372. HARI PERSIAPAN.
DI BAIT ALLAH.            


31 Januari 1946   

Yesus memasuki Bait Allah. Dan sejak dari langkah pertama-Nya di sana orang dengan mudah mengetahui disposisi benak yang jahat terhadap Si Orang Nazaret. Mereka melirik-Nya dan memberikan perintah kepada para penjaga Bait Allah untuk mengawasi "si pengacau," dan mereka memberikan perintah itu di hadapan umum, sehingga semua orang bisa mendengar dan melihat; mereka meneriakkan kata-kata hinaan yang kasar kepada orang-orang yang bersama-Nya dan dengan sengaja mendorong para rasul... Singkatnya, kedengkian mereka sebegitu rupa hingga perilaku orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat, dan para alim ulama itu amat kasar di luar batas pengertian dan mereka tidak sadar, sebab dibutakan kebencian, bahwa perilaku mereka itu mempermalukan mereka juga sebagai manusia.

Yesus lewat dengan tenang seakan tidak mempedulikan sikap mereka! Dan setiap kali Dia bertemu dengan siapa pun orang penting yang entah karena tingkatan atau kuasa sucinya termasuk dalam kelas "penguasa" di dunia Yahudi, Dia adalah orang pertama yang menyapanya. Dan jika orang itu tidak membalas sapaannya, Yesus tidak berubah sikap. Ketika Dia berpaling dari orang-orang yang begitu congkak itu dan Dia melihat seorang atau lebih dari banyak orang sederhana di sekeliling-Nya, wajah-Nya menjadi cerah dengan seulas senyum yang sangat lembut. Dan ada banyak pengemis dan orang-orang sakit yang Dia kumpulkan kemarin dan yang, dengan keberuntungan mereka yang tak terduga, sekarang bisa merayakan Paskah seperti yang mungkin tidak bisa mereka lakukan selama bertahun-tahun, dan yang secara spontan sudah membentuk kelompok-kelompok dan sekarang hendak membeli anak-anak domba untuk dikurbankan, dan orang-orang malang malang itu tampak begitu bahagia sebab mereka sekarang sama seperti orang-orang lain, baik dalam hal pakaian maupun keuangan mereka. Dia berhenti dan dengan ramah mendengarkan mereka, tentang ketetapan hati mereka, tentang kisah-kisah mereka yang luar biasa, tentang berkat-berkat mereka... Orang-orang lanjut usia, anak-anak, para janda, orang-orang sakit kemarin: yang sekarang sembuh; mereka yang sengsara, compang-camping, kelaparan, putus harapan kemarin: hari ini berpakaian pantas dan bahagia menjadi seperti semua orang lainnya di Hari Raya Roti Tak Beragi!

Yesus disapa, disertai dan diikuti oleh beragam suara, dari suara merdu anak-anak hingga suara gemetar orang lanjut usia dan di antara kedua ekstrem suara itu ada suara malu-malu kaum perempuan. Ada hujan ciuman pada jubah-Nya dan kedua tangan-Nya. Dan Yesus tersenyum dan memberkati dengan muka-Nya bersinar dalam damai, sementara musuh-musuh-Nya merah ungu mukanya karena berang, dongkol hati menahan geram yang tanpa daya.

Aku mendengar potongan-potongan percakapan...

"Kau benar! Tetapi jika kita melakukan sesuatu barang sedikit saja, mereka (dan seorang Farisi menunjuk kepada orang-orang yang berdesak-desakkan sekeliling Yesus) akan mengoyak-ngoyak kita." ...

"Bayangkan saja! Dia mengumpulkan kami semua, Dia memberi kami makan, Dia memberi kami pakaian dan menyembuhkan kami, dan banyak yang sudah mendapatkan pekerjaan dan pertolongan melalui murid-murid-Nya yang kaya. Namun sesungguhnya, semua itu berasal dari-Nya, semoga Allah selalu menyelamatkan-Nya!" kata seorang laki-laki, yang kemungkinan kemarin adalah seorang pengemis yang sakit.

... "Tidak heran! Begitulah cara pemberontak menyuap orang banyak dan menghasut mereka untuk melawan kita," kata seorang ahli Taurat dengan nada mengancam, berbicara kepada seorang rekan.

"Salah seorang murid-Nya menyuruhku datang kepadanya sesudah Paskah, karena dia akan membawaku ke rumahnya di Bether. Apakah kau tahu apa itu artinya? Dia akan membawaku dan anak-anakku. Jadi aku akan bekerja. Sungguh senang bekerja ketika orang dilindungi dan aman. Dan Lewi-ku tidak akan patah punggungnya bekerja di ladang. Perempuan yang membawa kami akan mempekerjakannya di kebun-kebun mawar... Ini akan menjadi rekreasi, kataku! Ah! Semoga Bapa Yang Kekal menganugerahkan kemuliaan dan kesejahteraan kepada Mesias-Nya!" kata janda dari dataran Sharron kepada seorang perempuan Israel kaya yang menanyainya.

"Oh! dan tidak bisakah aku membantu?... Apakah kamu semua sudah mapan, kamu yang berkumpul bersama kemarin?" tanya perempuan Israel kaya itu.

"Belum semua perempuan. Masih ada beberapa janda dengan anak-anak dan beberapa laki-laki."

"Aku ingin bertanya kepada-Nya apakah Dia mengizinkanku untuk membantu-Nya."

"Panggillah Dia."

"Aku tidak berani."

"Pergilah, Lewi. Dan katakan kepada-Nya bahwa seorang perempuan ingin berbicara dengan-Nya..."

Anak itu berlari dan memberitahu Yesus.

Sementara itu, seorang Saduki menjahati seorang laki-laki tua yang mengajar di tengah orang banyak dari seberang Sungai Yordan dan sedang menyanyikan puji-pujian kepada Sang Guru dari Galilea.

Laki-laki tua itu membela diri dengan berkata, "Apakah aku melakukan sesuatu yang salah? Apakah kau ingin dipuji? Yang harus kau lakukan adalah melakukan apa yang Dia lakukan. Tapi kau, semoga Allah mengampunimu, kau memandang rendah kemiskinan dan usia tua, dan bukannya mencintai mereka, karena kau adalah orang Israel palsu, karena kau tidak menghormati Kitab Ulangan dengan tidak berbelas kasihan kepada orang miskin."

"Apakah kau dengar itu? Itulah hasil dari doktrin si penghasut! Dia mengajarkan kepada orang-orang jelata untuk menghina orang-orang kudus Israel."

Seorang imam Bait Allah menjawabnya, "Tapi itu salah kita jika itu sampai terjadi! Kita tidak melakukan apa-apa selain mengancam, tanpa melaksanakannya!"

... Sementara itu Yesus berkata kepada si perempuan Israel, "Jika kau benar-benar ingin menjadi ibu bagi anak-anak yatim piatu dan saudari bagi para janda, pergilah ke istana Khuza di Sixtus. Beritahu Yohana bahwa Aku yang mengirimmu. Dan kiranya tanahmu berbuah seperti Eden, karena belas kasihanmu. Dan kiranya hatimu lebih berbuah dalam kasih yang semakin mendalam kepada sesamamu.

Pada saat yang sama Dia melihat para penjaga menyeret si laki-laki tua yang tadi berbicara. Dia berteriak, "Apa yang kamu lakukan pada orang tua itu? Dan apa yang sudah dia lakukan?"

"Dia menghina pejabat yang menegurnya."

"Itu tidak benar. Seorang Saduki menganiayaku karena aku berbicara tentang Engkau kepada para peziarah itu. Dan karena dia menganiayaku, sebab aku tua dan miskin, aku mengatakan kepadanya bahwa dia adalah seorang Israel palsu yang menginjak-injak sabda Kitab Ulangan."

"Bebaskan orang tua itu. Dia bersama-Ku. Dia mengatakan kebenaran. Bukan keterus-terangan: Kebenaran. Jika Allah berbicara melalui bibir anak-anak, Dia berbicara juga melalui bibir orang-orang tua. Ada tertulis: 'Jangan memandang rendah orang pada masa tuanya, karena mereka yang sudah menjadi tua adalah keluarga kita.' Ada juga tertulis: 'Jangan abaikan perkataan orang bijak, pelajarilah kata-kata mutiara mereka, karena dari sanalah kamu akan belajar kebijaksanaan dan teori kearifan,' dan juga: 'Jangan banyak bicara di mana ada orang-orang tua.' Biarlah Israel ingat itu. Bapa, kemarilah di samping-Ku." Orang tua itu mendekati Yesus, sementara si Saduki, malu dengan celaan Yesus, pergi dengan marah.

"Aku seorang Yahudi Diaspora, wahai Raja yang dinantikan. Bolehkah aku melayani-Mu seperti perempuan yang Kau kirim kepada Yohana?" kata seorang perempuan, yang sangat mirip dengan perempuan yang bernama Nicky, yang menyeka wajah Yesus di Golgota dan menerima Saputangan. Tetapi orang-orang Yahudi sangat mirip dan setelah berbulan-bulan sesudah penglihatan itu, aku bisa saja keliru.

Yesus menatapnya. Dia melihat seorang perempuan berusia sekitar empatpuluh tahun, berpakaian bagus, dengan sikap jujur. Dia bertanya kepadanya, "Kau seorang janda, bukan?"

"Ya, benar. Dan aku tidak punya anak. Aku kembali baru-baru ini dan aku membeli tanah di Yerikho, supaya dekat dengan Kota Suci. Tetapi sekarang aku melihat bahwa Engkau lebih besar dari itu. Dan aku akan mengikut-Mu. Dan aku mohon kepada-Mu untuk menerimaku sebagai abdi-Mu. Aku mendengar tentang-Mu dari para murid-Mu, tetapi Kau melampaui apa yang mereka katakan kepadaku."

"Baik. Tapi apa yang sebenarnya kau inginkan?"

"Membantu-Mu dengan orang-orang miskin dan membuat orang mengasihi-Mu dan mengenal-Mu, sebaik yang aku mampu. Aku kenal banyak orang di koloni Diaspora, karena aku dulu biasa mengikuti suamiku dalam bisnisnya. Aku punya dana dan sarana, tetapi aku hanya butuh sedikit untuk diriku sendiri. Jadi aku bisa melakukan banyak hal. Dan aku antusias berbuat banyak bagi-Mu dan berdoa bagi jiwa dia yang menikahiku duapuluh tahun yang lalu dan yang adalah pasangan terkasihku hingga dia menghembuskan napas terakhirnya. Dia memberitahuku saat di ambang ajal. Dia sepertinya bernubuat: 'Saat aku mati, serahkan dagingku ini, yang mencintaimu, ke makam dan kembalilah ke negeri kita. Kau akan menemukan Yang Dijanjikan. Oh! Kau akan melihat Dia! Carilah Dia dan ikutlah Dia. Dia adalah Penebus dan Pembangkit dan Dia akan membuka pintu Kehidupan bagiku. Berbaik-hatilah dan bantu aku untuk siap ketika Dia akan membuka Surga bagi mereka yang tidak berhutang pada Keadilan dan jadilah baik agar layak untuk bertemu dengan-Nya segera. Bersumpahlah bahwa kau akan melakukannya dan bahwa kau akan mengubah airmata kejandaan yang tidak berguna menjadi kekuatan yang aktif. Ikutilah teladan Yudit, sayangku, dan semua bangsa akan mengenal namamu.' Suamiku yang malang! Aku hanya meminta-Mu untuk memandang aku..."

"Aku akan mengenalmu sebagai seorang murid yang baik. Kau bisa pergi kepada Yohana juga dan kiranya Allah sertamu."

... Sesibuk lebah musuh-musuh Yesus menyerang-Nya sekali lagi ketika Dia sedang berjalan menuju halaman Bait Allah, setelah Dia mengorbankan anak domba-Nya dan menantikan anak-anak domba para murid dikorbankan, supaya cukup untuk semuanya.

"Kapan Kau akan berhenti berpura-pura menjadi seorang raja? Kau bukan raja! Dan Kau bukan nabi! Berapa lama lagi Kau berniat untuk melanggar batas kebaikan kami, Kau pendosa, pemberontak dan penyebab kejahatan bagi Israel? Berapa kali kami harus mengatakan pada-Mu bahwa Kau tidak punya hak untuk bertindak sebagai Rabbi di sini?"

"Aku datang untuk mempersembahkan kurban anak domba. Kamu tidak bisa melarang itu. Bagaimanapun, Aku akan mengingatkanmu tentang Adonia dan Salomo."

"Apa hubungannya dengan mereka? Apa maksud-Mu? Apakah Kau Adonia?"

"Bukan. Adonia menjadikan dirinya raja melalui penipuan, tetapi Kebijaksanaan mengawasi dan menasihati, dan Salomo saja yang bisa menjadi raja. Aku bukan Adonia. Aku Salomo."

"Dan siapa Adonia?"

"Kamu semua."

"Kami? Bagaimana Kau bisa berkata demikian?"

"Dengan kebenaran dan keadilan."

"Kami menaati Hukum, dengan setiap poinnya, kami percaya kepada para nabi dan..."

"Tidak. Kamu tidak percaya kepada para nabi. Mereka menyebut Aku, tetapi kamu tidak percaya kepada-Ku. Kamu tidak menaati Hukum. Hukum menetapkan perbuatan-perbuatan yang benar, yang tidak kamu lakukan. Bahkan persembahan, yang kau lakukan dengan datang ke sini, tidak jujur. Ada tertulis: 'Kurban persembahan yang diperoleh secara tidak benar adalah suatu olok-olok.' Ada tertulis: 'Yang Mahatinggi tidak berkenan pada persembahan dari orang-orang jahat, Dia tidak mempedulikan persembahan mereka, menggandakan korban tidak akan mendapatkan pengampunan-Nya atas dosa.' Ada tertulis: 'Kurban persembahan yang diperoleh dari harta orang miskin sama buruknya seperti menyembelih anak di depan mata ayahnya sendiri.' Itulah yang tertulis, Yohanan! Ada tertulis: 'Makanan yang sangat sedikit adalah kehidupan orang-orang miskin, dia yang menahannya adalah orang yang haus darah.' Itulah yang tertulis, Ismael! Ada tertulis: 'Orang membunuh sesamanya jika dia merampas hasil dari mata pencariannya.' Itulah yang tertulis, hai Doras putra Doras. Ada tertulis: 'Dia yang menumpahkan darah dan dia yang menahan upah pekerja adalah bersaudara.' Itulah yang tertulis, hai Yohanan, Ismael, Hananya, Doras, Yonatan. Dan ingatlah bahwa ada juga tertulis: 'Barang siapa menutup telinga terhadap tangisan orang miskin, akan menangis juga, tetapi dia tidak akan didengarkan.' Dan kau, Eleazar bin Hanas, ingatlah dan ingatkan ayahmu bahwa ada tertulis: 'Biarlah imam-imam-Ku kudus, janganlah mereka membiarkan diri mereka terkontaminasi karena alasan apa pun.' Dan kau, Kornelius, sebaiknya tahu bahwa ada tertulis: 'Siapa pun yang mengutuk ayah dan ibu, harus mati,' dan kematian tidak hanya diberikan oleh algojo. Kematian yang lebih ngeri menanti mereka yang berdosa terhadap orangtuanya: kematian kekal yang mengerikan. Dan kau, Tolme, ingatlah bahwa ada tertulis: 'Dia yang mempraktikkan sihir, akan dibinasakan oleh-Ku.' Dan kau, Zadok, ahli Taurat yang piawai, ingatlah bahwa antara seorang pezina dan mak comblang perzinahannya tidak ada bedanya di mata Allah dan bahwa ada tertulis bahwa dia yang bersumpah palsu akan dilalap oleh api yang kekal. Dan katakan kepadanya, yang sudah melupakannya, bahwa dia yang menikahi seorang perawan dan ketika dia sudah puas dengannya, dia menolaknya dengan tuduhan-tuduhan palsu, akan dihukum. Oh! tidak di dunia ini; tapi di kehidupan selanjutnya, karena tipu dayanya, sumpah palsunya, kemalangan yang diakibatkan kepada istrinya itu, dan karena perzinahannya. Apa? Apakah kamu semua melarikan diri? Di hadapan Yang Tak Berdaya Yang mengucapkan perkataan yang bukan perkataan-Nya sendiri, melainkan perkataan mereka yang kamu maklumkan sebagai orang-orang kudus Israel, maka dari itu kamu tidak bisa mengatakan bahwa Yang Tak Berdaya adalah seorang penghujat, karena jika kamu melakukannya, kamu akan menyebut penghujat Kitab Kebijaksanaan dan Kitab-kitab Musa, yang didiktekan oleh Allah? Apakah kamu melarikan diri dari Yang Tak Berdaya? Apakah mungkin perkataan-Ku adalah batu? Atau apakah perkataan-Ku membangkitkan suara hatimu dengan memukul perunggu keras dari hatimu yang membatu, dan suara hatimu merasa bahwa adalah kewajibannya untuk dimurnikan, tidak hanya dalam tubuhmu, pada Hari Persiapan ini, supaya kamu bisa makan anak domba suci tanpa dosa kenajisan? Oh! jika demikian, terpujilah Tuhan! Sebab, karena kamu ingin dipuji sebagai orang-orang bijaksana, ingatlah bahwa adalah kebijaksanaan sejati untuk mengenal diri sendiri, untuk mengakui kesalahannya, untuk bertobat dan dengan demikian merayakan ritus dengan devosi 'sejati'. Yaitu, dengan sembah sujud dan ritus jiwamu, dan bukan dengan sembah sujud lahiriah... Mereka sudah pergi! Ayo kita pergi juga untuk memberikan damai kepada mereka yang menantikan kita..."
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 6                 Daftar Istilah                    Halaman Utama