377. YESUS BERBICARA DI BETANIA.            


6 Februari 1946   

Penglihatan tertanggal 14 Agustus 1944: Domba-domba dalam kawanan di kaki sang Gembala Yang Baik, harus dtempatkan sebelum bab ini.  




Yesus berada di Betania dan negeri yang subur itu penuh dengan kuntum dan bebungaan di bulan Nisan yang indah ini, yang begitu tenang dan jernih hingga ciptaan seolah-olah telah dibersihkan dari segala kekotoran. Namun orang banyak yang sudah mencari Dia di Yerusalem dan tidak ingin pergi tanpa mendengarkan-Nya, untuk menyimpan sabda-Nya dalam hati mereka, segera menemukan Dia. Dan jumlah mereka begitu banyak sehingga Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk mengumpulkan mereka semua, supaya Dia dapat mengajar mereka. Dan keduabelas rasul dan ketujuhpuluh dua murid, yang sudah membentuk satu kelompok yang jumlahnya kira-kira sebanyak itu bersama dengan murid-murid baru yang menggabungkan diri belakangan ini, menyebar ke segala penjuru untuk melaksanakan perintah-Nya.

Sementara itu Yesus, di taman Lazarus, ada bersama para perempuan yang berpamitan, dan teristimewa BundaNya, karena mereka semua akan kembali ke Galilea, seperti yang diperintahkan oleh-Nya, dengan dikawal oleh Simon Alfeus, Yairus, Alfeus anak Sara, Marjiam, suami Susana, dan Zebedeus. Mereka saling menyalami satu sama lain dan menangis. Banyak yang berharap mereka tidak harus taat. Keinginan yang muncul karena kasih mereka kepada sang Guru. Namun kekuatan kasih sempurna mereka kepada sang Sabda Mahakudus, yang sepenuhnya adikodrati, lebih kuat, dan kekuatan itu membuat mereka taat dan menerima perpisahan yang menyakitkan itu.

Orang yang paling sedikit berbicara adalah Maria, BundaNya. Tapi wajah-Nya lebih fasih dari semua kata-kata orang-orang lain dijadikan satu. Yesus memahami kesedihannya, dan Dia menenangkan dan menghibur-Nya, membanjiri-Nya dengan belaian, jika seorang ibunda, dan khususnya sang Bunda, bisa dipuaskan, sebab Dia penuh kasih dan sangat tertekan karena PutraNya yang dianiaya. Dan para perempuan pun akhirnya pergi, dengan berbalik beberapa kali untuk menyampaikan salam perpisahan kepada sang Guru, putra-putra mereka dan murid-murid perempuan Yudea yang beruntung masih bisa tinggal bersama sang Guru.

"Mereka menderita karena harus pergi..." kata Simon Zelot.

"Tapi lebih baik mereka pergi, Simon."

"Apakah Engkau meramalkan akan adanya hari-hari yang menyedihkan?"

"Bermasalah, setidaknya. Para perempuan tidak akan bisa menanggung keletihan seperti kita. Bagaimanapun, sekarang ada pada-Ku orang-orang Yudea yang nyaris sebanyak orang-orang Galilea, lebih baik jika mereka dibagi. Mereka akan bersama-Ku secara bergantian, dan pada gilirannya mereka akan beroleh sukacita melayani Aku, dan Aku menjadi penghiburan dari kasih suci mereka."

Orang banyak terus bertambah jumlahnya. Kebun buah-buahan di antara rumah Lazarus dan milik keluarga Zelot penuh sesak dengan orang. Ada orang-orang dari semua golongan dan keadaan, juga orang-orang Farisi dari Yudea, para anggota Mahkamah Agama dan si perempuan berkerudung. Para anggota Mahkamah Agama yang pada Sabat Paskah mengunjungi Lazarus di Yerusalem, keluar dari rumah Lazarus, bersama orang-orang lain, dalam satu kelompok, dekat tandu di mana Lazarus diusung. Saat lewat, Lazarus melambaikan tangannya dan tersenyum gembira pada Yesus. Dan Yesus membalas salamnya, sementara Dia mengikuti prosesi kecil itu ke tempat di mana orang-orang menantikan-Nya.

Para rasul menggabungkan diri dengan-Nya dan Yudas Iskariot, yang sudah bersuka ria selama beberapa hari, sedang dalam suasana hati yang sangat gembira; dia mengarahkan matanya yang hitam pekat dan berbinar ke sana dan ke sini dan melaporkan kepada Yesus apa-apa yang dia dapati.

"Oh! lihat! Ada juga beberapa imam!... Lihat! Ada juga Simon dari Mahkamah Agama. Dan ada Helkai. Benar-benar seorang pembohong! Baru beberapa bulan yang lalu dia biasa berbicara buruk tentang Lazarus, dan sekarang dia memberi hormat kepadanya seolah-olah Lazarus adalah dewa!... Dan Doro si Penatua dan Trison ada di sana. Lihat? Dia menyapa Yusuf. Dan Samuel si ahli Taurat bersama Saulus... Dan putra Gamaliel! Dan di sana ada sekelompok Herodian... Dan kelompok perempuan berkerudung... pastilah itu para perempuan Romawi... Mereka berdiri di satu sisi, tapi lihat bagaimana mereka mengawasi ke mana Engkau pergi, supaya mereka bisa berpindah tempat dan mendengarkan Engkau! Aku bisa mengenali mereka kendati mantol-mantol besar mereka. Lihat? Yang dua orang tinggi, yang seorang lebih lebar dari yang lebih tinggi, yang lain-lainnya tingginya sedang, tetapi bentuknya bagus. Haruskah aku pergi dan menyalami mereka?"

"Tidak. Mereka datang kemari sebagai orang asing, sebagai orang anonim yang ingin mendengarkan sabda sang Rabbi. Kita harus menganggap mereka seperti itu."

"Seperti yang Engkau inginkan, Guru. Aku ingin mengingatkan... Claudia akan janjinya..."

"Itu tidak perlu. Dan andai diperlukan, kita jangan pernah menjadi pengemis, Yudas. Benar begitu? Kegagahberanian dalam iman harus disempurnakan di antara kesulitan-kesulitan."

"Itu demi Engkau, Guru."

"Dan demi gagasan abadimu tentang kemenangan manusiawi. Jangan bergembira atas harapan-harapan palsu, Yudas. Baik sehubungan dengan sikap-Ku di masa mendatang, maupun sehubungan dengan janji-janji yang telah kau terima .. Engkau percaya pada apa yang kau katakan pada dirimu sendiri. Tetapi tidak ada suatu pun yang bisa mengubah pemikiran Allah, yaitu bahwa Aku adalah Penebus dan Raja dari suatu Kerajaan rohani."

Yudas tidak menjawab.

Yesus sekarang berada di tempat-Nya, di tengah-tengah para rasul. Lazarus berada di pembaringan kecilnya, nyaris di kaki-Nya. Tak jauh dari-Nya ada para murid perempuan Yudea, yaitu kedua saudari Lazarus, Eliza, Anastasica, Yohana beserta anak-anaknya, Annalea, Sara, Marcella, Nike. Para perempuan Romawi, atau setidaknya yang ditunjukkan oleh Yudas sebagai mereka, sedikit di belakang, hampir di barisan belakang, berbaur dengan sekelompok rakyat jelata. Para anggota Mahkamah Agama, kaum Farisi, kaum ahli Taurat, para imam berada di barisan depan, yang tidak bisa diganggu gugat. Namun Yesus meminta mereka untuk memberi ruang bagi tiga tandu kecil di mana terbaring orang-orang sakit, yang kepadanya Yesus mengajukan pertanyaan-pertanyaan, tetapi tidak langsung disembuhkannya.

Yesus, sebagai titik awal khotbah-Nya, menarik perhatian hadirin pada sejumlah besar burung yang bersarang di pohon-pohon di kebun Lazarus dan di kebun buah-buahan di mana para pendengar-Nya berkumpul.

"Amati burung-burung itu. Sebagian berasal dari wilayah sini, sebagian dari wilayah-wilayah yang jauh, semuanya dari berbagai jenis dan ukuran. Dan ketika hari menjadi gelap, mereka akan digantikan oleh burung-burung malam, yang juga sangat banyak, meski kita cenderung melupakannya, karena kita tidak melihatnya. Mengapa ada begitu banyak burung di sini? Karena mereka menemukan apa yang mereka butuhkan untuk hidup bahagia: sinar matahari, damai, berlimpah makanan, tempat bernaung yang aman, air yang sejuk. Dan mereka datang berkumpul di sini dari timur dan barat, utara dan selatan, jika mereka adalah burung-burung migran, dan mereka tinggal di sini secara permanen jika mereka adalah burung-burung dari wilayah sini. Jadi? Dengan demikian apakah kita akan melihat bahwa burung-burung di udara mengungguli anak-anak manusia dalam kebijaksanaan? Berapa banyak dari burung-burung ini adalah anak-anak dari burung-burung yang sekarang sudah mati, tetapi tahun lalu atau lebih lama sebelumnya, mereka membangun sarang mereka di sini dan bahagia di sini. Mereka mengatakannya kepada anak-anak kecil mereka, sebelum mereka mati. Mereka menunjukkan tempat ini kepada anak-anaknya dan anak-anak taat dan datang kemari. Bapa, Yang di Surga, Bapa dari semua manusia, apakah mungkin Dia tidak mengatakan kebenaran kepada orang-orang kudus-Nya? Tidakkah Dia mengajarkan kepada mereka semua pengajaran-pengajaran yang diperlukan demi kesejahteraan anak-anak-Nya? Semua pengajaran: yang menyangkut kesejahteraan jasmani dan yang menyangkut kesejahteraan rohani. Tetapi apakah yang kita lihat? Kita melihat bahwa sementara apa yang diajarkan untuk kesehatan jasmani - mulai dari pakaian dari kulit binatang, yang Allah buat untuk Leluhur Pertama kita, yang ditelanjangi di depan mata mereka sendiri dari pakaian ketakberdosaan, yang dikoyak oleh dosa, hingga ke penemuan-penemuan terakhir yang dibuat manusia melalui terang Allah - dikenang, diwariskan dan diajarkan, sementara sisanya, yang diajarkan, diperintahkan dan ditunjukkan untuk rohani, tidak dipelihara, ataupun diajarkan ataupun dipraktikkan."

Banyak orang dari Bait Allah mulai berbisik-bisik. Yesus menenangkan mereka dengan suatu gerak isyarat.

"Bapa, Yang kebaikannya jauh melampaui pemahaman manusia, mengutus Hamba-Nya untuk mengingatkan manusia akan ajaran-Nya, untuk mengumpulkan burung-burung di tempat yang sehat, untuk memberi mereka pengetahuan yang jelas tentang apa yang berguna dan suci, untuk membangun Kerajaan, di mana setiap burung malaikat, setiap jiwa, akan menemukan rahmat dan damai, kebijaksanaan dan kesehatan. Dan dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa seperti burung-burung yang dilahirkan di tempat ini, pada musim semi akan berkata kepada burung-burung dari tempat-tempat lain: "Ikutlah bersama kami, karena ada tempat yang baik di mana engkau akan menikmati damai dan kemurahan Tuhan," dan demikianlah tahun berikutnya burung-burung baru akan terlihat berkumpul di sini, dengan cara yang sama, kita akan melihat banyak roh bergegas dari setiap belahan dunia, seperti dinubuatkan para nabi, menuju Doktrin, yang sudah datang dari Allah, dan menuju Juruselamat, pendiri Kerajaan Allah. Namun burung-burung siang bercampur di tempat ini dengan burung-burung malam, yang adalah burung-burung pemangsa, pengganggu dan dapat menakuti dan membunuh burung-burung kecil yang baik. Dan burung-burung itu sudah begitu selama bertahun-tahun, dari generasi ke generasi, dan tidak ada suatu pun yang bisa menghalau mereka, karena mereka bekerja dalam kegelapan dan di tempat-tempat yang tidak terjamah manusia. Mereka bekerja dalam kegelapan, dengan mata keji mereka, terbang mereka yang tanpa suara, kerakusan mereka, kekejaman dan kenajisan mereka, mereka menyebarkan kekotoran dan kesedihan.

Dengan siapakah kita akan membandingkan mereka? Dengan mereka yang di Israel yang tidak mau menerima Terang yang telah datang untuk menerangi kegelapan, Sabda yang telah datang untuk mengajar, Kebenaran yang telah datang untuk menguduskan. Aku telah datang bagi mereka dengan sia-sia. Bahkan, Aku menjadi penyebab dosa bagi mereka, karena mereka menganiaya Aku dan orang-orang beriman-Ku yang setia. Jadi, apakah yang harus Aku katakan? Apa yang telah Aku katakan berulang kali: 'Banyak yang akan datang dari timur dan barat dan akan duduk bersama Abraham dan Yakub di Kerajaan Surga. Tetapi anak-anak dari kerajaan ini akan dicampakkan ke dalam kegelapan.'"

"Anak-anak Allah dalam kegelapan? Engkau menghujat!" teriak salah seorang dari anggota Mahkamah Agama yang bersikap memusuhi itu. Itu adalah percikan pertama dari liur reptil, yang sudah diam terlalu lama dan yang tak lagi bisa diam, jika tidak ia akan tenggelam dalam racunnya sendiri.

"Bukan anak-anak Allah," jawab Yesus.

"Kau bilang begitu! Engkau katakan: 'Anak-anak dari kerajaan ini akan dicampakkan ke dalam kegelapan.'"

"Dan Aku mengulanginya. Anak-anak dari kerajaan ini. Kerajaan yang diperintah oleh daging, darah, ketamakan, penipuan, nafsu, kejahatan. Tapi itu bukanlah Kerajaan-Ku. Kerajaan-Ku adalah Kerajaan Terang. Kerajaanmu adalah kerajaan kegelapan. Roh-roh yang benar, termasuk mereka yang saat ini adalah orang-orang kafir, penyembah berhala, yang dipandang rendah oleh Israel, akan datang ke Kerajaan Terang dari timur dan barat, utara dan selatan. Dan mereka akan hidup dalam persekutuan kudus dengan Allah, sesudah menerima terang Allah dalam diri mereka, sementara menanti untuk naik ke Yerusalem sejati, di mana tidak ada airmata, tidak ada duka dan di atas segalanya tidak ada kepalsuan. Kepalsuan yang sekarang menguasai dunia kegelapan dan melahap anak-anaknya hingga tahap mereka tidak bisa tahan bahkan akan secercah Terang Ilahi. Oh! Biarkan anak-anak yang baru, datang dan menggantikan anak-anak yang ingkar! Biarkan mereka datang! Dan dari mana pun mereka datang, mereka akan diterangi oleh Allah dan akan memerintah untuk selama-lamanya!"

"Engkau berbicara untuk menghina kami!" teriak orang-orang Yudea yang memusuhi.

"Aku berbicara untuk mengatakan kebenaran kepadamu."

"Kekuatan-Mu terletak pada perkataan-Mu, yang dengannya Engkau, si ular baru, memikat dan menyesatkan orang banyak."

"Kekuatanku adalah kekuatan yang datang kepada-Ku dengan menjadi Satu dengan BapaKu."

"Penghujat!" teriak para imam.

"Juruselamat! Kau, yang terbaring di kaki-Ku, apakah yang kau derita?"

"Tulang belakangku patah semasa aku masih anak-anak dan aku telah terbaring selama tigapuluh tahun."

"Bangun dan berjalanlah! Dan apakah yang kau derita, perempuan?"

"Kedua kakiku menggantung lemas tanpa daya sejak putraku, yang sekarang menggendongku kemana-mana bersama suamiku, dilahirkan" dan dia menunjuk ke seorang pemuda yang setidaknya berusia enam belas tahun.

"Bangunlah juga, dan pujilah Tuhan. Dan kenapakah anak itu tidak berjalan sendiri?"

"Karena dia terlahir dengan keterbelakangan mental, buta, tuli dan bisu. Dia adalah segumpal daging yang bernafas," jelas mereka yang bersama anak malang itu.

"Dalam Nama Allah, milikilah kecerdasan, kemampuan berbicara, penglihatan dan pendengaran. Aku menghendakinya!" Dan setelah mengerjakan mukjizat ketiga, Dia berpaling kepada para musuh-Nya dan bertanya, "Apakah yang kamu katakan sekarang?"

"Mukjizat yang meragukan. Mengapa Engkau tidak menyembuhkan teman dan pendukung-Mu itu, jika Engkau memang bisa melakukan apa saja?"

"Karena Allah menghendaki yang sebaliknya."

"Ah! Ah! Allah! Dalih yang bagus! Jika kami membawa seorang sakit kepada-Mu, tidak, dua orang sakit, apakah Engkau akan menyembuhkan mereka?"

"Aku akan melakukannya, jika mereka pantas mendapatkannya."

"Kalau begitu, tunggulah," dan mereka pergi dengan cepat, seraya menyeringai sinis.

"Hati-hati, Guru! Mereka mungkin memasang perangkap untuk-Mu," kata beberapa orang.

Yesus membuat gerak isyarat seolah-olah Dia hendak mengatakan, "Biarkan mereka melakukan apa yang mereka mau!" dan Dia membungkuk untuk membelai anak-anak, yang sedikit demi sedikit menghampiri-Nya, dengan meninggalkan sanak mereka. Beberapa ibu mengikuti mereka, dengan membawa kepada-Nya anak-anak yang belum kokoh langkah-langkah pertamanya atau yang masih menyusu.

"Berkati anak-anak kami, Engkau Yang Terberkati, karena kami adalah pencinta Terang!" kata para ibu.

Dan Yesus menumpangkan tangan-Nya, memberkati mereka. Hal itu menimbulkan kegaduhan di antara orang banyak. Semua yang memiliki anak-anak menginginkan berkat yang sama dan mereka mendorong dan berteriak untuk menerobos kerumunan. Para rasul, baik karena mereka jengkel oleh keonaran yang biasa dibuat oleh para ahli Taurat dan kaum Farisi, maupun karena mereka iba pada Lazarus, yang berisiko terinjak-injak oleh gelombang sanak saudara yang membawa anak-anak kecil mereka untuk berkat ilahi, menjadi tidak sabar dan melontarkan kata-kata celaan serta mendorong orang yang ini dan yang itu, terutama anak-anak kecil yang datang sendiri. Namun Yesus berkata dengan lembut dan penuh kasih, "Tidak, jangan lakukan itu! Jangan pernah menghalangi anak-anak datang kepada-Ku, ataupun sanak mereka untuk membawa anak-anak kepada-Ku. Karena Kerajaan adalah milik jiwa-jiwa yang tidak berdosa ini. Mereka tidak akan bersalah atas Kejahatan besar itu, dan mereka akan bertumbuh dalam Iman kepada-Ku. Karenanya, biarlah Aku mengkonsekrasikan mereka untuk itu. Para malaikat mereka yang menghantar mereka kepada-Ku."

Yesus sekarang berada di tengah kerumunan anak-anak yang menatap-Nya dengan penuh bahagia; begitu banyak wajah mungil yang mendongak ke arah-Nya, begitu banyak mata tanpa dosa, begitu banyak mulut kecil yang tersenyum...

Para perempuan berkerudung memanfaatkan keributan itu untuk berputar dari belakang kerumunan orang banyak dan tiba di belakang Yesus, seolah-olah mereka melakukannya  karena terdorong rasa ingin tahu.

Kaum Farisi dan para ahli Taurat kembali dengan dua orang sakit yang tampaknya menderita sakit payah. Terutama yang seorang mengerang di atas usungan kecilnya, dan sepenuhnya ditutupi dengan sehelai mantol. Yang seorang lain, kelihatannya, tidak begitu payah sakitnya, tetapi pastilah sangat parah, karena tubuhnya tinggal kulit dan tulang dan dia terengah-engah.

"Ini teman-teman kami. Sembuhkan mereka. Mereka benar-benar sakit. Terutama yang itu!" dan mereka menunjuk ke orang yang mengerang.

Yesus menurunkan pandangan-Nya dan melihat pada orang-orang sakit itu, Dia lalu mengarahkan pandangan-Nya ke atas pada orang-orang Yahudi. Dia mendaratkan tatapan mengerikan pada musuh-musuh-Nya. Bangkit dari belakang kelompok anak-anak yang tidak berdosa, yang tingginya tidak sampai selangkangan-Nya, Dia seolah-olah muncul dari lingkaran kemurnian, sebagai Penuntut Balas, seolah-olah dari kemurnian itu Dia menarik kekuatan untuk menjadi demikian. Dia mengulurkan tangan-Nya dan berteriak, "Pendusta! Orang itu tidak sakit! Aku katakan padamu! Singkapkan mantolnya! Atau dia akan benar-benar mati dalam sekejap, karena berusaha menipu Allah."

Laki-laki itu melompat keluar dari usungannya seraya berteriak, "Tidak, tidak! Jangan serang aku! Ini, kamu yang terkutuk, ambil uangmu!" dan dia melemparkankan sebuah pundi-pundi ke kaki orang-orang Farisi dan lari pontang-panting...

Kerumunan orang banyak melolong, tertawa, mengejek, bertepuk tangan...

Orang sakit lainnya berkata, "Dan bagaimana denganku, Tuhan? Mereka memaksaku bangun dari pembaringanku dan mereka sudah menggunakan kekerasan terhadapku sejak pagi ini... Tetapi aku tidak tahu bahwa aku berada di tangan musuh-musuh-Mu..."

"Sembuhlah, anak malang, dan kiranya kau diberkati!" dan Dia meletakkan kedua tangan-Nya padanya, sesudah Dia melewati anak-anak.

Laki-laki itu mengangkat sejenak selimut yang menutupi tubuhnya dan dia melihat entah apa aku tidak tahu... Dia lalu berdiri. Dia telanjang dari paha ke bawah. Dan dia berteriak dan berteriak hingga suaranya serak, "Kakiku! Kakiku! Tapi siapakah Engkau, Yang bisa mengembalikan apa yang sudah hilang?" dan dia menjatuhkan diri di kaki Yesus. Dia kemudian berdiri, melompat dengan canggung ke atas usungan kecilnya seraya berteriak, "Penyakitku menggerogoti tulangku. Dokter sudah mengudungi jari-jari kakiku, dia sudah membakar dagingku dan memotong tubuhku hingga tulang lututku. Lihat! Lihat bekas-bekas lukanya. Tapi toh tetap saja aku akan mati. Dan sekarang... Semuanya sembuh! Kakiku dipulihkan... Tidak lagi sakit! Aku merasa sehat... kuat... Dadaku bebas... Jantungku sehat! Oh! ibu! Aku datang untuk berbagi kegembiraanku denganmu!"

Dia mulai berlari. Namun rasa syukur terima kasih menghentikannya. Dia kembali kepada Yesus dan dia mencium kaki-Nya yang terberkati berulang kali, hingga Yesus, seraya membelai kepalanya, berkata, "Pergi! Pergilah kepada ibumu dan jadilah baik."

Orang itu kemudian melihat pada musuh-musuh-Nya, yang sudah menjadi bahan ejeken dan cemoohan dan berkata, "Dan sekarang? Apa yang harus aku lakukan kepadamu? Apa yang harus aku lakukan, teman-teman, sesudah pencobaan berat ini?"

Orang banyak berteriak, "Biarlah penentang Allah dilempari batu! Kematian untuk mereka! Tidak ada lagi jerat bagi Yang Kudus! Semoga kamu dikutuk!" dan mereka mulai memungut gumpalan-gumpalan tanah, dahan ranting, batu-batu kecil, siap untuk melemparkannya.

Yesus menghentikan mereka. "Itu kata orang banyak. Itu jawaban mereka. Jawaban-Ku berbeda. Aku akan katakan: Pergilah! Aku tidak akan mengotori tangan-Ku dengan memukulmu. Yang Mahatinggi akan mengurusmu. Dia adalah pembela-Ku melawan yang jahat."

Orang-orang yang bersalah itu, bukannya diam, malahan tidak segan-segan melawan Guru, dan kendati mereka takut pada orang banyak, mereka berteriak penuh angkara murka, "Kami orang-orang Yudea dan kami berkuasa! Kami memerintahkan-Mu untuk pergi. Kami melarang-Mu untuk mengajar. Kami mengusir-Mu. Pergilah! Cukup dengan-Mu. Kekuasaan ada di tangan kami dan kami memanfaatkannya; dan kami akan semakin memanfaatkannya, dengan menganiaya-Mu, perampas kuasa yang terkutuk..."

Mereka hendak mengatakan lebih banyak lagi dalam teriakan huru hara dan desis cemooh, ketika perempuan berkerudung yang paling tinggi maju, menempatkan dirinya di antara Yesus dan musuh-musuh-Nya dengan suatu gerakan cepat penuh wewenang, dengan wajah dan suara yang bahkan lebih penuh wewenang; dia menyingkapkan kerudung wajahnya dan kalimatnya menusuk lebih tajam dan menghujam lebih dalam daripada cambuk yang mendera para budak galley atau kapak yang menebas leher, "Siapakah di antaramu yang lupa bahwa dia adalah budak Romawi?" Dia adalah Claudia. Dia memasang kerudungnya kembali. Dia membungkuk sedikit kepada Guru. Dia pergi ke tempatnya. Itu sudah cukup.

Kaum Farisi segera tenang. Satu saja, atas nama semua orang, berkata dengan sikap tunduk patuh, "Maafkan kami, Domina! Tetapi Dia melanggar spirit lama Israel. Karena engkau berkuasa, sepatutnya engkau melarang Dia dan meminta Gubernur Romawi yang gagah berani untuk melarang Dia melakukannya; panjang umur dan sehat untuknya!"

"Itu bukan urusan kami. Sudah cukup bahwa Dia tidak mengganggu tatanan Romawi. Dan Dia tidak mengganggu!" jawab si ningrat dengan nada mencemooh; dia kemudian memberikan perintah berwibawa kepada rekan-rekannya dan pergi menuju pepohonan rimbun di ujung jalan dan menghilang di baliknya. Dia muncul kembali dengan kereta tertutup yang berderit, yang semua tirainya dia perintahkan untuk diturunkan.

"Apakah Engkau puas sekarang sebab Engkau sudah membuat kami dihina?" tanya orang-orang Yudea, kaum Farisi, para ahli Taurat dan rekan-rekan mereka, yang melakukan serangan baru.

Khalayak ramai berteriak mencemooh. Yusuf, Nikodemus dan mereka semua yang sudah terbukti bersahabat - di antara mereka ada putra Gamaliel, yang tidak bergabung dengan mereka tetapi mengucapkan kata-kata yang sama - merasa bahwa mereka harus ikut campur dan mencela yang lain karena sudah melewati batas. Dengan demikian perselisihan beralih dari para musuh Yesus ke kelompok yang berlawanan, tanpa melibatkan Dia yang paling berkepentingan di dalamnya. Yesus diam, dengan kedua tangan terlipat, mendengarkan, dan aku pikir Dia memancarkan kekuatan untuk menahan orang banyak dan khususnya para rasul, yang nyaris tak bisa menahan diri karena amarah.

"Kita harus membela diri kita sendiri dan orang-orang lain," teriak seorang Yahudi pemberang.

"Kami sudah muak melihat orang banyak terpesona mengejar-Nya," kata yang lain.

"Kami yang berkuasa! Tidak ada yang lain! Kami satu-satunya yang harus didengarkan dan diikuti," teriak seorang ahli Taurat.

"Enyah dari sini! Yerusalem adalah milik kami!" teriak seorang imam yang mukanya semerah gula bit.

"Kamu jahat!"

"Kamu lebih dari buta!"

"Orang banyak sudah meninggalkanmu, karena memang pantas bagimu."

"Jadilah kudus jika kamu ingin dicintai. Jika kamu menyusahkan dan menghina orang, kamu kehilangan kekuasaanmu, yang berdasarkan pada reputasimu di mata orang banyak!" teriak orang-orang dari pihak yang berlawanan dan banyak dari khalayak ramai.

"Tenang!" perintah Yesus. Dan ketika sudah tenang, Dia berkata, "Penindasan dan pemaksaan tidak bisa mengubah kasih atau konsekuensi dari kebaikan yang diterima. Aku menuai apa yang sudah Aku berikan: kasih. Dengan menganiaya Aku, kamu hanya akan menambahkan kasih yang demikian, yang mengompensasi Aku atas ketidakacuhanmu. Dalam semua kebijaksanaanmu, tidak tahukah kamu bahwa menganiaya suatu doktrin tidak berakibat lain selain dari menambah kekuatannya, teristimewa ketika doktrin itu pada kenyataannya selaras dengan apa yang diajarkannya? Dengarkan nubuat-Ku, orang Israel. Semakin kamu menganiaya Rabbi dari Galilea dan para pengikut-Nya, dengan mencoba untuk menghancurkan dengan kekerasan Doktrin-Nya, yang ilahi, semakin kamu akan membantunya berkembang pesat dan menyebar ke seluruh dunia. Setiap tetes darah para martir yang dibunuh olehmu, dengan harapan untuk menang dan berkuasa dengan hukum dan ajaran munafikmu yang rusak, yang tidak lagi selaras dengan Hukum Allah, setiap tetes airmata orang kudus yang ditindas olehmu, akan menjadi benih bagi orang-orang percaya di masa mendatang. Dan kamu akan dikalahkan tepat pada saat kamu berpikir bahwa kamu akan menang. Pergilah. Aku akan pergi juga. Mereka yang mengasihi Aku hendaknya mencari Aku di perbatasan-perbatasan Yudea dan di seberang Sungai Yordan, atau mereka bisa menantikan-Ku di sana, karena seperti kilat menyambar dari timur ke barat, akan begitu cepatlah pergerakan Putra Manusia, hingga Dia naik ke altar dan ke tahta, sebagai Imam Besar dan Raja yang baru, dan akan tetap di sana dengan kokoh di hadapan dunia, ciptaan dan Surga, di salah satu dari banyak epifani-Nya, yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang baik."

Kaum Farisi yang bersikap memusuhi dan rekan-rekannya sudah pergi. Semua yang lain tetap tinggal. Putra Gamaliel berjuang melawan dirinya sendiri untuk datang kepada Yesus, tetapi dia pergi tanpa mengatakan apa pun...

"Guru, Engkau tidak akan membenci kami karena kami berasal dari golongan yang sama seperti mereka?" tanya Eleazar.

"Aku tidak pernah menyerang seorang pribadi dengan kutuk hanya karena golongannya bersalah. Jangan takut," jawab Yesus.

"Mereka sekarang akan membenci kita..." bisik Yoakim.

"Itu akan menjadi suatu kehormatan bagi kita!" seru Yohanes, anggota Mahkamah Agama.

"Kiranya Allah menguatkan jiwa-jiwa yang goyah dan memberkati jiwa-jiwa yang kuat. Aku memberkati semua orang dalam nama Tuhan," dan dengan merentangkan kedua tangan-Nya Dia memberikan berkat Musa kepada semua orang yang hadir.

Yesus kemudian berpamitan kepada Lazarus, saudari-saudarinya, Maximinus, para murid perempuan, dan Dia pun berangkat... Wilayah nan asri di sisi-sisi jalan menuju Yerikho menyambut-Nya sementara tumbuh-tumbuhan hijaunya menjadi semakin kemerahan kala matahari terbenam dengan indah.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 6                 Daftar Istilah                    Halaman Utama