu pun lainnya…"

"Sore ini, sebaliknya, kita akan berdoa, dan lalu kita akan pergi tidur dan kau akan tidur… Kita akan tidur dengan saling menggenggam tangan satu sama lain. Engkau pergilah, Nak, dan doakanlah kami…"

"Aku memberkatimu. Damai bagimu dan bagi rumah ini!"

Dan Yesus pergi bersama pelayan perempuan yang terpana dan terus mengulang: "Betapa mukjizat, Tuhan-ku! Betapa mukjizat! Setelah berbulan-bulan, dia berbicara… dia punya akal sehat… Oh! betapa hal yang menakjubkan!... Mereka mengatakan bahwa dia akan mati dalam keadaan gila… Dan aku sedih, sebab dia baik."

"Ya, dia baik dan itulah sebabnya mengapa Allah akan menolongnya. Selamat tinggal, perempuan. Damai sertamu juga."

Yesus pergi keluar ke jalanan yang nyaris gelap gulita dan semuanya pun berakhir.  
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 3                 Daftar Istilah                    Halaman Utama